Inspeksi K3 Terhadap Potensi Bahaya Kecelakaan Penumpang Di Stasiun
Inspeksi K3 Terhadap Potensi Bahaya Kecelakaan Penumpang Di Stasiun
Inspeksi K3 Terhadap Potensi Bahaya Kecelakaan Penumpang Di Stasiun
THAMRIN
INSPEKSI K3 TERHADAP POTENSI BAHAYA
KECELAKAAN PENUMPANG DI STASIUN
PT. KERETA COMMUTER INDONESIA
TAHUN 2019
Disusun Oleh :
FIANISA JAUHARI
NIM 172151019
0
UNIVERSITAS M.H. THAMRIN
INSPEKSI K3 TERHADAP POTENSI BAHAYA
KECELAKAAN PENUMPANG DI STASIUN
PT. KERETA COMMUTER INDONESIA
TAHUN 2019
Disusun Oleh :
FIANISA JAUHARI
NIM 172151019
1
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Kegiatan PKL ini telah disetujui oleh pembimbing
LAPORAN KEGIATAN PKL
INSPEKSI K3 TERHADAP POTENSI BAHAYA
KECELAKAAN PENUMPANG DI STASIUN
PT. KERETA COMMUTER INDONESIA
TAHUN 2019
Menyetujui,
Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat
2
UNIVERSITAS M.H. THAMRIN
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESELAMATAN KERJA
LAPORAN PKL, MARET 2019
FIANISA JAUHARI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Gambaran umum perusahaan, (2)
Penerapan Inspeksi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Stasiun, (3)
Kendala yang dihadapi, (4) Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala
dalam melaksanakan Inspeksi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di stasiun
PT. Kereta Commuter Indonesia 2019.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa : (1) penerapan Inspeksi Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di stasiun PT. Kereta Commuter Indonesia meliputi :
(a) K3 bertujuan untuk menjamin dan melindungi kesehatan dan keselamatan
kerja (K3) penumpang di stasiun; (b) Penyediaan fasilitas dan sarana di
stasiun antara lain Ubin difabbel, Kotak P3K, APAR, Himbauan Dilarang
merokok dan Jalur evakuasi, dll, (2) Kendala yang dihadapi dalam
penerapan Inspeksi K3 di stasiun antara lain kurangnya kepedulian,
3
kesadaran da pengetahuan pegawai stasiun tentang budaya K3, kondisi
fasilitas kurang maksimal karena keterbatasan anggaran.
Kata Kunci : Kereta Commuter, K3, Inspeksi K3, dan Kesehatan
Keselamatan Kerja (K3)
Daftar Pustaka : Pustaka ( 1997–2018 )
4
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PERSONAL DATA
Nama : Fianisa Jauhari
NIM/Semester : 172151019/VIII
Tanggal Lahir : 31 Mei 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Rumah :Jl.Cipinang Asem, Gg.Langgar, Rt.007/Rw.011
No.13, Kel.Kebonpala, Kec.Makasar, Jakarta
Timur, 13650.
Email : [email protected]
No.Handphone : 085779969565
Pemb. Akademik : Dr. Nur Asniati Djaali, SKM, MKM
Institusi PKL : PT.KCI
Unit Kerja : HSE
Pemb.Lapangan : Arohman Dwi Santoso, S.T
RIWAYAT PENDIDIKAN
2003-2009 : SDN Cipinang Melayu 02 Pagi
2009-2012 : SMPN 140 Jakarta
2012-2015 : SMK Farmasi Mandala Tiara Bangsa
2015-Sekarang : Universitas M.H.Thamrin
Fianisa Jauhari
NIM 172151019
5
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala berkat limpahan kasih, karunia dan segala rahmat-Nya yang selalu
menyertai setiap langkah penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Praktek Kerja Lapangan yang berjudul “Inspeksi K3 Terhadap Potensi Bahaya
Kecelakan Penumpang Stasiun Ancol Di PT.Kereta Commuter Indonesia”.
Laporan penulisan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikanpendidikan progam studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas
M.H. Thamrin.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan akhir ini tak lepas dari
dukungan dan keterlibatan peran dari berbagai pihak. Dengan ini, maka penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak
membantu penulis,
1. Bapak Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, SKM, M.CommHealth selaku Rektor
Universitas M.H. Thamrin.
2. Ibu Prof. Dr. dr Kusherisupeni, M.Sc selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas M.H. Thamrin Jakarta.
3. Ibu Inggit Meliana Anggarini, SKM, M.CommHealth selaku Ketua Program
Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas M.H. Thamrin Jakarta.
4. PT. Kereta Commuter Indonesia, sebagai lahan Praktek Kerja Lapangan dan
Pengambilan data.
5. Ibu Dr. Nur Asniati Djaali, SKM, MKM, selaku Dosen Pembimbing Praktek
Kerja Lapangan yang telah memberikan koreksi yang berarti dan berguna
dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini.
6. Ibu Arti Winarni, selaku Manager Pengembangan Organisasi dan SDM di
PT.Kereta Commuter Indonesia.
7. Bapak Septedi Alimudin, selaku Manajer Safety di PT.Kereta Commuter
Indonesia.
8. Bapak Agus Warjoyo, selaku Assistan Manajer Safety dan Evironment, di PT.
Kereta Commuter Indonesia.
6
9. Bapak Avir Riyaldi, selaku Assisten Manajer Perencanaan dan Evaluasi
Health Safety and Environment, di PT. Kereta Commuter Indonesia yang telah
memberikan penjelasan, materi pendukung, masukan serta bimbingan selama
penulis berada di lahan magang.
10. Kak Arohman Dwi Santoso, ST Selaku Pembimbing Praktek Kerja Lapangan
yang telah memberikan penjelasan materi pendukung, masukkan dan
bimbingan sampai selesainya laporan Praktek Kerja Lapangan ini.
11. Pak Purwono, Selaku staf HRD yang telah memberikan kelancaran dalam hal
tata persuratan dan lain-lain sampai dengan Praktek Kerja Lapangan ini
selesai.
12. Rekan-Rekan di Unit Health Safety and Environment PT. Kereta Commuter
Indonesia, Juanda atas didikan selama Praktek Kerja Lapangan dan dukungan
semangatnya.
13. Orang tua, Kakak dan Adik tercinta yang telah memberikan dorongan baik
moril maupun materil sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan
Praktek Kerja Lapangan ini.
14. Semua Pihak yang telah memberi semangat, doa serta membantu penulis
dalam mengumpulkan materi dan data-data untuk menyeselaikan laporan
Praktek Kerja Lapangan ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangannya dan jauh dari sempurna, maka penulis sangat mengharapkan
kritik, saran, dan masukan yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Penulis
7
DAFTAR ISI
ABSTRAK
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. 3
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ 5
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 6
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 8
DAFTAR TABEL ................................................................................................. 10
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ 11
BAB I .................................................................................................................... 12
PENDAHULUAN ................................................................................................ 12
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 12
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 13
1.3 Pertanyaan penelitian .................................................................................. 14
1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 14
1.4.1 Tujuan Umum ....................................................................................... 14
1.4.2 Tujuan Khusus ...................................................................................... 14
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 15
1.5.1 Bagi Health and safety Environment Dept ........................................... 15
1.5.2 Bagi Instansi Universitas M.H.Thamrin ............................................... 16
1.5.3Bagi Mahasiswa ..................................................................................... 16
BAB II ................................................................................................................... 17
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 17
2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja .............................................................. 17
2.1.1 Pengertian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) ............................ 17
2.2 Inspeksi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ....................................... 19
2.2.1 Pengertian Inspeksi K3 ......................................................................... 19
2.2.2 Manfaat Inspeksi K3 ............................................................................. 20
2.2.3 Klasifikasi Inspeksi K3 ......................................................................... 20
8
2. 3 Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja ................................................ 23
2. 4 Inspeksi K3 dalam Pencapaian Budaya K3 ................................................ 25
BAB III ................................................................................................................. 27
ANALISA SITUASI ............................................................................................. 27
3.1 Institusi PT. Kereta Commuter Indonesia .............................................. 27
3.1.1Profil PT.Kereta Commuter Indonesia .................................................. 27
3.1.2. Visi, Misi, Tujuan, Strategi, dan Target .............................................. 30
3.2.1 Struktur Organisasi Unit Health Safety and Environtment .................. 33
3.2.2 Ketenagaan............................................................................................ 34
3.2.3 Fasilitas dan Pelayanan ......................................................................... 35
3.2.4 Struktur Organisasi Health Safety and Environtment Dept .................. 39
3.2.5 Ketenagaan di Health Safety and Environment Dept ........................... 40
3.2.6 Uraian Tugas Health Safety and Environment Dept ............................ 41
BAB IV ................................................................................................................. 43
IDENTIFIKASI MASALAH ................................................................................ 43
4.1 Identifikasi Masalah .................................................................................... 43
4.2 Dampak Masalah ......................................................................................... 46
4.3 Prioritas Masalah ......................................................................................... 47
4.4 Analisa Penyebab Utama ............................................................................. 51
4.5 Penetapan Penyebab Masalah ..................................................................... 52
BAB V................................................................................................................... 54
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH ....................................................... 54
5.1 Alternatif Pemecahan Masalah .................................................................... 54
5.2 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah ..................................................... 57
BAB VI ................................................................................................................. 62
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 62
6.1 Kesimpulan .................................................................................................. 62
6.2 Saran ............................................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 64
9
DAFTAR TABEL
10
DAFTAR GAMBAR
11
BAB I
PENDAHULUAN
12
perlu dan pentingnya penerapan K3 di stasiun sehingga kecelakaan kerja dapat
dicegah dan dihilangkan.
Salah satu penerapan K3 di PT.KCI yaitu dengan melaksanakan Inspeksi
K3 rutin yang dilakukan setiap bulan yang bertujuan untuk pencapaian zero
accident di stasiun. Inspeksi K3 di laksanakan sesuai jadwal dan sesuai
dengan wilayah yang telah di tetapkan oleh bagian P2K3 ( Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yaitu suatu organisasi perusahaan yang
dibentuk oleh manajemen yang khusus menangani tentang K3 dan
penjabarannya.
Tujuan dari diadakannya penulisan Laporan PKL ini adalah untuk
mengetahui sejauh mana pelaksaan penerapan inspeksi K3 stasiun yang
dilakukan oleh PT. Kereta Commuter Indonesia sebagai upaya pencegahan
terhadap potensi bahaya kecelakaan penumpang di stasiun sehingga
terwujudnya Zero accident.
Adapun kerangka pemikiran yang digunakan adalah terdapatnya potensi
bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan penumpang di stasiun, dimana
hal tersebut merupakan kerugian yang harus ditanggung oleh perusahaan dan
penumpang itu sendiri. Untuk itu perlu adanya upaya pengendalian terhadap
bahaya tersebut dengan dilaksanakannya inspeksi K3, perbaikan
penyimpangan yang berpotensi terhadap bahaya kecelakaan, dengan
pemasangan warning sign, safety sign, difable sign, atau pelatihan yang terkait
dengan keamanan dan kesehatan kerja bagi pegawai terutama di bagian Health
safety Environtmen (HSE) PT. Kereta Commuter Indonesia, diharapkan
potensi bahaya tersebut dapat diminimalkan bahkan dihilangkan.
Dari uraian tersebut diatas maka penulis mencoba untuk memberikan
gambaran tentang inspeksi K3 di stasiun yang telah dilaksanakan oleh
PT.Kereta Commuter Indonesia, dengan tujuan untuk mengetahui kegiatan
Inspeksi K3 khususnya Inspeksi K3 di stasiun.
13
Dari hasil pengamatan dan studi pendahuluan peneliti, ditemukan
bahwa masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan program Inspeksi
K3 di stasiun adalah pencapaian program inspeksi K3 di stasiun yang
belum maksimal. Hal ini tentu berdampak pada ke tidak nyamanan
penumpang di stasiun. Inspeksi K3 tentu tidak akan maksimal apabila
dalam proses implementasinya terjadi kendala/masalah.
2019 ?
Adapun tujuan yang akan dicapai penulis dari penelitian ini adalah :
14
2. Mengetahui Dampak Masalah pelaksanaan inspeksi K3 di stasiun
sebagai upaya mengurangi potensi bahaya kecelakaan bagi
penumpang dan pekerja di stasiun PT. Kereta Commuter Indonesia
Tahun 2019.
3. Menetapkan Prioritas Masalah pelaksanaan Inspeksi K3 stasiun
sebagai upaya mengurangi potensi bahaya kecelakaan bagi
penumpang dan pekerja di stasiun PT. Kereta Commuter Indonesia
Tahun 2019.
4. Menganalisa Penyebab Masalah pelaksanaan program Inspeksi K3
stasiun di PT.Kereta Commuter Indonesia 2019.
5. Memberikan Alternatif Pemecahan Masalah pelaksanaan Inspeksi
K3 stasiun sebagai upaya mengurangi potensi bahaya kecelakaan
bagi penumpang dan pekerja di stasiun PT. Kereta Commuter
Indonesia Tahun 2019.
6. Menetapkan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah pelaksanaan
Inspeksi K3 stasiun sebagai upaya mengurangi potensi bahaya
kecelakaan bagi penumpang dan pekerja di stasiun PT. Kereta
Commuter Indonesia Tahun 2019.
15
M.H.Thamrin dengan PT Kereta Commuter Indonesia
khususnya unit HSE ( Health Safety Environment)
1.5.3Bagi Mahasiswa
1. Dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkan selama duduk
dibangku kuliah ketika berada di tempat PKL.
2. Dapat menambah wawasan, pengalaman dan menambah
pengetahuan baru.
3. Mendapatkan gambaran lingkungan kerja di PT. Kereta
Commuter Indonesia.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
17
Jadi K3 merupakan suatu profesi dan multi disiplin keilmuan yang
diambil dan ilmu-ilmu dasarnya adalah fisika, kimia, biologi, dan ilmu
perilaku dengan aplikasi pada manufacture,transportasi, gudang dan
penanganan bahan berbahaya pada aktifitas domestik maupun pada tempat-
tempat rekreasi.
Menurut undang-undang nomer 1 tahun 1970 tentang keselamatan dan
kesehatan kerja yang jelas dikatakan bahwa keselamatan kerja merupakan
suatu upaya pemberian perlindungan kepada tenaga kerja dan orang lain dari
potensi bahaya yang berasal dari mesin-mesin, pesawat, alat kerja dan bahan,
beserta energi. Juga perlindungan dari bahaya lingkungan kerja,sifat
pekerjaan, cara kerja, dan proses produksi.
Dalam undang-undang K3 tersirat pengertian Keselamatan dan
Kesehatan Kerja secara fisiologis sebagai upaya dan pemikiran dalam
menjamin kebutuhan dan kesempurnaan jasmani atau rohani manusia pada
umumnya dan tenaga pada khususnya serta hasil karya dan budaya dalam
rangka menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Sedang
pengertian secara keilmuan adalah sebagai ilmu dan penerapan teknologi
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Yusuf, 2002)
Dari upaya perlindungan tersebut maka Departemen Tenaga Kerja
(Depnaker) dalam hal ini sebagai pemegang kekuasaan atas undang-undang
tersebut membuat visi di bidang K3 yaitu “Menjadi Kebutuhan Masyarakat”.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan instrumen yang
memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar
dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak
asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah,
mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident).
Penerapam konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya
(cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka
panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan
datang.
18
Menurut Salam (2010), ada tiga aspek utama hukum K3 yaitu norma
keselamatan, kesehatan kerja, dan kerja nyata. Norma keselamatan kerja
merupakan sarana atau alat untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang
tidak diduga yang disebkan oleh kelalaian kerja serta lingkungan kerja yang
tidak kondusif. Konsep ini diharapkan mampu menihilkan kecelakaan kerja
sehingga mencegah terjadinya cacat atau kematian terhadap pekerja, kemudian
mencegah terjadinya kerusakan tempat dan peralatan kerja. Konsep ini juga
mencegah pencemaran lingkungan hidup dan masyarakat sekitar tempat kerja.
Norma kesehatan kerja diharapkan menjadi instrumen yang mampu
menciptakan dan memelihara derajat kesehatan kerja setinggi-tingginya.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat melakukan pencegahan dan
pemberantasan penyakit akibat kerja, misalnya kebisingan, pencahayaan
(sinar), getaran, kelembaban udara, dan lain-lain yang dapat menyebabkan
kerusakan pada alat pendengaran, gangguan pernapasan, kerusakan paru-paru,
kebutaan, kerusakan jaringan tubuh akibat sinar ultraviolet, kanker kulit,
kemandulan, dan lain-lain. Norma kerja berkaitan dengan manajemen
perusahaan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam konteks ini
berkaitan dengan masalah pengaturan jam kerja, shif, kerja wanita, tenaga
kerja kaum muda, pengaturan jam lembur.
19
b. Mengidentifikasi kekurangan sarana kerja
c. Mengidentifikasi perilaku kerja seseorang agar memiliki sikap kerja selamat
(safety performance)
d. Mengidentifikasi apakah tindakan perbaikan memadai
e. Mendemonstrasikan pekerja akan kesungguhan dan tekad manajemen terhadap
K3
f. Menciptakan suasana lingkungan kerja yang aman dan bebas dari bahaya
20
identifikasi terhadap bahaya, tugas-tugas, proses operasional, peralatan,
mesinmesin yang memiliki risiko tinggi (Tarwaka, 2008).
2. Inspeksi Khusus
Inspeksi Khusus merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi dan
mengevaluasi pontesial hazard terhadap objek kerja yangberisiko tinggi
yang hasilnya sebagai dasar pencegahan dan pengendalian risiko. Objek
objek khusus yang dimaksud mencakup mesin dan komponennya,
peralatan kerja, B3, serta lokasi tempat kerja tertentu yang membahayakan
keselamatan dan kesehatan kerja termasuk peledakan, kebakaran, dan
pencemaran lingkungan (Tarwaka, 2008). Aspek yang harus di inspeksi
K3 ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, antara lain: Bahaya
yang berpotensi menimbulkan cedera atau penyakit akibat kerja, Peraturan
perundang-undangan dibidang K3 dan standar yang berkaitan dan
Permasalahan K3 yang terjadi sebelumnya meskipun risikonya kecil. Tim
inspeksi K3 adalah mereka yang sudah familier dengan area kerja, tugas,
pekerjaan atau mereka yang telah menerima pelatihan atau sertifikasi.
Menurut Sahab (1997), untuk dapat melaksanakan inspeksi dengan baik,
seorang pelaksana inspeksi memerlukan: Pengetahuan yang menyeluruh
tentang tempat kerja, Pengetahuan tentang standart dan peraturan
perundang-undangan, Langkah pemeriksaan yang sistematik, Metoda
pelaporan, evaluasi dan penggunaan data Pelaksana inspeksi terbagi
menjadi dua, (Alkon, 1998) yaitu :
1) Ekstern Perusahaan yaitu inspeksi keselamatan kerja yang dilaksanakan
oleh pegawai pengawas dari pemerintah atau oleh perusahaan pihak
ketiga.
2) Intern Perusahaan yang dilakukan oleh orang yang berkepentingan
seperti supervisor dan manajer lini dan juga yang memiliki keahlian
dibidang seperti teknisi.
Meskipun diketahui banyak jenis inspeksi, namun secara umum prosedur
hampir sama, langkahnya meliputi:
a. Tahap Persiapan
21
Keberhasilan suatu pemeriksaan di tempat kerja bergantung pada
sejauh mana persiapan yang telah dilakukan sebelum melakukan
inspeksi K3. Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan, antara lain:
jadwal inspeksi dan tim inspeksi, peta inspeksi berdasarkan denah area
kerja, jalur-jalur inspeksi K3, potensi bahaya yang terkait dengan
mesin, peralatan, material dan proses kerja, standar dan peraturan atau
prosedur kerja yang berlaku, laporan inspeksi sebelumya, data
kecelakaan, laporan pemeliharaan, daftar atau hal-hal apa saja yang
akan diinspeksi (checklist inspeksi), APD yang diperlukan selama
inspeksi.
b. Pelaksanaan Inspeksi menjadi lebih efektif dengan berpedoman pada
peta perusahaan, mencari sesuatu sesuai poin-poin dalam checklist,
mengambil tindakan perbaikan sementara, jelaskan dan tempatkan setiap
hal dengan jelas, klasifikasikan hazard, serta tentukan faktor penyebab
utama adanya tindakan dan kondisi tidak aman (Tarwaka, 2014).
c. Pengembangan Upaya Perbaikan dalam menemukan tindakan dan
kondisi yang tidak sesuai dengan standar/prosedur tidaklah cukup, namun
perlu melakukan sesuatu untuk mencegah terjadi kerugian nyata. Pada saat
inspeksi dapat langsung melakukan tindakan seperti; membersihkan
ceceran atau tumpahan cairan di lantai, memasang pengaman mesin yang
dilepas dan lain sebagainya
(Tarwaka, 2014).
d. Tindakan Korektif yang dilakukan menjadi kurang bermanfaat jika tidak
dapat berfungsi dengan baik atau tidak sesuai dengan apa yang
direncanakan. Untuk alasan tersebut, maka setiap apayang
direkomendasikan dari hasil inspeksi harus segera ditindak lanjuti dan
orang yang bertanggung jawab dalam kegiatan inspeksi juga harus ikut
dalam upaya tindak lanjut yang telah direncanakan (Tarwaka, 2014).
e. Laporan Inspeksi dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan
jenis inspeksi yang dilakukan. secara umum kriteria laporan inspeksi harus
dapat menjelaskan hal-hal berikut:
22
1) Identifikasi objek-objek atau lokasi tempat kerja yang diinspeksi.
2) Menjelaskan seluruh kegiatan yang mencakup: observasi kondisi
lingkungan kerja yang tidak sesuai, klasifikasi tingkat bahaya, upaya
perbaikan sementara, rekomendasi, penugasan pada yang bertanggung
jawab untuk melakukan tindakan korektif, memantau upaya perbaikan
yang telah dilakukan, penyelesaian dan verifikasi upaya perbaikan.
23
dominan, yaitu sebagai berikut:
1) Komitmen Top Management diwujudkan dalam bentuk kebijakan
tertulis, jelas, mudah dimengerti dan diketahui oleh semua pekerja. Upaya
tersebut dapat ditunjukkan dengan sikap dan segala tindakan yang berhubungan
dengan keselamatan kerja (Ramli, 2010). Komitmen manajemen terlihat dari
sudut pandang pekerja, salah satu cara yang digunakan dengan melihat persepsi
pekerja dari komitmen manajemen (O’Toole, 2002).
2) Peraturan dan Prosedur K3 merupakan suatu hal yang mengikat dan telah
disepakati. Tujuan dari dibentuknya peraturan dan prosedur keselamatan kerja
yaitu untuk mengendalikan bahaya yang ada di tempat kerja, untuk melindungi
pekerja dari kemungkinan terjadi kecelakaan, dan untuk mengatur perilaku
pekerja, sehingga nantinya tercipta budaya keselamatan yang
baik (Ramli, 2010).
3) Komunikasi untuk menyampaikan informasi dalam organisasi. Komunikasi
dapat berlangsung secara satu arah, dua arah, antara manajer - pekerja, pekerja -
pekerja, manajer - manajer, atau departemen - departemen dengan bahasa yang
mudah dipahami oleh kedua belah pihak (Cooper,2001).
4) Keterlibatan Pekerja dalam K3 diperlukan dalam Budaya K3 yang efektif jika
komitmen manajemen dilaksanakan secara nyata dan terdapat keterlibatan
langsung dari pekerja dalam keselamatan kerja (Ramli, 2010).
5) Lingkungan Sosial Pekerja dalam pernyataan Reason (1997) bahwa terjadinya
tindakan tidak aman dikarenakan faktor organisasi yang akan mempengaruhi
faktor lingkungan sosial pekerja. Mohammed (2002) mengemukakan pada
perusahaan sedapat mungkin dibentuk suatu lingkungan kerja kondusif salah
satunya budaya tidak saling menyalahkan bila terjadi kecelakaan pada pekerja.
c. Tolok Ukur Budaya K3 Menurut pernyataan Dupont dalam Tarwaka (2015),
untuk memahami pergeseran dalam pola pikir dan tindakan yang diperlukan dari
waktu ke waktu untuk mengembangkan budaya K3 dapat diketahui dari tahapan
berikut ini:
24
1) Tahap Reaktif (Reactive Stage), tahap ini menangani isu K3 hanya
bermodalkan naluri secara alamiah (natural instinct) saja. Hanya berfokus kepada
kepatuhan bukan karena budaya K3 yang kuat.
2) Tahap Tergantung (Dependent Stage), tahap ini sudah ada, komitmen
manajemen perusahaan dan supervisor umumnya bertanggung jawab mengontrol
keselamatan dan tujuan.
3) Tahap Independen (Independent Stage), tahap ini perusahaan sudah
menekankan pengetahuan individu terkait dengan isu K3, metode K3, komitmen
K3 dan standar K3. Perusahaan juga akan terlibat aktif dalam penerapan,
pembiasaan, pengakuan terhadap K3 dari masing-masing individu.
4) Tahap Saling Ketergantungan (Interdependent Stage), tahap ini perusahaan
terlibat aktif membantu orang lain melaksanakan K3. Dengan kata lain, menjadi
“Penjaga Orang Lain” (others keepers) karena telah bisa menjaga diri sendiri.
Selanjutnya tolok ukur budaya K3 pada tahap reaktif dikategorikan sebagai
budaya K3 yang kurang baik, tahap tergantung dikategorikan sebagai budaya K3
yang cukup baik, tahap independen dikategorikan sebagai budaya K3 yang baik
serta tahap interdependen dikategorikan sebagai budaya K3 yang sangat baik.
25
mengurangi tingkat cedera atau kecelakaan kerja. Hal ini sejalan dengan
pernyataan yang dinyatakan oleh Dupont (2009) dalam Tarwaka (2015) bahwa
dengan memperkuat budaya K3, secara pasti organisasi perusahaan akan dapat
mengurangi tingkat cedera, bahkan dapat meningkatkan produktivitas, kualita dan
keuntungan sebagai hasil pencapaian. Semakin rutin inspeksi K3 dilakukan oleh
perusahaan maka budaya K3 di perusahaan akan semakin baik.
26
BAB III
ANALISA SITUASI
27
pemisahan ini, pelayanan KRL di wilayah Jabotabek berada di bawah PT KAI
(Persero) Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek sementara pelayanan KA
jarak jauh yang beroperasi di wilayah Jabodetabek berada di bawah PT KAI
Daop 1 Jakarta dan akhirnya PT KAI (Persero) Divisi Angkutan Perkotaan
Jabotabek berubah menjadi sebuah perseroan terbatas, PT KCJ.
Setelah menjadi perseroan terbatas, perusahaan ini mendapatkan izin
usaha No. KP 51 Tahun 2009 dan izin operasi penyelenggara sarana
perkeretaapian No. KP 53 Tahun 2009 yang semuanya dikeluarkan oleh
Menteri Perhubungan Republik Indonesia.Tugas pokok perusahaan yang baru
ini adalah menyelenggarakan pengusahaan pelayanan jasa angkutan kereta api
komuter dengan menggunakan sarana Kereta Rel Listrik di wilayah Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dan sekitarnya serta
pengusahaan di bidang usaha non angkutan penumpang.KCI memulai
modernisasi angkutan KRL pada tahun 2011 dengan menyederhanakan rute
yang ada menjadi lima rute utama, penghapusan KRL ekspres, penerapan
kereta khusus wanita, dan mengubah nama KRL ekonomi-AC menjadi kereta
Commuter Line. Proyek ini dilanjutkan dengan renovasi, penataan ulang, dan
sterilisasi sarana dan prasarana termasuk jalur kereta dan stasiun kereta yang
dilakukan bersama PT KAI (persero) dan Pemerintah.
Pada 1 Juli 2013. KCI mulai menerapkan sistem tiket elektronik (E-
Ticketing) dan sistem tarif progresif. Penerapan dua kebijakan ini menjadi
tahap selanjutnya dalam modernisasi KRL Jabodetabek.Hingga Juni 2018,
KCI telah memiliki 900 unit KRL, dan akan terus bertambah. Sepanjang tahun
2017, KCI telah melakukan penambahan armada sebanyak 60 kereta. Hal ini
untuk memenuhi permintaan penumpang yang terus bertambah dari waktu ke
waktu.Hingga Juni 2018, rata-rata jumlah pengguna KRL per hari mencapai
1.001.438 pengguna pada hari kerja, dengan rekor jumlah pengguna terbanyak
yang dilayani dalam satu hari adalah 1.154.080. Sebagai operator sarana,
kereta Commuter Line yang dioperasikan KCI saat ini melayani 79 stasiun di
seluruh Jabodetabek, Banten dan Cikarang dengan jangkauan rute mencapai
418,5 km.
28
Dengan mengusung semangat dan semboyan Best Choice for Urban
Transport , KCI saat ini terus bekerja keras untuk memenuhi target melayani
1,2 juta penumpang per hari dengan kekuatan armada KRL hingga 1.450 unit
pada tahun 2019.Menuju 100 Tahun KRL Jabodetabek wacana elektrifikasi
jalur kereta api di Jakarta dan sekitarnya telah dilakukan oleh para pakar dari
perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda, Staats Spoorwegen
(SS) sejak tahun 1917. Elektrifikasi ini diyakini akan menguntungkan secara
ekonomi. Elektrifikasi pertama kali dilakukan untuk lintas Tanjungpriok-
Meester Cornelis (Jatinegara).
Proyek yang dimulai tahun 1923 ini selesai pada 24 Desember 1924Untuk
mendukung elektrifikasi, Dinas Tenaga Air dan Listrik kala itu membangun
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) “Oebroeg” /Ubrug dan PLTA
“Kratjak” /Kracak di wilayah Sukabumi. Listrik selanjutnya mengalir ke
Gardu Induk Ancol dan Jatinegara. Sementara listrik dari PLTA Kracak juga
mendukung suplai LAA lintas Manggarai-Bogor melalui Gardu Induk Depok
dan Kedungbadak (Bogor). Pemerintah Hindia Belanda selanjutnya membeli
sejumlah lokomotif listrik untuk menarik rangkaian kereta api. Lokomotif
yang dibeli adalah seri 3000 buatan SLM (Swiss Locomotive &
Machineworks)- BBC (Brown Baverie Cie), seri 3100 buatan AEG
(Allgemaine Electricitat Geselischaft) Jerman, seri 3200 buatan Werkspoor
Belanda, serta KRL (Kereta Rel Listrik) buatan pabrik Westinghouse dan
General Electric. Peresmian elektrifikasi jalur Tanjungpriok – Meester
Cornelis kemudian dilakukan bersamaan dengan perayaan hari ulang tahun
ke-50 SS pada April 1925. Elektrifikasi kemudian berlanjut dengan
mengoperasikan lintas Batavia (Jakarta Kota)-Kemayoran, dan Meester
Cornelis (Jatinegara)-Manggarai-Koningsplein (Gambir)-Batavia (Jakarta
Kota).Sejak 1 Mei 1927, di Kota Batavia melintas KRL yang mengelilingi
kota (ceintuur-baan). Tahun 1930, untuk pertama kalinya jalur KRL Batavia
(Jakarta Kota)-Buitenzorg (Bogor) beroperasi. Hingga tahun 1939, telah ada
sebanyak 72 perjalanan KRL melintasi jalur lingkar Batavia dan Manggarai-
Bogor.
29
Setelah Indonesia merdeka, lokomotif listrik masih beroperasi di sekitar Jakarta.
Namun akhirnya usia kereta yang telah mencapai setengah abad , dan tidak ada
penambahan lokomotif listrik baru, membuat transportasi dengan lokomotif listrik
tidak lagi memadai. Perkeretaapian Jabodetabek kemudian mulai akrab dengan
rangkaian KRL buatan Jepang yang mulai beroperasi tahun 1976.Seiring dengan
konsep pengembangan KRL Jabodetabek dan sekitarnya, PT KAI (Persero)
membentuk anak perusahaan yakni PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) yang
ditugaskan menjadi operator sarana KRL. PT KCJ yang kini berganti nama menjadi
KCI dibentuk menggantikan Divisi Jabodetabek PT KAI sebagai pengelola KRL
pada tahun sebelumnya. Kini KRL Commuter Line semakin menjadi moda
transportasi andalan masyarakat perkotaan untuk mobilitas yang aman, nyaman, dan
bebas macet.
30
non angkutan penumpang dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan
Terbatas.
Gambar 3.1
Logo Perusahaan
Makna Simbol C
Sedangkan Simbol C merupakan huruf terdepan dari kata
Commuter, yang merupakan konsumen utama PT KCI
31
pelanggan dibandingkan perusahaan, berpikiran terbuka dalam
merangkul pelanggan. Dengan pemikiran terbuka ini, KCI dapat
fleksibel mengikuti perkembangan dinamika kehidupan, karena
tuntutan zaman yang semakin menantang.
Gambar 3.2
Logo Budaya Perusahaan
Integritas
Insan PT. Kereta Commuter Indonesia bertindak secara konsisten dan
patuh terhadap seluruh peraturan perusahaan sesuai komitmen untuk
terus menjunjung tinggi standar etika dan tujuan Perusahaan.
Profesional
Insan PT KCI memiliki kemampuan untuk menyelesaikan setiap tugas
dan tanggung jawab dengan baik sesuai dengan harapan perusahaan
untuk tercapainya visi misi dan tujuan perusahaan.
Inovasi
Insan PT KCI selalu berpikir kreatif dan melakukan tindakan
perbaikan yang berkelanjutan, sesuai dengan perubahan zaman serta
kebutuhan stakeholders untuk dapat menghasilkan kebijakan serta
produk baru yang dapat memberikan nilai tambah bagi Perusahaan.
Keselamatan
Insan PT Kereta Commuter Indonesia berkomitmen bersama untuk
32
menciptakan lingkungan dan proses kerja yang aman dalam
menjalankan misi perusahaan untuk memberikan layanan jasa
transportasi yang mengedepankan keselamatan,keamanan dan
kenyamanan serta terciptanya Zero Accident.
Gambar 3.3
Struktur Organisasi Unit Health Safety and Environtment
Direktur
Utama
Direktur Direktur
Direktur Teknik
Keuangan dan Operasi dan
dan Sarana
Administrasi Pemasaran
VP
Keselamatan
dan Keamanan
33
3.2.2 Ketenagaan
Unit K3 di PT. Kereta Commuter Indonesia dikenal sebagai Unit
Health Safety Environment (HSE) dibawah Direktur Operasi dan
Pemasaran. Divisi HSE dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung
jawab langsung pada Vice President (VP) Keamanan dan Keselamatan.
Dalam menjalankan tugasnya seorang manajer dibantu oleh dua orang
Assistant Manajer serta 15 orang staff HSE.
Menurut surat keputusan direksi No. 002/KCI/DIR-HRD/I/2018
1.Tugas dan tanggung jawab VP Keselamatan dan Keamanan :
a. Menyusun, membuat perencanaan dan strategi keamanan dan
keselamatan di atas KRL yang dioperasikan perusahaan.
b. Menyusun, membuat perencanaan dan strategi pengaturan
penumpang keluar masuk area di seluruh stasium wilayah operasi KRL
yang dioperasikan perusahaan.
c. Menyusun, membuat perencanaan dan strategi keamanan dan
keselamatan di area stasiun, stabling, dan perawatan KRL.
d. Mengkoordinasikan unit-unit yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Tugas dan tanggung jawab Manajer HSE :
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan kesehatan dan
keselamatan kerja, serta standar kesehatan dan keselamatan kerja.
b. Menyusun dan melaksanakan kebijakan penyelenggaraan kegiatan
pendukung program kesehatan dan keselamatan perusahaan.
c. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan analisa terhadap efektifitas
program pengelolaan kesehatan dan keselamatan kerja.
d. Mengkoordinasikan dengan pihak internal dan eksternal
pelaksanaan program pengelolaan kesehatan dan keselamatan
kerja.
e. Menyusun dan menyampaikan laporan pekerjaan kepada atasan.
f. Mengevaluasi rencana kerja dan laporan pekerjaan staf terkait.
34
3.Tugas dan tanggung jawab Assistant Manajer
3.1 Assistant Manajer Safety dan Environtmen, bertanggungjawab :
a. Melaksanakan kebijakan pengelolaan kesehatan lingkungan dan
keselamatan kerja.
b. Mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan
penyediaan fasilitas kesehatan lingkungan dan keselamatan kerja.
3.2 Assistant Manajer Perencanaan dan Evaluasi HSE, bertanggung
jawab:
b. Membuat data dan laporan hasil penerapan program kesehatan
lingkungan dan keselamatan kerja.
c. Menyusun rencana dan mengevaluasi program kegiatan
pengelolaan kesehatan lingkungan dan keselamatan kerja.
d. Melaksanakan monitoring realisasi dan evaluasi hasil program
pengelolaan kesehatan lingkungan.
e. Menyusun SSOP kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja pada
perusahaan.
f. Melaksanakan administrasi unit HSE.
35
informasi dari media sosial KCI ke dalam satu platform. Melalui KRL
Access, pengguna juga bisa mendaftar untuk mendapatkan notifikasi
langsung ke ponselnya saat ada informasi terkini seputar kondiri lintas
KRL. KRL Access dapat diunduh di Play Store dan Appstore.
3. Vending Machine (C-VIM)
Mulai 27 Desember 2015 Commuter Vending Machine (C-VIM) hadir di
stasiun agar pengguna dapat menentukan rencana perjalanannya sendiri.
Vending machine ini dilengkapi fitur layanan isi ulang Kartu Multi Trip
(KMT), layanan pembelian Tiket Harian Berjaminan (THB) dan pembelian
THB PP, layanan isi ulang THB dan refund THB. Hadirnya vending machine
ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan transaksi pengguna jasa kereta
Commuter Line yang kian hari semakin meningkat.
4. Kereta Khusus Wanita (KKW)
Inovasi kereta khusus wanita hadir untuk memenuhi kebutuhan pengguna
KRL, khususnya wanita yang ingin menggunakan Commuter Line tanpa
berbagi ruang dengan laki-laki. KKW mulai berlaku sejak 19 Agustus
2010 dengan kereta pertama dan terakhir dalam setiap rangkaian kereta
khusus untuk penumpang wanita. Dengan hadirnya kereta khusus wanita ini
diharapkan dapat memberikan keamanan dan kenyamanan bagi para wanita
yang menggunakan Commuter Line.
5. Announcer Stasiun
Dalam rangka memberikan layanan yang maksimal bagi pengguna jasa
Commuter Line, PT KCI menghadirkan inovasi yang dapat memenuhi
kebutuhan informasi penumpang dengan menugaskan announcer di setiap
stasiun. Announcer bertugas memberi informasi khususnya terkait jadwal
keberangkatan dan posisi kereta yang akan masuk stasiun. Inovasi announcer
stasiun ini dimulai sejak Agustus 2010.
6. Tempat Duduk Prioritas
Demi menjaga kenyamanan penumpang, KRL menyediakan tempat duduk
prioritas yang diperuntukkan bagi lansia, ibu membawa balita, wanita hamil,
dan pengguna dengan disabilitas. Tempat duduk prioritas ini disediakan di
ujung setiap kereta, dan mulai tahun 2016 tersedia pula di peron stasiun.
36
Diharapkan dengan adanya tempat duduk prioritas ini, penumpang dengan
kebutuhan khusus dapat lebih nyaman menggunakan Commuter Line.
7. E-Ticketing
Sejak 1 juli 2013 PT KCI mulai menerapkan e-ticketing menggantikan tiket
kertas, dalam rangka meningkatkan pelayanan Commuter Line. Dengan
sistem e-ticketing, pengguna Commuter Line dapat lebih tertib dan nyaman
melakukan perjalanan. E-ticket ini dibagi menjadi dua macam yaitu Kartu
Multi Trip (KMT) dan Tiket Harian Berjamin (THB). Tiket elektronik ini
lebih efisien dan mudah untuk digunakan, mengurangi limbah kertas yang
merusak lingkungan, serta sejalan dengan kebijakan pemerintah mewujudkan
cash-less society.
8. Petugas Pelayanan KRL (PPK)
Pelayanan adalah hal yang paling utama. Karena itu PT KCI kembali
memberikan inovasi di bidang pelayanan dengan menugaskan petugas
pelayanan KRL yang siap membantu para penumpang KRL dengan
memberikan informasi selama perjalanan. PPK yang melayani di rangkaian
KRL sejak Februari 2014 juga bertugas membantu masinis apabila terjadi
gangguan teknis dalam perjalanan, serta melayani buka tutup pintu saat
penumpang turun dan naik di stasiun.
9. Sistem Informasi Penumpang (SIP)
Demi memenuhi kebutuhan informasi seputar KRL, inovasi sistem informasi
penumpang pun disediakan PT KCI mulai 16 oktober 2014. Sistem informasi
penumpang ini meliputi informasi posisi KRL secara real time, informasi
jadwal KRL, dan peta rute KRL dalam layar digital di dalam rangkaian
kereta.
10. Gelang Multi Trip (GMT) dan Gantungan Kunci Multi Trip (YMT)
Membuat perjalanan menjadi mudah dan nyaman adalah salah satu alasan PT
KCI untuk terus berinovasi meningkatkan pelayanannya, tak terkecuali
dengan membuat variasi bentuk E-ticket agar penumpang KRL lebih mudah
saat tap in dan tap out. Pada 3 Februari 2015 KCI mengeluarkan Kartu Multi
Trip berbentuk gelang dan gantungan kunci yang lebih mudah dibawa dan
dipakai dalam perjalanan. Gelang dan gantungan kunci ini dirancang agar
penumpang KRL tidak perlu khawatir kehilangan kartunya.
37
11. Peta Rute KRL Commuter Line
Gambar 3.4
Peta Rute KRL Commuter Line
38
3.2.4 Struktur Organisasi Health Safety and Environtment Dept
Gambar 3.5
Struktur Organisasi Health Safety and Virontment
39
3.2.5 Ketenagaan di Health Safety and Environment Dept
Tabel 3.1
Ketenagaan di Dept HSE
40
3.2.6 Uraian Tugas Health Safety and Environment Dept
Unit K3 di PT. Kereta Commuter Indonesia dikenal sebagai Unit
Health Safety Environment (HSE) dibawah Direktur Operasi dan
Pemasaran. Divisi HSE dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung
jawab langsung pada Vice President (VP) Keamanan dan Keselamatan.
Dalam menjalankan tugasnya seorang manajer dibantu oleh dua orang
Assistant Manajer serta 15 orang staff HSE.
Menurut surat keputusan direksi No. 002/KCI/DIR-HRD/I/2018
1. Tugas dan tanggung jawab VP Keselamatan dan Keamanan :
1. Menyusun, membuat perencanaan dan strategi keamanan dan
keselamatan di atas KRL yang dioperasikan perusahaan.
2. Menyusun, membuat perencanaan dan strategi pengaturan
penumpang keluar masuk area di seluruh stasium wilayah operasi
KRL yang dioperasikan perusahaan.
3. Menyusun, membuat perencanaan dan strategi keamanan dan
keselamatan di area stasiun, stabling, dan perawatan KRL.
4. Mengkoordinasikan unit-unit yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Tugas dan tanggung jawab Manajer HSE :
1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan kesehatan dan
keselamatan kerja, serta standar kesehatan dan keselamatan kerja.
2. Menyusun dan melaksanakan kebijakan penyelenggaraan kegiatan
pendukung program kesehatan dan keselamatan perusahaan.
3. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan analisa terhadap efektifitas
program pengelolaan kesehatan dan keselamatan kerja.
4. Mengkoordinasikan dengan pihak internal dan eksternal
pelaksanaan program pengelolaan kesehatan dan keselamatan
kerja.
5. Menyusun dan menyampaikan laporan pekerjaan kepada atasan.
6. Mengevaluasi rencana kerja dan laporan pekerjaan staf terkait.
41
3. Tugas dan tanggung jawab Assistant Manajer
1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan kesehatan dan
keselamatan kerja, serta standar kesehatan dan keselamatan kerja.
2. Menyusun dan melaksanakan kebijakan penyelenggaraan kegiatan
pendukung program kesehatan dan keselamatan perusahaan.
3. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan analisa terhadap efektifitas
program pengelolaan kesehatan dan keselamatan kerja.
4. Mengkoordinasikan dengan pihak internal dan eksternal
pelaksanaan program pengelolaan kesehatan dan keselamatan
kerja.
5. Menyusun dan menyampaikan laporan pekerjaan kepada atasan.
6. Mengevaluasi rencana kerja dan laporan pekerjaan staf terkait.
4. Assistant Manajer Safety dan Environtmen, bertanggungjawab :
1. Melaksanakan kebijakan pengelolaan kesehatan lingkungan dan
keselamatan kerja.
2. Mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan
penyediaan fasilitas kesehatan lingkungan dan keselamatan kerja.
5. Assistant Manajer Perencanaan dan Evaluasi HSE, bertanggungjawab :
1. Membuat data dan laporan hasil penerapan program kesehatan
lingkungan dan keselamatan kerja.
2. Menyusun rencana dan mengevaluasi program kegiatan
pengelolaan kesehatan lingkungan dan keselamatan kerja.
3. Melaksanakan monitoring realisasi dan evaluasi hasil program
pengelolaan kesehatan lingkungan.
4. Menyusun SSOP kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja pada
perusahaan.
5. Melaksanakan administrasi unit HSE.
42
BAB IV
IDENTIFIKASI MASALAH
antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori
pelaksana.
43
Tabel 4.1
Identifikasi Masalah 5W+1H
1 bulan baru
dapat
ditangani
HOW
Kurangnya koordinasi antara pihak HSE dengan Tim Kamsel dan Tim Sarana dan Prasarana
Tabel 4.2
Identifikasi Masalah 5W+1H
18 maret
2019
44
HOW
-Program Perencanaan Rekrutmen yang kurang baik hingga menyulitkan Dep HSE
Tabel 4.3
Identifikasi Masalah 5W+1H
18 maret kepada
2019 lingkungan
stasiun
HOW
45
4.2 Dampak Masalah
Dari tiga masalah yang telah disebutkan di atas tentunya secara langsung
maupun tidak langsung memiliki suatu dampak yang sangat signifikan.
Dampak yang ditimbulkan dari ketiga masalah diatas antara lain :
Tabel 4.4
Dampak Masalah
No Masalah Dampak
1 Kurang Cepat tanggapnya dalam - Kecelakaan bagi penumpang dan
perbaikan inspeksi K3 pekerja di area stasiun yang lama
untuk diperbaiki.
- Fasilitas stasiun yang tidak
berfungsi dengan maksimal.
2 Kurangnya pengawasan langsung -Kurang maksimalnya kinerja Tim
ke lapangan dari Tim HSE Kamsel dalam pengecekkan
checklist Inspeksi K3.
46
4.3 Prioritas Masalah
b. Prevalence (P)
47
4 = Jumlah individu atau masyarakat yang terkena sangat besar.
3 Manageability (M)
keikutsertaan masyarakat.
CxPxMxS
48
Tabel 4.5
Prioritas Masalah (Metode Bryant)
3 Kurangnya 3 3 3 2 54 I
ketelitian
dalam
pengecekan
di stasiun
oleh Tim
Kamsel
49
ini dikarenakan Waktu pelaporan dan evaluasi yang cukup lama minimal 1
bulan baru dapat ditangani (Seriousness) mendapat skor 2 yang artinya adalah
masalah yang ditimbulkan cukup berat karena hal ini dapat menciderai
penumpang dan berkaitan dengan kesiapsiagaan tim Kamsel dalam
memastikan kondisi stasiun sudah aman atau belum. Terakhir pada indikator
M (Manageability) mendapat skor 2, yang artinya masalah tersebut cukup
dikelola dan diatasi dengan metode/cara tertentu.
50
berdampak besar pada penumpang dan pekerja. Terakhir pada indikator M
(Manageability) mendapatkan skor 2, yang artinya masalah tersebut cukup
dapat dikelola dan diatasi dengan cara-cara tertentu.
(metode), Machine (Prasarana), dan Market (Pasar) melalui alat bantu yang
Gambar 4.1
Analisis penyebab masalah utama Ichikawa (tulang ikan/fish bond)
“Kurangnya ketelitian dalam pengecekan di stasiun oleh Tim Kamsel”
Man Methode
51 standar.
4.5 Penetapan Penyebab Masalah
ketelitian dalam pengecekan di stasiun oleh Tim Kamsel” yang dilihat dari
1. Man
K3 di area stasiun masih terlihat sangat kurang, Tim kamsel dan petugas
K3 maupun fungsi dan cara penggunaan alat-alat dan fasilitas yang ada di
stasiun.
2. Methode
52
Pembagian wilayah stasiun pada Tim kamsel tidak sesuai dengan jarak
jauh-dekatnya dari rumah petugas Tim kamsel, tidak juga searah dengan
rute jalannya kereta. Hal ini tentu dapat menyulitkan petugas Inspeksi K3
badan, nilai minimum, tes kesehatan, dll. Merupakan hal yang penting
Material
53
BAB V
yang mungkin tidak didapat dengan segera (Saad & Ghani, 2008:120).
modulasi dan kontrol lebih dari keterampilan rutin atau dasar (Rosdiana &
Misu, 2013:2).
tersebut.
54
Pada tahapan ini dihasilkan lebih dari satu solusi yang dapat digunakan
yang dipilih.
6. Penerapan.
oleh Tim Kamsel. Dari hasil penetapan penyebab masalah dapat diberikan
55
Tabel 5.1
setiap stasiun yang tidak efektif wilayah stasiun sesuai dengan arah
56
5.2 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah
diprioritaskan.
Penilaian :
57
2. Efficiency (E), menyatakan hubungan alternatif solusi besarnya biaya yang
Penilaian:
(𝐌𝐱𝐈𝐱𝐕)
𝜮=
𝐄
58
Tabel 5.2
Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah
(Metode Perbandingan Efektifitas dan Efisiensi)
1 Bekerjasama dengan 3 2 2 2 6 IV
petugas-petugas di area
pada keselamatan
penumpang di stasiun
2 Diadakannya pelatihan K3 3 3 4 3 12 II
dan berkala
4 Bekerjasama dengan 3 2 1 3 2 V
rekrutmen pegawai
59
Dari hasil brainstorming, ditemukan bahwa skor tertinggi didapat pada solusi “
2. Kelemahan (Weakness)
b. Adanya Tim kamsel yang wilayah tempat tinggalnya sama atau bahkan
tidak ada yang tinggal di wilayah tersebut sehingga akan menyulitkan
proses pembagian wilayah Inspeksi K3 stasiun.
60
3. Peluang/Kesempatan (Oppurtunity)
4. Ancaman (Threat)
Pelaksanaan prioritas pemecahan masalah pasti memiliki ancaman atau
a.Adanya beban kerja yang tidak bisa ditinggalkan di kantor, sehingga itu
61
BAB VI
6.1 Kesimpulan
stasiun secara rutin dan teratur sesuai dengan permenaker No. Per-
Commuter Indonesia.
tersebut akan dibahas dalam rapat rutin evaluasi Bulanan unit HSE.
62
6.2 Saran
63
DAFTAR PUSTAKA
64
LAMPIRAN
65
66
67
68