MAKALAH DANA PENSIUN DAN PEGADAIAN - Saran
MAKALAH DANA PENSIUN DAN PEGADAIAN - Saran
MAKALAH DANA PENSIUN DAN PEGADAIAN - Saran
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank
Yang diampu oleh Bpk Drs. H. Gatot Isnani, M.Si.
Disusun Oleh:
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
izin, rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah dengan judul “Dana Pensiun dan Pegadaian” ini disusun dengan tujuan
untuk melengkapi tugas matakuliah Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank.
Melalui makalah ini, saya berharap agar saya dan pembaca mampu mengenal lebih
jauh mengenai Dana Pensiun dan Pegadaian.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
saya dalam proses penyusunan makalah ini khususnya kepada dosen Bank dan
Lembaga Keuangan Bukan Bank, yaitu Bpk Drs. H. Gatot Isnani, M.Si. yang
bersedia membimbing dan mengarahkan saya dalam penyusunan makalah ini.
Saya berharap agar makalah yang telah saya susun ini dapat memberikan
inspirasi bagi pembaca dan penulis yang lain. Saya juga berharap agar makalah ini
menjadi acuan yang baik dan berkualitas.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.1 Tujuan Masalah ..................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. DANA PENSIUN
2.1 Pengertian Dana Pensiun ...................................................................... 5
2.2 Tujuan Dana Pensiun ............................................................................ 5
2.3 Manfaat Pensiun .................................................................................... 6
2.4 Sistem Pembayaran Manfaat Pensiun ................................................... 9
2.5 Peraturan Dana Pensiun ...................................................................... 10
2.6 Jenis Program Pensiun ........................................................................ 12
2.7 Program Pensiun Dengan Iuran Dan Tanpa Iuran .............................. 18
2.8 Penyelenggaraan Program Pensiun ..................................................... 19
2.9 Metode Pembaiayaan Program Pensiun .............................................. 21
2.10 Past Service Liability ........................................................................ 25
2.11 Manajemen Kekayaan Dana Pensiun ................................................ 26
2.12 Pengaturan Dana Pensiun Di Indonesia ............................................ 29
2.13 Jenis Dana Pensiun Dan Program Pensiun ....................................... 33
2.14 Dana Pensiunan Pemberi Kerja ......................................................... 35
2.15 Peraturan Dana Pensiun Pemberi Kerja ............................................ 36
2.16 Dana Pensiun Lembaga Keuangan.................................................... 46
B. PEGADAIAN
2.17 Pencertian Dan Status Hukum ............................................................ 3
2.18 Kepengurusandanpengawasan ............................................................ 4
2.19 Tujuan Pegadaian ................................................................................ 5
2.20 Kegiatan Usaha ................................................................................... 5
2.21 Barang Jaminan ................................................................................... 5
2.22 Sumber Pendanaan .............................................................................. 6
2.23 Penyaluran Dan Penggolongan Uang Pinjaman ................................. 6
2.24 Penaksiran ........................................................................................... 7
ii
2.25 Prosedur Pemberian Dan Pelunasan Pinjaman ................................... 7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Keuangan No. 250/KMK.011/1985 tanggal 6 Maret 1985 telah memberikan
perlakuan khusus kepada dan pensiun. Penghasilan dana pensiun yang diperoleh
dari kegiatan pada bidang-bidang tertentu tertentu tidak digolongkan sebagai objek
pajak.
Pegadaian merupakan lembaga prekeditan dengan sistem gadai. Lembaga
semacam ini pada awalnya berkembang di Italia, yang kemudian dipraktikan di
wilayah-wilayah Eropa lainnya, misalnya Inggris dan Belanda. Lalu, sistem gadai
tersebut dibawa dan dikembangankan di Indonesia oleh orang Belanda (VOC).
Pada awalnya, pegadaian di Indonesia dilaksanakan oleh pihak swasta.
Kemudian melalui Staatblad tahun 1901 No.131 tanggal 12 Maret 1901, Gubernur
Jenderal Hindia Belanda mendirikan Rumah Gadai Pemerintah (Hindia Belanda) di
Sukabumi, Jawa Barat. Dengan dikeluarkannya peraturan tersebut, maka
pelaksanaan gadai dilakukan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagaimana diatur
dalam Staatblad Tahun 1901 No.131, tersebut yang berbunyi: “Kedua: Sejak saat
itu di bagian Sukabumi kepada siapa pun tidak akan diperkenankan untuk dengan
memberi gadai atau dalam bentuk jual beli dengan hak membeli kembali,
meminjamkan uang, tidak melebihi seratus Golden, dengan hukuman tergantung
kepada kebangsaan para pelanggar yang diancam dalam pasal 337 KUHP bagi
orang-orang Eropa dan pasal 339 KUHP bagi orang-orang Bumiputera”.
Selanjutnya dengan Staatblad 1930 No. 266, Rumah Gadai tersebut mendapatkan
status dari Dinas Pegadaian sebagai Perusahaan Negara dalam arti Undang-Undang
Perusahaan Hindia Belanda (Lembaga Hindia Belanda 1927 No. 419).
2
7. Apa pengertian past service liability dan manajemen kekayaan dan pensiun?
8. Bagaimana pengaturan dan pensiun di Indonesia?
9. Apa jenis dana pensiun dan program pensiun dan dana pensiun pemberi
kerja?
10. Bagaimana dana pensiun pemberi kerja?
11. Apa pengertian dana pensiun lembaga keuangan?
12. Apa pengertian pegadaian dan status hukum?
13. Bagaimana kepengurusan dan pengawasan?
14. Bagaimana tujuan dan kegiatan usaha pegadaian?
15. Apa pengertian barang jaminan dan sumber pendanaan?
16. Bagaimana proses penyaluran dan penggolongan uang pinjaman?
17. Bagaimana penaksiran dan prosedur pemberian dan pelunasan pinjaman?
3
15. Untuk mengetahui pengertian barang jaminan dan sumber pendanaan?
16. Untuk mengetahui proses penyaluran dan penggolongan uang pinjaman?
17. Untuk mengetahui penaksiran dan prosedur pemberian dan pelunasan
pinjaman?
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. DANA PENSIUN
5
meninggal dunia. Kedua aspek tersebut sebenarnya hanya dilihat dari sisi
perusahaan (pemberi kerja).
1. Pemberi kerja. Tujuan mengadakan suatu program pensiun bagi perusahaan atas
pemberi kerja adalah sebagai berikut:
a. Kewajiban moral. Perusahaan mempunyai kewajiban moral untuk memberikan
rasa aman kepada karyawan pada saat mencapai usia pensiun.
b. Loyalitas. Dengan diadakannya program pensiun, karyawan diharapkan akan
mempunyai loyalitas dan dedikasi terhadap perusahaan.
c. Kompetisi pasar tenaga kerja. Dengan memasukkan program pensiun sebagai
suatu bagian dari total kompensasi yang diberikan kepada karyawan, diharapkan
perusahaan akan memiliki daya saing dan nilai lebih dalam usaha mendapatkan
karyawan yang berkualitas dan profesional di pasaran tenaga kerja.
2. Karyawan. Tujuan pengadaan suatu program pensiun bagi karyawan atau
peserta antara lain adalah:
a. Rasa aman terhadap masa yang akan datang, dalam arti tetap memiliki
pengahasilan pada saat mencapai usia pensiun.
b. Kompensasi yang lebih baik karena karyawan mempunyai tambahan
kompensasi, meskipun baru bisa dinikmati pada saat mencapai usia
pensiun/berhenti bekerja.
Usia pensiun normal adalah usia paling rendah di mana karyawan berhak untuk
pensiun tanpa perlu persetujuan dari pemberi kerja, dengan memperoleh manfaat
pensiun penuh. Usia pensiun normal tesebut biasanya ditentukan dalam suatu
peraturan dana pensiun, di mana karyawan berhak untuk pensiun penuh. Seringkali,
karyawan memohon mengajukan pensiun bukan pada rata-rata usia pensiun
6
karyawan yang sesungguhnya. Di Amerika Serikat atau Kanada misalnya, usia
pensiun normal karyawan adalah 65 tahun untuk pria dan 60 tahun untuk wanita.
Namun dengan adanya Undang-Undang Hak Asasi, perbedaan usia pensiun
tersebut akhirnya disamakan menjadi 65 tahun. Usia pensiun tersebut merupakan
usia pensiun yang diatur dalam Canada Pension Plan dan Old Age Securities.
Ketentuan pensiun dipercepat ini biasanya telah diatur dalam peraturan dan
pensiun di mana karyawan dimungkinkan untuk oensiun lebih awal daripada usia
pensiun normal dengan persyaratan khusus juga yaitu setelah mencapai usia
tertentu misalnya 50 tahun, harus memenuhi masa kerja minimum misalnya 10,15
atau 20 tahun, dan memerlukan persetujuan dari pemberi kerja. Beberapa peraturan
pensiun mengatur bahwa pensiun dipercepat hanya dapat dilakukan apabila
karyawan mengalami cacat tetap.
7
pensiun sebenarnya. Katakanlah, misalnya seorang karyawan dengan penghasilan
Rp1.200.000 per bulan yang ikut dalam program 2% career earning pension plan
yang telah mencapai usia 60 tahun dan telah terkumpul suatu nilai manfaat pensiun
sebesar Rp480.000 per bulan di mulai pada usia 65 tahun. Apabila karyawan
tersebut terus aktif bekerja sampai usia 65, maka jumlah pensiun akan menjadi:
Rp480.000 + (5 th x 2% x Rp1.200.000) = Rp600.000 per bulan. Apabila pensiun
dipercepat dilakukan pada usia 60 tahun, maka acturial equivalent dari Rp480.000
per bulan kira-kira sebesar Rp300.000 per bulan, jauh lebih kecil jumlahnya apabila
pensiun pada saat mencapai usia pensiun normal.
8
tertentu atau masa kerja tertentu atau disebut compulsory retirement. Berbeda
dengan pembayaran pensiun ditunda seperti yang telah dijelaskan diatas, peraturan
dana pensiun dapat pula menetapkan bahwa karyawan yang menunda pensiunnya
melewati tanggal pensiun normal, secara otomatis, pensiunnya akan ditahan sampai
karyawan tersebut benar-benar telah pensiun.
9
hasil secara kontinu. Hal ini akan berlaku apabila setiap orang bertindak
sebagaimana asumsi tersebut. Namun, tidak semua orang dapat berbuat demekian.
Bahkan dalam banyak hal, pembayaran secara lump sum oleh yang bersangkutan
mungkin akan habis dikonsumsi, dan apabila bekas karyawan, dalam hal ini
penerima manfaat, tidak dapat mengelola manfaat dimaksud, maka untuk masa
yang akan datang, yang bersangkutan akan mengalami kesulitan keuangan. Dengan
demikian, dana pensiun tidak lagi sesuai dengan tujuan pembentukannya sebagai
jaminan hari tua. Selain itu, bila kita lihat dari persepsi ekonomi makro, pemberian
manfaat secara sekaligus akan mempercepat tingkat inflasi karena sirkulasi uang
akan bertambah dan kemungkinan akan dikonsumsi dengan segera, sehingga tidak
ada sisa sedikit pun untuk investasi.
10
hak dan kewajiban kedua belah pihak. Pada hakikatnya, peraturan pensiun ini
adalah bagian dari perjanjian kerja (labor agreement).
Hal-hal yang umunya diatur di dalam suatu peraturan pensiun antara lain
meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Dasar Pensiun
Untuk menghitung besarnya manfaat pensiun, gaji yang berhak diterima oleh
karyawan (peserta) setiap bulan ditetapkan sebagai penghasilan dasar pensiun.
b. Besarnya Manfaat Pensiun
Manfaat pensiun, yang dibayarkan kepada karyawan pada saat pensiun diatur
dalam peraturan dana pensiun. Manfaat pensiun untuk program pensiun manfaat
pasti antara lain sebagai berikut:
1) Besarnya manfaat pensiun karyawan sebulan ditetapkan misalnya 2.5% dari
dasar pensiun untuk tiap-tiap tahun masa kerja, dengan ketentuan bahwa:
- Manfaat pensiun karyawan sebualan adalah sebanyak-banyaknya 75%
dari penghasilan dasar pensiun.
- Manfaat pensiun karyawan sekuarang-kurangnya 50% dari penghasilan
dasar pensiun.
2) Besarnya manfaat pensiun janda/duda sebulan adalah 50% dari pensiun
peserta.
3) Besarnya manfaat pensiun anak yatim/piatu sebulan adalah 100% dari
besarnya pensiun janda/duda.
c. Iuran Pensiun
Ketentuan iuran pensiun dalam peraturan dana pensiun diatur sebagai berikut:
11
1) Setiap kelompok karyawan peserta wajib membayar iuran 5% dari
penghasilan dasar pensiun setiap bulan.
2) Perusahaan membayar iuran sebesar 5% dari total gaji karyawan, ditambah
dengan iuran untuk mengatur dana yang seharusnya tersedia (initial liability).
Besarnya iuran pemberi kerja tersebut dapat pula ditentukan berdasarkan
perhitungan aktuaris.
3) Iuran dari karyawan dan pemberi kerja sudah harus disetorkan kepada Dana
Pensiun selambat-lambatnya, misalnya tanggal 15 bulan berikutnya.
d. Hak Sebelum Mencapai Usia Pensiun
Masalah lain yang perlu diatur adalah mengenai hak karyawan, yang karena satu
dan lain hal tidak dapat bekerja sebelum mencapai usia pensiun atau vesting
right. Hal-hal yang dimaksud adalah:
1) Peserta yang berhenti bekerja atau meninggal dunia sebelum mencapai usia
pensiun dan memiliki masa kepesertaan kurang dari 5 (lima) tahun berhak
atas iurannya sendiri ditambah bunga dan dapat dibayarkan sekaligus.
2) Peserta yang berhenti bekerja sebelum mencapai usia pensiun dengan
memiliki masa kepesertaan sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun berhak atas
iurannya sendiri dan iuran perusahaan, ditambah bunga.
e. Kekayaan Dana Pensiun
Kekayaan dana pensiun pemberi kerja terdiri atas:
1) Iuran peserta dan pemberi kerja.
2) Hasil investasi.
3) Pengalihan dana dari dan pensiun lain.
Program pensiun manfaat pasti atau sering disebut defined benefit plan adalah
suatu prgram pensiun yang memberikan formula tertentu atas manfaat yang akan
12
diterima karyawan pada saat mencapai usia pensiun. Atas dasar formula manfaat
tersebut, besarnya iuran yang diperlukan dihitung oleh aktuaris. Perbandingan iuran
karyawan dan pemberi kerja bervariasi tergantung pada kesepakatan yang dicapai.
Namun pada umumnya iuran pemberi kerja lebih besar daripada iuran karyawan.
Formula yang umum digunakan untuk menentukan besarnya manfaat pensiun
untuk program pensiun manfaat pasti terdiri atas:
Sebagai contoh, peserta menerima pensiun sebesar 2,5% dari jumlah masa kerja
dan jumlah gaji rata-rata 5 tahun terakhir sebesar Rp1 juta/bulan dengan masa kerja
(past service) 30 tahun. Maka, jumlah manfaat pensiun yang akan diterima per
bulan pada saat pensiun adalah: 2,5% x 30 x Rp1 juta= Rp750.000/per bulan.
Untuk melindungi peserta yang pada akhir-akhir tahun sebelum pensiun, karena
satu dan alasan lain memiliki gaji yang lebih rendah, dapat dibuat variasi
perhitungan untuk memperoleh gaji rata-ratanya, misalnya menghitung 5 tahun
berturut-turut gaji tertinggi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
13
Konsep final earning atau final average earnings ini sangat menguntungkan
karyawan karena dalam kenyataannya, banyak peserta yang gajinya semakin besar
dan mungkin dipromosikan ke tempat yang lebih tinggi pada tahun-tahun
menjelang pensiun. Sehingga, secara otomatis akan menambah pengahasilannya,
dan pada gilirannya akan memperbesar manfaat yang akan diterimanya. Oleh
karena itu formula perhitungan manfaat ini sangat populer di kalangan karyawan.
Career Average Earning. Konsep perhitungan manfaat pensiun berdasarkan
formula career average earning dibandingkan dengan dua formula terdahulu dapat
dikatakan kurang populer bagi peserta, terutama pada industri menengah dan besar
serta lembaga-lembaga keuangan besar. Karena konsep tersebut memberikan hasil
akhir perhitungan yang kurang memuaskan bagi peserta. Cepatnya kenaikan inflasi,
terutama pada dekade terakhir ini, menyebabkan formula ini semakin kurang
populer karena program tersebut akan memberikan manfaat pensiun yang relatif
lebih kecil. Konsep perhitungan career average earning ini dihitung berdasarkan
persentase tertentu terhadap masa kerja dan gaji rata-rata selama masa karir
karyawan, dengan formula:
Akhir perhitungan manfaat pensiun dari formula di atas memberikan bobot yang
sama terhadap gaji pegawai selama masa kerjanya. Dengan alasan tersebut
sebenarnya program pensiun ini tidak realistis dari sudut kepentingan karyawan
sebagaimana halnya dengan final earning. Kelemahan program pensiun tersebut
adalah lebih kecilnya jumlah pensiun yang diterima pegawai karena perhitungan
dilakukan dengan menggunakan gaji dari keseluruhan masa kerjanya sebagai dasar
perhitungan pensiun, yang sudah pasti ada tahun-tahun pertama dalam karirnya si
pegawai menerima yang relatif gaji kecil. Namun kelebihan formula ini, khususnya
bagi pemberi kerja adalah lebih mudah untuk diadministrasikan dan dimengerti.
Flat Benefit. Manfaat pensiun dengan program flat benefit didasarka atas jumlah
uang tertentu, untuk setiap tahun masa kerja atau lebih, ditetapkan nilai manfaat
pensiun untuk semua karyawan yang pensiun untuk semua karyawan yang pensiun
setelah memenuhi masa kerja minimum. Misalnya, besarnya pensiun Rp30.000 per
14
bulan untuk setiap tahun masa kerja dengan ketentuan minimum 10 tahun masa
kerja. Sekiranya, karyawan yang pensiun dengan masa kerja 25 tahun, jumlah
pensiun yang diterimanya per bulan dihitung dengan mengalikan besarnya pensiun
yang ditetapkan dengan lamanya masa kerja yaitu: Rp30.000 x 25= Ro750.000 per
bulan.
Program pensiun dengan flat benefit ini biasanya dianut sebagai hasil negosiasi
pemberi kerja dengan karyawan atau serikat pekerja, di mana dasar pensiun
ditetapkan dengan sistem bertingkat atas dasar besar kecilnya gaji karyawan yang
bersangkutan. Misalnya, pegawai yang gajinya lebih besar akan memperleh dasar
pensiun yang lebih besar pula, mungkin melebihi Rp30.000 seperti contoh di atas.
Kelebihan formula ini adalah lebih sederhana dan mudah dimengerti, terutama oleh
karyawan. Namun, konsep tersebut mengabaikan perbedaa-perbedaan besarnya
gaji dan masa kerja masing-masing karyawan. Di samping itu jumlah pensiun yang
tetap disebut ditetapkan berdasarkan tingkat gaji dan nilai uang saat ini. Padahal
kenyataannya, banyak manfaat yang tidak dibayarkan sampai bertahun-tahun ketika
tingkat upah atau gaji dan nilai uang sudah sangat berbeda. Sementara, untuk
mengubah jumlah pensiun yang telah ditetapkan tersebut akan memakan waktu
yang sangat lama karena harus melalui negosiasi antara pemberi kerja dengan
karyawan dan setelah melalui proses tawar menawar yang biasanya cukup a lot.
Program pensiun manfaat pasti atau defined benefit plan memiliki beberapa
kelebihan sebagai berikut:
15
c. Kelemahan Program Pensiun Manfaat Pasti
Kelemahan-kelemahan program pensiun manfaat pasti adalah sebagai berikut:
1) Perusahaan menanggung risiko atas kekurangan dana apabila hasil investasi
tidak mencukupi.
2) Relatif lebih sulit untuk diadministrasikan.
Program ini menguntungkan bagi pemberi kerja karena iuran merupakan suatu
persentase tertentu dari total daftar gaji. Kelebihan konsep ini adalah sepanjang
iuran telah ditetapkan tersebut dibayar, maka pendanaan program pensiun akan
selalu terpenuhi (full funded) selamanya dantidak akan mengalami berbagai sumber
kekurangan yang mungkin terjadi pada jenis-jenis program pensiun lain. Di
samping itu, iuran pemberi kerja dapat berkurang dari adanya anggota yang
mengundurkan diri (unvested members) di bawah jumlah yang diperkirakan,
kecuali kalau tabungan tersebut digunakan untuk meningkatkan pensiun para
peserta lainnya.
16
Profit Sharing Plan. Profit sharing plan adalah program pensiun yang sumber
pembiayaannya atau iurannya berasal dari persentase tertentu dari keuntungan yang
diperoleh perusahaan sebelum pajak. Oleh karena iuran diambil dari laba
perusahaan maka jumlahnya akan senantiasa berubah-ubah seiap tahun, tergantung
dari laba yang diperoleh pada tahun yang bersangkutan.
Total iuran tahunan pemberi kerja menurut program pensiun profit sharing ini
biasanya dikaitkan dengan laba perusahaan, dengan formula:
25% x Laba Kotor setelah dipotong
Cadangan 10% dari total Modal
Program pensiun ini tidak menjanjikan keamanan keuangan atau jumlah pensiun
yang memadai bagi peserta pada saat masa pensiun. Perusahaan atau pemberi kerja
dapat menghindari pembayaran jumlah pensiun yang pasti kepada karyawan
dengan menggunakan konsep program pensiun profit sharinf ini. Di samping itu,
hampir tidak mungkin bagi peserta untuk mengestimasi berapa jumlah pensiun
yang akan diterima pada saat memasuki usia pensiun. Namun, apabila perusahaan
mengalami perkembangan yang pesat, maka jenis program ini akan cukup
menguntungkan bagi karyawan. Oleh karena itu, keberhasilan profit sharing plan
ini sangat dipengaruhi oleh keberhasilan perusahaan (pemberi kerja).
Program profit sharing atau yang sering disebut program pensiun berdasarkan
keuntungan ini pada prinsipnya adalah program pensiun yang dirancang untuk
meletakkan unsur dinamis dalam proses manajemen dalam rangka meningkatkan
produktivitas karyawan. Sasaran tersebut dapat dicapai melalui pemberian
penghargaan atas prestasi (rewarding of excellence) dan untuk menanamkan rasa
kebersamaan dan kemitraan antara pemberi kerja dan setiap karyawan. Diharapkan
dengan program pensiun seperti ini, produktivitas dan keuntungan perusahaan
dapat lebih ditingkatkan, di samping untuk membentuk rasa kepentingan bersama
antara karyawan manajemen dan pemegang sajam.
Program profit sharing ini seperti telah disebutkan di atas akan membantu
mencapai sasaran perusahaan, di samping untuk meningkatkan produktivitas.
Misalnya, biaya-biaya mungkin dapat diturunkan dengan menurunnya tingkat
ketidakhadiran serta arus keluar masuknya karyawan. Program profit sharing ini
17
dapat lebih mepererat hubungan antar karyawan. Kelebihan-kelebihan tersebut
diperoleh manajemen perusahaan tanpa pelu membuat komitmen jumlah
keuntungan yang ditetapkan.
2) Saving Plan
Program pensiun dengan saving plan adlaah program pensiun yang pada
prinsipnya memiliki bentuk yang hampir sama dengan money purchase plan.
Perbedaanya terletak dalam hal iuran seluruhnya, di mana dalam program pensiun
dengan saving plan. Karyawanlah yang menentukan jumlah iuran tersebut.
18
penyelenggara program pensiun dimana seluruh biaya progran ditanggung oleh
pemberi kerja.
a. Dalam contributory plan, karyawan akan menuntut untuk dapat dalam komite
pensiun bila ada. Sedangkan dalam program non-contributory pemberi kerja
memiliki posisi yang lebih baik dalam mengoperasikan program dan mengawasi
investasi dana pensiun. Baik itu contributory maupun non-ontributory.
b. Dibanding program pensiun contributory , non contributory lebih mudah untuk
diadministrasikan.
c. Jumlah gaji bersih karyawan akan lebih besar karena tidak dipotong dengan
iuran. Oleh karena itu pemberi kerja tidak perlu lebih sering menaikkan gaji
karyawannya sebagai kompensasi akibat dipotongnya sebagian gaji untuk iuran.
Sebagaimana halnya pada program pensiun contributory.
19
a. Membentuk badan hukum dana Pensiun Pemberi Kerja yang pendirinya harus
memperoleh pengesahan dari Menteri Keuangan. Tata cara pembentukan Dana
Pensiun, dalam rangka penyelenggaraan program pensiunan, diatur dalam UU
No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun.
b. Mengikutsertakan karyawan pada Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Bank-
bank umum dan perusahaan asuransi jiwa, menurut UU No. 11 Tahun 1992.
Diperkenankan membentuk Dana Pensiun Lembaga Keuangan untuk umum
sebagai bagian dari pelayanan di bidang jasa keuangan. Perusahaan yang
memiliki karyawan yang jumlahnya relatif sedikit dengan pertimbangan
efisiensi, biasanya memilih mengikutsertakan karyawannya pada salah satu
Dana Pensiun Lembaga Keungan.
1. Pengelola Program Pensiun
Lembaga pengelola program pensiun yang dibentuk oleh pemberi kerja disebut
dana pensiun. Lembaga ini merupakan badan hukum yang berdiri sendiri dan
terpisah dari perusahaan induknya atau perusahaan yang membentuknya. Karena
merupakan badan hukum, maka dana pensiun khususnya dana pensiun pemberi
kerja harus memiliki pengurus atau manajemen tersendiri dan terpisah dari
kepengurusan perusahaan pendiri. Manajemen inilah yang selanjutnya yang
memiliki fungsi dan tugas dalam pengadministrasian program pensiun, memelihara
catatan semua peserta, administrasi keuangan, membayar manfaat, membuat dan
melaksanakan strategi atau kebijaksanaan dalam melakukan investasi atas dana dari
pemberi kerja dan karyawan peserta. Namun dengan banyaknya perusahaan
penasihat investasi, pengelola investasi dana pensiun dapat diserahkan kepada salah
satu atau beberapa perusahaan investmen managemen dengan melakukan
perjanjian atau kontrak manajemen. Perusahaan tersebut bertanggung jawab untuk
mengelola investasi dana pensiun yang bersangkutan. Dalam perjanjian tersebut
biasanya diaturmengenai hal-hal pokok yang berkaitan antara lain:
20
c. Pelaporan mengenai perkembangan investmen untuk setiap periode tertentu
d. Pembayaran fee atau komisi
luran yang dibayarkan pemberi kerja maupun karyawan kepada dana pensiun
tidak saja dipergunakan untuk membayar manfaat di masa mendatang, tetapi
21
diperlukan juga untuk menutup biaya-biaya lainnya, baik untuk biaya di maa
sekarang maupun di masa yang akan datang. Dalam penghitungan besarnya iuran.
semua pengeluaran pada umumnya dinyatakan sehagai suatu persentase tertentu
dari iuran. Persentase ini dinamakan beban atau loading (biaya penyelenggaraan)
yang dikenakan terhadap setiap peserta program. Dengan menggunakan kalkulasi
tertentu beban tersebut tidak lagi merupakan persentase dari iuran. Tetapi diperinci
secara terpisah sesuai dengan jumlah yang sesungguhnya. Penghitungan tersebut
dilakukan atas dasar husiness economics, sehingga tidak ada bedanya dengan
kalkulasi biaya produksi suatu barang pada umumnya. Beban ini tidak dikenakan
terhadap masing-masing peserta. Makin banyak perserta dalam suatu program,
maka biaya per peserta akan makin rendah. Penghitungan dalam rangka
menetapkan jumlah iuran tersebut biasanya dilakukan oleh seorang aktuaris. Dan
karena menyangkut masalah yang teramat sangat teknis, maka metode
penghitungan iuran peserta tersebut tidak dibahas di sini. Dalam melakukan
pembiayaan program pensiun, umumnya dikenal dua cara, yaitu pay as you go dan
funding system.
1. Pay As You Go
Dalam metode pay as you go atau disebut juga current cost method, pemberi
kerja hanya membiayai manfaat pensiun seorang karyawan atau peserta begitu
diperlukan di luar gaji terakhir. Metode ini relatif kurang konservatif dibandingkan
dengan metode pembiayaan pensiun lainnya dan tidak dilakukan pendanaan sama
sekali, karena memang tidak ada dana yang terhimpun atau yang dipupuk dari awal
yang berasal dari iuran. Metode pembiayaan ini kurang begitu populer dan banyak
negara yang memiliki Undang-Undang Dana Pensiun tidak memasukkan metode
ini sebagai metode pendanaan. Demikian pula di Indonesia, benarnya ensiun yang
menggunakan meode pay as you go atau program sejenis yang tidak mengg naken
fnding system tidak diperkenankan menurut UU No. II Tahun 1992.
Kelemahan metode ini adalah baik karyawan atau pensiunan jelas tidak
memiliki jaminan atau kepastian mendapatkan pensiun. Di samping itu, pemberi
kerja akan menghadapi beban biaya yang lebih besar jika jumlah pensiun semakin
bertambah. Dengan metode ini, karyawan dan pensiunan akan kehilangan manfaat
22
pensiunnya apabila pemberi kerja mengalami insolvent. Sedangkan kelebihannya
adalah pemberi kerja tidak diharuskan menginvestasikan dana dalam suatu dana
pensiun atau perusahaan asuransi jiwa. Beberapa program pensiun pemerintahan
ata lembaga semi pemerintahan yang menggunakan metode pay as you go tetap
memelihara cadangan atau pendanaan yang jumlahny tidak ditetapkan secara
aktuaria meskipun sebenarnya tidak diharuskan, misalnya Canada Pension Plan
dan Qubec Pesion Plan. Ciri-cini metode pas as you go:
a) Tidak terdapat Ketentuan mengenai besarnya manfaat pensiun
b) Manfaat tidak ditetapkan dan belum djanjikan
c) Pensiun merupakan bagian kecil dalam kaitannya dengan kegiatan usaha
2. Founding System
Metode pendanan pada dasarnya dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu single
premium funding dan level premium funding. single premium funding. Pendanaan
berdsarkan metode simgle premium atau disebut juga unit benefit method adalah
biaya setiap program untuk suatu tahun tertentu dnentukan dengan mengrunakan
laktor anuitas (deferred umusty factors) untuk menetapkan nalai sekarang dari
pensiun tahunan peseta, setelah memperhitungkan masa kerja. Pembayaran pensiun
untuk suatu tahun merupakan satu unit manfaat ( benefit unit) yang besarnya ,
misalnya 2 % dari gaji tahun tersebut (dalam program career ava age) atau 2% dari
gaji rata-rata terakhir yang diperkirakan (dalam program final average) atau sebesar
Rp 30.000 per bulan (apabila program flat benefit).
Level Premium Funding. Metode level premium adalah metode pendanaan yang
dirancang untuk menghindari kenaikan biaya pensiun, yang terjadi pada saat usia
23
peserta semakin bertambah dan pada saat kenaikan gaiji Untuk itu, perlu penetapan
tingkat premi tahunan (yang dinyatakan dalam rupiah per pegawai atau sebagai
persentase tertentu dari penggajian) yang apabila dibayarkan setiap tahun
mendatang akan memberikan seluruh manfaat yang akan datang. Oleh karena itu,
biaya untuk seorang peserta cenderung untuk menjadi lebih tinggi apabila usia
peserta lebih muda dan lebih rendah apabila umur peserta lebih tua, dibandingkan
dengan single premium funding. Sering biaya dirata-ratakan, bukan hanya untuk
tahun-tahun yang akan datang dari masa kerja seorang peserta, tetapi juge seluruh
peserta program pensiun. Dengan demikian, tingkat kontribusi (iuran) dihitung
apabila dibayarkan untuk setiap peserta, setiap tahunnya sampai meninggal,
berhenti atau pensiun diperkirakan untuk membayar pensiun dan manfaat lain di
mana peserta berhak terhadap program pensiun. Tingkat iuran tersebut biasanya
dinyatakan persentase dari gaji (dalam flat benefi plan) dalam rupiah per kepala.
Sistem level premium funding ini memiliki beberapa kelebitan, antara lain sebagai
berikut
24
c) Memiliki dampak terhadap ekonomi makro karena dona yang dihimpun dapat
diinvestasikan kembali sebagai biaya pembangunan nasional.
Yang baru dibentuk tersebut. Sehingga, hal ini akan berakibat bahwa pada waktu
pemberi kerja mulai menyelenggarakan program pensiun karena biaya masa kerja
lampu ini perlu disediakan pada saat itu juga. di sampin, biay a untuk masa kerja
yang akan datang (coming service). Masalah masa kerja lampau akan timbul karena
apabila diperhitungkan mungkin biaya akan sangat besar. Namun biasanya
perusahaan (pemberi kerja) diberikan kelonggaran dalam memenuhi kewajibannya
dengan mengangsur selama masa kerja yang akan datang. misalnya maksimal 15
tahun. Pemberian kelonggaran ini dimaksudk.an untuk memberi keringanan
perusahaan, teruama dalam hal kemampuan likuiditasnya.
Masalah pembiayaan lain yang terkait dalam perhitungan masa kerja lampau ini
apabila program pensiun menggunakan program final earnings, yaitu perhitungan
besarnya manfaat ber program pensiun menggunakan program final earning
dasarkan gaji terakhir. Dalam sistem final earnings, ini setiap ada kenaikan gaji
yang harus ditambah pembiayaannya bukan hanya yang menyangkut masa kerja
yang akan datang saja, tetapi juga menyangkut masa kerja lampaunya. Oleh karena
itu, sebagaimana telah dijelaskan. Sistem final earning meskipun lebih baik
25
daripada sistem final average earnings namun masih ada masalah dipecahkan.
Sebab kenaikan gaji yang kecil saja mungkin akan memerlukan pembiayaan yang
berlipat apabila masa kerja lampau karyawan peserta sudah banyak. Untuk
memecahkan masalah pembiayaan masa kerja lampau ini, biasanya pemberi kerja
menetapkan hanya bersedia pembiayaannya bukan hanya yang meny angkut masa
kerja yang akan datang saja menyangkut masa kerja lampaunya. Oleh karera itu.
sebagaimana telah dijelaskan menanggulangi pembiayaannya sebesar maksimal,
misalnya 25 % dari seluruh penggajian.
26
dana pensiun di berbagai negara diawasi dengan berbagai peraturan oleh lembaga-
lembaga pemerintah yang ditugaskan untuk itu.
a. Tingkat Keantungan.
27
masing segmen portofolio investasi, misa penghasilan telap dan portofolio yang
memilikI penghasilan tetap.
b. Risiko
Sedangkan risiko kredit dan risiko tingkat bunga seperti fluktuasi harga saham
biasa. dapat dikurangi dengan melakukan diversitfikasi. Demikian pula dengan
obligasi. Risiko dapat diburagi dengan mendiversifikasi portofolio dalam sektor,
kualitas, dan jangka waktu jatuh temponya.
c. Kebutuhan Likuiditas
28
maka perlu ditetapkan dan dinyatakan secara jelas dalam pedoman kebijakan
investasi. Hal ini akan memberikan pedoman manajer investasi misalnya, apabila
program tidak memberikan batasan pemenuhan kebutuhan likuditast maka hal
tersebut perlu juga ditetapkan dalanı kebijakan investasi untuk senantiasa berjaga-
jaga terhadap kebutuhan likuiditas. Demikian pula misalnya, apabila program tidak
memberikan batasan pemenuhan kebutuhan likuditas tertentu maka hal tersebut
perlu juga ditetapkan dalam kebijakan investasi.
d. Diversifikasi
e. Jenis-Jenis Investasi
29
guna. Dalam hubungan ini di masyarakat telah berkembang suatu bentuk tabungan
masyarakat yang semakin banyak dikenal oleh para karyawan, yaitu dana pensiun.
Bentuk tabungan ini mempunyai ciri sebagai tabungan jangka panjang, yang dapat
dinikmati hasilnya setelah karyawan yang bersangkutan pensiun. Penyelenggaran
dilakukan dalam suatu program, yaitu program pensiun, yang mengupayakan
manfaat pensiun bagi pesertanya melalui suatu sistem pemupukan dana yang lazim
disebut sistem pendanaan.
30
namun tidak memadai sebagai dasar hukum bagi penyelenggaraan program
pensiun. Hal ini disebabkan tidak adanya ketentuan yang mengatur hal-hal
mendasar dalam rangka pemenuhan hak dan kewajiban para pihak dalam
penyelenggaraan program pensiun, serta mengenai pengelolaan, kepengurusan,
pengawasan dan sebagainya. Di samping itu, kelembagaan yayasan, yang dalam
praktik dipergunakan sebagai wadah untuk menyelenggarakan program pensiun,
mengundang pula berbagai kelemahan.
31
dikelola secara terpisah dari kekayaan pendiri, sehingga cukup untuk
memenuhi pembayaran hak peserta. Dengan demikian, berdasarkan UU No.
11 Tahun 1992, pembentukan cadangan dalam perusahaan guna membiayai
pembayaran manfaat pensiun karyawan tidak diperkenankan.
c. Asas pembinaan dan pengawasan.
Sesuai dengan tujuannya, harus dihindarkan penggunaan kekayaan dana
pensiun dari kepentingan-kepentingan yang dapat mengakibatkan tidak
tercapainya maksud utama pemupukan dana, yaitu untuk memenuhi hak
peserta. Dalam pelaksanaannya, pembinaan dan pengawasan meliputi
antara lain sistem pendanaan dan pengawasan atas investasi kekayaan dana
pensiun.
d. Asas penundaan manfaat.
Penghimpunan dana dalam penyelenggaraan program pensiun dimaksudkan
untuk memenuhi pembayaran hak peserta yang telah pensiun, agar
kesinambungan penghasilannya terpelihara. Sejalan dengan itu, berlaku
asas penundaan manfaat, yang mengharuskan bahwa pembayaran hak
peserta hanya dapat dilakukan setelah peserta pensiun, yang pembayarannya
dilkukan secara berkala.
e. Asas kebebasan untuk membentuk atau tidak membentuk dana pensiun.
Berdasarkan asas ini, keputusan membentuk dana pensiun merupakan
prakarsa pemberi kerja untuk menjanjikan manfaat pensiun bagi
karyawannya, yang membawa konsekuensi pendanaan. Dengan demikian,
prakarsa tersebut harus didasarkan pada kemampuan keuangan pemberi
kerja. Hal pokok yang harus selalu menjadi perhatian utama adalah bahwa
keputusan untuk menjanjikan manfaat pensiun merupakan suatu komitmen
yang membawa konsekuensi pembiayaan, bahkan sampai pada saat dana
pensiun terpaksa dibubarkan. Pada dasarnya, kegiatan perusahaan
merupakan upaya bersama, antara pemberi kerja dan karyawan, untuk
meningkatkan pertumbuhan perusahaan sekaligus kesejahteraan karyawan
dan masyarakat luas. Hal tersebut sejalan dengan kewajiban perusahaan
untuk memperhatikan peningkatan kesejahteraan karyawan sesuai dengan
peningkatan kemampuan dan kemajuan perusahaan. Oleh karena itu,
32
walaupun UU No. 11 Tahun 1992 ini menganut asas kebebasan untuk
membentuk atau tidak membentuk dana pensiun, namun dalam rangka
meningkatkan produktivitas karyawan yang pada gilirannya dapat
meningkatkan kesejahteraan karyawan, masyarakat luas, dan sekaligus
meningkatkan tabungan masyarakat, maka para pemberi kerja yang mampu
diharapkan untuk membentuk dana pensiun di perusahaannya, menjadi
mitra pendiri dari dana pensiun yang sudah ada, atau mengikutsertakan
karyawannya pada dana pensiun lembaga keuangan.
33
34
2.14 DANA PENSIUNAN PEMBERI KERJA
Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) adalah dana pensiun yang dibentuk oleh
orang atau badan yang mempekerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk
menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti, bagi kepentingan sebagian atau
seluruh karyawannya sebagai peserta, dan yang menimbulkan kewajiban terhadap
pemberi kerja.
Iuran dari
Pemberi Kerja
dan Peserta
Program Pensiun
Manfaat Pasti
(PPMP)
Iuran hanya
dari Pemberi
Kerja
Dana Pensiun
Pemberi Kerja
(DPPK) Iuran dari
Pemberi Kerja
dan Peserta
Program
Pensiun Iuran Iuran Tetap
Pasti (PPIP)
Iuran hanya
dari Pemberi
Kerja
Iuran
Berdasarkan
Dana Pensiun Keuntungan *)
Iuran hanya
dari Peserta
Iuran dari
Pemberi Kerja
dan Peserta
35
*) DPPK yang menyelenggarakan dimana iuran hanya dari Pemberi Kerja dengan berdasarkan
keuntungan yang diperoleh disebut Dana Pensiun Pemberi Kerja Berdasarkan Keuntungan .
Gambar 2-1
36
p. Tata cara penunjukan dan penggantian pihak yang berhak atas manfaat pensiun
apabila peserta meninggal dunia
q. Biaya yang merupakan beban pensiun
r. Tata cara perubahan Peraturan Dana Pensiun
s. Tata cara pembubaran dan penyelesaian Dana Pensiun
Karena pengurus dana pensiun ditunjuk oleh pendiri, maka mereka bertanggung
jawab kepada pendiri atas pengurusan atau pengelolaan dana pensiun. Penunjukan
tersebut berlaku hanya sampai 5 tahun dan dapat ditunjuk kembali. Penunjukan
tersebut dapat berupa perseorangan atau badan usaha.
37
Selanjutnya. pengurus dana pensiun wajib menyampaïkan laporan secara
berkala kepada Menteri Keuangan sebagai berikut.
38
4. Penggabungan Atau Pemisahan Dana Pensiun
5. Pengalihan Kepesertaan
Pengalihan peserta dari satu dana pensiun ke dana pensiun lainnya, yang
merupakan kebijaksanasan pemberi kerja. Hanya dapat dilakukan dengan
ketentuan:
39
6. Pembayaran Manfaat Pensiun
a. Dalam hal jumlah yang akan dibayarkan per bulan oleh dana pensiun yang
menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti yang menggunakan Rumus
Bulanan kurang dari Rp 300.000, nilai sekarang dari manfaat pensiun tersebut
dapat dibayarkan sekaligus.
b. Dalam hal manfaat pensiun yang menjadi hak peserta pada program pensiun
manfaat pasti yang menggunakan Rumus Sekaligus lebih kecil daripada Rp
36.000.000, manfaat pensiun tersebut dapat dibayarkan sekaligus.
7. Rumus Bulanan
a. Faktor penghargaan per tahun masa kerja yang dinyatakan dalam persentase:
b. Masa kerja, dan
c. Penghasilan dasar pensiun bulan terakhir (final earning) atau rata-rata
penghasilan dasar pensiun selama beberapa bulan terakhir (average final
earnings).
MP=Fpe x MK x PDP
40
Dimana :
MP = Manfaat Pensiun
Fpe =Faktor Penghargaan dalam persentase (%)
MK = Masa Kerja
PDP = Penghasilan Dasr Pensiun bulan terakhir atau rata-rata beberapa
bulan terakhir
8. Rumus Sekaligus
a. faktor penghargaan per tahun masa kerja yang dinyatakan dalam bilangan
decimal
b. masa kerja,
c. penghasilan dasar pensiun bulan terakhir (final earning) atau rata-rata
penghasilan dasar pensiun selama beberapa bulan terakhir (average final
earnings)
MP=Fpd x MK x PDP
Dimana :
MP = Manfaat Pensiun
Fpd =Faktor Penghasilan dalam desimal
MK = Masa Kerja
PDP = Penghasilan Dasr Pensiun bulan terakhir atau rata-rata beberapa
bulan terakhir
41
Selanjutnya, dalam hal manfaat pensiun dihitung dengan menggunakan Rumus
Sekaligus, besar faktor penghargaan per tahun masa kerja tidak boleh melebihi
2,5%, dan total manfaat pensiun tidak boleh melebihi 80 x (delapan puluh kali)
penghasilan dasar pensiun.
9. Iuran Peserta
Program Pensiun Manfaat Pasti. luran peserta dalam I (satu) tahun untuk
program pension manfaat pasti yang menggunakan Rumus Bulanan maksimal 3
(tiga) kali faktor penghargaan per tahun masa kerja yang dinyatakan dalam
persentase kali Penghasilan Dasar Pensiun per tahun. Sedangkan iuran peserta
dalam satu tahun yang menggunakan Rumus Sekaligus maksimal 3% kali faktor
penghargaan per tahun masa kerja yang dinyatakan dalam desimal kali Penghasilan
Dasar Pensiun per tahun.
IP = 3 x Fpe X PDP
Dimana :
IP = Iuran Pensiun
IP = 3 x FPd x PDP
42
Dimana :
IP = Iuran Pensiun
Program Pensiun luran Pasti. Jumlah iuran per tahun yang dibutuhkan atas nama
masing-masing peserta dalam Program Pensiun luran Pasti sebanyak - banyaknya
20% dari Penghasilan Dasar Pensiun per tahun. Dalam hal peserta turut membayar
iuran, iuran peserta sebanyak-banyaknya 60% dari iuran pemberi kerja.
43
4) Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) yang diterbitkan badan hukum yang
didirikan berdasarkan hukum Indonesia.
5) penempatan langsung pada saham atau surat pengakuan utang berjangka
waktu lebih dari I (satu) tahun yang diterbitkan oleh bacan hukum yang
didirikan berdasarkan badan hukum Indonesia;
6) tanah dan bangunan di Indonesia,
7) saham atau unit penyertaan Reksa Dana
b. Kekayaan yang dikategorikan sebagai bukan investasi, termasuk:
1) kas, giro dan Sert.ikat Bank Indonesia (SBI):
2) piutang yang diperkenankan UU Dana Pensiun dan peraturan
pelaksananya
3) perlatan kantor dan peralatan lainnya,
4) perangkat komputer
5) biaya dibayar di muka .
a. sasaran hasil investasi setiap tahun dalam bentuk kuantitatif yang harus dicapai
oleh pengurus;
b. batas maksimum proporsi kekayaan dana pensiun yang dapat ditempatkan pada
satu pihak;
c. objek investasi yang dilarang untuk penempatan kekayaan dana pensiun;
d. ketentuan likuiditas minimum portofolio investasi dana pensiun
e. sistem pengawasan dan pelaporan pelaksanaan pengelolaan investasi
f. ketentuan mengenai penggunaan tenaga ahli. penasihat lembaga keuangan dan
jasa lain yang dipergunakan dalam pengelolaan inventasi
44
g. saksi yang akan diterapkan dana pensiun kepada pengurus atas pelanggaran
ketentuan mengenai investasi yang ditetapkan dalam Undang-Undang Dana
Pensiun dan peraturan pelaksanaannya.
a. Investasi dalam bentuk SBPU hanya dapat ditempatkan pada SBPU yang
diterbikan oleh badan hukum yang bukan pendiri dan mitra pendiri dari Dana
Pensiun termasuk afiliasi-afiliasinya.
b. Penyertaan langsung pada saham dan surat pengakuan utang yang berjangka
waktu lebih dari satu tahun tidak boleh melebihi 15% dari jumlah investasi.
c. Investasi pada tanah dan bangunan tidak boleh melebihi 15% dari jumlah
investasi
d. Investasi pada kekayaan yang dikategorikan sebagai investasi sebagaimana
dijelaskan di atas pada satu pihak (perseorangan, perusahaan, usaha bersama,
45
asosiasi atau kelompok usaha) tidak boleh melebihi 10% dari jumlah investasi
dana pensiun.
a. Tanggal pembentukan Dana Pensiun dan nama Dana Pensiun yang secara jelas
menunjukkan nama Bank atau perusahaan Asuransi Jiwa yang menjadi pendiri.
b. Pembentukan kekayaan Dana Pensiun yang terpisah dari kekayaan Bank atau
Perusahaan Asuransi
c. Persyaratan untuk menjadi peserta
d. Hak peserta untuk menentukan usia pensiun
e. Hak dan kewajiban pengurus
f. Hak peserta untuk menetapkan pilihan jenis investasi yang tersedia
g. Pilihan jenis investasi yang tersedia hagi peserta, serta tata cara pemilihan dan
perubahannya
h. Tata cara penentuan nilai kekayaan tiap-tiap peserta yang harus dilakukan oleh
pengurus
i. Hak peserta untuk memilih bentu'-bentuk anuitas seumur hidup dan memilih
Perusahaan Asuransi Jiwa dalam angka pembayaran manfaat pensiun beserta
tata caranya.
46
j. Tata cara penarikan suatu jumlah dana tertentu oleh peserta apabila
dimungkinkan, pembayaran manfaat pensiun sekaligus dan pengalihan
kepesertaan ke Dana Pensiun Lembaga Keuangan lain
k. Tata cara penunjukan dan penggantian pihak yang berhak atas manfaat pensiun
apabila peserta meninggal dunia
l. Biaya yang dapat dipungut dari peserta atau dibebankan pada rekening peserta
m. Tata cara perubahan penaturan Dana Pensiun
Dari definisi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) seperti yang telah
dijelaskan di atas, maka lembaga keuangan yang diperkenankan mendirikan Dana
Pensiun hanyalah bank umum dan Perusahaan Asuransi Jiwa. Oleh karena itu, bank
umum dan perusahaan asuransi jiwa pada prinsip- nya dapat menyelenggarakan dua
jenis dana pensiun yaitu DPPK dan DPLK.
47
e. Menyanggupi untuk menyampaikan laporan hasil penilaian solvabilitas
Perusahaan Asuransi Jiwa dan laporan investasi Perusahaan Asuransi Jiwa
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di bidang usaha perasuransian setiap
triwulan.
f. Telah menjalankan usaha sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.
48
Tabel 2-1
Perbandingan PPMP dengan PPIP
No Aspek Program Pensiun Manfaat Program Pensiun Iuran
Perbandingan Pasti Pasti
1 Penyelenggaraan Dana Pensiun a. DPPK
Pemberi Kerja (DPPK) b. DPLK
1
7 Dana Awal Dibutuhkan untuk Tidak diperlukan
memenuhi biaya masa kerja
lampau peserta yang
besarnya berdasarkan
perhitungan aktuaris
8 Penarikan Dana Dilarang kecuali pada saat Untuk DPLK diperkenankan
peserta memasuki masa setiap saat max sebesar
pensiun max. 20% x Nilai jumlah iuran sendiri
Sekarang
9 Pengadministrasian Cumulative Account Individual Account
Dana (Rekening Bersama ) dan (rekening atas nama masing-
sifatnya Actuarial Intensive masing) dan sifatnya
Administrative intensive
10 Arahan Investasi Ditetapkan oleh pendiri a. DPPK ditetapkan
pendiri dan Dewan
Pengawas
b. DPLK ditetapkan
peserta Agresif
11 Sifat Kebijaksaan Konservatif Agresif
Investasi
12 Risiko Kegagalan Risiko pemberi kerja Risiko Peserta
13 Hubungan Pensiunan Tetap berlangsung Terhenti
dengan Pemberi
Sumber: Direktorat Dana Pensiun. Departemen Keuangan. Paper. 1994 (diolah kembali)
2
B. PEGADAIAN
“Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang berpiutang atas
suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang
berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan
kekuasaan kepada orang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan
dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang yang
berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya untuk melelang barang
tersebut dan biaya yang telah dikeluarkam untuk menyelamatkanmya
setelah barang itu digadaikan biaya-biaya mana harus didahulukan"
3
Perum Pegadaian sampai saat ini merupakan satu-satunya lembaga formal di
Indonesia, yang berdasarkan hukum, diperbolehkan melakukan pembiayaan dalam
bentuk penyaluran kredit atas dasar hukum gadai. Tugas pokok Perum Pegadaian
adalah menjembatani kebutuhan dana masyarakat dengan pemberian uang
pinjaman berdasarkan hukum gadai. Tugas tersebut dimaksudkan untulk membantu
masyarakat agar tidak terjerat dalam praktik-praktik lintah darat, ijon dan atau
pelepas uang lainnya.
2.18 KEPENGURUSANDANPENGAWASAN
Perum Pegadaian saat ini dipimpin dan dikelola oleh Dewan Direksi, yang
terdiri atas Direktur Utama dan 3 Direktur serta dibantu dengan unit-unit
pendukung lainnya. Pengangkatan dan pemberhentian anggota direksi dilakukan
oleh Presiden atas usul Menteri Keuangan. Masa jabatan anggota direksi maksimal
5 tahun dan dapat diangkat kembali. Sedangkan, pembinaan dan pengawasan umum
terhadap kegiatan usaha Perum Pegadaian dilakukan oleh Menteri Keuangan yang
dalam pelaksanaannya dibantu oleh Direktur Jenderal, berdasarkan ketentuan-
ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
4
2.19 TUJUAN PEGADAIAN
Sifat usaha pegadaian pada prinsipnya menyediakan pelayanan bagi
kemanfatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip
pengelolaan. Oleh karena itu Penum Pegadaian bertujuar untuk:
5
e. Mesin: mesin jahit dan mesin motor kapal.
f. Tekstil: kain batik, permadani, dan
g. Barang-barang lain yang dianggap bernilai.
a) Modal sendiri
b) Penyertaan modal pemerintah
c) Pinjaman jangka pendek dari perbankan
d) Pinjaman jangka panjang yang berasal dari KLBI
e) Dari masyarakat melalui penerbitan obligasi
Tabel 2-2
Penggolongan Pinjaman Sewa Modal
6
A 5.000 s/d 40.000 4 bulan 1,25% 10%
B 40.500 s/d 150.000 4 bulan 1,75% 14%
C 151.000 s/d 500.000 4 bulan 1,75% 14%
510.000 s/d
D 4 bulan 1,75% 14%
2.500.000
E 2.000.000 24 bulan 2% flat/bulan -
2.24 PENAKSIRAN
Penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai dilakukan dengan
mewajibkan nasabah untuk menyerahkan barang bergerak sebagai barang jaminan,
seperti: emas, berlian, barang-barang elektronik, kendaraan bermotor, dan lain-lain.
Barang-barang tersebut selanjutnya ditaksir oleh petugas penaksir, yang memang
memiliki keahlian untuk hal tersebut, untuk menentukan besarnya nilai uang
pinjaman yang dapat diberikan. Pada dasarnya besarnya uang pinjaman yang dapat
diberikan, menurut ketentuan saat ini dibagi berdasarkan golongan. Untuk golongan
A adalah 84% dari nilai taksir dan untuk golongan B, C, dan D adalah 89% dari
nilai taksiran. Taksiran atas barang jaminan tersebut didasarkan pada harga pasar
setempat yang senantiasa di-up date dari waktu ke waktu untuk menggambarkan
nilai pasar barang yang akan digadaikan.
7
b) Barang jaminan tersebut diteliti kualitasnya untuk menaksir dan menetapkan
harganya. Berdasarkan taksiran yang dibuat penaksir, akan ditetapkan besarnya
uang pinjaman yang dapat diterima oleh nasabah.
c) Selanjutnya, pembayaran uang pinjaman dilakukan oleh kasir tanpa ada
potongan biaya apapun kecuali potongan premi asuransi.
Prosedur pemberian jaminan oleh Pegadaian dapat diikuti pada gambar berikut:
Petugas
Barang pinjaman Penaksir
Nasaba
h Penetapan uang pinjaman:
84% - 89% x Nilai taksir
Uang pinjaman
Kasir
Gambar 2-2
Prosedur Pemberian Pinjaman
Prosedur pelunasan uang pinjaman oleh nasabah dapat diikuti pada Gambar berikut:
Kasir
Pelunasan + Sewa
Nasabah modal (bunga)
Barang
pinjaman
Pengeluaran
Barang Jaminan
8
Gambar 2-3
Prosedur Pelunasan Uang Pinjaman
9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
A. DANA PENSIUN
Dana pensiun merupakan lembaga atau badan hukum yang mengelola
program pensiun yang dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan kepada
karyawan suatu perusahaan terutama yang telah pensiun.
Tujuan Dana Pensiun. Bagi pemberi kerja: Kewajiban moral, Loyalitas,
Kompetisi pasar tenaga kerja. Bagi karyawan: Kepastian memperoleh penghasilan
dimasa yang akan datang sesudah mas pensiun, Memberikan rasa aman dan dapat
meningkatkan motivasi untuk bekerja. Bagi lembaga pengelola dana pensiun:
Mengelola dana pensiun untuk memperoleh keuntungan dengan melakukan berbagi
kegiatan investasi, Turut membantu dan mendukung program pemerintah
Jenis-jenis pensiun. Pensiun normal, pensiun dipercepat, pensiun ditunda, pensiun
cacat.Jenis-jenis dana pensiun. Dana Pensiun Pemberi Kerja, Dana Pensiun
Lembaga Keuangan.
Program Pensiun: Program Pensiun Manfaat Pasti dan Program Pensiun Iuran
Pasti. Kekayaan Dana Pensiun meliputi: Iuran pemberi kerja, Iuran peserta, Hasil
investasi, dan Pengalihan dari dana pensiun lain
Penyelenggaraan program pensiun berdasarkan UU No 11 Tahun 1992 didasarkan
pada asas-asas sebagai berikut: Asas Keterpisahan kekayaan dana pensiun dari
kekayaan badan hukum pendirinya, Asas penyelenggaraan dalam sistem
pendanaan, Asas pembinaan dan pengawasan, Asas penundaan manfaat, Asas
kebebasan untuk membentuk atau tidak membentuk dana pensiun.
B. PEGADAIAN
Dari makalah tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa gadai terjadi
karena adanya unsur-unsur timbulnya hak debitur yang disebabkan perikatan utang-
piutang, dan adanya penyerahan benda bergerak baik berwujud maupun tidak
berwujud sebagai jaminan yang diberikan oleh kriditur. Obyek dari gadai adalah
benda bergerak berwujud dan tidak berwujud dan yang menjadi subyek dari hak
gadai adalah penerima hak gadai dan pemberi hak, dan secara hukum orang yang
10
tidak cakap dalam perbuatan hukum tentu saja tidak bisa melakukan hubungan
hukum gadai.
3.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang dapat dipertanggung jawabkan.
3.3DAFTAR RUJUKAN
Siamat, Dahlan. MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN. Jakarta:FEUI. 2000
11