Kelompok 5 Dinamika Rotasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

Mata Kuliah: Fisika Dasar

“Dinamika Rotasi”

Disusun Oleh:

1. Salsabila (H021191032)
2. Stania Marsela Basso’(H021191033)
3. Siti Nurul Hikma Syawalia (H021191034)
4. Jauza Kamil Djalle (H021191038) (Ketua)
5. Muhammad Rifqi Assagaf (H021191040)

Program Studi Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Hasanuddin Makassar

2019/2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
1.3 Tujuan penulisan ................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Dinamika Rotasi ............................................................................... 2
2.2 Momen Gaya (Torsi) .......................................................................................... 2
2.3 Momen Inersia .................................................................................................... 3
2.4 Hukum Newton II pada Gerak Rotasi ................................................................ 10
2.5 Gerak Melingkar Beraturan ................................................................................ 11
2.6 Momentum Sudut ............................................................................................... 12

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 15
3.2 Saran .................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 16


LAMPIRAN ....................................................................................................................... 17

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang bertemakan "Dinamika Rotasi".
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Fisika Dasar. Meskipun banyak
hambatan yang penyusun alami dalam proses pengerjaannya, namun akhirnya kami berhasil
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui mengenai pengertian dinamika rotasi,
momen gaya, momen inersia, hokum II newton pada gerak rotasi, energi kinetik rotasi, dan
momentum sudut.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya
makalah ini.Penyusun berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penyusun khususnya
dan bagi pembaca.

Makassar, September 2019

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas Dinamika Rotasi Pemaparan materi
yang akan disampaikan dalam makalah ini ialah pengertian dinamika rotasi, momen gaya
(torsi), momen inersia, hukum newton II pada gerak rotasi, energi kinetik rotasi, dan
momentum sudut untuk menambah pematerian, maka dengan ini kami membuat makalah
Fisika.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan dinamika rotasi?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan momen gaya?
1.2.3 Bagaimana cara menentukan momen gaya?
1.2.4 Apa yang dimaksud dengan momen inersia?
1.2.5 Apa pengaruh momen inersia dengan perputaran benda?
1.2.6 Bagaimana penerapan hukum newton II pada gerak rotasi?
1.2.7 Apa yang dimaksud dengan energi kinetik rotasi?
1.2.8 Apa yang dimaksud dengan momentum sudut?
1.2.9 ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Memahami maksud dari dinamika rotasi.
1.3.2 Memahami maksud dari momen gaya.
1.3.3 Memahami cara menentukan momen gaya.
1.3.4 Memahami maksud dari momen inersia.
1.3.5 Mengetahui pengaruh momen inersia dengan perputaran benda.
1.3.6 Mengetahui penerapan hukum newton II pada gerak rotasi.
1.3.7 Memahami maksud dari energi kinetik rotasi.
1.3.8 Memahami maksud dari momentum sudut.
1.3.9

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dinamika Rotasi (Nurul Syawalia)

Ada banyak contoh gerakan rotasi di sekitar kita sepeti komedi putar yang berputar,
bermain selancar es di lapangan selancar es pada saat berputar-putar diatas kaki peselancar
dan bumi berputar mengelilingi sumbunya.
Rotasi adalah perputaran semua titik pada benda yang bergerak mengitari sumbu atau
poros benda tersebut. Sebuah benda tegar (kaku dan homogen) berputar terhadap suatu sumbu
akan tetap diam dalam ruang sehingga tidak ada energi kinetik yang berkaitan dengan gerak
translasi.
Dalam makalah ini kita juga akan belajar bagaimana menggambarkan gerak rotasi.
Sebelum menggambarkan gerak rotasi kita harus mengetahui cabang ilmu Fisika tentang
gerak dengan mekanika terdiri atas kinematika dan dinamika. Kinematika adalah ilmu yang
mempelajari tentang gerak suatu benda/ partikel tanpa memperhatiakan penyebab gerak.
Sedangkan Dinamika adalah ilmu yang mempelajari tentang gerak suatu benda/ partikel
dengan memperhatikan hal-hal yang menyebabkan gerak.

2.2 Momen Gaya (Salsabila)

Dalam gerak rotasi, penyebab berputarnya benda merupakan momen gaya atau torsi.
Momen gaya atau torsi sama dengan gaya pada gerak tranlasi. Momen gaya (torsi) adalah
sebuah besaran yang menyatakan besarnya gaya yang bekerja pada sebuah benda sehingga
mengakibatkan benda tersebut berotasi. Besarnya momen gaya (torsi) tergantung pada gaya
yang dikeluarkan serta jarak antara sumbu putaran dan letak gaya. Apabila Anda ingin
membuat sebuah benda berotasi, Anda harus memberikan momen gaya pada benda tersebut.
Torsi disebut juga momen gaya dan merupakan besaran vektor. Untuk memahami momen
gaya anda dapat melakukan hal berikut ini. Ambillah satu penggaris. Kemudian, tumpukan
salah satu ujungnya pada tepi meja. Doronglah penggaris tersebut ke arah atas atau bawah
meja. Bagaimanakah gerak penggaris? Selanjutnya, tariklah penggaris tersebut sejajar
dengan arah panjang penggaris. Apakah yang terjadi?
Saat Anda memberikan gaya F yang arahnya tegak lurus terhadap penggaris,
penggaris itu cenderung untuk bergerak memutar. Namun, saat Anda memberikan
gaya F yang arahnya sejajar dengan panjang penggaris, penggaris tidak bergerak. Hal yang
sama berlaku saat Anda membuka pintu. Gaya yang Anda berikan pada pegangan pintu, tegak
lurus terhadap daun pintu sehingga pintu dapat bergerak membuka dengan cara berputar pada
engselnya. Gaya yang menyebabkan benda dapat berputar menurut sumbu putarnya inilah
yang dinamakan momen gaya. Torsi adalah hasil perkalian silang antara vektor posisi r
dengan gaya F.

2
Definisi momen gaya secara matematis dituliskan sebagai berikut.
τ=r×F
dengan:
r = lengan gaya = jarak sumbu rotasi ke titik tangkap gaya (m),
F = gaya yang bekerja pada benda (N), dan
τ = momen gaya (Nm).
Besarnya momen gaya atau torsi tergantung pada besar gaya dan lengan gaya.
Sedangkan arah momen gaya menuruti aturan putaran tangan kanan.
Jika arah putaran berlawanan dengan arah jarum jam maka arah momen gaya atau torsi
ke atas, dan arah bila arah putaran searah dengan arah putaran jarum jam maka arah momen
gaya ke bawah.
Gaya yang menyebabkan timbulnya momen gaya pada benda harus membentuk sudut
θ terhadap lengan gayanya. Momen gaya terbesar diperoleh saat θ =90° (sinθ = 1), yaitu saat
gaya dan lengan gaya saling tegak lurus. Juga dapat dinyatakan bahwa jika gaya searah dengan
arah lengan gaya, tidak ada momen gaya yang ditimbulkan (benda tidak akan berotasi).
Arah gaya terhadap lengan gaya menentukan besarnya momen gaya yang ditimbulkan.
Sebagai besaran vektor, momen gaya τ memiliki besar dan arah. Perjanjian tanda untuk arah
momen gaya adalah sebagai berikut :
a. Momen gaya,τ , diberi tanda positif jika cenderung memutar benda searah putaran
jarum jam, atau arahnya mendekati pembaca.
b. Momen gaya,τ , diberi tanda negatif jika cenderung memutar benda berlawanan
arah putaran jarum jam, atau arahnya menjauhi pembaca.
Perjanjian tanda untuk arah momen gaya ini dapat dijelaskan dengan aturan tangan
kanan, seperti yang ditunjukkan pada. Arah jari - jari merupakan arah lengan gaya, dan putaran
jari merupakan arah gaya (searah putaran jarum jam atau berlawanan arah). Arah yang
ditunjukkan oleh ibu jari merupakan arah momen gaya. Jika pada benda bekerja beberapa
gaya, momen gaya total benda tersebut adalah sebagai berikut. Besar τ yang ditimbulkan
oleh F1dan F2 terhadap titik O adalah τ1 dan τ2. τ1 bernilai negatif karena arah rotasi yang
ditimbulkannya berlawanan arah putaran jarum jam. Sedangkan, τ2 bernilai positif karena arah
rotasi yang ditimbulkannya searah putaran jarum jam. Resultan momen gaya benda itu
terhadap titik O dinyatakan sebagai jumlah vektor dari setiap momen gaya. Secara matematis
dituliskan
τtotal = Σ (r × F)
atau
τtotal = τ1 + τ2
2.3 Momen Inersia (Staina Marsela)

Dalam gerak rotasi, “massa” benda tegar dikenal dengan julukan Momen Inersia alias
MI. Momen Inersia dalam Gerak Rotasi mirip dengan massa dalam gerak lurus. Kalau massa
dalam gerak lurus menyatakan ukuran kemampuan benda untuk mempertahankan kecepatan

3
linear (kecepatan linear = kecepatan gerak benda pada lintasan lurus), maka Momen Inersia
dalam gerak rotasi menyatakan ukuran kemampuan benda untuk mempertahankan kecepatan
sudut (kecepatan sudut = kecepatan gerak benda ketika melakukan gerak rotasi. Disebut sudut
karena dalam gerak rotasi, benda bergerak mengitari sudut). Makin besar Momen inersia suatu
benda, semakin sulit membuat benda itu berputar alias berotasi. sebaliknya, benda yang
berputar juga sulit dihentikan jika momen inersianya besar.
2.3.1 Momen Inersia Partikel

Ketika sebuah benda melakukan gerak rotasi, kecepatan linear setiap bagian benda
berbeda-beda. Bagian benda yang ada di dekat sumbu rotasi bergerak lebih pelan (kecepatan
linearnya kecil), sedangkan bagian benda yang ada di tepi bergerak lebih cepat (kecepatan
linear lebih besar). Jadi, kita tidak bisa menganggap benda sebagai partikel karena kecepatan
linear setiap bagian benda berbeda-beda ketika ia berotasi. Kecepatan sudut semua bagian
benda itu sama. Mengenai hal ini sudah dijelaskan dalam Kinematika Rotasi. benda tegar itu
memiliki bentuk dan ukuran yang beraneka ragam. Jadi untuk membantu kita memahami
momen Inersia benda-benda yang memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda itu, terlebih
dahulu kita pahami Momen Inersia partikel. Bagaimanapun, setiap benda itu bisa dianggap
terdiri dari partikel-partikel.
Sekarang mari tinjau sebuah partikel yang melakukan gerak rotasi. Dapat
menggunakan gambar saja

Gambar 1.1 Sebuah partikel yang memerlukan gerak rotasi

Misalnya sebuah partikel bermassa m diberikan gaya F sehingga ia melakukan gerak


rotasi terhadap sumbu O. Partikel itu berjarak r dari sumbu rotasi. mula-mula partikel itu diam
(kecepatan = 0). Setelah diberikan gaya F, partikel itu bergerak dengan kecepatan linear
tertentu. Mula-mula partikel diam, lalu bergerak (mengalami perubahan kecepatan linear)
setelah diberikan gaya. Dalam hal ini benda mengalami percepatan tangensial. Percepatan
tagensial = percepatan linear partikel ketika berotasi. Kita bisa menyatakan hubungan antara
gaya (F), massa (m) dan
percepatan tangensial (at), dengan persamaan Hukum II Newton :

F = matan (1.1)

4
Karena partikel itu melakukan gerak rotasi, maka ia pasti mempunyai percepatan
sudut. Hubungan antara percepatan tangensial dengan percepatan sudut dinyatakan dengan
persamaan:

atan = r.α (1.2)


Sekarang kita masukan a tangensial ke dalam persamaan di atas :

F = ma → a = rα tan tan
F = mrα (1.3)

dikalikan ruas kiri dan ruas kanan dengan r :


rF = r(mrα )
rF = mr2α (1.4)

Perhatikan ruas kiri. rF = Torsi, untuk gaya yang arahnya tegak lurus sumbu
(bandingan dengan gambar di atas). Persamaan ini bisa ditulis menjadi:
τ = (mr2)α (1.5)

mr2 adalah momen inersia partikel bermassa m, yang berotasi sejauh r dari sumbu
rotasi. persamaan ini juga menyatakan hubungan antara torsi, momen inersia dan percepatan
sudut partikel yang melakukan gerak rotasi. Istilah kerennya, ini adalah persamaan Hukum II
Newton untuk partikel yang berotasi. Jadi Momen Inersia partikel merupakan hasil kali antara
massa partikel itu (m) dengan kuadrat jarak tegak lurus dari sumbu rotasi ke partikel (r2).
Untuk mudahnya, bandingkan dengan gambar di atas.
Secara matematis, momen inersia partikel dirumuskan sebagai berikut:
I = mr2 (1.6)
Keterangan:
I = momen inersia
m = massa partikel
r = jarak partikel dari sumbu

2.3.2 Momen Inersia Benda Tegar


Secara umum, Momen Inersia setiap benda tegar bisa dinyatakan sebagai berikut:
I =Σmr2 (1.7)
Dengan:
I = mr21 + mr22 + mr23 + mr2n
Σ = jumlah

Benda tegar bisa kita anggap tersusun dari banyak partikel yang tersebar di seluruh
bagian benda itu. Setiap partikel-partikel itu punya massa dan tentu saja memiliki jarak r

5
dari sumbu rotasi. Jadi momen inersia dari setiap benda merupakan jumlah total momen
inersia setiap partikel yang menyusun benda itu.
2.3.3 Momen Inersia Benda-Benda yang Bentuknya Beraturan

Selain bergantung pada sumbu rotasi, Momen Inersia (I) setiap partikel juga
bergantung pada massa (m) partikel itu dan kuadrat jarak (r2) partikel dari sumbu rotasi.
Total massa semua partikel yang menyusun benda = massa benda itu. Persoalannya, jarak
setiap partikel yang menyusun benda tegar berbeda-beda jika diukur dari sumbu rotasi. Ada
partikel yang berada di bagian tepi benda, ada partikel yang berada dekat sumbu rotasi, ada
partikel yang sembunyi di pojok bawah, ada yang terjepit di tengah. amati gambar di bawah

Gambar 13.2. Contoh sebuah benda tegar

Ini contoh sebuah benda tegar. Benda-benda tegar bisa dianggap tersusun dari
partikel-partikel. Pada gambar, partikel diwakili oleh titik berwarna hitam. Jarak setiap
partikel ke sumbu rotasi berbeda-beda.
Ini cuma ilustrasi saja. Cara praktis untuk mengatasi hal ini (menentukan MI benda
tegar) adalah menggunakan kalkulus. Ada jalan keluar yang lebih lingkaran tipis dengan
jari-jari R dan bermassa M (sumbu rotasi terletak pada pusat)

Gambar 13.3. lingkaran partikel

6
Lingkaran tipis ini mirip seperti cincin tapi cincin lebih tebal. Jadi semua partikel
yang menyusun lingkaran tipis berada pada jarak r dari sumbu rotasi. Momen inersia
lingkaran tipis ini sama dengan jumlah total momen inersia semua partikel yang tersebar di
seluruh bagian lingkaran tipis.
Momen Inersia lingkaran tipis yang berotasi seperti tampak pada gambar di atas, bisa
diturunkan sebagai berikut :
I =Σmr 2
I = mr 1 + mr22 + mr23 +....+ mr2n
2

Jumlah masa partikel (m) = massa benda (M)


I I = m(r21 + r22 + r23 +......+ r2n) (1.8)
Perhatikan gambar di atas. Setiap partikel pada lingkaran tipis berada pada jarak r
dari sumbu rotasi. Dengan demikian:
r1 = r2 = r3 = r4 = r5 = r6 = R
I = MR2

Cincin tipis berjari-jari R,


bermassa M dan lebar L (sumbu rotasi terletak di tengah-tengah
salah satu diameter)

Cincin tipis berjari-jari R, bermassa M dan lebar L


(sumbu rotasi terletak pada salah satu garis singgung)

7
Silinder berongga,
dengan jari-jari dalam R2 dan jari-jari luar R1
Silinder

Silinder padat
dengan jari-jari R (sumbu rotasi terletak pada sumbu silinder)

Silinder padat dengan jari-jari R


(sumbu rotasi terletak pada diameter pusat)

8
Bola pejal dengan jari-jari R
(sumbu rotasi terletak pada salah satu diameter)
Kulit Bola

Kulit Bola dengan jari-jari R


(sumbu rotasi terletak pada salah satu diameter)

9
Batang pejal yang panjangnya L
(sumbu rotasi terletak pada pusat )

Batang pejal yang panjangnya L


(sumbu rotasi terletak pada salah satu ujung)

Balok pejal yang panjangnya P dan lebarnya L


(sumbu rotasi terletak pada pusat; tegak lurus permukaan)

2.4 Hukum Newton II pada Gerak Rotasi (Jauza Kamil)

Benda yang bergerak secara translasi menggunakan hukum newton II (Σ𝐹 = 𝑚𝑎)
dan benda yang bergerak secara rotasi juga memakai konsep hukum Newton yang sama,
akan tetapi besarannya memakai besaran-besaran rotasi. Sehingga, Hukum Newton II untuk
benda yang bergerak secara rotasi atau bergerak melingkar memakai rumus:

𝜏 = 𝐼𝛼

10
Dimana:

𝜏 adalah total torsi yang bekerja pada benda


I adalah momen inersia benda
𝛼 adalah percepatan sudut benda

2.5 Energi Kinetik Rotasi (Jauza Kamil)

Menurut (Kamajaya & Purnama, 2015, hal. 138), benda yang bertranslasi memiliki
1
energi kinetik translasi, Ek = 2mr2. Analog dengan hal itu maka pada benda yang berotasi
1
memiliki energi kinetik rotasi yang dapat dituliskan Ek = 2I𝜔2
Sedangkan menurut (Tipler, 1991, hal. 271), bila sebuah benda yang berotasi
menempuh suatu perpindahan angular yang kecil d𝜃, partikel ke-i bergerak menempuh jarak
dsi = ri d𝜃. Jika sebuah gaya Fi bekerja pada partikel ke-i, gaya melakukan kerja
dWi = Fit dsi = Fitri d𝜃 = i d𝜃
Secara umum, kerja yang dilakukan oleh torsi (τ) ketika sebuah benda menempuh
suatu sudut kecil d𝜃 adalah
dW = τ d (1.24)
Persamaan 1.24 analog dengan hasil yang serupa untuk gerak linier dalam satu
dimensi, dW = Fs ds. Laju kerja yang dilakukan torsi adalah daya masukan torsi itu:
𝑑𝑊 𝑑θ
P= = τ 𝑑𝑡
𝑑𝑡

atau

Daya
P = τ𝜔 (1.25)
Persamaan 1.25 adalah analogi rotasi dari P = FsVs
Kerja total yang dilakukan pada sistem sama dengan perubahan energi kinetik sistem
(jika sistem tidak mengalami perubahan energi potensial dan tidak ada energi yang hilang).
Untuk benda yang berputar terhadap sumbu yang melalui pusat masanya, energi kinetik benda
adalah energi kinetik relatif terhadap pusat massa, Krel, seperti yang dibahas sebelumnya.
Energi kinetik ini adalah jumlah kinetik masing – masing partikel dalam benda:

atau
Energi kinetik rotasi
1
K =2 𝐼𝜔2 (1.26)

11
1
Persamaan (1.26) adalah analogi rotasi dari K = 2 𝑚𝑣 2 untuk gerak linear.

2.6 Momentum Sudut (Rifqi Assagaf)


2.6.1 Momentum sudut
Momentum sudut merupakan besaran vektor. Momentum sudut didefinisikan sebagai
hasil perkalian silang antara vektor r dan momentum linearnya. Arah momentum sudut dari
suatu benda yang berotasi dapat ditentukan dengan kaidah putaran sekrup atau dengan aturan
tangan kanan. Jika keempat jari menyatakan arah gerak rotasi, maka ibu jari menyatakan arah
momentum sudut. Pada gerak translasi benda memiliki momentum linier sedangkan pada
gerak rotasi ada momentum sudut.

2.6.2 Arah Momentum Sudut


Arah momentum sudut L tegak lurus dengan arah r dan arah v. Arah momentum
sudut sesuai dengan arah putaran sekrup tangan kanan yang ditunjukan gambar berikut:

Momentum sudut linear akan kekal bila total gaya yang bekerja pada sistem adalah
nol. Bagaimana pada gerak rotasi? Pada gerak rotasi kita akan menemukan apa yang disebut
sebagai mometum sudut. Dalam gerak rotasi, besaran yang analog dengan momentum
linier adalah momentum sudut. Untuk benda yang berotasi di sekitar sumbu yang tetap,
besarnya momentum sudut dinyatakan:
L = I. ω
dengan:
L = momentum sudut (kgm2/s)
I = momen inersia (kgm2)
ω = kecepatan sudut (rad/s)
Jika benda bermassa m bergerak rotasi pada jarak r dari sumbu rotasi dengan kecepatan
linier v, maka persamaan dapat dinyatakan sebagai berikut:
L=I.ω

Karena I = m . r2 dan ω = , maka :


𝑣
L = m . r2 . 𝑟
L=m.r.v
Tampak bahwa momentum sudut analog dengan momentum linear pada gerak rotasi,
kecepatan linear sama dengan kecepatan rotasi, massa sama dengan momen inersia.

12
2.6.3 Hubungan Momentum Sudut Dengan Momen Gaya
Kita telah mengetahui bahwa impuls merupakan perubahan momentum dari benda.

Karena v = r . ω, maka :

Jadi, kedua ruas dikalikan dengan r, diperoleh:

Mengingat r . F = τ dan m . r2 = I, maka :

dengan I. ω adalah momentum sudut, sehingga :

Berdasarkan persamaan diatas dapat dinyatakan bahwa momen gaya merupakan


turunan dari fungsi momentum sudut terhadap waktu.
2.6.4 Hukum Kekekalan Momentum Sudut
Dalam gerak linear kita telah mempelajari apabila tidak ada gaya dari luar sistem maka
momentum sudut total sistem adalah kekal, atau tidak berubah. Dari Persamaan momentum
sudut diatas tampak jika torsi pada suatu sistem adalah nol maka dL =0 atau perubahan
momentum sudutnya nol, atau momentum sudutnya kekal. Apabila τ = 0 maka L konstan,
merupakan hukum kekekalan momentum.
Sebagai contoh seorang penari balet berputar dengan kecepatan sudut w, momen
inersianya Im. Bila dia kemudian merentangkan kedua tangannya sehingga momen inersianya
menjadi Ia, berapa kecepatan sudut penari sekarang? Kita bisa menyelesaikan dengan
menggunakan hukum kekekalan momentum sudut. Pada penari tidak ada gaya dari luar maka
tidak ada torsi dari luar, sehingga momentum sudut kekal:
Lm = L a
Lm ωm =Ia ωa
Penari merentangkan kedua tangannya maka momen inersianya menjadi
bertambah. Ia > Im maka kecepatan sudut penari menjadi berkurang.

Prinsip ini juga dipakai pada peloncat indah. Saat peloncat meninggalkan papan
memiliki laju sudut ωo, terhadap sumbu horizontal yang melalui pusat massanya, sehingga dia
dapat memutar sebagian tubuhnya setengah lingkaran. Jika ia ingin membuat putaran 3 kali
setengah putaran, maka ia harus mempercepat laju sudut sehingga menjadi 3 kali kelajuan

13
sudut semula. Gaya yang bekerja pada peloncat berasal dari gravitasi, tetapi gaya gravitasi
tidak menyumbang torsi terhadap pusat massanya, maka berlaku kekekalan momentum sudut.
Agar laju sudutnya bertambah maka dia harus memperkecil momen inersia menjadi 1/3
momen inersia mula-mula dengan cara menekuk tangan dan kakinya ke arah pusat tubuhnya
sehingga terbantu dengan adanya momentum sudut dari gerakannya

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini bahwa kita dapat mengerti dan paham akan pengertian
dari dinamika rotasi adalah . Dan juga dalam hal momen gaya, momen inersia, hukum
newton II pada gerak rotasi, energi kinetik rotasi, dan momentum sudut. Materi yang telah
dipaparkan dalam makalah ini saling berkaitan erat satu dengan yang lain

3.2 Saran
Kami sadar dalam pembuatan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,
baik dalam penulisan dan kata kata yang ada didalam makalah ini. Kami berharap para
pembaca dapat memahami dan mengerti semua pembahasan yang kami paparkan dalam
makalah ini. Selain itu kritik dan saran kami perlukan untuk membangun dalam pembuatan
makalah kami untuk kedepannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

 Effendi, Asnal.2013. Bahan Ajar Fisika: Momen Inersia. Padang: Institut Teknologi
Padang.
 Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit Erlangga
 Halliday dan Resnick, 1991, Fisika Jilid I, Terjemahan, Jakarta : Penerbit Erlangga
 Tipler, P.A.,1998, Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penebit
Erlangga
 Salsabila, Arliazmy, 2018, Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar, Bandung

16
LAMPIRAN

17

Anda mungkin juga menyukai