Makalah Formula Sonde Fix
Makalah Formula Sonde Fix
Makalah Formula Sonde Fix
(SONDE)
Disusun oleh :
Amalia Nur Diana (P23131116003)
Elisa Ajeng Primasari (P23131116011)
Syifa Amanda Eksantia (P23131116036)
Yusma Warifan (P23131116039)
D4-6A
Dosen Pembimbing :
Dr. Marudut Sitompul, MPS
JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
JAKARTA II
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat, karunia, dan bimbingan-Nya penyusunan makalah yang
berjudul Formula untuk Makanan Sonde dapat diselesaikan dengan tepat
waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan
Formula. Selama penyusunan makalah penulis banyak mendapat bimbingan
dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Dr. Marudut Sitompul, MPS selaku dosen mata
kuliah Pengembangan Formula, serta pihak-pihak lain yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, maka saran dan kritik sangat diharapkan oleh penulis agar dapat
memperbaiki kekurangannya. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan
informasi yang berguna bagi masyarakat serta bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi para
pembaca.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) adalah salah satu komponen
sistem pelayanan di rumah sakit dan merupakan kegiatan pelayanan gizi
untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat inap, pasien rawat jalan dan
karyawan rumah sakit. Instalasi gizi sebagai unit PGRS melaksanakan
empat kegiatan pokok terdiri dari asuhan gizi pasien rawat inap (pelayanan
gizi di instalasi rawat inap), asuhan gizi pasien rawat jalan (konsultasi dan
penyuluhan gizi), penyelenggaraan makanan, penelitian dan
pengembangan gizi (Depkes 2003).
Penyelenggaraan makanan di rumah sakit bertujuan agar penderita
yang dirawat memperoleh makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizinya
serta mempercepat proses penyembuhan, sehingga pasien berhak untuk
mendapatkan diet yang bermutu, yaitu sesuai dengan saran dari
dokter/konsultan gizi yang tidak akan menyebabkan status kesehatan
pasien menjadi semakin buruk.
Salah satu kegiatan penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah
memproduksi makanan enteral. Makanan enteral merupakan metode
pemenuhan zat gizi menggunakan saluran pencernaan, baik secara alami
melalui mulut ataupun dengan bantuan alat (tube). Makanan enteral
diberikan pada pasien di rumah sakit terutama penderita sakit berat seperti
pasien pasca bedah, penderita kanker, malgizi, anoreksia, depresi berat,
dan luka bakar, karena umumnya penderita tidak dapat atau tidak mungkin
makan secara oral akibat kondisi penyakitnya. Apabila saluran cerna masih
berfungsi, dukungan makanan enteral diperlukan untuk meningkatkan
sistem imun saluran cerna dan dapat mencegah komplikasi yang timbul
(Silberman & Eisenberg 1982).
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan makanan enteral (sonde) ?
2. Bagaimana formula pembuatan makanan enteral (sonde)?
3. Bagaimana cara pemberian makanan enteral (sonde)?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian tentang makanan enteral (sonde)
2. Mengetahui cara pembuatan formula untuk makanan enteral (sonde)
3. Mengetahui cara pemberian makanan enteral (sonde)
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
6. Bebas dari bahan-bahan yang dapat mengembangkan purin dan
kolesterol.
Makanan enteral diklasifikasikan menjadi dua, yaitu makanan enteral
formula rumah sakit (hospital made) dan makanan enteral formula komersial
(commercial made). Makanan enteral yang dibuat sendiri oleh rumah sakit
umumnya hanya bisa disimpan selama empat jam dalam lemari es
sehingga makanan tersebut harus segera diberikan setelah dibuat (Hartono
2000).
Makanan enteral formula komersial terbuat dari bahan baku yang
diformulasikan seimbang, telah distandarisasi dan dikontrol serta
kandungan makanan yang seimbang antara protein, lemak, hidrat arang,
vitamin dan mineral sesuai dengan standar tertentu. Makanan enteral
formula komersial dapat disajikan setiap saat (Kurnia 2005).
4
Kurangnya intake oral menyebabkan memburuknya status gizi atau
memperlambat proses penyembuhan dari penyakit.
5
Gangguan tingkah lzaku yang berat, autism
6
Dukungan gizi enteral secara enterostomi dikenal sebagai cara
pemberian gizi enteral yang invasif. Pemberian gizi secara enterostomi
dapat dilakukan dengan cara gastrostomi dan jejunostomi. Formula gizi
diberikan melalui feeding tube yang terpasang pada area gastrostomi dan
jejunostomi. Pemberian gizi enteral secara gastrotomi atau jejunostomi
dianggap mampu mempertahankan posisi feeding tube dalam jangka
waktu lama (lebih dari 3 bulan), karena terfiksasi pada dinding abdomen
anterior, tidak terpengaruh gerakan pernapasan, dapat menghindari
komplikasi chronic nasal discharge, sinusitis, perkembangan yang
abnormal dari hidung, trauma psikologi, serta problem feeding di
kemudian hari.
Akses gastrotomi menggunakan feeding tube yang berukuran besar
(14- 24 Fr), makanan melalui gastrostomi dapat diberikan dalam volume
yang besar, dengan resiko oklusi yang minimal. Pada jejunostomi,
feeding tube yang digunakan berukuran lebih kecil, yaitu 9-12 Fr.
Gastrostomi dan jejunostomi dapat dilakukan dengan menggunakan
teknik pemasangan secara radiologi, endoskopi, serta bedah.
Kebersihan daerah stoma harus selalu dijaga, untuk menghindari iritasi
yang berasal dari sekresi gaster, dan kemungkinan potensi infeksi.
Indikasi
Untuk penggunaan gastric feeding
Fungsi gaster baik
Reflex muntah baik
7
Tidak terjadi muntah atau diare
2. Continuous Feedings
Definisi
Pemberian formula enteral dalam kurun waktu 3 hingga 24 jam,
dengan frekuensi pemberian 1x/hari, menggunakan gravitasi atau
syringe pump.
Indikasi
Untuk pasien-pasien penyakit akut
Fungsi gaster kurang baik
Bolus feeding kurang dapat ditoleransi (terjadi muntah/diare)
3. Intermittent Feedings
Definisi
Pemberian formula enteral diwaktu-waktu yang spesifik, dengan
volume yang lebih besar dari bolus feeding namun lebih kecil dari
Continuous Feedings dalam kurun waktu 30 hinggga 60 menit,
dengan frekuensi pemberian 3-4x/hari menggunakan gravitasi atau
syringe pump.
Indikasi
Untuk pasien-pasien yang akan melakukan rehabilitas atau
pulang dari rumah sakit
Bolus feedings kurang dapat ditoleransi (terjadi muntah/diare)
4. Cycling Feedings
Definisi
8
Pemberian formula enteral pada waktu malam hari, dalam kurun
waktu 8 hingga 12 jam, dengan frekuensi pemberian 1x/hari
menggunakan syringe pump
Indikasi
Pada masa transisi pemberian gizi enteral menjadi gizi oral
9
diserap usus untuk pasien dengan gangguan fungsi saluran
gastrointestinal (pepti 2000)
3. Diet enteral khusus untuk sirosis (aminolebane EN, falkamin)
diabetes (diabetasol), gagal ginjal (nelrisol) tinggi protein (peptisol)
4. Diet enteral tinggi serat (indovita)
1) Formula Polimerik
2) Formula Mono/ Oligomerik
10
1. Bolus Feeding
Pemberian formula enteral dengan cara bolus feeding dapat
dilakukan dengan menggunakan NGT/OGT, dan diberikan secara terbagi
setiap 3-4 jam sebanyak 250-350 ml. Bolus feeding dengan formula
isotonik dapat dimulai dengan jumlah keseluruhan sesuai yang
dibutuhkan sejak hari pertama, sedangkan formula hipertonik dimulai
setengah dari jumlah yang dibutuhkan pada hari pertama.
Pemberian formula enteral secara bolus feeding sebaiknya diberikan
dengan tenang, kurang lebih selama 15 menit, dan diikuti dengan
pemberian air 25-60 ml untuk mencegah dehidrasi hipertonik dan
membilas sisa formula yang masih berada di feeding tube. Formula yang
tersisa pada sepanjang feeding tube dapat menyumbat feeding tube,
sedangkan yang tersisa pada ujung feeding tube dapat tersumbat akibat
penggumpalan yang disebabkan oleh asam lambung dan protein
formula.
11
baru. Bahan sediaan yang telah dibuka, sebaiknya disimpan di dalam
refrigator dan tidak digunakan kembali setelah 24 jam.
12
Bahan formula Bahan formula
Bahan formula awal
modifikasi 1 modifikasi 2
Tepung susu 45 gram Tepung 30 gram Tepung susu 30 gram
full cream susu full full cream
cream
Tepung susu 50 gram Tepung 35 gram Gula pasir 63 gram
skim susu skim
Gula pasir 63 gram Gula pasir 63 gram Tepung 10 gram
tempe
Tepung 10 gram Tepung 10 gram Tepung susu 50 gram
tempe tempe whey
Putih telur 70 gram Tepung 30 gram Putih telur 70 gram
ikan lele
Minyak 8 gram Putih telur 70 gram Minyak 8 gram
zaitun zaitun
Minyak 8 gram
zaitun
13
• Tambahkan minyak zaitun, kemudian di blender.
• Masukkan susu full cream, susu skim, dan tepung tempe yang sudah
diseduh dalam 200 ml.
• Kemudian blender. Tambahkan air matang sampai volume 500 ml.
Kemudian saring.
• Rebus dengan suhu < 80°C
• Makanan cair siap disajikan
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16