Modul Penyimpanan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

Penyimpanan merupakan cara untuk menjaga kualitas dari produk pertanian dan mencegah

terjadinya penurunan kualitas selama periode waktu tertentu dan memperpanjang umur
simpan produk.
Penyimpanan dan penggudangan sangat penting untuk dilakukan karena :
Sifat produk pertanian yang mudah rusak
Kebutuhan bahan pangan sepanjang tahun
Menjaga kualitas gizi makanan
Kontrol harga dan regulasi
Menjaga stabilitas nasional
Mengoptimalkan keuntungan petani
Kemungkinan ekspansi usaha hingga pasar ekspor

Penyimpanan dan penggudangan merupakan aspek yang penting setelah proses pemanenan.
Tujuan dasar dari penyimpanan produk pertanian adalah penyediaan bahan pangan antar
musim panen dan penyediaan bibit tanaman untuk musim tanam berikutnya. Tujuan lain dari
penyimpanan adalah untuk distribusi dan penyediaan bahan pangan sepanjang tahun,
antisipasi penurunan produktivitas dan untuk stabilisasi harga. Dengan melakukan
penyimpanan, petani akan dapat meningkatkan keuntungan. Biasanya saat musim panen,
harga produk akan turun akibat melimpahnya ketersedian produk sehingga perlu dikendalikan
volume produk yang dijual. Penyimpanan dapat juga digunakan untuk menjaga kualitas dan
kandungan gizi khususnya pada produk biji-bijian.
Tipe fasilitas penyimpanan di daerah tropis umumnya hanya untuk penyimpanan jangka
pendek. Hal ini disebabkan karena kebanyakan skala produksi oleh petani merupakan skala
produksi yang kecil. Selain itu juga selama musim panen kelembaban relatif udara
lingkungan umumnya cukup tinggi mencapai antara 72-84 % dan suhu udara antara 26-30
°C. Kondisi semacam ini tidak sesuai untuk penyimpanan produk secara tradisional oleh
petani.
Selama pasca panen produk akan mengalami kerusakan yang penyebabnya digolongkan
menjadi 2 yaitu penyebab primer dan penyebab sekunder. Penyebab primer meliputi
kerusakan biologis atau mikrobiologis, kerusakan kimia atau biokimia, dan kerusakan fisik
atau mekanis, dan kerusakan fisiologis.
Kerusakan biologis atau mikrobiologis diantaranya adalah kerusakan yang diakibatkan oleh
serangga, tungau, hewan pengerat, burung dan binatang besar, jamur, dan bakteri. Kerusakan
kimia atau biokimia akibat adanya reaksi kimia yang terkandung pada produk. Kerusakan
fisik atau mekanis akibat penanganan pasca panen yang tidak tepat. Kerusakan fisiologis
diakibatkan oleh tumbuhnya tunas pada biji, perubahan kadar air yang terlalu cepat.

Sedangkan penyebab sekunder dari kerusakan produk antara lain :


Peralatan pengeringan yang tidak tepat
Fasilitas penyimpanan yang tidak dapat menjaga produk dari serangga, hewan pengerat,
burung, hujan, dan kelembaban yang tinggi
Transportasi dan penanganan produk yang tidak tepat

a. Tipe kerusakan selama penyimpanan


Tipe kerusakan selama penyimpanan antara lain akibat berkurangnya berat atau kerusakan
langsung, berkurangnya kandungan gizi produk, maupun berkurangnya kemampuan tumbuh
pada bahan biji-bijian.
1) Berkurangnya berat atau kerusakan langsung

Produk kehilangan berat selama penyimpanan sering terjadi selama penyimpanan akibat dari
:
Berkurangnya kadar air melalui penguapan
Sejumlah produk dimakan oleh serangga, hewan pengerat atau burung
Serangan mikroorganisme
Kerusakan mekanis dan pelaksanaan proses yang tidak tepat

2) Berkurangnya kandungan gizi

Berkurangnya kandungan gizi produk dapat diakibatkan oleh beberapa hal diantaranya :

Paparan suhu dan kelembaban yang ekstrem selama pengeringan, prosesing dan
penyimpanan
Adanya pertumbuhan jamur
Serangan serangga, hewan pengerat, dan burung
Kerusakan kandungan vitamin akibat paparan cahaya matahari dan akibat dari oksidasi
karoten

3) Berkurangnya kemampuan tumbuh


Beberapa produk pertanian dilakukan penyimpanan diantaranya bertujuan sebagai
penyediaan bibit untuk musim tanam berikutnya. Sehingga diharapkan bahan yang akan
digunakan sebagai bibit memiliki kemampuan tumbuh yang baik. Seiring dengan
dilakukannya penyimpanan, bahan kadang-kadang akan berkurang kemampuan tumbuhnya.
Beberapa hal yang menyebabkan berkurangnya kemampuan tumbuh adalah akibat terjadinya
respirasi yang berlebih, adanya pertumbuhan mikroorganisme di dalam bahan
b. Klasifikasi tipe penyimpanan
Klasifikasi tipe penyimpanan dapat didasarkan pada faktor-faktor berikut:
1) Klasifikasi berdasarkan lama penyimpanan

Sistem penyimpanan diklasifikasikan berdasarkan lama penyimpanan yaitu :


a) Jangka pendek

Penyimpanan jangka pendek biasanya dilakukan tidak lebih dari 6 bulan. Bahan-bahan yang
mudah rusak misalnya telur, daging, dan produk susu umumnya disimpan unuk jangka
pendek. Kehilangan kualitas yang cukup tinggi dikaitkan dengan resiko kerusakan

produk yang cukup tinggi dari suatu penyimpanan produk kecuali adanya penggunaan sistem
kontrol.
b) Jangka menengah
Penyimpanan jangka menengah bertujuan untuk menjaga kualitas produk yang disimpan
hingga mencapai 12 bulan tanpa kerusakan yang nyata. Kualitas produk yang disimpan tidak
dapat dijamin hingga lebih dari 18 bulan.
c) Jangka panjang

Penyimpanan jangka panjang dapat menjaga kualitas hingga mencapai 5 tahun. Beberapa
sistem penyimpanan dikenal untuk melestarikan kelangsungan hidup dan karakteristik bahan
yang disimpan selama beberapa dekade.
2) Klasifikasi berdasarkan skala penyimpanan

Sistem penyimpanan diklasifkasikan dari segi ukuran atau skala penyimpanan meliputi :
a) Penyimpanan skala kecil

Sistem penyimpanan skala kecil kapasitasnya tidak lebih dari 1 ton dan biasanya dilakukan
oleh petani.
b) Penyimpanan skala menengah

Penyimpanan skala menengah dapat menampung bahan yang disimpan hingga kisaran 100
ton. Kebanyakan skala penyimpanan ini memiliki kapasitas antara 2-50 ton dan sangat sedikit
yang mencapai lebih dari 50 ton. Penyimpanan skala menengah ini digunakan dalam pabrik
untuk penyimpanan sementara biji-bijian.
c) Penyimpanan skala besar

Penyimpanan skala besar kapasitas penyimpanannya antara 100-1000 ton. Hal ini digunakan
baik untuk penyimpanan sementara atau penyimpanan secara permanen dari jumlah yang
sangat

besar berbagai produk pertanian. Penyimpanan skala besar ini membutuhkan biaya awal
sangat besar namun secara umum akan mengurangi biaya operasional produksi.
3) Klasifikasi penyimpanan berdasarkan prinsip sistem operasi penyimpanan

Sistem penyimpanan dapat diklasifikasikan berdasarkan prinsip operasinya yang meliputi :


a) Penyimpanan fisik

Penyimpanan fisik menggunakan prinsip-prinsip fisika untuk mencapai penyimpanan dan


pengawetan kualitas produk yang disimpan. Lingkungan fisik yang meliputi kadar air, suhu,
dan kelembaban relatif dalam sistem penyimpanan umumnya dikontrol dan dimanipulasi
untuk memperlambat dari aktivitas-aktivitas penyebab kerusakan atau juga untuk mencegah
kerusakan. Cara yang dilakukan misalnya dengan penyimpanan dingin atau melakukan
kontrol lingkungan.
b) Penyimpanan kimia

Penyimpanan kimia menggunakan bahan-bahan kimia untuk menghentikan atau


memperlambat aktivitas penyebab kerusakan. Penggunaan bahan kimia misalnya lilin, atelic
atau serbuk atau tablet phosphosene untuk mencegah respirasi atau juga investasi serangga
dalam produk yang disimpan. Beberapa bahan kimia yang ditambahkan pada proses
penyimpanan bersifat racun dan dalam penggunaannya harus dikontrol secara ketat.
c) Penyimpanan biologi
Penyimpanan biologi menggunakan agen biologi khususnya mikroorganisme untuk
menghentikan atau memperlambat aktivitas penyebab kerusakan atau memperpanjang umur
simpan

produk. Hal ini merupakan suatu cara yang baik sebagai aplikasi bioteknoligi dalam bidang
pertanian.
c. Faktor yang mempengaruhi penyimpanan
Produk yang akan disimpan diharapkan memiliki kualitas produk yang baik. Penyimpanan
hanya sebagai cara untuk mempertahankan kualitas bukan untuk meningkatkan kualitas.
Produk dengan kualitas awal yang jelek akan semakin mempercepat terjadinya kerusakan.
Kerusakan selama penyimpanan merupakan suatu bentuk kehilangan bio material baik secara
kualitas maupun kuantitas. Penyebab utama dari kerusakan selama penyimpanan meliputi
fisik, kimia, maupun biologi. Beberapa faktor yang mempengaruhi meliputi :
1) Mikroorganisme

Sebagian besar mikroorganisme yang dihubungkan dengan penyimpanan meliputi jamur,


bakteri, dan kapang. Aktivitas mikroorganisme akan mengakibatkan degradasi warna,
peningkatan kadar air, pelapukan dan hilangnya viabilitas.
Jamur merupakan parasit terhadap produk yang disimpan. Jamur akan mengakibatkan
kerusakan produk dan akan menyebabkan penyakit terhadap konsumen. Dalam kondisi tidak
terkontrol, kerusakan akan cepat menyebabkan hilangnya kemampuan viabilitas bibit dan bau
yang tidak diinginkan yang akan berpengaruh pada produk yang digiling. Jamur juga akan
menghasilkan mikotoksin yang dapat meracuni baik orang maupun hewan. Mikotoksin
tersebut akan menyebabkan perubahan warna, kelembaban, perubahan biokimia dan
kehilangan berat. Jamur dan bakteri membutuhkan konsentrasi asam untuk pertumbuhannya.
Pada suhu tinggi, kapang dapat memfermentasi karbohidrat terlarut dan akan menghasilkan
alkohol dan asam organik.

2) Serangga dan kutu


Umumnya serangga memiliki umur yang pendek, namun dengan perkembangbiakannya yang
cepat akan meningkatkan jumlahnya. Serangga dan kutu menyerang bahan dan struktur
penyimpanan. Serangga betina akan menyerang biji untuk meletakkan telurnya. Serangga
juga akan memakan produk yang disimpan dan mengkontaminasi produk dengan kotoran dan
bagian tubuhnya. Serangga akan menyebabkan penurunan berat, kualitas, kandungan gizi
serta viabilitas produk. Selain itu juga serangga akan menghadirkan bau yang tidak sedap
pada produk. Kehadiran serangga juga akan meningkatkan suhu produk hingga 42 °C.
Biji-bijian yang terserang serangga biasanya menjadi inaktif ketika kelembaban tidak lebih
dari 9 % dan suhu tidak lebih dari 40 °F. Serangga biasanya bersumber dari penyimpanan
sebelumnya, tanaman dapat terserang dari sejak lahan, dan dari tikus sebagai pembawa
serangga. Cara untuk membasmi serangga dapat dilakukan dengan cara kimiawi, pencucian
biji-bijian, dan pengeringan yang tepat. Penggunaan dosis yang tepat harus dilakukan untuk
mencegah kontaminasi bahan. Penyimpanan produk diusahakan tidak mencampur produk
lama dengan produk yang baru. Fasilitas penyimpanan dan lingkungan tempat penyimpanan
harus diberi desinfektan menggunakan insektisida.
Gambar 94. hewan-hewan yang dapat menjadi hama
pada penyimpanan bahan
(Sumber : http://www.pestrap.co.uk/banner.jpg)
3) Burung dan hewan pengerat

Burung akan memakan biji-bijian ketika tempat penyimpanan terbuka yang menyebabkan
burung dengan leluasa masuk ke dalam tempat pengimpanan. Dampak yang ditimbulkan oleh
burung terhadap produk bukanlah hal yang serius mengingat biasanya hanya mengakibatkan
berkurangnya jumlah produk.
Hewan pengerat merupakan hewan yang bersifat parasit terhadap hasil panen produk. Untuk
mendapatkan makanan hewan pengerat biasanya akan menyerang bangunan dan tempat
penyimpanan produk. Hewan pengerat akan memakan biji dan menyisakan kulitnya. Hewan
pengerat dapat menjadi pembawa penyakit dengan cara mengkontaminasi produk oleh
kotoran yang mereka hasilkan. Keberadaan hewan pengerat khususnya tikus dapat
diidentifikasi dari keberadaan kotoran, penyinaran dengan menggunakan black light, sisa
kulit dari biji yang dimakan, dan wadah atau karung yang rusak akibat digigiti oleh tikus.

Cara yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi adanya hewan pengerat adalah dengan
melakukan sanitasi lingkungan yang baik, menjaga jarak tempat penyimpanan dari lantai
(misalnya 50 cm di atas lantai), membuat perangkap, atau juga menggunakan bahan kimia.
4) Aktivitas metabolisme

Respirasi merupakan aktifitas metabolisme yang lazim terjadi selama penyimpanan. Respirasi
akan menghasilkan panas, uap air, dan karbon dioksida. Adanya panas akan meningkatkan
suhu produk dan akan merusak embrio biji dan mengurangi viabilitas dari hasil panen.
Selama penyimpanan, suhu yang dianjurkan sekitar 15 °C dan kadar air produk sekitar 13-14
%.
5) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang sering dikaitkan dengan penyimpanan produk meliputi :


Suhu
Kelembaban relatif
Keseimbangan kadar air
Polusi oleh asap dan bahan kimia

Kadar air, kelembaban relatif, dan suhu penyimpanan merupakan tiga parameter penting yang
harus dimonitor dan dikontrol selama penyimpanan untuk menjamin penyimpanan
berlangsung secara tepat dan menghindari kerusakan produk.
Selama penyimpanan, keseimbangan kadar air harus diperhatikan mengingat adanya interaksi
antara produk dengan lingkungan sekitar terlebih jika produk bersifat higroskopis. Produk
yang disimpan dalam suatu lingkungan, akan terus terjadi interaksi kadar air antara

produk dengan lingkungan. Pada suatu titik, interaksi ini akan terhenti seiring dengan
tercapainya keseimbangan kadar air atau kelembaban antara produk dengan lingkungan.
Keseimbangan kadar air ini dipengaruhi oleh curah hujan, kelembaban relatif, dan suhu.
Wilayah dengan kelembaban relatif yang tinggi cenderung akan menghasilkan keseimbangan
kadar air yang tinggi dan hal ini kurang ideal untuk pelaksanaan kegiatan penyimpanan.
Penyimpanan yang berlangsung dapat juga dipengaruhi oleh adanya bahan kimia, debu, dan
asap yang berasal dari lingkungan sekitar. Bahan kimia, debu, dan asap ini akan
mengkontaminasi produk dan mengakibatkan terjadinya perubahan warna, bahkan tidak
jarang akan mengakibatkan terjadinya keracunan.
d. Sarana penyimpanan
Fasilitas dari bangunan tempat penyimpanan yang bertujuan untuk menjaga kualitas disebut
sebagai sarana penyimpanan. Pemilihan sarana penyimpanan tergantung dari tingkat
produksi, cara penanganan, dan kondisi cuaca. Sarana penyimpanan dapat diklasifikasikan
menjadi :
1) Sarana tradisional

Sarana tradisional merupakan merupakan sarana yang digunakan pada skala kecil,
penyimpanan jangka pendek dan membutuhkan investasi yang cukup tinggi. Sarana
tradisional kadang-kadang juga digunakan untuk jangka waktu dan skala menengah. Sarana
tradisional ini tidak membutuhkan teknologi yang tinggi untuk membuat, mengoperasikan,
dan memeliharanya. Beberapa contoh sarana penyimpanan tradisional misalnya :
Peralatan rumah tangga
Kotak (boks)
Gudang
Rak
Peralatan rumah tangga merupakan sarana penyimpanan yang bisa digunakan dalam rumah
tangga. Beberapa peralatan rumah tangga yang biasa digunakan misalnya kotak, keranjang,
karung goni, karung polietilena, kontaniener plastik atau logam. Penggunaan peralatan rumah
tangga misalnya karung disarankan diikat untuk mengurangi sirkulasi udara dan akan
memghambat aktivitas serangga. Pada penyimpanan makanan disarankan tidak menggunakan
bahan kimia agar tidak beresiko terjadinya kontaminasi.
Kelemahan penggunaan sarana tradisional ini adalah tidak mampu untuk menjaga kualitas
produk akibat pengaruh dari lingkungan misalnya akibat serangan serangga. Biji-bijian yang
disimpan menggunakan sarana tradisional akan mudah terserang serangga disamping itu juga
akan terkena pengaruh misalnya terjadi curah hujan yang tinggi dan akan berpengaruh
terhadap kadar air produk.
2) Sarana modern

Sarana penyimpanan modern biasanya diterapkan pada penyimpanan jangka menengah dan
jangka panjang pada skala menengah maupun besar. Beberapa sarana penyimpanan moderen
misalnya gudang, silo, sistem penyimpanan udara terkontrol/Controlled Atmosphere/CA
(Refrigeration, Cold storage), Sistem pendingin evaporasi (evaporative coolant system),
Sistem penyimpanan hermetis
a) Gudang

Gudang biasanya digunakan untuk penyimpanan skala menengah tapi juga dapat digunakan
untuk penyimpanan skala besar untuk produk yang menggunakan karung atau dihampar
misalnya biji-bijian atau tepung. Gudang biasanya dilengkapi dengan palet kayu sebagai alas
penyimpanan, alat pengangkut, dan lubang ventilasi. Lantai gudang juga perlu dibuat

menggunakan bahan kedap air untuk mencegah resapan air. Selain itu hal yang perlu
diperhatikan adalah atap perlu dijaga agar tidak bocor dan drainase yang tepat didalam
gudang. Untuk menjamin terjadinya pertukaran udara dan mencegah kelmbaban di dalam
gudang, perlu juga ditambahkan fasilitas aerator
b) Silo

Silo merupakan suatu tempat penyimpanan berbentuk silinder dan digunakan untuk produk
curai misalnya tepung atau biji-bijian. Masalah utama pada penyimpanan menggunakan silo
ini adalah migrasi dan kondensasi uap air. Untuk itu diperlukan fasilitas tambahan berupa alat
pengangkut dan peralatan pengeringan yang desain, operasi dan perawatan yang memerlukan
teknik dan kemampuan tingkat tinggi.

Gambar 95. silo sebagai sarana penyimpanan biji-bijian


Sumber : en.wikipedia.org/wiki/silo
Bahan untuk pembuatan silo adalah dari logam, aluminium, karet atau beton. Untuk daerah
tropis, masalah utama pada silo adalah migrasi dan kondensasi uap air. Pendekatan yang
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan penyediaan pengaduk dan pengering,
penggunaan nitrogen atmosfer, ruangan kedap udara, dan penggunaan insulasi.
c) Sistem penyimpanan udara terkontrol/Controlled Atmosphere (CA)

Sistem penyimpanan udara terkontrol/Controlled Atmosphere (CA) merupakan suatu


klasifikasi yang meliputi semua sarana penyimpanan yang mempunyai fasilitas untuk
mengontrol dan memonitor faktor lingkungan misalnya suhu, kelembaban relatif dan kadar
air. Silo, gudang, lemari es, dan cold storage dapat digolongkan dalam sistem penyimpanan
udara terkontrol.
Lemari es merupakan tipe penyimpanan sistem CA yang bekerja di bawah suhu lingkungan.
Unit evaporator pada lemari es dapat menekan suhu di bawah nol derajat.

Gambar 96. lemari es untuk penyimpanan


produk yang mudah rusak
(Sumber : http://www.betterimprovement.com)
Lemari es terdiri dari beberapa komponen diantaranya kondense, evaporator, kompresor, pipa
gas, kipas angin, termostat dan lain-lain. Lemari es digunakan untuk menyimpan produk yang
sangat mudah rusak.

Cold storage adalah sistem penyimpanan CA yang dapat menekan suhu hingga di bawah
suhu yang dihasilkan oleh lemari es dan mampu menjaga suhu di bawah titik beku air dalam
waktu yang lama. Cold storage memiliki komponen yang sama dengan lemari es namun
memiliki kapasitas yang lebih besar, lebih mahal, dan mampu menyimpan produk dalam
waktu yang relatif lebih lama. Cold storage sangat tepat untuk menyimpan produk yang
mudah rusak dan produk yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Produk seperti ikan, telur,
susu, sayuran, daging, dan produk ternak sangat dianjurkan disimpan di dalam cold storage.
Cold storage digunakan untuk menurunkan suhu dan mengatur kelembaban relatif.
Keuntungan penggunaan cold storage ini adalah :
Memperlambat respirasi dan aktivitas metabolisme
Mengontrol pematangan, dan memperlambat penuaan berupa pelunakan, perubahan
tekstur, dan perubahan warna
Mempertahankan warna dan tekstur
Memperlambat berkurangnya kadar air dan pelayuan
Mengontrol aktivitas mikroba dan pembusukan produk
Gambar 97. storage untuk penyimpanan beku
(Sumber : http://www.made-in-china.com)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan menjamin efektivitas dari cold storage adalah :
Produk yang disimpan dalam cold storage memiliki mutu yang baik
Produk harus disimpan segera setelah dilakukan pemanenan
Produk yang disimpan harus memiliki tingkat kematangan yang sama

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan dari cold storage adalah :


a) Suhu penyimpanan

Suhu penyimpanan harus sama di dalam tempat penyimpanan. Suhu harus dijaga agar
konstan dan variasi suhu harus diminimalkan untuk mencegah. Untuk produk yang sensitif
terhadap perubahan suhu, variasi suhu yang diperbolehkan ±0,5°C, dan untuk produk yang
tidak sensitif variasi suhu ± 1,5 °C.
b) Pre cooling

Pre cooling dilakukan sebelum penyimpanan dilakukan terutama produk yang sensitif
terhadap suhu misalnya buah. Pre cooling dilakukan dengan menghembuskan udara dingin ke
produk atau juga menggunakan air yang dingin dapat juga dengan kontak es.
c) Kelembaban relatif

Produk yang berbeda dapat disimpan pada kelembaban relatif yang berbeda pula.
Kelembaban relatif ini akan berpengaruh pada upaya menjaga kualitas produk. Pada
kelembaban relatif yang rendah,produk akan cepat layu. Untuk itu perlu diketahui pada
kelembaban relatif berapa penyimpanan produk tepat dilakukan.

d) Sirkulasi udara dan jarak antar produk


Pengemasan produk harus dilakukan pada ruang pendinginan sehingga sirkulasi udara dapat
terjadi secara tepat baik di dalam maupun di sekitar produk. Kondisi penyimpanan yang
seragam juga harus dijaga di dalam ruang pendinginan. Faktor lain seperti kecepatan
respirasi, perubahan panas dan kecepatan pendinginan berpengaruh terhadap kemampuan
cold storage.
e) Sistem pendingin evaporasi/ evaporative coolant system (ECS)

Sistem pendingin evaporasi/ evaporative coolant system (ECS) merupakan sistem


penyimpanan CA yang sedikit menekan suhu dan meningkatkan kelembaban relatif dengan
cara yang alami. Sistem penyimpanan ini tepat untuk penyimpanan buah dan sayuran. ECS
menggunakan prinsip penguapan yang terjadi pada permukaan bahan yang basah untuk
menghasilkan pendinginan di bagian dalam.
Peralatan penyimpanan hermetis mencegah penyerapan udara ke dalam produk yang
disimpan dalam rangka mencegah terjadinya aktivitas metabolisme baik produk,
mikroorganisme atau serangga.
Penggunaan gas misalnya nitrogen, oksigen dan lain-lain pada peralatan penyimpanan
dimaksudkan untuk mencegah pemasakan atau aktivitas metabolisme. Aplikasi penggunaan
gas ini diterapkan pada cold storage dan silo.

Lembar Kerja : Proses penyimpanan bahan


Tujuan:
Setelah praktek, peserta didik memahami prinsip penyimpanan dan teknik penyimpanan
Bahan :
a. ikan segar 6 ekor c. sayuran hijau
b. sosis 6 buah d. 6 ikat pisang 6 bu

Alat :
a. kulkas c. bak plastik e. gelas cup
b. plastik kemasan d. termometer

Langkah kerja :
a. bersihkan ikan dari sisik dan kotorannya
b. bagilah masing-masing bahan menjadi 3 bagian
c. masing-masing bagian dibagi menjadi 2 bagian dan selanjutnya masing-masing bagian
diwadahi menggunakan bak plastik dan plastik kemasan. Khusus susu segar 1 bagian
diwadahi menggunakan cup plastik
d. bahan yang dikemas menggunakan plastik ditutup dengan seal atau diikat
e. letakkan masing-masing bahan yang telah diwadahi dan dikemas tersebut di dalam kulkas
yaitu 1 bagian di freezer, 1 bagian di refrigerator dan 1 bagian di luar kulkas
f. lakukan pengamatan setiap hari hingga hari ke 7 meliputi warna, tekstur bahan, kerusakan
yang terjadi pada bahan, dan perubahan lain yang terjadi pada bahan
g. jika ada bahan yang mengalami kerusakan catat pada hari keberapa dan segera dibuang
h. Setelah hari ke 7 lakukan diskusi secara kelompok perubahan-perubahan yang terjadi pada
bahan.
i. Presentasikan hasil diskusi di depan kelompok lainnya dan buatlah kesimpulan
j. Buatlah laporan secara berkelompok

Evaluasi

a. Jelaskan maksud dilakukannya penyimpanan produk hasil pertanian!


b. Sebutkan alasan mengapa penyimpanan perlu untuk dilakukan!
c. Jelakan tipe kerusakan selama dilakukan penyimpanan produk hasil pertanian!
d. Jelaskan klasifikasi penyimpanan berdasarkan skala penyimpanannya!
e. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpanan bahan hasil pertanian!
f. Sebutkan contoh sarana penyimpanan moderen!
g. Sebutkan beberapa contoh cara penyimpanan produk makanan!

Anda mungkin juga menyukai