Makalah Perencanaan
Makalah Perencanaan
Makalah Perencanaan
KELOMPOK B
1. Ferdinandus Petrus Dou
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Dalam proses produksi peternakan, pakan adalah salah satu faktor penentu keberhasilan
sehingga kualitas mutunya harus terjaga agar aman dikonsumsi oleh ternak. Penentuan kualitas
mutu pakan atau pun ransum dimulai dari penyedian bahan baku, proses produksi hingga
penyimpanan. Suatu industri pakan, khususnya industri dalam skala besar, penyimpanan bahan
baku pakan atau pun ransum merupakan aspek yang sangat penting untuk diperhatikan. Industri
pakan skala besar melakukan proses poduksi dalam jumlah yang banyak dan waktu penyimpanan
yang cukup lama. Jika pakan jumlahnya banyak, dan tidak habis sekali pakai, namun
pemakaiannya bertahap, maka kestabilitasan barang tersebut harus dapat dijaga untuk menjaga
kualitas. Hal ini tentunya membutuhkan sistem penyimpanan yang efektif untuk bahan baku
serta produk jadi yang diproduksi.
Penyimpanan adalah salah satu bentuk tindakan pengamanan yang selalu terkait dengan
waktu yang bertujuan untuk mempertahankan dan menjaga komoditi yang disimpan dengan cara
menghindari dan menghilangkan berbagai faktor yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas
komoditi tersebut. Penyimpanan pakan yang terlalu lama akan menurunkan kualitas dari pakan
tersebut. Dalam proses penyimpanan, setiap bahan dan produk jadi tersebut akan berpeluang
terjadi kerusakan. Kerusakan pakan akan mengakibatkan penurunan kandungan gizi pakan dan
menurunkan performan ternak yang mengkonsumsinya. Kerusakan bahan pakan diakibatkan
lama penyimpanan yang pengaruhi oleh interaksi kondisi bahan pakan, kondisi lingkungan dan
organisme perusak kualitas bahan pakan (Suparjo,2010) .
Kerusakan tersebut dapat berupa kerusakan fisik ataupun kerusakan kimia dan biologis.
Kerusakan fisik dalam penyimpanan bisa saja menjadi pemicu untuk kerusakan secara kimia dan
biologis. Oleh sebab itu, sifat fisik suatu bahan sangat penting untuk diketahui terlebih dahulu
sebelum dilakukan penyimpanan terhadap bahan. Sifat fisik bahan tersebut meliputi kadar air,
berat jenis, aktivitas air, sudut tumpukan, kehalusan bahan, kerapatan tumbukan, kerapatan
pemadatan bahan, dan 2 lain sebagainya. Teknik atau metode penyimpanan bahan pakan
berdasarkan proses pengeluaran atau pemakaian bahan pakan ternak yang biasa di gunakan
adalah sistem FIFO (first in first out) atau LIFO (Last In First Out) sama-sama menggunakan
pallet (alas gudang) dimana jarak antar tumpukan ada dan tidak sempit. Oleh karena itu, dalam
makalah ini akan dibahas kerusakan pakan akibat penyimpanan beserta keuntungan dan
kelemahannya.
1.2.Rumusan masalah
1. Pengertian penyimpanan bahan pakan beserta
2. teknik penyimpanan bahan pakan?
3. Apakah faktor-faktor yang memengaruhi kerusakan bahan pakan beserta jenis-jenis
kerusakan bahan pakan?
4. Bagaimana upaya mengatasi kerusakan bahan pakan ?
BAB II
PEMBAHASAN
Toto Laksono dalam Sihombing (2012) menyatakan bahwa yang terpenting bukanlah
khusus gudangnya, tetapi pemenuhan syarat seperti temperatur, kelembaban, kebersihan, layout,
serta bebas dari kontaminasi. Beberapa parameter untuk gudang yang baik yaitu : terhindar dari
matahari langsung, terhindar dari hujan dan bocor, temperature dikisaran 30oC – 34oC,
kelembaban tidak lebih dari 70% dan bebas dari hama kutu dan tikus, tidak bercampur dengan
bahan kimia seperti pupuk, pestisida dan racun tikus. Layout atau desain yang baik adalah cukup
luas untuk mengatur FIFO (first in first out).Memiliki catatan stok yang rapi dan cukup jarak
antara dinding terhadap tumpukan (atau antar tumpukan). Sementara untuk bahan baku,
keperluan gudang akan sangat bergantung pada jenis bahan tersebut.
2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan bahan pakan
Pengeluaran pakan dari tempat penyimpanan pakan agar diatur sedemikian rupa sehingga
pakan tidak terlalu lama dipenyimpanan. Penyimpanan pakan yang terlalu lama akan
menurunkan kualitas dari pakan tersebut. Berdasarkan pengalaman dilapangan bahwa kerusakan
bahan pakan terjadi setelah satu bulan bahan tersebut disimpan (Kushartono, 1996).
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpanan pakan adalah tipe atau jenis pakan,
periode atau lama penyimpanan, metode penyimpanan, temperatur, kandungan air, kelembaban
udara dan komposisi zat-zat makanan. Menurut Prof. Bhadriraju Subramanyam seperti dikutip
dalam Trobos (2013), ada tiga hal yang menjadi perhatian dalam penyimpanan bahan pakan
terutama yang berupa biji-bijian yaitu bagaimana mempertahankan kualitas, dan bagaimana
mengatur ekosistem penyimpanan.Ekosistem penyimpanan merupakan kombinasi faktor fisik
dan biologis atau dikenal juga dengan kombinasi faktor biotik dan abiotik.
Faktor biotik mencakup organisme hidup seperti serangga, tungau, rodensia (hewan
pengerat, contohnya tikus), burung, dan jamur.Faktor biotik terbagi menjadi dua
kelompok.Serangga dan tungau termasuk dalam kelompok invertebrate (tak bertulang belakang),
sedangkan burung dan rodensia masuk kedalam kelompok vertebrata (bertulang
belakang).Kelompok invertebrata dapat merusak biji-bijian 7 secara langsung, meninggalkan
kotorannya yang disebut dengan frass, dan merusak kernel (bagian inti) biji-bijian. Begitu pula
dengan kelompok vertebrata, bedanya kelompok vertebrata merupakan organisme pembawa
penyakit. Faktor abiotik meliputi segala hal yang tak hidup, seperti cahaya, suhu, kelembaban,
dan benda-benda eksternal lainnya (batu, besi, dan biji-bijian non bahan baku pakan). Faktor
abiotik seperti cahaya, suhu dan kelembaban dapat mempengaruhi faktor biotik.Contohnya
mempengaruhi populasi serangga dan jamur, germinasi biji-bijian, dan kerusakan lainnya oleh
mikroorganisme.
Kondisi lingkungan mempengaruhi kadar air bahan pakan (butiran) menentukan tingkat
kerusakan dan penyusutan selama penyimpanan. Lingkungan yang lembab dan kotor merupakan
salah satu penyebab kenaikan kadar air, hama, jamur dan jasad pengganggu perusak lain
sehingga mempercepat kerusakan. Kandungan air yang terlalu tinggi mengakibatkan kerusakan
mekanis sehingga bahan pakan kurang tahan disimpan, karena mikroorganisme mudah
menyerang (Kushartono, 2002).
Daya tahan dan daya simpan pakan dan bahan baku sangat tergantung kadar air yang
terkandung didalamnya. Standard Nasional Indonesia (SNI) menetapkan angka ideal kadar air
dalam pakan ternak tak melebihi 14%. Pengeringan sampai kadar dibawah 13% sangat cocok
untuk mempertahankan daya simpan. Makin tinggi kadar air makin cepat penguapan dan makin
banyak CO2, air dan panas selama penyimpanan. Lingkungan yang lembab dan kotor merupakan
salah satu faktor penyebab kenaikan kadar air butiran, hama, jamur dan jasad pengganggu
perusak lain sehingga mempercepat kerusakan.
2.4. Jenis-jenis kerusakan
Kerusakan yang dapat timbul terhadap pakan dan bahan pakan pada saat penyimpanan
antara lain :
Penyusutan atau kehilangan berat
Perubahan ukuran dan bentuk
Penurunan mutu dan perubahan jenis mutu
Penurunan atau kehilangan nilai gizi.
Kehilangan harga / penurunan nilai ekonomi
Ada empat tipe kerusakan bahan pakan/pakan yang disimpan dalam kondisi yang buruk
yaitu :
Kerusakan fisik dan mekanik, yaitu kerusakan yang terjadi jika bahan tidak ditangani secara
hati-hati waktu kegiatan panen, transportasi, pengolahan dan penyimpanan;
Kerusakan kimia, yaitu meliputi kerusakan bahan akibat reaksi kimia atau reaksi
pencoklatan non enzimatik yang merusak partikel karbohidrat, penurunan kandungan
vitamin dan asam nukleat;
Kerusakan enzimatik, yaitu terjadi akibat kerja beberapa enzim seperti protease, amylase
dan lipase, misalnya : pemecahan molekul lemak menjadi asam lemak bebas dan glycerol
oleh enzim lipolitik dan aktivitas enzim proteolitik memecah protein menjadi polipeptida
dan asam amino;
Kerusakan biologis, terjadi akibat serangan serangga, binatang pengerat, burung, dan
mikroorganisme selama penyimpanan. Kerusakan bahan pakan/pakan dalam penyimpanan
ditentukan oleh interaksi yang kompleks antara kondisi bahan pakan/pakan, kondisi
lingkungan dan organisme (mikroorganisme, serangga dan rodentia) perusak kualitas bahan
pakan/pakan. Kerugian yang ditimbulkan selama penyimpanan adalah kehilangan berat,
penurunan kualitas, meningkatnya resiko terhadap kesehatan dan kerugian ekonomis.
2.5. Mengatasi kerusakan pakan
Tindakan untuk mengatasi kerusakan bahan pakan dan pakan dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu tindakan pencegahan (preventif) dan tindakan pemberantasan hama (kuratif).
Secara umum untuk mengatasi kerusakan bahan pakan dan pakan dapat dilakukan dengan cara
mengatur kondisi lingkungan serta penggunaan insektisida/fungisida, maupun rodentisida.
Mengatur kondisi lingkungan
Pengaturan kondisi lingkungan lebih bersifat pencegahan, dengan melakukan
pengaturan terhadap kelembaban udara, suhu udara serta kebersihan gudang dan
lingkungannya. Kondisi di Indonesia suhu udara berkisar 22 - 34ºC, kelembaban 52 - 89%,
dengn curah hujan yang tinggi. Sementara kondisi yang ideal untuk gudang penyimpanan
adalahpada suhu18ºC dengan kelembaban 65%. Kondisi demikian tidak mudah mencegah
pengaruhnya terhadap kerusakan bahan dalam penyimpanan, karena harus memerlukan biaya
yang sangat tinggi untuk membuat gudang dengan perlengkapan pengaturan kondisi suhu dan
kelembaban ruang gudang. Hal yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan membuat
ventilasi sehingga pengaruh buruk udaral uar dan sekitarnya dapat dikurangi. Letak atau
lokasi gudang juga perlu diperhatikan. Lokasi gudang sebaiknya lebih tinggi dari tanah
sekitar, dibuat sistem drainase yang baik serta bebas banjir. Demikian juga kebersihannya
harus selalu dijaga agar tidak mengundang berbagai hama, terutama tikus.
Penggunaan insektisida dan fungisida
Insektisida dan fungisida merupakan racun untuk memberantas hama serangga dan
jamur. Racun yang digunakan dapat berupa racun kontak, racun pencernaan dan racun
pernapasan atau fumigan. Beberapa jenis insektisida kontak antara lain Lindane, Dichlorvos,
Benzene Hexachlorida, Dieldrin dan sebagainya. Beberapa jenis fumigan antara lain
Phostoxin, Karbondisulfida (CS2), Metilbromida, Gas hidrosianida (HCN) dan sebagainya.
Pengeringan bahan pakan
Bahan pakan sebaiknya dikeringkan terlebih dahulu untuk mengurangi kadar airnya
untuk mengurangi pertumbuhan jamur yang akan mengkontaminasi pakan.
Pengolahan menjadi pellet
Pengolahan menjadi pelet bertujuan untuk mengurangi pakan tercecer dan efisien
dalam pemberian pakan.
Penambahan zat aditif seperti anti jamur dan antioksidan
Penambahan zat aditif seperti anti jamur dan antioksidan bertujuan meminimalisir
pertumbuhan jamur pada pakan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kerusakan pakan menimbulkan banyak kerugian terutama pada produktivitas ternak dan
biaya produksi. Kerusakan pakan bisa terjadi akibat secara fisik kimia dan biologis. Kerusakan
secara fisik dalam penyimpanan bisa saja menjadi pemicu untuk kerusakan secara kimia dan
biologis. Kerusakan penyimpanan harus dicegah dengan berbagai cara diantaranya dengan cara
mengeringkan bahan pakan, diolah menjadi pelet, menjaga kebersihan gudang pakan dan
lingkungannya, menjaga kelembaban, suhu dan udara didalam gudang dengan ventilasi,
pemakaian fungisida dan insektisida, penambahan zat aditif seperti anti jamur dan antioksidan.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Pembinaan SMK. Agribisnis Pakan Ternak Unggas Untuk Kelas 11 Semester 3.
Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2013
https://ourakuntansi2.blogspot.com/2016/07/penyimpanan-bahan-baku-pakanternak.html
http://portal.bangkabaratkab.go.id/content/teknologi-penyimpanan-pakan
http://manik-ps.blogspot.com/2012/04/teknik-penyimpanan-bahan-pakanternak.html
Kushartono B. 1996. Pengendalian Jasad Pengganggu Bahan Pakan Ternak Selama
Penyimpanan. Prosiding Lokakarya Fungsional Non Peneliti.Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan.Hal. 94-97
Kushartono B. 2002. Manajemen Pengolahan Pakan. Prosiding Lokakarya Fungsional Non
Peneliti.Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.Hal.202-209.
Tangendjaja B. 2009. Teknologi Pakan Dalam Menunjang Industri Peternakan di Indonesia.
Jurnal Pengembangan inovasi pertanian 2 (3).Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan.Hal.192-207.
Trobos. Edisi 160 Tahun XIV.Januari 2013.Hal.41-48.