Real Solid
Real Solid
Real Solid
Disusun Oleh :
NIM :12118039
Kelas : S1-1.1
2019
2019/2020
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat membuat sediaan potio
2. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi potio
II. DASAR TEORI
A. PENGERTIAN
Potio adalah sediaan berupa cairan yang dimaskkan untuk diminum, diramu dan
diracik sedemikian rupa hingga dimungkinkan untuk bahan dalam volume dosis
tunggal dalam jumlah yang banyak umumnya 50 ml (FN II, 327).
Potiones atau obat minum adalah larutan yang dimasukkan untuk pemakaian
dalam. Selain berbentuk larutan potio dapat juga berbentuk emulsi atau suspensi
misalnya potio alba contra tussim (Obat Batuk Putih/OBP) dan Potio nigra contra
tussim ( Obat Batuk Hitam/OBH) (Ilmu Farmasi)
B. JENIS-JENIS POTIO
Potio terbagi menjadi 3 jenis yaitu:
1. Netralisasi
Obat minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam dan bagian basa
sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral.
2. Potio Saturatio
Obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dengan basa tetapi gas
yang terbentuk ditahan dalam wadah sehingga lerutan menjadi jenuh dengan
gas.
3. Potio Effervescent
Saturatio dengan gas CO2 yang lewat jenuh
C. KOMPONEN
a. Zat Aktif
b. Pelarut
Umumnya digunakan air suling atau air demineral/aquadest, bila obat dalam
bentuk garamnya maka akan mudah larut dalam air suling, kelarutan zat aktif
bergantung juga pada kesesuaian tetapan disosiasi dan pH larutannya, seperti
Fenobarbital, dalam susana basa pH 8 mudah larut karna fenobarbital merupakan
garam yang larut dalam air pada pH itu, tetapi bila pH diturunkan kurang dari pH
8 maka fenobarbital akan sulit untuk larut, untuk berbagai kejadian, zat yang sukar
larut ditambahkan pelarut pembantu (kosolven) seperti etil alkohol, propilenglikol,
gliserin, atau campuran dari pelarut-pelarut tersebut.
c. Pemanis
Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari kalori
yang dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis berkalori
rendah. Adapun pemanis berkalori tinggi misalnya sorbitol, sakarin dan sukrosa
sdangkan yang berkalori rendah seperti laktosa.
d. Pengawet antimikroba
Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar dapat
bertahan lebih lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur.
e. Perasa dan Pengaroma
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-bahan
yang berasal dari alam untuk membuat sirup mempunyai rasa yang enak. Karena
sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air
yang cukup. Pengaroma ditambahkan ke dalam sirup untuk memberikan aroma
yang enak dan wangi. Pemberian pengaroma ini harus sesuai dengan rasa sediaan
sirup, misalkan sirup dengan rasa jeruk diberi aroma citrus. Contoh pewangi
adalah Oleum Menthae dan Oleum Citrii.
f. Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan
komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama
penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada
warna dan kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat sesuai dengan rasa.
Contoh pewarna adalah carmin dan caramel.
2. Uji pH
Pengujian pH dilakukan untuk mengetahui pH suatu bahan atau sediaan yang
dibuat untuk selanjutnya, stabilitas pH dari sediaan dapat dipertahankan pada
suatu rentang pH tertentu dan untuk mengetahui kesesuaiannya dengan
persyaratan yang telah ditentukan. Pada penetapan pH menggunakan alat pH
meter dengan prinsip bahwa pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter
yang telah dikalibrasi.
3. Bobot jenis
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot
jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan
pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25˚C terhadap bobot air
dengan volume dan suhu yang sama. Bila suhu ditetapkan dalam monografi,
bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada volume dan suhu yang
sama. bila pada suhu 25˚C zat berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu
yang telah tertera pada masing-masing monografi, dan mengacu pada air pada
suhu 25˚C. Pada pengujian bobot jenis menggunakan alat piknometer.
Piknometer digunakan untuk mengukur bobot jenis suatu zat cair dan zat padat.
4. Viskositas
Viskositas merupakan suatu cara untuk menyatakan berapa daya tahan dari
aliran yang diberkan terhadap suatu cairan. Definisi lain dari viskositas ialah
ukuran yang menyatakan kekentalan dari suatu cairan atau fluida. Kekentalan
merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan agar
mengalir. Viskositas cairan tersebut akan menimbulkan gesekan antar bagian
atau lapisan cairan yang bergerak dengan benda lainya. Hambatan atau gesekan
yang terjadi merupakan hasil dari gaya kohesi dalam zat cair (Yazid, 2005).
Viskositas juga dapat diukur dengan cara mengukur laju cairan yang melalui
tabung berbentuk silinder. Nilai dari viscositas juga dapat menentukan
kecepatan mengalirnya cairan.
Dalam zat cair, viskositas dapat dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul zat
cair. Sedangkan pada gas, viskositas tersebut timbul sebagai akibat dari
tumbukan antara molekul gas. Viskositas zat cair itu dapat ditentukan secara
kuantitatif yaitu dengan besaran yang disebut koefisien viskositas.
4. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut
dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan
panas.
Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh dipanaskan,
misalnya :
a. Zat-zat yang atsiri, Contohnya : Etanol dan minyak atsiri.
b. Zat yang terurai, misalnya : natrium karbonas.
c. Saturation
d. Senyawa-senyawa kalsium, misalnya : Aqua calsis.
5. Salting Out
Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai
kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan
kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.
Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut
ditambahkan larutan NaCl jenuh.
6. Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat
utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut
dalam air tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.
7. Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa
tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks.
Contohnya : Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
Kecepatan kelarutan dipengauhi oleh :
a. Ukuran partikel : Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel, makin luas
permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.
b. Suhu : Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelaruta solute.
c. Pengadukan.
Dr. Hadi S
SIP: 123/DU-DI/VII/2010
Jl. Burangrang no 41 A
No. Tgl. 01 September 2019
R/ OBH 130 ml
Adde
Codein HCl
m.f. Potio
S. 3 dd C1. Pc
- Skrining Farmasetika
Bentuk sediaan pada resep yaitu OBH sebanyak 130 ml, Codein HCl 0,050 gram.
Obat tersebut dibuat dalam bentuk sediaan potio. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan pasien dalam meminum obat sesuai dengan umur dan penyakit yang
diderita pasien tersebut. Dosis dari Codein HCL tidak melebihi dosis maksimal,
namun dikarenakan Codein HCL merupakan golongan obat narkotika sehingga
wajib untuk meminta alamat dan nomer telepon pasien yang bisa dihubungi.
12
1H = x 10.000 mg = 600 mg
20
Dosis Maksimum
15 ml
1P = x 2,6 = 0,3
130 ml
3 15𝑚𝑙
1H = 2,6 = 0,9
130 𝑚𝑙
2. Codein HCl
Sehari = 300 mg
Rumus Dilling
n (umur pasien)
x dosis maksimum
20
12
1x = x 60 = 36 mg
20
12
1H = x 300 = 180 mg
20
Dosis Maksimum
15 ml
1P = x 50 mg = 5,76 mg
130 ml
3 15 𝑚𝑙
1H= 50 mg = 17,30 mg
130 𝑚𝑙
5,76 mg
% DM 1x = x 100% = 16%
180 mg
5,76 mg
% DM 1H = 3 x x 100% = 9,6%
180 mg
VIII. EVALUASI
A. Organoleptis
Sediaan memiliki bentuk larutan atau cairan, warna coklat kehitaman dan berbau
khas manis.
B. Uji pH
pH dari sediaan potio ini adalah 6,08, yang artinya sediaan potio bersifat asam
lemh.
C. Bobot Jenis
Rumus :
𝑤3 − 𝑤1
𝜌= 𝑥 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑎𝑖𝑟
𝑤2 − 𝑤1
Keterangan : w1 = bobot piknometer kosong
w2 = bobot piknometer kosong + aquadest
w3 = bobot piknometer kosong + potio
Interpolasi Bobot Jenis air pada suhu 27,9℃
SUHU (℃) BOBOT JENIS
25 ℃ 0,99602
27,9℃ 2,9 5 x 𝑥 1,4
30 ℃ 0,99462
2,9 x
=
5 1,4
= 5𝑥 = 4,06
= 𝑥 = 0,812
= 996,02 – 0,812
= 995,208
= 0,995208
39,8824−14,4686
Replikasi 1 𝜌 = 39,5811−14,4686 𝑥 0,995208
25,4138
= 25,1125 𝑥 0,995208
39,8859−14,4686
Replikasi 2 𝜌 = 39,5885−14,4686 𝑥 0,995208
25,4173
= 25,1199 𝑥 0,995208
39,8845−14,4686
Replikasi 3 𝜌 = 𝑥 0,995208
39,5887−14,4686
25,4159
= 25,1201 𝑥 0,995208
D. Viskositas
Rumus :
𝑡. 𝜌
𝜂 = 𝜂𝑜 𝑥
𝑡𝑜. 𝜌𝑜
= 20y = 2,75631
= 𝑦 = 0,13781
=1,0019– 0,13781
= 0,86409 cp
Replikasi o t to o Rata-rata
1 1,01 07.41 06.77 0,97
2 1,01 0,995208 07.41 06.76 0,96 0,86409 0,96333 cp
3 1,01 07.41 06.76 0,96
𝑡.𝑝
Replikasi 1 = o 𝑡𝑜.𝑡𝑝
7,41 𝑥 1,01
= 0,86409 6,77 𝑥 0,995208
7,4841
= 0,86409 6,6678
= 0,9698 0,97 cp
𝑡.𝑝
Replikasi 2 = o
𝑡𝑜.𝑡𝑝
7,41 𝑥 1.01
= 0,86409 6,76 𝑥 0,995208
7,4841
= 0,86409 6,7276
= 0,9612 0,96 cp
𝑡.𝑝
Replikasi 3 = o 𝑡𝑜.𝑡𝑝
7,41 𝑥 1,01
= 0,86409 6,76 𝑥 0,995208
7,4841
= 0,86409 6,7276
= 0,9612 0,96 cp
IX. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini mahasiswa telah mengetahui bagaimana proses pembuatan
dan evaluasi sediaan potio. Potio adalah sediaan berupa cairan yang dimaskkan untuk
diminum, diramu dan diracik sedemikian rupa hingga dimungkinkan untuk bahan
dalam volume dosis tunggal dalam jumlah yang banyak umumnya 50 ml. Pembuatan
potio pada praktikum ini bertujuan agar memudahkan pasien dalam mengkonsumsi
obat.
Sediaan potio yang dibuat pada praktikum kali ini yaitu OBH (Obat Batuk
Hitam). Pada OBH terdapat resep standar yang diantaranya Glycirrhizae Succus 10
gram, Ammonii Chloridum 6 gram, Ammoniae Anisi Spiritus 6 gram, aquadest ad
300 mL dan tiap bahan pada resep standar mengandung 300 mL.
Zat aktif yang digunakan pada praktikum ini adalah Codein Hydrochloridum.
Codein Hyrocholridum ditambahkan pada praktikum ini bertujuan agar dapat
membantu meningkatkan khasiat pada OBH yaitu antitusivum.
Pada praktikum ini terdapat dosis maksimum, yaitu dosis maksimum
Ammonii Chloridum dan dosis maksimum Codein Hydrochloridum. Sehingga dapat
dihitung dengan mengacu pada buku acuan Farmakope Indonesia edisi III.
Perhitungan dosis maksimum tersebut menggunakan rumus dilling, karena umur
pasien lebih dari 8 tahun dan kurang dari 20 tahun.
Setelah semua bahan telah dibuat dan dilarutkan, sediaan dimasukkan ke
dalam kemasan botol dan diberi etiket berwarna putih dengan tanda Sehari 3 kali 1
sendok makan, sesudah makan. Sediaan pun diberi label NI dan label Kocok Dahulu.
Label NI yaitu label tidak boleh diulang tanpa resep baru dari dokter dan karena pada
praktikum ini terdapat obat Narkotika sehingga diberi label NI. Sedangkan Label
Kocok dahulu bertujuan agar sebelum digunakan larutan dapat homogenitas yang
sebelumnya larutan masih heterogen dan keseragaman dosis dapat tetap terjaga
sehingga tidak terjadi perubahan.
Selanjutnya, mahasiswa dapat melakukan evaluasi sediaan potio dengan
tujuan untuk menentukan mutu dari sediaan potio yang telah dibuat. Evaluasi sediaan
potio diantaranya Organoletis, uji pH, Bobot Jenis, dan Viskositas.
Pada pengujian organoleptis diperoleh hasil yaitu sediaan memiliki bentuk
larutan dengan warna coklat kehitaman dan berbau khas manis. Hal ini disebabkan
oleh penambahan Glycirrhizae. Selanjutnya menguji pH yang terdapat pada sediaan
potio, pengujian penentuan pH dilakukan untuk mengetahui pH suatu sediaan dan
untuk mengetahui kesesuaiannya dengan persyaratan yang telah ditentukan dengan
menggunakan alat pH meter yang digunakan untuk melihat dan memahami prosedur
penggunaanya. Pada uji penetapan pH diketahui bahwa sediaan memiliki pH 6,08
yang artinya sediaan bersifat asam lemah.
Selanjutnya, melakukan pengujian bobot jenis. Cara untuk melakukan
pengujian terhadap bobot jenis yaitu, timbang piknometer kosong. Bersihkan pikno
lalu isi dengan aquadest dan timbang. Isi piknometer dengan potio dan timbang
kembali. Lakukan penimbangan tersebut masing-masing 3 kali replikasi. Setelah data
diketahui, bobot jenis dapat dihitung. Perhitungan bobot jenis memerlukan
pembanding yaitu bobot jenis dari air dan pembanding harus disesuaikan dengan
suhu ruangan. Pada praktikum suhu ruangan sebesar 27,9 dengan hasil bobot jenis air
yaitu 0,995208 dan hasil yang didapat untuk replikasi 1 sebesar 1,0071 g/ml, replikasi
2 sebesar 1,0069 g/ml, replikasi 3 sebesar 1,0069 g/ml. Sehingga diperolh rata-rata
bobot jenis dari ketiga replikasi yaitu 1,01 g/ml.
X. KESIMPULAN
1. Sediaan memiliki bentuk larutan berwarna coklat kehitaman dan berbau khas
manis
2. Sedian bersifat asam lemah dengan pH 6,08
XI. ETIKET
SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH CIREBON
Jl. Cideng Indah No. 3 Tlp/Fax (0231) 230984 Cirebon
Apoteker : Drs. H. Affair Masnun, M.Si, Apt.
SIK : 3439/B
Tgl. 09 September 2019 No. 01
Sandra
Sehari 3 kali 1 sendok makan
Sesudah Makan
XII. LABEL
KOCOK DAHULU