Ssssss
Ssssss
Ssssss
OLEH :
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
Makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang terpenting dan
juga merupakan faktor yang sangat esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan
gizinya, apabila tidak aman dikonsumsi, maka makanan tersebut tidak ada
dari zat–zat atau bahan–bahan yang dapat membahayakan kesehatan tubuh tanpa
membedakan apakah zat itu secara alami terdapat dalam bahan makanan yang
digunakan atau tercampur secara sengaja atau tidak sengaja ke dalam bahan
Kerupuk adalah suatu jenis makanan kering yang terbuat dari bahan-bahan
yang mengandung pati cukup tinggi. Pengertian lain menyebutkan bahwa kerupuk
membentuk produk yang porus dan mempunyai densitas rendah selama proses
tiba-tiba dari uap air dalam struktur adonan sehingga diperoleh produk yang
2
dengan gelatinisasi pati adonan pada tahap pengukusan, selanjutnya adonan
dicetak dan dikeringkan. Pada proses penggorengan akan terjadi penguapan air
yang terikat dalam gel pati akibat peningkatan suhu dan dihasilkan tekanan uap
yang mendesak gel pati sehingga terjadi pengembangan dan sekaligus terbentuk
pewarna yang dilarang untuk makanan (zat pewarna untuk tekstil). Hal ini
disebabkan karena zat pewarna tersebut mudah didapatkan, warna menarik serta
lebih tahan lama sehingga banyak konsumen yang menyukainya dan harganya
lebih murah serta memberikan keuntungan yang lebih besar kepada produsen.
Salah satunya yaitu kerupuk berwarna yang dijual di pasar pagesangan mataram.
Banyak sentra kerupuk berwarna yang dijual berbagai macam warna dan jenis
kedala pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. Banyak produsen
kerupuk yang menambahkan bahan tambahan pangan yang aman, tidak jarang
juga ada bahan tambahan yang dilarang, misalnya zat pewarna Rhodamin B.
Pemakaian zat pewarna berbahaya untuk bahan pangan telah ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No. 33 Tahun 2012 tentang bahan tambahan pangan
3
1.2 Rumusan Masalah
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi zat pewarna Rhodamin B
pada kerupuk berwarna merah merk X yang dijual di pasar Pagesangan Mataram.
a. Bagi Masyarakat
b. Bagi konsumen
bagi kesehatan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerupuk
Kerupuk merupakan salah satu jenis makanan yang disukai oleh semua
orang, baik anak-anak maupun orang tua serta dikonsumsi oleh semua
makan nasi sehari-hari atau pada saat pesta. Selain itu juga banyak dimakan
camilan yang bersifat kering, ringan yang terbuat dari bahan berpati cukup
karena rasanya yang gurih dan enak yang dapat menambah selera makan
(Purwanti, 2011).
Kerupuk merupakan suatu jenis makanan kecil yang sudah lama dikenal
makanan selingan maupun sebagai variasi dalam lauk pauk. Kerupuk di kenal
kering yang sangat populer di Indonesia, mengandung pati cukup tinggi, serta
dibuat dari bahan dasar tepung tapioka. Ditinjau dari bahan bakunya banyak
5
jenis kerupuk yang dapat dihasilkan seperti kerupuk ikan, kerupuk udang,
kerupuk kedelai, kerupuk sari ayam dan lain-lain dengan variasi bentuk
jelas. Karena jenis makanan ini tidak hanya di kenal dan dikonsumsi di negara
kita, tetapi juga di negara –negara Asia lainnya seperti Malaysia, Singapura,
Cina dan lain- lain. Namun, besar kemungkinan jenis produk ini berasal dari
Bahan yang digunakan dalam pembuatan kerupuk ada dua yaitu bahan baku
antara lain tepung tapioka, tepung terigu dan nasi. Bahan tersebut dapat
berfungsi sebagai bahan baku maupun bahan tambahan, tergantung dari teknik
kerupuk tapioka yang beraneka bentuk dan warna. Tepung tapioka atau yang
dikenal dengan tepung kanji merupakan bahan baku utama dalam pembuatan
kerupuk. Tepung tapioka ini dijual bebas di mana-mana. Hal ini terjadi karena
hampir setiap provinsi memiliki sentra-sentra penghasil ubi kayu atau singkong.
6
“Tepung tapioka, meskipun dibuat dari bahan singkong dengan kandungan
unsur gizi yang rendah, namun masih memiliki unsur gizi” (Purwanti, 2011).
Kandungan unsur gizi tepung tapioka/100 g dapat dilihat dalam tabel berikut :
Zat warna alami adalah zat warna yang diperoleh dari alam atau
7
zat warna alami diperoleh dengan ekstraksi atau perebusan tanaman. Bagian
–bagian tanaman yang dapat digunakan untuk zat warna alami antara lain
kulit, ranting, daun , akar, bunga, dan biji (Wahyuningsih, 2016). Secara
kuantitas, dibutuhkan zat pewarna alami yang lebih banyak dari pada zat
kondisi tersebut, dapat terjadi perubahan yang tidak terduga pada tesktur dan
yang lebih pudar dan kurang stabil bila dibandingkan dengan zat pewarna
sintetis. Oleh karena itu zat ini tidak dapat digunakan sesering zat pewarna
Pewarna buatan adalah zat warna buatan yang diperoleh melalui proses
kimia buatan yang mengandalkan bahan kimia. Zat pewarna buatan harus
Per/ IX/88 mengenai bahan tambahan pangan membagi bahan pewarna buatan
menjadi 2 yaitu zat pewarna yang diizinkan dan yang dilarang untuk bahan
2.3. Rhodamin B
B adalah bahan kimia yang digunakan untuk pewarna merah pada industri
8
tekstil dan plastik. Rhodamin B adalah zat warna sintetis berbentuk kristal
berwarna ungu kemerahan, tidak berbau dan dalam larutan berwarna merah
dengan hasil warna yang dalam dan sangat berpendar jika dilarutkan dalam
dan es putar), terdapat sedikit rasa pahit, muncul rasa gatal di tenggorokan
setelah mengonsumsinya, dan aroma tidak alami sesuai pangan, serta saat
diolah, tahan terhadap pemanasan (direbus atau goreng warna tidak pudar)
(Cahyani, 2015).
lain :
9
Biasanya Produk pangan yang mengandung Rhodamin B tidak
(Putriningtyas, 2017).
Metode adalah suatu cara kerja untuk memahami objek yang menjadi
Tipis (KLT). Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif
pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari
bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang
10
2.4 Kerangka Konsep
Alam Buatan
Kualitatif
Kuantitatif
KTI Spektro
11
Gambar 2.5 Kerangka konseptual tentang “Identifikasi Pewarna Rhodamin B pada
faktor yang dapat mempengaruhi adanya Rhodamin pada kerupuk yang dijual di
kerupuk pasir. Akibatnya berbahaya jika dikonsumsi secara terus menerus oleh
pernafasan , dll.
Whatman No.1. Dari media kertas whatman dilakukan penetesan methanol dan
yaitu untuk mengetahui nilai RF dan nilai Baku dari hasil KLT (Kromatografi
Lapis Tipis) pada penelitian 10 jenis sampel kerupuk yang dijual di Pasar
standar peraturan BTP (Bahan Tambahan Pangan) sesuai yang ditetapkan oleh
Kemenkes.
12
BAB III
METODE PENELITIAN
penyusunan laporan akhir, sejak bulan Maret 2018 sampai bulan Juli 2018.
desain yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif (Sutrisno, 2015).
3.2.1. Populasi
sering juga disebut Universe. Anggota populasi dapat berupa benda hidup
13
maupun benda mati, dimana sifat-sifat yang ada padanya dapat diukur atau
diamati (Nasution, 2003). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah
seluruh jenis kerupuk berwarna merah yang dijual dipasar pegesangan Kota
Mataram yakni sebanyak 10, yang terdiri dari 5 kerupuk pasir, 2 kerupuk
3.2.2. Sampling
Sampling adalah pengambilan sampel dari populasi. Sedangkan Metode
Sampling adalah metode atau teknik untuk memilih dan mengambil sampel
dengan populasi. Apabila jumlah populasi atau subjeknya besar, maka dapat
(Rahardian, 2012). Pada penelitian ini sampel yang digunakan yaitu dengan
jumlah 10 kerupuk, yang terdiri dari 5 kerupuk pasir, 2 kerupuk pedas manis,
14
3.3. Kerangka Kerja (frame work)
disusun (Suryana, 2010). Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Identifikasi Masalah
Penyusun Proposal
Penarikan kesimpulan
15
3.4. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel
3.4.1. Variabel
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
16
3.5. Instrumen Penelitian dan Prosedur Kerja
B sebagai berikut :
1. Alat :
a. Beaker Glass
b. Batang Pengaduk
c. Hot Plate
d. Pipet Ukur
e. Bulu Domba
f. Bejana Kromatografi
g. Pipa Kapiler
a. Asam Asetat 6 %
b. Amonia 0 %
c. Eluen
17
3.5.2. Prosedur Penelitian
b. Menuangkan ke porselen.
karena menguap.
tersebut.
h. Mengambil bulu domba dan dicuci dengan air bersih, dan membilas
larutan Amonia 10 %.
18
Amonia 10 %.
(Retardation Factor ).
3. Rumus Perhitungan Rf
a. Editing
b. Coding
19
Setelah data terkumpul dan selesai diedit di lapangan, tahap berikutnya
adalah mengkode data. Untuk mempermudah mengolah data jawaban
diberi kode langsung pada lembar kuesioner (Wahyuningsih, 2009).
1. Kerupuk 1 kode K1
2. Kerupuk 2 kode K2
3. Kerupuk 3 kode K3
4. Kerupuk 4 kode K4
5. Kerupuk 5 kode K5
6. Kerupuk 6 kode K6
7. Kerupuk 7 kode K7
8. Kerupuk 8 kode K8
9. Kerupuk 9 kode K9
c. Tabulating
Tabulating adalah memasukan data kedalam tabel-tabel tertentu dan
mengitungnya (Saktiani, 2016). Dalam penelitian ini penyajian data dalam
bentuk tabel yang memiliki harga RF yang berbeda.
F
P= X 100%
N
20
Keterangan : P = Persentase
N = Jumlah sample penelitian
f = frekuensi kerupuk berwarna yang mengandung
Rhodamin B
Setelah diketahui persentase dari perhitungan, kemudian ditafsirkan dengan
kriteria sebagai berikut :
a. 1%-39% : Sebagian kecil sampel
21
DAFTAR PUSTAKA
serbuk pewarna hijau alami dari daun katuk (Sauropus androgynous l.merr )
5. Chrislia, Debby. 2017 Jurnal Biota Vol. 3 No. 1 Analisis Zat Pewarna Rhodamin
B Pada Saus Cabai Yang Beredar di Kampus Universitas Islam Negeri Raden
Fatah Palembang.
6. Faridah, A. 2014. Identifikasi pigmen betasianin dari kulit buah naga merah
22
7. Hidayat, R. 2014. Laporan pengantar tugas akhir perancangan buku pewarna
Bandung.
Lampung.
berwarna merah yang beredar di pasar antasari Kota Banjarmasin. Jurnal Ilmiah
11. Mahreni. 2015. Jurnal zat warna alami (review) . Jurnal Riset Daerah, Vol. 14 No.
12. Maritje, H. 2016 Perbandingan Eritrosin pada Disclosing Solution dengan Ekstrak
13. Rahayu, M. 2016. Identifikasi Zat Pewarna Rhodamin B Dan Methanyl Yellow
23
Bibl
ography
KANDUNGAN RHODAMIN B PADA MAKANAN. (2011). DIREKTORAT GIZI DEPKES RI , 11.
Bibliography
KANDUNGAN RHODAMIN B PADA MAKANAN. (2011). DIREKTORAT GIZI DEPKES RI , 11.
24