Ssssss

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

KARYA TULIS ILMIAH

IDENTIFIKASI RHODAMIN B PADA KERUPUK BEWARNA MERAH

MEREK X YANG BEREDAR DI PASAR PEGESANGAN MATARAM

OLEH :

BAIQ ZAHRATUL HASANAH


(517020005)

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang terpenting dan

juga merupakan faktor yang sangat esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan

manusia. Betapapun menariknya penampilan, lezat rasanya dan tinggi nilai

gizinya, apabila tidak aman dikonsumsi, maka makanan tersebut tidak ada

nilainya sama sekali. Keamanan makanan diartikan sebagai terbebasnya makanan

dari zat–zat atau bahan–bahan yang dapat membahayakan kesehatan tubuh tanpa

membedakan apakah zat itu secara alami terdapat dalam bahan makanan yang

digunakan atau tercampur secara sengaja atau tidak sengaja ke dalam bahan

makanan atau makanan jadi (Sihombing, 2013).

Kerupuk adalah suatu jenis makanan kering yang terbuat dari bahan-bahan

yang mengandung pati cukup tinggi. Pengertian lain menyebutkan bahwa kerupuk

merupakan jenis makanan kecil yang mengalami pengembangan volume

membentuk produk yang porus dan mempunyai densitas rendah selama proses

penggorengan. Demikian juga produk ekstrusi akan mengalami pengembangan

pada saat pengolahannya. Pengembangan kerupuk merupakan proses ekspansi

tiba-tiba dari uap air dalam struktur adonan sehingga diperoleh produk yang

volumenya mengembang dan porus. Pada dasarnya kerupuk mentah diproduksi

2
dengan gelatinisasi pati adonan pada tahap pengukusan, selanjutnya adonan

dicetak dan dikeringkan. Pada proses penggorengan akan terjadi penguapan air

yang terikat dalam gel pati akibat peningkatan suhu dan dihasilkan tekanan uap

yang mendesak gel pati sehingga terjadi pengembangan dan sekaligus terbentuk

rongga-rongga udara pada kerupuk yang telah digoreng (Wahyuningtyas, 2014).

Dimasyarakat beredar kerupuk berwarna yang dicurigai menggunakan zat

pewarna yang dilarang untuk makanan (zat pewarna untuk tekstil). Hal ini

disebabkan karena zat pewarna tersebut mudah didapatkan, warna menarik serta

lebih tahan lama sehingga banyak konsumen yang menyukainya dan harganya

lebih murah serta memberikan keuntungan yang lebih besar kepada produsen.

Salah satunya yaitu kerupuk berwarna yang dijual di pasar pagesangan mataram.

Banyak sentra kerupuk berwarna yang dijual berbagai macam warna dan jenis

kerupuk. Tetapi yang dominan yaitu warna merah.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 33 tahun 2012, menyatakan

bahwa Bahan Tambahan Pangan (BTP) merupakan bahan yang ditambahkan

kedala pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. Banyak produsen

kerupuk yang menambahkan bahan tambahan pangan yang aman, tidak jarang

juga ada bahan tambahan yang dilarang, misalnya zat pewarna Rhodamin B.

Pemakaian zat pewarna berbahaya untuk bahan pangan telah ditetapkan dalam

Peraturan Menteri Kesehatan No. 33 Tahun 2012 tentang bahan tambahan pangan

(BTP) yang dilarang penggunaannya dalam makanan (Kumalasari, 2015)

3
1.2 Rumusan Masalah

“Apakah terdapat pewarna Rhodamin B pada kerupuk berwarna merah merk X

yang dijual di pasar Pagesangan Mataram ? “

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi zat pewarna Rhodamin B

pada kerupuk berwarna merah merk X yang dijual di pasar Pagesangan Mataram.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat khususnya produsen sebagai bahan masukan dan

informasi untuk tidak menggunakan pewarna buatan dan beralih

menggunakan pewarna alami sebagai bahan campuran kerupuk.

b. Bagi konsumen

Diharapkan lebih teliti dalam memilih kerupuk yang mengandung pewarna

Rhodamin B dengan ciri–ciri warna yang mencolok. Karena dapat berbahaya

bagi kesehatan.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai sumber informasi dan referensi bagi peneliti selanjutnya.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerupuk

2.1.1. Definisi Kerupuk

Kerupuk merupakan salah satu jenis makanan yang disukai oleh semua

orang, baik anak-anak maupun orang tua serta dikonsumsi oleh semua

golongan. Kerupuk banyak digunakan sebagai pendamping atau lauk saat

makan nasi sehari-hari atau pada saat pesta. Selain itu juga banyak dimakan

sebagai makanan selingan. Pengertian lain dari kerupuk adalah makanan

camilan yang bersifat kering, ringan yang terbuat dari bahan berpati cukup

tinggi. Kerupuk merupakan lauk sederhana dan dijadikan lauk makanan,

karena rasanya yang gurih dan enak yang dapat menambah selera makan

(Purwanti, 2011).

Kerupuk merupakan suatu jenis makanan kecil yang sudah lama dikenal

oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk dapat dikonsumsi sebagai

makanan selingan maupun sebagai variasi dalam lauk pauk. Kerupuk di kenal

baik disegala usia maupun tingkat sosial masyarakat. Kerupuk mudah

diperoleh di segala tempat, baik di kedai pinggir jalan, di super market,

maupun di restoran hotel berbintang. Kerupuk merupakan jenis makanan

kering yang sangat populer di Indonesia, mengandung pati cukup tinggi, serta

dibuat dari bahan dasar tepung tapioka. Ditinjau dari bahan bakunya banyak

5
jenis kerupuk yang dapat dihasilkan seperti kerupuk ikan, kerupuk udang,

kerupuk kedelai, kerupuk sari ayam dan lain-lain dengan variasi bentuk

kerupuk tergantung pada kreativitas pembuatnya. Asal mula kerupuk tidak

jelas. Karena jenis makanan ini tidak hanya di kenal dan dikonsumsi di negara

kita, tetapi juga di negara –negara Asia lainnya seperti Malaysia, Singapura,

Cina dan lain- lain. Namun, besar kemungkinan jenis produk ini berasal dari

Cina, yang kemudian disebar-luaskan berkat adanya hubungan dagang dan

perpindahan penduduk dari negeri Cina ke negara-negara Asia lainnya.Pada

proses pembuatan kerupuk yang menjadi bahan baku utama pembuatan

kerupuk adalah tepung tapioka (Nursyakirah, 2018).

2.1.2 Komposisi Kerupuk

Bahan yang digunakan dalam pembuatan kerupuk ada dua yaitu bahan baku

dan bahan tambahan. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan kerupuk

antara lain tepung tapioka, tepung terigu dan nasi. Bahan tersebut dapat

berfungsi sebagai bahan baku maupun bahan tambahan, tergantung dari teknik

membuatnya. Bahan tambahan dapat berasal dari hewani maupun nabati.

Contoh kerupuk hewani : kerupuk udang, kerupuk tengiri, kerupuk susu,

kerupuk keju. Contoh kerupuk nabati : kerupuk kedelai, kerupuk gandum,

kerupuk tapioka yang beraneka bentuk dan warna. Tepung tapioka atau yang

dikenal dengan tepung kanji merupakan bahan baku utama dalam pembuatan

kerupuk. Tepung tapioka ini dijual bebas di mana-mana. Hal ini terjadi karena

hampir setiap provinsi memiliki sentra-sentra penghasil ubi kayu atau singkong.

6
“Tepung tapioka, meskipun dibuat dari bahan singkong dengan kandungan

unsur gizi yang rendah, namun masih memiliki unsur gizi” (Purwanti, 2011).

Kandungan unsur gizi tepung tapioka/100 g dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Kerupuk

No. Kandungan Unsur Gizi Jumlah

1 Kalori (kal) 362

2 Protein (g) 0,50

3 Lemak (g) 0,30

4 Karbohidrat (g) 86,90

5 Kalsium (mg) 0,00

6 Forpor (mg) 0,00

7 Zat besi (mg) 0,00

8 Vitamin B1 (mg) 0,00

9 Vitamin C (mg) 0,00

10 Air (gr) 12,00

Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI, 1981. (Purwanti, 2011)

(KANDUNGAN RHODAMIN B PADA MAKANAN, 2011).

2.2. Jenis – Jenis Zat Pewarna

2.2.1. Pewarna Alami

Zat warna alami adalah zat warna yang diperoleh dari alam atau

tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara tradisional

7
zat warna alami diperoleh dengan ekstraksi atau perebusan tanaman. Bagian

–bagian tanaman yang dapat digunakan untuk zat warna alami antara lain

kulit, ranting, daun , akar, bunga, dan biji (Wahyuningsih, 2016). Secara

kuantitas, dibutuhkan zat pewarna alami yang lebih banyak dari pada zat

pewarna sintetis untuk menghasilkan tingkat pewarnaan yang sama. Pada

kondisi tersebut, dapat terjadi perubahan yang tidak terduga pada tesktur dan

aroma makanan. Zat pewarna alami juga menghasilkan karakteristik warna

yang lebih pudar dan kurang stabil bila dibandingkan dengan zat pewarna

sintetis. Oleh karena itu zat ini tidak dapat digunakan sesering zat pewarna

sintetis (Aprilia, 2016).

2.2.2. Pewarna Buatan

Pewarna buatan adalah zat warna buatan yang diperoleh melalui proses

kimia buatan yang mengandalkan bahan kimia. Zat pewarna buatan harus

melalui prosedur pengujian sebelum digunakan untuk zat pewarna makanan

yang disebut prosessertifikasi. SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/

Per/ IX/88 mengenai bahan tambahan pangan membagi bahan pewarna buatan

menjadi 2 yaitu zat pewarna yang diizinkan dan yang dilarang untuk bahan

pangan (Hidayat, 2014) (ZAT RHODAMIN B, 2014).

2.3. Rhodamin B

2.3.1. Pengertian Rhodamin B

Rhodamin B merupakan zat warna golongan Xhantenes dyes. Rhodamin

B adalah bahan kimia yang digunakan untuk pewarna merah pada industri

8
tekstil dan plastik. Rhodamin B adalah zat warna sintetis berbentuk kristal

berwarna ungu kemerahan, tidak berbau dan dalam larutan berwarna merah

terang berfluorenses. Rhodamin B dapat menghasilkan warna yang menarik

dengan hasil warna yang dalam dan sangat berpendar jika dilarutkan dalam

air dan etanol (Leksono, 2012).

Ciri-ciri pangan yang mengandung Rhodamin B meliputi warna terlihat

cerah (kemerahan atau merah terang) sehingga tampak menarik, dalam

bentuk larutan atau minuman warna merah berpendar atau banyak

memberikan titik-titik warna karena tidak homogen (seperti pada kerupuk

dan es putar), terdapat sedikit rasa pahit, muncul rasa gatal di tenggorokan

setelah mengonsumsinya, dan aroma tidak alami sesuai pangan, serta saat

diolah, tahan terhadap pemanasan (direbus atau goreng warna tidak pudar)

(Cahyani, 2015).

2.3.2. Ciri – Ciri Pangan Mengandung Rhodamin

Rhodamin B sering disalahgunakan pada pembuatan kerupuk, terasi, cabe

merah giling, agar agar, aromanis/kembang gula, manisan, sosis, sirup,

minuman, dan lainlain. Ciri-ciri pangan yang mengandung rhodamin B antara

lain :

1. Warnanya cerah mengkilap dan lebih mencolok.

2. Terkadang warna terlihat tidak homogen (rata)

3. Ada gumpalan warna pada produk

4. Bila dikonsumsi rasanya sedikit lebih pahit.

9
Biasanya Produk pangan yang mengandung Rhodamin B tidak

mencantumkan kode, label, merek, atau identitas lengkap lainnya

(Putriningtyas, 2017).

2.3.3. Metode Analisa Laboratorium Rhodamin B

Metode adalah suatu cara kerja untuk memahami objek yang menjadi

sasaran dalam mencapai tujuan. Dalam pemeriksaan Rhodamin B pada

kerupuk berwarna merah, penulis menggunakan metode Kromatografi Lapis

Tipis (KLT). Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif

dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-

komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran. Prinsip kerjanya

memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan

pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari

bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang

ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan

eluen (Putra, 2015).

10
2.4 Kerangka Konsep

Ciri Ciri Kerupuk Kerupuk


mengandung Rhodamin
B:
1. Terdapat gumpalan
warna tidak merata di
krupuk
2. Terasa pahit jika
Bahan Tambahan Pangan
dimakan 3. Warna
mencolok

pengawet Pewarna pemanis

Alam Buatan

Amaranth Dilarang Tidak dilarang

Rhodamin B Methanil Yellow

Kualitatif
Kuantitatif

KTI Spektro

11
Gambar 2.5 Kerangka konseptual tentang “Identifikasi Pewarna Rhodamin B pada

krupuk berwarna yang di jual di Pasar Tanjung Anyar Kota Mojokerto”.

2.6 Penjelasan Kerangka Konseptual

Berdasarkan kerangka konseptual diatas, dapat diketahui bahwa ada beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi adanya Rhodamin pada kerupuk yang dijual di

pasar Pegesangan Mataram. Salah satu faktornya yaitu kurangnya wawasan

produsen tentang bahaya yang ditimbulkan Rhodamin B dalam mengolah

kerupuk pasir. Akibatnya berbahaya jika dikonsumsi secara terus menerus oleh

manusia dan menyebabkan beberapa penyakit seperti kanker hati , gangguan

pernafasan , dll.

Identifikasi Rhodamin B dilakukan dengan kualitatif pada media Kertas

Whatman No.1. Dari media kertas whatman dilakukan penetesan methanol dan

di totolkan ke kertas kromatografi yang siap pakai. Identifikasi Rhodamin B

yaitu untuk mengetahui nilai RF dan nilai Baku dari hasil KLT (Kromatografi

Lapis Tipis) pada penelitian 10 jenis sampel kerupuk yang dijual di Pasar

Pegesangan Mataram apakah positif mengandung Rhodamin B dan memenuhi

standar peraturan BTP (Bahan Tambahan Pangan) sesuai yang ditetapkan oleh

Kemenkes.

12
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

3.1.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai dari penyusunan proposal sampai dengan

penyusunan laporan akhir, sejak bulan Maret 2018 sampai bulan Juli 2018.

3.1.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pasar pegesangan Kota Mataram. Tempat

pemeriksaan Rhodamin B pada kerupuk berwarna akan dilakukan di

Laboratorium Kesehatan UPT Dinas Kesehatan Kota Mojokerto.

3.1.3 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah kerangka kerja atau rencana untuk melakukan

studi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam mengumpulkan dan

menganalisis data. Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pikir maka

desain yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif (Sutrisno, 2015).

3.2. Populasi Penelitian dan Sampling

3.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang akan/ingin diteliti. Populasi ini

sering juga disebut Universe. Anggota populasi dapat berupa benda hidup

13
maupun benda mati, dimana sifat-sifat yang ada padanya dapat diukur atau

diamati (Nasution, 2003). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah

seluruh jenis kerupuk berwarna merah yang dijual dipasar pegesangan Kota

Mataram yakni sebanyak 10, yang terdiri dari 5 kerupuk pasir, 2 kerupuk

pedas manis, dan 3 kerupuk bawang, masing - masing sampel kerupuk

tersebut diambil dari penjual kerupuk dipasar pegesangn Kota Mataram.

3.2.2. Sampling
Sampling adalah pengambilan sampel dari populasi. Sedangkan Metode

Sampling adalah metode atau teknik untuk memilih dan mengambil sampel

dari populasi secara benar. Metode sampling dalam penerapannya digunakan

untuk menyajikan data yang mewakili populasi ditinjau dari keefisienannya.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total

sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama

dengan populasi. Apabila jumlah populasi atau subjeknya besar, maka dapat

diambil 10-15% atau 20-30% tergantung pada kemampuan peneliti. Jika

populasi kecil (<100) maka semua anggota populasi menjadi sampel

(Rahardian, 2012). Pada penelitian ini sampel yang digunakan yaitu dengan

jumlah 10 kerupuk, yang terdiri dari 5 kerupuk pasir, 2 kerupuk pedas manis,

dan 3 kerupuk bawang

14
3.3. Kerangka Kerja (frame work)

Kerangka kerja adalah konstruksi berfikir yang bersifat logis dengan

argumentasi yang konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil

disusun (Suryana, 2010). Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Gambar 3.1 Kerangka kerja tentang Identifikasi pewarna Rhodamin B pada


kerupuk pasir yang di jual di Pasar Tanjung Kota Mojokerto

Identifikasi Masalah

Penyusun Proposal

Desain Penelitian Analitik

Populasi Semua kerupuk berwarna dijual dipasar pegesangan Kota


Mataram

Sampling Total Samplingg

Pengelolahan dan Analisis data Editing, coding, tabulating

Penarikan kesimpulan

15
3.4. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel

3.4.1. Variabel

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang

hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Wulandari, 2014). Variabel

penelitian ini pewarna Rhodamin B pada kerupuk berwarna yang dijual

dipasar Pegesangan Kota Mataram.

3.4.2. Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional adalah penentuan konstrak atau sifat yang akan

dipelajari sehingga menjadi variabel yang dapat diukur (Cahyadi, 2016).

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Kategori Skala


Operasio Data
nal
Pewarna Pewarna Cara Uji Lembar Negatif = Nominal
Rhodamin Buatan Pewarna Observasi Rf ≤ 0,96
B pada Yang Tambahan (Bening)P
kerupuk Berwarna Makanan ositif =
berwarna Pada SNI 01- Rf ≥ 0,96
yang Seluruh 2895-1992 (Merah)
dijual di Jenis
pasar Kerupuk
pegesang Berwarna
an Merah
Kota yang
Mataram Dijual
dipasar
Pegesang
an Kota
mataram

16
3.5. Instrumen Penelitian dan Prosedur Kerja

3.5.1. Instrumen penelitian


Instrumen penelitian merupakan bagian penting dari suatu proses

penelitian secara keseluruhan, sedangkan bahan ajar merupakan bagian

penting dari suatu proses pembelajaran secara keseluruhan (Ramdani, 2012).

Instrumen yang digunakan pada penelitian Identifikasi pewarna Rhodamin

B sebagai berikut :

1. Alat :

a. Beaker Glass

b. Batang Pengaduk

c. Hot Plate

d. Pipet Ukur

e. Bulu Domba

f. Bejana Kromatografi

g. Pipa Kapiler

h. Kertas Whatman No. 1

2. Bahan yang digunakan :

a. Asam Asetat 6 %

b. Amonia 0 %

c. Eluen

17
3.5.2. Prosedur Penelitian

1. Prosedur Penghalusan Kerupuk.

a. Mengambil kerupuk yang berwarna merah sebanyak 5-10 biji.

b. Menghaluskan kerupuk hingga benar - benar halus.

c. Menimbang sebanyak 25 gram di neraca analitik.

d. Menambahkan ammonia 2% 10 ml dalam etanol 70%.

e. Merendam selama 12 jam.

2. Prosedur Analisa Rhodamin B

a. Mengambil hasil rendaman 12 jam.

b. Menuangkan ke porselen.

c. Meletakkan porselen di waterbath sampai pekat dan air berkurang

karena menguap.

d. Memindahkan ke dalam beaker glass.

e. Menambahkan 10 ml asam acetat 6% dan bulu domba.

f. Memasukkan bulu domba dan direndam kedalam larutan sampel

tersebut.

g. Memanaskan dan mendiamkan sampai mendidih ± 10 menit.

h. Mengambil bulu domba dan dicuci dengan air bersih, dan membilas

dengan menggunakan aquadest.

i. Masukkan bulu domba ke dalam beaker glass ,menambahkan 5 – 10 ml

larutan Amonia 10 %.

j. Memanaskan hingga warna pada bulu domba tertarik ke dalam larutan

18
Amonia 10 %.

k. Membuang bulu domba kemudian memindahkan larutan tersebut

kedalam botol kecil.

l. Menguapkan larutan dengan cara memanaskan sampai memperoleh residu

(sampai kering tetapi jangan sampai gosong).

m. Menambahkan beberapa tetes methanol ke residu, kemudian menotolkan

pada kertas Kromatografi yang siap pakai.

n. Mengelusi dengan bejana kromatografi dengan eluen sampai tanda batas.

o. Mengangkat kertas Kromatografi dan membiarkan mengering.

p. Mengamati warna yang terjadi dan juga membandingkan Rf

(Retardation Factor ).

3. Rumus Perhitungan Rf

a. Perhitungan antara RF sampel dengan RF standar.

RF = Jarak yang ditempuh zat


Jarak yang ditempuh cairan penghantar
(eluen)

3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

3.6.1. Teknik pengolahan data

Apabila data sudah terkumpul, maka dapat dilakukan pengolahan data


melalui tahapan editing, coding, dan tabulating. Berikut penjelasannnya :

a. Editing

Editing merupakan suatu kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan


isian formulir atau kuesioner (Notoatmodjo, 2010).

b. Coding

19
Setelah data terkumpul dan selesai diedit di lapangan, tahap berikutnya
adalah mengkode data. Untuk mempermudah mengolah data jawaban
diberi kode langsung pada lembar kuesioner (Wahyuningsih, 2009).

1. Kerupuk 1 kode K1

2. Kerupuk 2 kode K2

3. Kerupuk 3 kode K3

4. Kerupuk 4 kode K4

5. Kerupuk 5 kode K5

6. Kerupuk 6 kode K6

7. Kerupuk 7 kode K7

8. Kerupuk 8 kode K8

9. Kerupuk 9 kode K9

10. Kerupuk 10 kode K10

c. Tabulating
Tabulating adalah memasukan data kedalam tabel-tabel tertentu dan
mengitungnya (Saktiani, 2016). Dalam penelitian ini penyajian data dalam
bentuk tabel yang memiliki harga RF yang berbeda.

3.6.2. Analisa Data

Prosedur analisis data merupakan proses memilih dari beberapa sumber


maupun permasalahan yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan
(Notoatmodjo, 2010). Analisa data dalam penelitian ini akan disajikan dalam
bentuk tabel yang menunjukkan kandungan Rhodamin B pada seluruh
kerupuk berwarna yang dijual dipasar Tanjung Kota Mojokerto dan tujuan
penelitian dari masing-masing hasil yang diperoleh akan dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :

F
P= X 100%
N

20
Keterangan : P = Persentase
N = Jumlah sample penelitian
f = frekuensi kerupuk berwarna yang mengandung
Rhodamin B
Setelah diketahui persentase dari perhitungan, kemudian ditafsirkan dengan
kriteria sebagai berikut :
a. 1%-39% : Sebagian kecil sampel

b. 40%-49% : Hampir setengah sampel

c. 50% : Setengah sampel

d. 51%-75% : Sebagian besar sampel

e. 76%-99% : Hampir seluruh sampel

f. 100% : Seluruh sampel (Arikunto, 2006)

3.7. Etika Penelitian


Etika penelitian merupakan pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan
penelitian yang melibatkan antara pihak penelitian dengan pihak yang diteliti dan
masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut
(Notoatmojo, 2010). Dalam penelitian ini analisa di laboratorium menggunakan
bahan-bahan kimia. Prinsip penggunaan bahan kimia ini yaitu dengan
menggunakannya dalam jumlah sekecil mungkin tetapi memberikan hasil
penelitian yang sahih, memastikan penggunaan, pembuangan, dan instrumennya
dengan tepat, serta melaksanakan prosedur keselamatan dengan memakai alat
dan pakaian pelindung diri yang tepat ketika bekerja dengan bahan kimia.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Aprilia, C. 2016. Pengaruh konsentrasi dekstrin dan ph terhadap karakteristik

serbuk pewarna hijau alami dari daun katuk (Sauropus androgynous l.merr )

dengan metode foam-mat drying [Skripsi]. Universitas Pasundan Bandung.

2. Agristika, A. 2015. Hubungan pengetahuan dan sikap pedagang jajanan anak

sekolah dasar negeri terhadap perilaku penggunaan pewarna rhodamin b di

kecamatan sukarame bandar lampung [Skripsi]. Universitas Lampung.

3. Cahyadin, D. 2016. analisis kepantasan harga, kepuasan pelanggan, loyalitas, dan

harga yang dapat diterima [Skripsi]. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Cahyani, M. 2015. Identifikasi pewarna sintetis pada pangan jajanan tradisional

kota Denpasar [Skripsi]. Universitas Udayana Bali.

5. Chrislia, Debby. 2017 Jurnal Biota Vol. 3 No. 1 Analisis Zat Pewarna Rhodamin

B Pada Saus Cabai Yang Beredar di Kampus Universitas Islam Negeri Raden

Fatah Palembang.

6. Faridah, A. 2014. Identifikasi pigmen betasianin dari kulit buah naga merah

(hylocereus polyrhizus ) [Skripsi]. Universitas Negeri Padang.

22
7. Hidayat, R. 2014. Laporan pengantar tugas akhir perancangan buku pewarna

alami dan buatan pada makanan [Skripsi]. Universitas Komputer Indonesia

Bandung.

8. Sutrisno, T. 2015. Pengaruh kepercayaan merek terhadap loyalitas pelanggan

pada cv aan Ibrahim brother’s di Bandar Lampung [Skripsi]. Universitas

Lampung.

9. Kumalasari, E. 2015. identifikasi dan penetapan kadar rhodamin b dalam kerupuk

berwarna merah yang beredar di pasar antasari Kota Banjarmasin. Jurnal Ilmiah

Manuntung Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin. Vol. 1 No. 85-89.

10. Leksono, A. 2012. Pengolahan zat warna tekstil rhodamin b menggunakan

bentonit terpilar titanium dioksida (TiO2) [Skripsi].Universitas Airlangga.

11. Mahreni. 2015. Jurnal zat warna alami (review) . Jurnal Riset Daerah, Vol. 14 No.

03 Fakultas Teknik Kimia UPN Veteran Yogyakarta.

12. Maritje, H. 2016 Perbandingan Eritrosin pada Disclosing Solution dengan Ekstrak

Antosianin Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus costaricensis) sebagai Bahan

Alternatif Pendeteksi Plak. Universitas Kristen Maranatha.

13. Rahayu, M. 2016. Identifikasi Zat Pewarna Rhodamin B Dan Methanyl Yellow

Pada Kerupuk Yang Dijual Di Pasar Beringharjo Yogyakarta . Jurnal Teknologi

Laboratorium. Vol.5 No.2.

23
Bibl

ography
KANDUNGAN RHODAMIN B PADA MAKANAN. (2011). DIREKTORAT GIZI DEPKES RI , 11.

Bibliography
KANDUNGAN RHODAMIN B PADA MAKANAN. (2011). DIREKTORAT GIZI DEPKES RI , 11.

ZAT RHODAMIN B. (2014). HIDAYAT , 111.

24

Anda mungkin juga menyukai