Thesis
Thesis
Thesis
SKRIPSI
OLEH
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
i
KUALITAS SPERMATOZOA PASCA IMOBILISASI BEBERAPA
BAGIAN SPERMAOZOA SAPI FH MENGGUNAKAN LASER DIODA
SKRIPSI
OLEH
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi ini, terutama bab
hasil dan pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Fakultas : Peternakan
iv
KATA PENGANTAR
Subhanahu Wa Taala Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Kehendak, Rahmat dan
Spermatozoa Sapi FH Menggunakan Laser Dioda”. Tak lupa pula salam serta
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
1. Kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.Sc sebagai Dekan Fakultas
2. Kepada Bapak Dr. Ir. Syahruddin Said, M.Agr sebagai Kepala Laboratorium
4. Kepada Ibu Dr. Ekayanti M. Kaiin, M.Si sebagai Pembimbing Anggota yang
semangat.
5. Kepada Bapak M. Gunawan, S.Pt., M.Si dan Bapak Tulus Maulana, S.Pt.,
M.Si yang telah mengarahkan dan memberikan berbagai ilmu, petuah dan
semangat.
v
6. Kepada Staff Laboratorium Reproduksi, Pemuliaan dan Kultur Sel Hewan,
8. Kepada kedua Orangtua saya, Bapak Dr. Ir. Syahruddin Said, M.Agr dan Ibu
dr. Rosdiana Rasyidi, MARS atas dorongan dan dukungan baik moril
maupun materil.
9. Kepada kedua adik saya, Faiqoh Dian Syahruddin dan Athoillah Ahkam
KKN Reguler Kab. Bantaeng Kec. Pa’jukukang Desa Biangloe yang telah
11. Kepada St. Azizah Mahmud dan Adinda Maharani atas dorongan dan
12. Kepada Hamdiyani Rusman, Fatiha Aprilianti dan Tuty Alawiyah atas
13. Kepada Rekan Rusunawa Blok C no. 308 atas dorongan dan dukungan baik
14. Kepada Fadillah Ahmad Agasi dan Glorinda Ella Teken atas dorongan dan
Serta semua pihak atas segala perhatiannya dan bantuan kepada penulis,
yang tidak dapat penulis tulis satu persatu. Penulis menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis telah berusaha melakukan yang terbaik
vi
dalam penyusunannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
vii
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan metode yang tepat untuk imobilisasi
sperma tanpa menurunkan integritas DNA dan merusak keutuhan spermatozoa sapi.
Imobilisasi sperma dilakukan dengan penembakan Laser Octax MTG panjang
gelombang sebesar 1,48 µm sebanyak 2 kali dengan bantuan software Eye Ware
3.0. Penembakan dilakukan pada 4 titik yaitu ujung ekor spermatozoa, pertengahan
ekor spermatozoa, leher spermatozoa dan kepala spermatozoa masing-masing
sebanyak 20 sel spermatozoa. Penembakan laser 1,48 µm memberikan pengaruh
terhadap immobilitas tertinggi mencapai 100% pada bagian kepala dengan
integritas DNA spermatozoa mencapai 90%, keutuhan sperma tetap normal (100%)
dan tidak menunjukkan pengaruh nyata. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
(1) penembakan laser dioda pada bagian badan ekor yang paling efektif dalam
imobilitas spermatozoa; (2) penggunaan laser dioda dengan panjang gelombang
1,48 um dapat digunakan untuk melakukan imobilisasi spermatozoa sebelum
intracytoplasmic sperm injection (ICSI). Penembakan laser dioda dengan panjang
gelombang 1,48 µm pada bagian badan ekor yang paling efektif dalam imobilisasi
spermatozoa dengan imotilitas sebesar 95,00 ± 5,98 dan integritas DNA sebesar
85,00 ± 11,65.
viii
ABSTRACT
The aim of this study was to find the proper method for sperms immobilization without
reducing DNA integrity and damaging the shape of bovine sperms . Sperm immobilization
was carried out by double shots using laser Octax MTG with wavelength of 1.48 µm and
Eye Ware 3.0 software. A total of 20 sperms were shoot at 4 points, which was the tail end,
the mid-tail, the neck and the head of the sperms. The shooting of 1.48 µm laser had the
highest effect on immobility reaching 100% on the head and the DNA integrity of the
sperms reached up to 90%, the shape of sperms were remained normal (100%) and did not
showing significant effect. The results of this study indicated that (1) the laser diode with
a wavelength of 1.48 µm at the mid-tail section of the sperm was most effective for sperm
immobilization; (2) the use of laser diodes with a wavelength of 1.48 µm can be used to
immobilize the sperms before intracytoplasmic sperm injection (ICSI). The diode laser
shooting with a wavelength of 1.48 µm at the tail was the most effective in immobilizing
the sperms with an immobility of 95.00 ± 5.98 and DNA integrity of 85.00 ± 11.65.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
x
Rancangan Penelitian ............................................................................. 16
Prosedur Penelitian ................................................................................ 17
Analisis Data ......................................................................................... 17
Kesimpulan ............................................................................................ 24
Saran ...................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 27
LAMPIRAN.................................................................................................... 29
xi
DAFTAR TABEL
No. Halaman
xii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
dioda. ........................................................................................................... 15
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
4. Dokumentasi ................................................................................................ 33
xiv
PENDAHULUAN
Latar Belakang
reproduksi berbantu yang efisien karena hanya membutuhkan satu sel sperma dan
sel telur yang telah matang untuk memulai proses pembentukan individu baru
(Yanagida, 2009). Metode ini pertama kali ditemukan oleh Hiramoto (1966) untuk
pronukleus jantan tidak akan terjadi sebelum spermatozoa masuk ke dalam sel telur.
Pada tahun 1976, Uehara dan Yamaguchi melanjutkan penelitian Hiramoto untuk
menguji kelayakan penggunaan metode ICSI pada manusia (Said et al., 2006).
metode In Vitro Fertilization (IVF) dan Embryo Transfer (ET) pada pasangan yang
sulit mendapatkan keturunan oleh Edwards et al. (1980). Sejak saat itu, para
Zona Thinning (ZT), Zona Drilling (ZD), Sub-Zonal Insemination (SUZI) dan ICSI
tingkat lanjut untuk memberikan solusi terhadap berbagai kegagalan fertilisasi yang
ICSI telah berhasil dilakukan pada kelinci (Hosoi et al., 1988; dan Iritani, 1989),
mencit (Kimura dan Yanagimachi, 1995), kucing (Pope et al., 1998), kuda
(Cochran et al., 1998), domba (Gomez et al., 1998), sapi (Hamano et al., 1999),
1
kera (Hewitson et al., 1999), babi (Martin, 2000) dan tikus (Said et al., 2003).
al., 1995) atau dengan memisahkan kepala dan ekor dengan ultrasonikasi (Kuretake
pembelahan pada tahap awal perkembangan embrio. Namun, hal tersebut memiliki
resiko merusak spermatozoa yang cukup tinggi. Saat ini, terdapat teknik baru dalam
Penggunaan laser dioda dapat mengidentifikasi spermatozoa yang layak untuk ICSI
Rumusan Masalah
ekor dengan metode sonikasi, menekan spermatozoa ke dasar petri dengan dengan
pipet injeksi serta memberikan getaran pipet dengan eletrik piezo. Metode
kualitas spermatozoa, oleh karena itu diperlukan suatu metode yang mampu
Penggunaan laser dioda yang biasa digunakan sebagai alat bantu untuk
2
memudahkan terjadinya fertilisasi juga dapat digunakan untuk mengimobilisasi
Tujuan penelitian secara umum adalah menemukan metode yang tepat untuk
Manfaat penelitian ini adalah adanya tambahan informasi baru terkait dengan
3
TINJAUAN PUSTAKA
Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak
terdapat di Amerika Serikat, sekitar 80-90% dari seluruh sapi perah yang berada di
sana. Sapi ini berasal dari Belanda yaitu provinsi North Holand dan West Friesland
yang memiliki padang rumput yang sangat luas. Sapi FH mempunyai beberapa
keunggulan, salah satunya yaitu jinak, tidak tahan panas tetapi sapi ini mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Ciri-ciri sapi FH yang baik adalah memiliki
tubuh luas ke belakang, sistem dan bentuk perambingan baik, puting simetris, dan
efisiensi pakan tinggi yang dialihkan menjadi produksi susu (Blakely dan Bade,
1998).
Holstein (FH) dan peranakan Friesian Holstein (PFH). Sapi Friesian Holstein
memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki
berwarna putih, kepala panjang dan tidak menghadap atau menjulur ke depan, pada
dahi terdapat warna putih berbentuk segitiga, produksi susunya tinggi, serta sifatnya
baik, rata-rata bobot badan sapi Friesian Holstein (FH) adalah 750 Kg dengan tinggi
bahu 139,65 cm. Kemampuan produksi susu sapi FH lebih tinggi dibandingkan
bangsa sapi perah yang lain. Untuk mencapai produksi yang optimal sapi perah
optimum untuk sapi perah dewasa berkisar antara 5-21 C, sedangkan kelembaban
4
udara tang baik untuk pemeliharaan sapi perah adalah sebesar 60% dengan kisaran
1. Morfologi Spermatozoa
spermatozoa terdiri atas bagian kepala, leher, dan ekor. Bagian kepala mengandung
materi genetik yang dilindungi oleh membran nukleus. Di bagian ujung kepala,
ke dalam sel gamet betina (Alters, 2000). Leher berfungsi sebagai penyambung
bagian kepala dengan ekor spermatozoa. Bagian spermatozoa terdiri atas bagian
principal piece atau bagian kepala, mid piece atau bagian tengah, dan end piece atau
bagian akhir (Chenoweth & Lorton, 2014). Pada bagian mid piece, terdapat
Bentuk dan ukuran spermatozoa beragam pada tiap spesies. Pada sapi,
bagian kepala spermatozoa berbentuk seperti dayung, pipih, dan relatif besar
(Rouge, 2004). Spermatozoa sapi memiliki ukuran panjang total yaitu sekitar 70,
2. Metabolisme Spermatozoa
hidup. Metabolisme terdiri atas dua reaksi utama yaitu anabolisme dan katabolisme.
5
sederhana (Wright, 2000). Metabolisme pada spermatozoa merupakan faktor
mitokondria pada bagian midpiece (Oliveira & Alves, 2015). Pada proses glikolisis,
terjadi perombakan substrat berupa glukosa atau fruktosa menjadi tiga molekul
Asam piruvat kemudian teroksidasi menjadi CO2 dan menghasilkan asetil koenzim
asam sitrat (siklus Krebs). Proses glikolisis dan siklus asam sitrat menghasilkan
molekul NADH dan FADH2. Oksidasi NADH dan FADH2 pada rantai transport
ATP yang dihasilkan pada proses fosforilasi oksidatif 15 kali lipat lebih banyak
berbeda-beda pada tiap spesies. Spermatozoa manusia lebih bergantung besar pada
spermatozoa babi sangat bergantung pada metabolisme oksidatif dan tidak dapat
maupun tidak langsung oleh faktor-faktor eksternal seperti suhu ekstrim dan radiasi
6
ultraviolet. Suhu yang terlalu rendah dapat menyebabkan kejutan dingin pada
pada suhu 10oC dan sebagian kecilnya dapat bergerak lemah. Suhu yang terlalu
tinggi juga dapat merusak spermatozoa melalui denaturasi enzim. Radiasi sinar
dibuktikan oleh penelitian yang memaparkan cahaya putih pada spermatozoa sapi.
3. Kualitas Spermatozoa
pada semen. Semen yang tidak normal secara makroskopis, dapat mengindikasikan
terdapatnya kerusakan ataupun infeksi bakteri pada sistem reproduksi (Agarwal &
Said, 2011).
gerakan massa, konsentrasi, motilitas, viabilitas, dan membran plasma utuh (MPU).
dkk., 2000). Gerakan massa dapat dinilai ke dalam tiga kategori yaitu cukup, baik,
7
Parameter mikroskopis utama untuk mengevaluasi kualitas semen ialah
motilitas dan viabilitas. Penilaian motilitas dan viabilitas penting dilakukan untuk
spermatozoa yang bergerak (motil) pada kamar hitung (Algarubi, 2014). Analisis
diferensial yang berkaitan pada integritas membran sel. Sel spermatozoa yang hidup
dan mati akan menunjukkan reaksi yang berbeda terhadap zat pewarna tertentu,
sehingga keduanya dapat dibedakan dan persentase sel spermatozoa yang hidup
spermatozoa ialah eosin (Budai dkk., 2014). Spermatozoa mati memiliki membran
plasma yang rusak sehingga dapat menyerap warna eosin. Sebaliknya spermatozoa
yang hidup tidak dapat menyerap warna merah dari eosin karena membran
plasmanya tidak rusak dan dapat mempertahankan integritasnya. Oleh karena itu
merah dan spermatozoa yang hidup tampak berwarna putih (Legato, 2004).
Osmotic Swelling Test (Uji HOS). Uji HOS dapat menilai integritas membran
lingkungan di dalam sel dengan lingkungan luar (Ramu & Jeyendran, 2012).
8
Lingkungan hipo osmotik menyebabkan masuknya cairan ke dalam spermatozoa
Metode Swim Up
penghilangan plasma semen secara efisien, cepat dan murah, tidak menyebabkan
mengurangi induksi kapasitasi (Donelly et al, 2001). Swim up merupakan salah satu
pelet pada dasar media menuju permukaan media (Henkel dan Schill, 2003).
Imobilisasi Sperma
ekor spermatozoa pada dasar cawan petri. Hal ini dilakukan sesaat sebelum
9
Selain itu, Saili dan Said (2005) melaporkan bahwa spermatozoa yang nyata
pembentukan pronukleus jantan dan betina setelah diinjeksikan ke dalam sel telur
tikus. Hal ini merupakan bukti tambahan bahwa untuk tujuan fertilisasi melalui
teknik ICSI, spermatozoa yang digunakan tidak perlu motil dan utuh.
10
METODE PENELITIAN
Materi penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan digital ATX124
[Shimadzu], pinset, tabung plastik (conical tube 15 ml), gloves, google, gelas kaca,
pipet mikro skala 100 µl dan 1000 µl [Eppendorf], micro pipet puller Model P2000
laminar air flow BH-100 [Telstar], gunting straw, straw, micro-tube Eppendorf 1,5
pendingin, goblet, objek glass, cover glass, alat sentrifus EBA20 [Hettich],
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah semen beku sapi FH,
Alkohol 70%, pewarna Eosin 2%, medium TALP (Tyrode's Albumin Lactate
11
Metode Penelitian
1. Pengambilan Semen
goblet yang berisikan air dengan suhu 37ºC selama 30 detik. Straw dikeringkan
dengan tisu, lalu kedua ujung straw dipotong dan ditempatkan dalam micro-tube.
Selanjutnya diinkubasi pada warm plate dengan suhu 37ºC selama 10 menit, lalu
Utuh).
View 3.7. Spermatozoa yang mati akan menyerap warna merah dan
rumus:
A = [ P / ( P + Q) ] x 100%
12
A = Persentase daya hidup spermatozoa.
ekor patah dan bentuk kepala abnormal sedikitnya 100 sel sperma
menggunakan rumus:
A = [ P / ( P + Q) ] x 100%
dengan ekor yang melingkar dan sperma yang rusak ditandai dengan
13
kali menggunakan software Indomicro View 3.7, dengan
A = [ P / ( P + Q )] x 100%
A = Persentase MPU.
dengan metode swim up. Pada metode swim up, tahap pertama dilakukan dengan
50 µl. Selanjutnya dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 1800 rpm selama 10 menit
• Preparasi Spermatozoa
Menyiapkan mikroskop inverted yang telah terpasang laser dioda dan pipet
gelombang sebesar 1,48 µm sebanyak 2 kali (Montag et al., 2000) dengan software
Eye Ware 3.0. Perlakuan penembakan spermatozoa dilakukan pada 4 titik yaitu
14
ujung ekor spermatozoa, badan ekor spermatozoa, leher spermatozoa dan kepala
selanjutnya.
(a)
(a) (b)
(b)
Gambar 2. Skema Penembakan Laser Dioda. (a) Posisi Penembakan Laser Dioda;
Gambar 3. Skema penembakan laser dioda. (a) posisi penembakan laser; (b) bagian
(b) Bagian Penembakan
penembakan Pada Spermatozoa.
pada spermatozoa. Bar30menunjukkan
Bar menunjukkan um. 30 µm
15
dengan menggunakan pewarna Hoechst yang diamati melalui mikroskop
flouresence dengan software Axio Vision Rel. 4.8 menggunakan filter DAPI.
Paramater Penelitian
mikroskopis:
Rancangan Penelitian
Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa persentase integritas DNA,
16
Prosedur Penelitian
Analisis Data
pada perlakuan penembakan laser dioda di kepala, leher, badan ekor dan ujung ekor
dan apabila terdapat pengaruh diantara perlakuan dilanjutkan dengan uji Fisher
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
sebesar (73.00 ± 0.71). Data ini menunjukan bahwa motilitas kualitas spermatozoa
pasca thawing pada penelitian ini sesuai standar kelayakan SNI 4869-1-2017 untuk
motilitas spermatozoa minimal 40% (BSN, 2005). Garner dan Hafez (2000)
spermatozoa yang utuh maka semakin banyak spermatozoa yang motil (Azzahra
dkk., 2016). Standar Nasional Indonesia (SNI) SNI 4869-1-2017 produk sperma
18
sapi beku mensyaratkan bahwa semen sapi memiliki morfologi abnormalitas baik
primer maupun sekunder < 20% (BSN, 2005). Pernyataan serupa juga dinyatakan
oleh Balls and Peters (2004) yang menyatakan seekor pejantan tidak akan memiliki
(72,63 ± 1.56), abnormalitas sebesar (Gambar 6) (13,71 ± 3.23) dan MPU (Gambar
hidup dan motil terpisah dengan spermatozoa yang mati dan imotil. Pasaribu (2014)
dengan yang hidup. Spermatozoa yang hidup dapat bermigrasi keluar dari pelet
19
mekanik gaya sentrifugasi seperti gesekan permukaan membran spermatozoa
dengan dinding tabung selama proses swim up. Hal ini sesuai dengan pernyataan
viabilitas namun masih dalam taraf normal, dimana angka viabilitas spermatozoa
minimal 60% (Garner dan Hafez, 2000). Hasil ini menujukkan bahwa spermatozoa
(a) (b)
Gambar 4. Motilitas spermatozoa menggunakan CASA. (a) Pasca Thawing; (b)
Pasca Swim Up.
(a) (b)
Gambar 5. Viabilitas spermatozoa menggunakan perwanaan Eosin 2%. (a) Pasca
Thawing; (b) Pasca Swim Up. Ket: H = Hidup; M = Mati. Bar
menunjukan 20 µm.
20
(a) (b)
Gambar 6. Abnormalitas spermatozoa menggunakan perwanaan Eosin 2%. (a)
Pasca Thawing; (b) Pasca Swim Up. Ket: 1 = Kepala Putus; 2 = Ekor
Putus; 3 = Ekor Patah. Bar menunjukan 20 µm.
(a) (b)
Gambar 7. MPU spermatozoa menggunakan larutan HOS. (a) Pasca Thawing; (b)
Pasca Swim Up. Ket: U = Utuh; TU = Tidak Utuh. Bar menunjukan 20
µm.
laser dioda memiliki rata - rata imotilitas tertinggi pada kepala (100.00 ± 0.00) tidak
21
berbeda nyata (P>0.05) dengan hasil penembakan pada leher (98.75 ± 2.32) dan
badan ekor (95.00 ± 5.98). Sedangkan penembakan pada ujung ekor (86.88 ± 8.43)
bagian kepala, leher dan badan ekor. Integritas DNA spermatozoa pasca
penembakan laser dioda (Gambar 8) pada bagian pada ujung ekor (90.63 ± 6.78)
dan badan ekor (85.00 ± 11.65) berbeda nyata (P<0.05) lebih tinggi dibandingkan
dengan penembakan pada bagian leher (19.38 ± 10.5) dan kepala (9.38 ± 4.17).
Berdasarkan hasil penembakan laser dioda pada kepala, leher dan badan
ekor menghasilkan presenatse imotilitas yang tinggi dan tidak berbeda nyata,
namun integritas DNA spermatozoa hasil penembakan laser dioda pada badan ekor
membran ekor. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa penembakan laser dioda
dengan panjang gelombang 1,48 µm pada badan ekor lebih sedikit mendapatkan
Pada hasil penelitian ini juga memperlihatkan bahwa penembakan laser dioda pada
ujung ekor menghasilkan imotilitas dan integritas DNA yang tinggi, namun
tidak terdapat nilai yang berbeda pada semua bagian penembakan dengan nilai
(100.00 ± 0.00) berarti penggunaan laser dioda dengan panjang gelombang 1,48 µm
22
ini sejalan dengan penelitian Montag et al. (2000) menyatakan bahwa penggunaan
spermatozoa.
23
PENUTUP
Kesimpulan
imotilitas sebesar 95.00 ± 5.98 dan integritas DNA sebesar 85.00 ± 11.65.
Saran
µm.
24
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal, A. & T.M. Said. 2011. Interpretation of basic semen analysis and
advanced semen testing. 9 hlm.
Algarubi, S.M. 2014. Effect of sperm quality of beef cattle on percentage. IJSR
3(11): 790—793.
Applegate, E. 2011. The anatomy and physiology learning system. 4th ed. Saunders
Elsevier, USA: 467 hlm.
Arifiantini, L., T.L. Yusuf, Dan Yanti D. 2005. Kaji Banding Kualitas Semen Beku
Sapi Friesian Holstein Menggunakan Pengencer Dari Berbagai Balai
Inseminasi Buatan Di Indonesia. Animal Production 7(3): 168-176.
Blakely, J., dan Bade, D. H. 1998. Ilmu Peternakan Edisi ke Empat. Penerjemah:
Srigandono, B. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal: 351-352.
Chen HH, Feng GX, Zhang B., Shu JH, Gan XY, Zhou H., 2015. Successful
pregnancy following laser-assisted selection of viable but immotile
spermatozoa for intracytoplasmic sperm injection: a report of 2 cases.
Zhonghua Nan Ke Xue 2015; 21:988–991.
Cochran, P.E. 2011. Veterinary anatomy & physiology. 2nd ed. Cengage Learning,
USA: xii + 357 hlm.
25
Cochran, R., Meintjes, M., Roggio, B., and Hylan, D., 1998. Live foals produced
from sperm injected oocytes derived from pregnant mares. J.Equine.Vet.
Sci. 18:736-740.
Donnelly ET, Steele EK, McClure N, Lewis SE. 2001. Assessment of DNA
integrity and morphology of ejaculated spermatozoa from fertile and
infertile men before and after cryopreservation. Hum Reprod 16: 1191-
1199.
Dozortzev, D., Rybouchkin, A., Sutter, P., Qian, C., and Dhont, M., 1995. Human
oocyte activation following intracytoplasmic sperm injection: the role of
the sperm cell. Hum. Repord. 10:403-407.
Edwards, RG., Steptoe, P.C., and Purdy J.M.,1980. Estanlishing full-term human
pregnancies using cleaving embryos grown in vitro. Br.j.Obstet.Gynaecol.
87:737-756.
Gomez, M.C., Catt, J.W., Evans, G., and Maxwell, W.M.C., 1998. Cleavage,
development and competence of sheep embryos fertilized by
intracytoplasmic sperm injectionand in
vitro fertilization. Theriogenology. 49:1143-1154.
Gunawan, M., R.D.A. Putri & E.M. Kaiin. 2015. Evaluation of quality sexing sperm
Frisian Holstein (FH) post thawing. Pros Sem Biodiv Masy Biodiv Indon
1(8): 2057—2061.
Hamano, K., Li, X., Qian, X.Q., Funauchi, F., Furudate, M., and Minato, Y.,
1999. Gender preselection in cattle with intracytoplasmically injected,
flow cytometrically sorted sperm heads. Biol. Reprod. 60:1194-1197.
Henkel RR, Schill WB. 2003. Sperm preparation for ART. Reprod Biol Endocrinol
1:108.
Hewitson, L.C., Dominiko, T., Takahashi, D., Martinovich, C., Ramalho-Santos, J.,
Sutovsky, P., Fanton, J., Jacob, D., Monteith, D., Neuringer, M., Battaglia,
D., Simerly, C., and Schatten, G., 1999. Unique checkpoints during the first
cycle of fertilization after intracytoplasmic sperm injection in rhesus
monkey. Nat.Med. 5:431-433.
Hiramoto, Y. 1966. Microinjection of the live spermatozoa into see urchin eggs.
Exp.Cell.Res. 27:416-426.
Hosoi, Y., Miyake, M., Utsumi, K., and Iritani, A., 1988. Development of rabbit
oocytes after microinjection of spermatozoa. In: Proceedings of the
11th International Congress on Animal Reproduction and Artificial
Insemination. Abst.Pp.331.
26
Karlinah, N., E. Yanti, & N. Arma. 2015. Bahan ajar embriologi manusia.
Deepublish, Yogyakarta: xii + 447 hlm.
Kimura, Y., and Yanagimachi, R., 1995. Intracytoplasmic sperm injection in the
mouse. Biol. Reprod. 52:709-720.
Oliveira, P.F. & M.G. Alves. 2015. Sertoli cell metabolism and spermatogenesis.
Springer, London: 75 hlm.
Pope, C.E., Johnson, C.A., McRae, M.A., Keller, G.L., and Dresser, B.L., 1998.
Development of embryos produced by intracytoplasmic sperm injection of
domestic cat oocytes. Anim.Reprod.Sci. 53:221-236.
Ramu, S. & R.S. Jeyendran. 2012. The hypo-osmotic swelling test for evaluation
of sperm membrane integrity. Spermatogenesis 927: 21--25.
Rink, K., Delacre ́taz, G., Salathe ́, R. et al. (1996) Non-contact microdrilling of
mouse zona pellucida with an objective-delivered 1.48 µm diode laser.
Lasers Surg. Med., 18, 52–62.
27
Said T, Agarwal A, Grunewald S, Rasch M, Baumann T, Kriegel C,
Li L, Glander HJ, Thomas AJ Jr & Paasch U. 2006. Selection of non
apoptotic spermatozoa as a new tool for enhancing assisted reproduction
outcomes: an in vitro model. Biol Reprod 74, 530–537.
Said, S., Saili, T., Tappa, B., 2003. Pengaktifan dan pembuahan sel telur tikus
setelah disuntik kepala spermatozoa. Hayati. 10:96-99.
Saili, T., Said, S., Setiadi, M. A., Agungpriyono, S., Toelihere, M. R. dan Budiono,
A. 2005. Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI) Sebagai T eknik
Reproduksi Bantuan Unggulan. Sain. Vet. 1:53-59.
Storey, B.T. 2008. Mammalian sperm metabolism: oxygen and sugar, friend and
foe. Int. J. Dev. Biol. 52: 427--437.
Sujoko, H. M.A. Setiadi, &A. Boediono. 2009. Seleksi spermatozoa domba garut
dengan metode sentrifugasi gradien densitas percoll. Jurnal Veteriner
10(3): 125--132.
Wright, D. 2000. Human physiology and health. Heinemann, Oxford: 280 hlm.
28
LAMPIRAN
Parameter
n
Motilitas (%) Viabilitas (%) Abnormalitas (%) MPU (%)
1 50.00 71.00 19.00 74.00
2 47.90 76.00 13.67 74.00
3 52.37 73.30 15.00 73.00
4 49.67 73.67 11.00 73.00
5 45.96 72.34 8.34 72.00
6 50.44 74.67 11.00 72.67
7 49.56 73.33 9.67 72.33
8 47.90 73.33 11.33 73.00
x̅ ± SD 49.23 ± 1.94 73.46 ± 1.48 12.38 ± 3.40 73.00 ± 0.71
Keterangan:
n = Pengulangan
x̅ = Rata-rata
SD = Standar Deviasi
Parameter
n
Motilitas (%) Viabilitas (%) Abnormalitas (%) MPU (%)
1 55.00 70.67 19.67 74.00
2 51.00 74.67 15.00 73.00
3 61.67 71.00 16.00 74.00
4 52.36 72.34 12.33 72.00
5 51.85 72.00 9.00 71.00
6 53.49 73.00 13.34 71.34
7 52.36 75.00 11.33 72.00
8 51.00 72.33 13.00 71.33
x̅ ± SD 53.59 ± 3.52 72.63 ± 1.56 13.71 ± 3.23 72.33 ± 1.19
Keterangan:
n = Pengulangan
x̅ = Rata-rata
SD = Standar Deviasi
Hipotesis:
29
Ho(1) : Nilai rata-rata data presentase imotilitas spermatozoa pasca
(kepala, leher, badan ekor dan ujung ekor) tidak berbeda nyata.
Taraf nyata:
Pengambilan keputusan:
Hasil Perhitungan:
Jumlah Kuadrat
Db F P
Kuadrat Tengah
Perlakuan 839.8 3 279.95 9.99 0.000
Total 1624.2 31
30
Nilai P = 0.000
Jumlah Kuadrat
Db F P
Kuadrat Tengah
Perlakuan 42666 3 14221.9 91.94 0.000
Total 46997 31
Nilai P = 0.000
Kesimpulan:
Taraf nyata:
Hasil Perhitungan:
31
Perlakuan N Mean Kelompok
Kepala 8 9.38 b
Leher 8 17.50 b
Badan Ekor 8 81.25 a
Ujung Ekor 8 90.63 a
Kesimpulan:
kepala, leher dan badan ekor dengan ujung ekor pada data presentase
kepala dan leher dengan badan ekor dan ujung ekor terhadap data
32
4. Dokumentasi
Pembuatan Medium
33
RIWAYAT HIDUP
Kota Bogor lulus tahun 2009, kemudian setelah lulus SD melanjutkan kejenjang
SMPN 1 Kota Bogor Lulus tahun 2012 dan melanjutkan sekolah menengah atas
SMAN 1 Kota Bogor lulus pada tahun 2015, setelah menyelesaikan tingkat SMA,
Sekertaris Umum.
34