Draping
Draping
Draping
I. LATAR BELAKANG
Association of Surgical Technologi (AST), 2008, mengembangkan dan
merekomendasikan tentang standar draping sebagai panduan untuk mendukung
pelayanan perawatan di kamar bedah dalam penekanan standar praktk terbaik yang
berhubungan dengan draping pada prosedur bedah.
Tujuan dari standar yang direkomendasikan adalah untuk memberikan garis tegas
bahwa anggota tim bedah dapat menggunakan standar praktik tersebut serta
dikembangkan dalam menerapkan kebijakan pada prosedur draping di kamar bedah.
Standar yang direkomendasikan dan disajikan dengan pengertian bahwa standar
tersebut menjadi tanggung jawab dari tenaga kesehatan untuk mengembangkan,
menyetujui, dan menetapkan kebijakan dan prosedur draping bedah sesuai dengan
protokol yang diterapkan di kamar bedah.
II. REKOMENDASI
Berikut ini adalah rekomendasi standar praktik yang terkait dengan draping pada
prosedur bedah. Tujuan utama dari draping adalah untuk mengisolasi area bedah dari
area lainnya dari tubuh pasien saat berada di meja operasi dalam rangka untuk
mengurangi resiko infeksi area operasi (SSI). Draping berfungsi sebagai penghalang
atau barrier dari sumber-sumber infeksi baik yang berasal dari kontaminasi endogen
maupun eksogen. Kulit pasien merupakan sumber berkembang biaknya kuman yang
diidentifikasi sebagai sumber utama SSI. Draping tidak hanya memberikan kontribusi
untuk melindungi area operasi, namun memperluas area steril yang memungkinkan
ahli bedah dan anggota tim bedah lain yang lain untuk menempatkan instrumentasi
steril dan persediaan lain pada drpping, misalnya membangun zona netral untuk
sayatan bedah.
Draping dilakkan secara rutin dalam prosedur bedah terhadap pasien, oleh karena itu
standar rekomendasi menjadi acuan kerja, seperti pilihan draping, karakteristik
draping yang diinginkan, baik draping sekali pakai maupun yang digunakan kembali
dan secara umum menjadi pedoman draping. Semua anggota tim bedah harus terlibat
dalam proses mengembangkan dan melaksanakan kebijakan di pelayanan kamar
bedah yang terkait dengan prosedur draping.
A. KARAKTERISTIK BAHAN DRAPING
1. Resisten terhadap abrasi
2. Sebagai barier (anti mikroorganisme)
3. Biocompatibility (Free Toxic)
4. Drapebility
5. Dapat mencegah listrik statik
6. Nonflamble (tidak menginduksi kebakaran)
7. Bebas serat
8. Tensile strenght (kuat terkadap tahanan)
B. JENIS DRAPING
1. Draping pakai ulang (Reuseable)
a. Penggunaannya terutama untuk penggunaan drappong atau jas operasi
yang digunakan berkali-kali, bahannya impermiable terhadap cairan
(dalam kondisi tertentu)
b. Proses pencucian, setrika dan sterilisasi menyebabkan seratnya menyusut
c. Siklus di atas menyebabkan kencenderungan mengubah struktur material
d. Beberapa pabrikan melaporkan kerusakan struktur material setelah 75-100
kali siklus (Disposible)
2. Draping sekali pakai
a. Mencegah penetrasi bakteri dan lelehan cairan
b. Lembut, bebas serat, ringan, padat, tahan kelembaban, non iritasi dan
bebas listrik statik.
c. Menurunkan kontaminasi mikroorganisme berbahaya/infeksius dari
ekskresi dan cairan tubuh damal proses loundry dimana pada bahan pakai
ulang mempunyai resiko yang besar.
d. Penyimpanan, transportasi dan pembuanagan limbah biasanya menjadi
maslah.
e. Penggunaan insenerator cukup baik tetapi harus diolah denagan baik agar
tidak mencemarkan lingkungan.
C. BAHAN UNTUK DRAPING
1. Linen
a. Memerlukan pencucian
b. Memerlukan pelipatan yang benar
c. Memerlukan proses sterilisasi
d. Adanya lipatan/jahitan yang menjadi tempat kuman
e. Tidak kedap air sumber kontaminasi
1) Macam tenun/linen untuk draping
a) Laken operasi besar rapat
b) Pembungkus alat
c) Alas meja dorong (trolley)
d) Duk lubang
e) Duk rapat
f) Laken kecil
g) Sarung mayo
h) Bahu & celana operasi
i) Jas operasi
j) Topi operasi
k) Sarung couter
l) Schort
m) Kantong kannule, suction & couter
n) Sarung kaki
o) Sarung tabung O2
p) Lap tangan/handuk
q) Baju pasien
r) Perlak besar dan kecil
2) Ukuran tenun untuk
a) Sarung tangan mayo 140 cm X 75 cm
b) Sarung mayo dan tray 80 cm X 55 cm
c) Sarung kaki 120 cm X 60 cm
d) Sarung couter 10 cm X 200 cm
e) Duk rapat 100 cm X 75 cm
f) Duk lubang 80 cm X 80 cm Ø 10 cm
g) Laken kecil 146 cm X 140 cm
h) Laken besar rapat 250 cm X 180 cm
i) Pembungkus instrumen 100 m X 100 cm
j) Pembungkus meja tray 250 cm X 180 cm
k) Pembungkus linen/waskom 150 cm X 150 cm
4. Plastic Drape
a. Berfungsi sebagai pelindung steril di atas kulit di daerah insisi
b. Terbuat dari plastik yang sangat tipis
c. Terdapat perekat pada satu sisi
Plastik Drape
Beberapa ahli beranggapan bahwa plastik drape dapat menahan dan
mempertahankan sterilitas area karena menghambat perkembangbiakan
mikroorganisme kulit karena terbungkus plastik steril.
E. JENIS PROSEDUR
1. Laparotomy drape
2. Split sheet
3. Thyroid sheet
4. Perineal sheet
5. Ear or eye drape
6. Craniotomy drape
F. STANDAR DRAPING
(Association of Surgical Technology (AST), 2008)
1. S tandar 1: Hanya drapes steril yang digunakan pada area steril, drapes
menjadi barier untuk lapangan operasi dengan area yang kemungkinan
bermikroba:
a. Draping menciptakan sebuah batasan antara area bedah steril dan area
bedah tidak steril yang menjadi sumber dari mikroba migrasi dan
kontaminasi dari area tidak steril ke daerah steril diminimalkan dengan
mengisolasi area sayatan dan menciptakan medan steril dengan
menggunakan steril.
b. Draping melindungi pasien dari flora yang berasal dari kulit mereka
sendiri (sumber endogen kontaminasi) dan anggota tim bedah dan
lingkungan (sumber eksogen kontaminasi)
c. Draping harus benar disterilkan sesuai standar rekomendasi sterilisasi
d. Tim bedah steril tidak harus tetap berada di area steril untuk mencegah
kontaminasi
e. Setelah draping diposisikan, tidak dianjurkan untuk reposisi. Karena
bagian atas dianggap steril, dan bagian bawah draping yang menggantung
di bawah tepi meja operasi dianggap tidak steril. Reposisi dapat
menyebabkan bagian yang tidak steril menyebabkan kontaminasi ke area
steril, serta mungkin mentransfer mikroba ke lapangan operasi yang
menyebabkan pasien mengalami SSI
f. Draping harus ditangani sesedikit mungkin oleh anggota tim bedah steril
g. Ketika menangani draping sebelum penempatan pada pasien, anggota tim
bedah tidak diperbolehkan untuk membuka bagian dalam lipatan steril
terlalu lama.
h. Ketika draping pasien tim bedah steril harus melindungi sarung tangan
steril dari kontaminasi
i. Ketika draping berbahan tenun akan digunakan kembali dianjurkan untuk
mengikuti instruksi pabrik dalam hal perawatn dan pengolahan ulang
2. Standar II: Kompromi dengan integritas drape terhadap barier mikroba akan
menyebabkan kontaminasi area operasi drape tidak boleh robek, lubang atau
bocor.
3. Standar III: Drapes harus resisten terhadap penetrasi cairan tubuh pasien dan
cairan cuci intra operasi untuk bagian dalam yang kontak dengan .
a. Bahan draping harus kedap air untuk mencegah kontaminasi dari
mikroorganisme untuk mengurangi risiko SSI
b. Darah, cairan tubuh dan cairan cuci harus disedot dan atau menggunakan
kasa/spon sesegera mungkin dari dalam rangka untuk membantu dalam
mencegah kontaminasi
c. Plastik drap dipasang saat prosedur, khususnya di sekitar fenestration
sebagai bantuan dalam memberikan perlindungan tambahan dalam
mengisolasi area bedah dan meningkatkan ketahanan terhadap
kontaminasi
Rekomendasi CST, saat mempersiapkan meja operasi dan meja mayo, tidak
menempatkan linen di bawah baskom. Jika cairan irigasi dituangkan ke dalam
baskom dengan sirkulator sebelum draping pasien, cairan dapat tumpah,
membuat mereka tidak steril karena ada cairan tergenang sehingga dapat
menimbulkan kontaminasi. Peningkatan biaya karena dapat mengakibatkan
untuk penggantian dengan draping baru.
4. Standar IV: Drapes harus bebas dari serabut. Serabut kain pada diakui
sebagai vektor untuk menyebabkan SSI. Selain itu benang, udara sebagai
media untuk trasnportasi mikroba. Draping yang bebas serabut dapat
meminimalkan kontaminasi udara dan penyebaran partikel ke dalam luka
bedah.
5. Standar V: Drapes sebaiknya resisten terhadap api/panas. Saat ini tidak ada
peraturan daerah negara bagian atau federal yang menetapkan standar untuk
bedah. Namun sebagian besar produsen telah mengadopsi standar yang sama
untuk seperti gaun bedah. Standar bahwa tim bedah ikuti untuk panduan
dalam mengevaluasi draping, termasuk sebagai berikut:
a. Proteksi kebakaran Nasional Badan (NFPA): NFPA No 702-1980 standar
klasifikasi mudah terbakar sebagai salah satu standar yang harus
digunakan untuk mengevaluasi karakteristik keselamatan dan kinerja
draping dan gaun. Standar ini menetapkan empat kelas untuk peringkat
gaun oleh dua faktor: pengapian dan penyebaran api. Empat kelas ini juga
digunakan untuk evaluasi draping. Kelas 1, membakar relatif lambat
adalah yang paling relevan untuk anggota tim bedah.
b. Komisi Keamanan Produk Konsumen (CPSC): 16 CFR, Standar Pakaian
untuk Tekstil mudah terbakar. Melaluai standar ini, CPSC bertanggung
jawab untuk regulasi dari draping dan gaun. Ketika mengevaluasi
menggantungkan, anggota tim bedah harus mengkonfirmasi pada
produsen. 2 Draping harus menahan penyalaan dari sumber seperti laser,
fiber optic, dan electrosurgery dalam area steril. Fasilitas perawatan
kesehatan harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk pencegahan
kebakaran.
1) Draping dapat menyebabkan cedera serius bagi pasien dan anggota tim
bedah, karena itu semua anggota tim bedah harus benar dididik dalam
pencegahan kebakaran dan protokol fasilitas perawatan kesehatan.
2) Semua petugas kesehatan harus menyelesaikan kompetensi tahunan
tentang keselamatan kebakaran.
6. Standar VI: Drapes yang reuseable harus mempunyai daya proteksi yang sama
dengan yang disposible drapes, para anggota tim bedah harus mengevaluasi
berdasarkan faktor-faktor berikut dan karakteristiknya:
a. Bahan harus mudah dilipat dan fleksibel saat penggunaan agar sesuai serta
dapat digunakan di seluruh bagian tubuh pasien saat operasi.
b. Draping dari bahan tenun pakai ulang harus bebas dari zat beracun seperti
pewarna dan residu detergen loundry.
c. Ketika mengevaluasi draping, anggota tim bedah harus mengevaluasi
informasi yang diberikan oleh American Society for Testing and Material
(ASTM).
1) ASTM mengembangkan dua tes, F 1670 dan F 1671 untuk menilai
cairan dan hambatan/barier mikroba pada bedah non woven dan kain
tenun
2) Pabrik pembuat harus menyediakan informasi berkaitan dengan hasil
tes ini ketika anggota tim bedah mengevaluasi draping
3) AAMI and the US Food and Drug Administration, keduanya
mengkonfirmasi bahwa tes ASTM adalah tes definitif untuk menilai
cairan dan hambatan/barier mikroba pada kain bedah
7. Standar VII: Tim bedah harus selalu mengevaluasi kualitas jenis drape yang
digunakan, draping yang terbuat dari kain tenun pakai ulang harus memiliki
karakteristik yang sama baik sebagai barier/penghalang seperti sekali pakai:
a. Jumlah benang dan perawatan dengan larutan kimia menetapkan sifat
penghalang dari kain tenun
1) Dianjurkan agar kain tenun dengan jumlah benang menjadi 270 dan
280 digunakan sebagai bahan
2) Disarankan bahwa kain tenunan diperlakukan dengan bahan kimia
yang sesuai sifatnya untuk meningkatkan sifat barier/penghalang saat
digunakan sebagai bahan draping steril.
b. Sebuah sistem harus ditetapkan untuk memantau jumlah penggunaan kain
tenun dapat dipakai ulang
1) Berulangnya pencucian dan sterilisasi kain tenunan untuk draping
dapat menyebabkan penurunan efektifitas dari bariernya
2) Jumlah pengulangan pencucian dan sterilisasi harus dicatat untuk
memantau efektifitas kain tenun sebagai draping. Draping dengan
jumlah benang yang rapat berkualitas tinggi harus dianggap sebagai
draping yang sudah tidak baik menjadi barier/penghalang setelah lebih
kurang diproses ulang 75 kali.
c. Reuseable draping harus diperiksa secara visual sebelum sterilisasi. Untuk
lubang kecil atau tipis, dengan membentangkan draping, dengan
menggunakan bahan yang sama dengan menggunakan lem panas dapat
digunakan menutup lubang tadi, jadi jahitan tidak harus sebagai metode
memperbaiki draping.
8. Standar VIII: Gunkan perlindungan yang tepat untuk penggunaan drape
dengan operasi menggunakan sinar laser. Tim bedah harus mengambil
tindakan pencegahan yang tepat dalam penerapan draping ketka prosedur
bedah dalam penggunaan laser.
Para anggota tim bedah harus mempetimbangkan penggunaan berlapis
aluminium
a. Saat ini tidak ada bahan yang dapat 100% tahan terhadap dampak sinar
laser
b. Anggota tim bedah steril harus mengambil tindakan pencegahan yang
tepat saat draping pasien, termasuk mengamankan area bedah dengan
handuk basah. Lihat rekomendasi AST untuk penggunaan laser yang
aman.
9. Standar IX: Tim bedah harus terlibat dalam pemilihan dan penggunaan drape
di kamar bedah