Komunikasi Dengan Konteks Sosial Budaya

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18

KOMUNIKASI DENGAN KONTEKS SOSIAL BUDAYA

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Komunikasi Keperawatan

dosen pengampu: Siti Ulfah Rifa‟atul Fitri, S. Kep. Ners., MNS.

Disusun Oleh:

Rini Komalasari (302018057)

Sopian (302018059)

Ilham Fadhil (302018063)

Dhoni Moch Insan M (302018068)

Mega Rismayanti (302018076)

Annisa Sabila (302018087)

Renanda Tri Asmira (302018099)

R Ayu Sekar Kedaton (302018105)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN „AISYIYAH BANDUNG

BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa‟atnya di
akhirat nanti.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Ibu Siti Ulfah Rifa‟atul Fitri, S. Kep., Ners., MNS. Selaku Dosen
Pengajar.
2. Ayah dan bunda selaku orang tua yang selalu mendo‟akan.
Terlepas dari semua itu, kami tentu menyadari bahwa makalah ini
“KOMUNIKASI DENGAN KONTEKS SOSIAL BUDAYA” masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan
didalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian penyusun berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi teman- teman.

Bandung, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB II. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Pengertian Budaya ....................................................................................... 3
B. Unsur-Unsur Budaya .................................................................................... 3
C. Fungsi Budaya .............................................................................................. 5
D. Komunikasi Antarbudaya............................................................................. 6
BAB III. PENUTUP ............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Untuk memahami budaya suatu masyarakat, kita harus memahami dari
konteks masyarakat sebagai sebuah system, masyarakat dipahami sebagai satu
system dan dalam system itu antara komponen satu dengan komponen lainnya
terjadi interaksi. Sebagai sebuah system, interaksi yang terjadi dalam masyarakat
itu adalah interaksi antar individu dengan individu, kelompok dengan kelompok.
Jadi didalam masyarakat ada satu ketergantungan dan keterikatan antara
komponennya. Antara komponen saling mempengaruhi, saling menjaga dan
menghargai dalam suatu harmonitas social yang tersusun berdasarkan ikatan
norma-norma dan nilai-nilai yang diakui, dianut dan ditaati untuk mengatur
interaksi social dan kehidupan sehari-hari (Andrik Purwasito 2003: 81).
Emile Durkheim (dalam Andrik Purwasito 2003: 90), berpendapat bahwa
seseorang individu tidak akan berdaya apabila berhadapan dengan pembatas-
pembatas dari kekuatan social yang menghasilkan diri dengan norma-norma
social atau tingkah laku yang disebabkan oleh norma itu. Bagi Durkeim, factor
budaya sangat memengaruhi pola komunikasi masyarakat tempat budayaitu
berada, serta menentukan cara mereka berkomunikasi yang akhirnya akan
mempengaruhi komunikasi budaya yang terjadi dalam kehidupan masyarakat
tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dari itu kami ingin
mendalami lebih lanjut tetkait pentingnya cara berkomunikasi beda budaya.
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Apa pengertian budaya?


2. Bagaimana komunikasi antar budaya?
3. Apa fungsi berkomunikasi antar budaya?
4. Bagaimana permasalahan dalam komunikasi antar budaya?

1
2

C. Tujuan
Pembuatan makalah ini mempunyai beberapa tujuan utama yang ingin
dicapai. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. untuk mengetahui pengertian budaya;
2. untuk mengetahui cara komumikasi antar budaya;
3. untuk mengetahui fungsi komunikasi antar budaya;
4. untuk mengetahui permasalahan dalam.komunikasi antar budaya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Budaya
Budaya adalah “A socially constructed and historically transmitted
pattern of symbol, meaning, premises and rules” yang artinya sebuah konstruksi
social dan transmisi sejarah dalam bentuk symbol, arti, dasar pikiran dan
peraturan. (Griffin 2003: 420).
Kebudayaan merupakan suatu system atau nilai masyarakat yang
membentuk sikap mental dan pola berfikir manusia dalam masyarakat
sebagaimana terpantul dalam pola sikap dan tingkah laku sehari-hari dalam
berbagai kehidupan social (Suwaji Bastomi 1992: 5).

B. Unsur-Unsur Budaya
Beberapa penekanan tentang budaya yang dipaparkan bahwa nilai,
kepercayaan dan bahasa merupakan unsur penting dalam kebudayaan.

Larry A Samovar dan Richard E.Porter mengemukakan, ada enam unsur


budaya yang secara langsung mempengaruhi persepsi ketika kita berkomunikasi,
yaitu:
a. Kepercayaan (Beliefs), nilai (Values) dan sikap (Attitudes).
Kepercayaan merupakan anggapan subyektif bahwa suatu objek atau
peristiwa mempunyai ciri-ciri dan nilai tertentu dengan atau tanpa bukti.
Kepercayaan ini bisa menyangkut bagaiamana mereka melihat keadaan di
sekelilingnya, baik itu gagasan tentang orang lain, individu, alam, keadaan
sekitar maupun tentang fisik, biologi, sosial dan dunia supernatural.
Nilai merupakan suatu konsep yang sangat abstrak yang dimiliki oleh
setiap individu dalam memandang dunia. Dengan konsep yang abstrak inilah
setiap individu bisa menetapkan apa yang dianggap baik atau buruk, benar
atau salah, patut atau tidak patut. Sedangkan sikap merupakan tindakan dan
posisi yang diambil oleh seseorang ketika dia menghadapi suatu peristiwa,
objek atau orang lain berdasarkan kepercayaan yang dia miliki.
4

b. Pandangan dunia (Worldview)


Pandangan dunia merupakan orientasi yang dimiliki oleh suatu budaya
terhadap tuhan, kehidupan, kematian, alam semesta, kebenaran, materi
(kekayaan) dan isu-isu filosofis lainnya yang berkaitan dengan kehidupan.
Pandangan dunia mencakup agama dan ideologi. Ideologi merupakan suatu
sistem pedoman hidup yang ingin dicapai oleh banyak individu dalam
masyarakat, tetapi lebih khusu sifatnya dari sistem budaya.
c. Organisasi Sosial (Social Organization)
ial yaitu organisasi di masyarakat yang kita masuki, baik itu organisasi
formal maupun non formal.
d. Tabiat manusia (Human Nature)
Ada beberapa teori yang dapat digunakan untuk memahami bagaimana
seseorang melihat dirinya, seperti pandangan Sigmund Freud dalam teori
psikoanalisisnya yang memahami setiap individu dari pemahaman tentang Id,
Ego dan Superego. Selain pandangan setiap individu terhadap dirinya sendiri,
orientasi manusia mengenai bagaimana hubungan mereka dengan alam juga
sangat mempengaruhi persepsi mereka dalam memperlakukan alam.
e. Orientasi kegiatan (Activity Orientation)
Orientasi kegiatan merupakan pandangan kita mengenai aktivitas.
Dalam pemahaman ini, orientasi bisa dipahami dalam rentang Being (siapa
seseorang) hingga Doing (apa yang dilakukan seseorang).
f. Persepsi tentang diri dan orang lain (Perception Of Self and Others)
Persepsi ini dipengaruhi dengan latar belakang budaya dimana
individu itu berada. Bagi masyarakat Timur yang menganut paham
kolektivitas diri (Self) tidak bersifat otonom, melainkan melebur dalam
kelompok misalnya keluarga, suku, komunitas dan sebaginya. Hal ini tentunya
berbeda dengan masyarakat Barat yang memiliki kecenderungan otonom
sehingga mengarahkan pada kecenderungan individualis.
Enam unsur budaya ini yang sangat mempengaruhi dan menyebbakan
perbedaan komunikasi antara masyaarakat dari satu latar belakang budaya
dengan masyarakat dari latar belakang budaya lainnya.
5

Budaya yang dalam khasanah bahasa Sansekerta dianggap sebagai kata


dasar “kebudayaan” dan diambil dari kata buddhayah, memiliki arti akal budi.
Akal budi ini sebagai kata intelektual (kognitif) dan dalam pengertian barat di
dalamnya terkandung makna afektif. Oleh karena itu, untuk memahami suatu
budaya bukan hanya sekedar memahami dari berbagai fenomena, mengamati
tingkah laku, melihat berbagai artefak dan objek alam serta mengamati dan
mencatat berbagai kondisi emosional.

C. Fungsi Budaya
Sebelum kita memahami tentang komunikasi antarbudaya, terlebih dahulu
kita akan melihat fungsi-fungsi budaya. TingToomey, 1999 ( dalam Tumomo,
2005: 49-50), menjelaskan ada beberapa fungsi budaya dalam kehidupan kita,
yaitu:

1. Identity Meaning Function


Dalam Identity Meaning Function, budaya dianggap dapat memberikan
kerangka referensi untuk menjawab pertanyaan yang paling mendasar dari
keberadaan manusia tentang siapakah Saya? Nilai dan norma yang diajarkan
oleh budaya itu dan dianut oleh setiap anggota dari budaya tersebut akan
memberikan makna terhadap identitas yang dianutnya. Makna identitas yang
didapat dari budaya dikonstruksikan dan dipelihara melalui komunikasi
sehari-hari.
2. Group inclusion function
Group Inclusion Function memberikan pemahaman bahwa budaya
menyajikan fungsi inklusi dalam kelompok yang bisa memuaskan kebutuhan
seseorang terhadap afiliasi keanggotaan dan rasa ikut memiliki. Pada tataran
ini, budaya dianggap mampu menciptakan inklusi sehingga orang dapat
membedakan mana in-group dan out group.
3. Inter-group Boundary Regulation Function
In ter-group Boundary Regulation Function memberikan pengertian bahwa
budaya membentuk sikap seseorang tentang in-group dan out-group berkaitan
6

dengan orang yang secara kultural tidak sama (dissimilar). Pemahaman


terhadap in-group dan outgroup ini akan membantu seseorang untuk
membentuk sikap evaluatife terhadap interaksi in-group dan out-group.
4. The ecological adaptation Function
Dalam The ecological adaptation Function, budaya dianggap dapat
memfasilitasi proses-proses adaptasi diantara diri (self), komunitas cultural,
dan lingkungan yang besar. Hal ini terjadi karena budaya bukanlah sistem
yang statis, melainkan sebuah sistem yang dinamis dan terus mengalami
perubahan. Setiap budaya menyusun sistem reward and punishment yang jelas
yang dapat meneguhkan perilaku-perilaku adaptif tertentu dan memberi sanksi
terhadap perilaku-perilaku non adaptif sepanjang waktu.
5. The cultural communication Function
Edward T Hall mengatakan bahwa antara budaya dan komunikasi dapat
diibaratkan seperti dua sisi dari satu keping mata uang. Budaya dan
komunikasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan dua hal yang
saling mempengaruhi

D. Komunikasi Antarbudaya
Larry A Samovar, dkk dalam bukunya Communication between Cultures
(terjemahan, 2010: 13) memberikan definisi tentang komunikasi antarbudaya
sebagai satu bentuk komunikasi yang melibatkan interaksi antara orang-orang
yang persepsi budaya dan sistem simbolnya cukup berbeda dalam suatu
komunikasi. Dalam pandangan Samovar dan kawan-kawan ini, komunikasi
antarbudaya terjadi ketika anggota dari suatu budaya tertentu memberikan pesan
kepada anggota dari budaya yang lain.

Berdasarkan beberapa definisi dan pengertian komunikasi antarbudaya di atas, ada


beberapa penekanan yang sebetulnya bisa kita berikan dari komunikasi
antarbudaya, yaitu:

1. Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antarpersonal yang terjadi antara


dua orang atau lebih yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dan
membawa efek tertentu,
7

2. Komunikasi antarbudaya merupakan studi yang menekankan pada efek


budaya dalam komunikasi
3. Komunikasi antarbudaya merupakan proses transaksional antara individu-
individu dari budaya yang berbeda
4. Komunikasi antarbudaya merupakan proses simbolik yang melibatkan atribusi
makna antara individu-individu dari budaya yang berbeda
5. Dalam komunikasi antarbudaya, setiap individu yang berasal dari budaya yang
berbeda dan yang terlibat dalam komunikasi, berusaha untuk menegosiasikan
makna yang dipertukarkan dalam sebuah interaksi yang interaktif
A. Asumsi Dasar
Berbicara dan berdiskusi tentang komunikasi antar budaya maka tidak lepas
dari persepektif dan asumsi yang mendasari tentang kajian ini.
Beberapa asumsi yang mendasari komunikasi antar budaya antara lain:
1. Sebagai makluk sosial setiap individu akan berkomunikasi dengan
individu lainnya.
2. Latar belakang budaya yang dimiliki oleh setiap individu dan
mempengaruhi individu tersebut dalam berkomunikasi.
3. Perbedaan latar belakang budaya ini akan mempengaruhi persepsi antra
komunikator dan komunikan
4. Perbedaan antara latar belakang budaya juga akan menimbulkan
ketidakpastian dalam proses komunikasi antara komunikator dan
komunikan
5. Pemahaman terhadap budaya lain menjadi satu hal yang penting dalam
membangun komunikasi yang efektif.
Asumsi-asumsi inilah yang mendasari kajian komunikasi antarbudaya dan
menjawab pertanyaan tentang perlunya belajar komunikasi antarbudaya.
Alo Liliweri (2013:15) memberikan asumsi-asumsi dalam rangka
memahami kajian komunikasi antarbudaya sebagai berikut.
1. Komunikasi antarbudaya dimulai dengan anggapan dasar bahwa ada
perbedaan persepsi antara komunikator dengan komunikan.
2. Dalam komunikasi antarbudaya terkandung isi dan relasi antar pribadi
8

3. Gaya personal mempengaruhi komunikasi pribadi


4. Komunikasi antarbudaya bertujuan untuk mengurangi tingkat ketidak
pastian
5. Komunikasi berpusat pada kebudayaan
6. Efektifitas antarbudaya merupakan tujuan komunikasi
Berbeda dengan pendapat dari Alo Liliweri. Andrik Purwasito (2003:8)
memberikan asumsi dasar yang menjadi alasan mengapa komunikasi
antarbudaya (Andrik Purwasito memberikan istilah komunikasi
multikultural) itu penting dipelajari, yaitu:
1. Meningkatnya intensitas dan pertemuan antarbangsa semakin tinggi,
maka diasumsikan dalam kajian ini lebih besar menimbulkan
kesalahpahaman ketimbang kepahaman
2. Dengan dibukanya NAFTA dan perdagangan bebas, berarti akan
banyak keang asing hang masuk ke Indonesia. Dengan kata lain, terjadinya
peningkatan pertemuan antarberbagai bangsa dengan latar belakang
kultural yang berbeda
3. Berjalannya kebijakan otonomi daerah telah memisahkan egonisme
daerah. Egonisme dan segala bentuk nasionalisme lokal dapat memicu
konflik kepentingan antar daerah konfilk horizontal.
Asumsi-asumsi diatas menjadi alasan dan jawaban mengapa kita harus
belajar komunikasi antarbudaya. Perbedaan persepsi yang seringkali
terjadi anatara komunikator dan komunikan ataupun antara partisipan
komunikasi yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda, menjadi
alasan mendasar mengapa kita perlu belajar komunikasi antarbudaya.
Perbedaan persepsi yang disebabkan karena perbedaan latar belakang
budaya memberikan peluang yang sangat besar terjadinya miskomunikasi
ataupun konflik diantara partisipan komunikasi.
B. Permasalahan Dalam Komunikasi Antarbudaya
Lewis dan Slade, 1994 (dalam Tumomo, 2005: 55-56) menguraikan tiga
kawasan yang paling problematik dalam lingkup pertukaran antarbudaya.
Ketiga hal tersebut adalah kendala bahasa, perbedaan nilai dan perbedaan pola
9

perilaku budaya. Kendala yang pertama adalah perbedaan bahasa. Perbedaan


bahasa yang disebabkan karena perbedaan makna dari setiap simbol yang
digunakan dalam bahasa seringkali menjadi kawasan problematik dalam
komunikasi antarbudaya.
Kendala yang kedua adalah perbedaan nilai. Perbedaan nilai ini
disebabkan karena perbedaan ideologi yang dimiliki oleh setiap budaya.
Kendala yang ketiga adalah kendala karena perbedaan pola perilaku
budaya. Kendala ini biasanya muncul karena ketidakmampuan masyarakat
kita dalam memahami dan menerjemahkan perilaku budaya yang dimiliki oleh
masyarakat lainnya.
Tiga kawasan problematik yang disebutkan oleh Lewis dan Slade di atas,
merupakan kendala yang paling sering terjadi dalam kehidupan masyarakat
kita. Kendala la innya yang menjadi penyebab munculnya permasalahan
dalam komunikasi antarbudaya adalah:
1. Persepsi
Desiderato (dalam Jalaluddin Rakhmat, 2005: 51) mendefinisikan
persepsi sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Hanya saja, setiap individu mempunyai
pengalaman yang berbeda-beda tentang objek, peristiwa atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi
dan menafsirkan pesan ini.
2. Pola-pola pikir
Dalam kaitannya dengan pola-pola pikir ini, Andrik Purwasito (2003: 225)
mengatakan bahwa setiap orang harus dilihat sebagai individu dengan pola
berpikir yang khas bahkan berbeda-beda. Sekalipun mereka berasal dari
budaya yang sama, tetapi setiap orang bisa jadi akan memiliki pola pikir
yang berbeda. Akibatnya, setiap orang akan memberikan makna yang
berbeda-beda terhadap hal-hal yang terjadi dalam kehidupan mereka.
3. Etnosentrisme
10

Porter (dalam Stewart L Tubs dan Sylvia Moss, 1993: 372) memberikan
definisi 'etnosentrisme is judging other cultures by comparison with one's
own '. Dalam pemahaman Porter, etnosentrisme merupakan penghakiman
suatu kelompok masyarakat terhadap kebudayaan kelompok masyarakat
yang lain dengan cara membandingkan atau menggunakan standar
budayanya sendiri.
4. Stereotipe
Samovar, dkk (2010: 203) memberikan penjelasan tentang stereotipe
sebagai bentuk kompleks dari pengelompokan yang secara mental
mengatur pengalaman kita dan mengarahkan sikap kita dalam menghadapi
orang-orang tertentu.
5. Prasangka
Samovar dkk (2010: 207) memberikan pengertian tentang prasangka
sebagai generalisasi kaku dan menyakitkan mengenai sekelompok orang.
Prasangka menyakitkan dalam arti bahwa orang memiliki sikap yang tidak
fleksibel yang didasarkan atas sedikit atau tidak ada bukti sama sekali.
Orang-orang dari kelas sosial, jenis kelamin, orientasi seks, usia, partai
politik, ras atau etnis tertentu dapat menjadi target dari prasangka.

. Gegar Budaya
Menurut Kalvero Oberg (dalam Deddy Mulyana, 2003), gegar budaya
muncul sebagai akibat dari kecemasan karena hilangnya tanda-tanda yang
sudah dikenal dan simbol-simbol dalam hubungan sosial. Kondisi ini
biasanya terjadi karena terpaan pengaruh budaya lain maupun budaya
asing yang sangat banyak dalam kehidupan suatu masyarakat.
C. Fungsi Komunikasi Antarbudaya
Fungsi komunikasi antarbudaya ada dua, yaitu fungsi pribadi dan fungsi
sosial. Fungsi pribadi adalah fungsi yang didapatkan seseorang dan dapat
digunakan dalam kehidupan mereka ketika mereka belajar tentang
komunikasi dan tentang budaya. Maupun ketika mereka belajar dan
memahami apa itu komunikasi budaya.
11

Sedangkan fungsi sosial adalah fungsi yang didapatkan oleh seseorang


sebagai makhluk sosial yang bergaul dan berinteraksi dengan orang lain
dalam kaitannya dengan komunikasi antarbudaya. Pemahaman dia
terhadap budaya orang lain melalui komunikasi budaya ini dapat
membantu hidupnya ketika berinteraksi dan bersosialisasi dengan anggota
masyarakat lainnya.
Fungsi pribadi dan fungsi sosial dari komunikasi antarbudaya tersebut
seperti yang dijelaskan di bawah ini.
Menurut Alo Liliweri dalam bukunya Dasar-dasar Komunikasi
Antarbudaya (2003: 36-44), fungsi pribadi tersebut terdiri dari:
1. Fungsi Pribadi
a. Menyatakan identitas sosial
Dalam komunikasi antarbudaya, ada beberapa perilaku individu yang
digunakan untuk menyatakan diri. Perilaku itu dinyatakan melalui
tindakan berbahasa baik secara verbal maupun non verbal. Dari
perilaku berbahasa itulah orang akan tahu identitas diri atau sosial dari
seorang individu.
b. Menyatakan integrasi sosial
Inti dari konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan
persatuan antarpribadi, antarkelompok namun tetap mengakui
perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Dalam
komunikasi antarbudaya, karena setiap tindak komunikasi yang
dilakukan antara komunikator dan komunikan dari latar belakang yang
berbeda maka selalu melibatkan perbedaan budaya diantara dua
partisipan komunikasi tersebut. Karena ada keterlibatan latar belakang
budaya yang berbeda ini, maka integrasi sosial merupakan tujuan
utama komunikasi.
c. Menambah pengetahuan
Latar belakang budaya yang berbeda yang menjadi perbedaan diantara dua
orang partisipan dalam komunikasi merupakaI
12

sumber pembelajaran diantara mereka. Akibatnya, komunikasi


antarbudaya menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari budaya
lain, ketika komunikator dan komunikan yang berasal dari latar belakang
yang berbeda melakukan tindak komunikasi.
d. Melepaskan diri/ jalan keluar
Sebagai makhluk sosial, sering kali seorang individu ketika
berkomunikasi dengan individu yang lainnya mempunyai tujuan untuk
melepaskan diri atau mencari jalan keluar atas masalah yang sedang
dihadapinya.
2. Fungsi Sosial
a. Pengawasan
Tindak komunikasi antarbudaya diantara komunikator dan komunikan
yang berbeda latar belakang budaya berfungsi untuk mengawasi.
Fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan 'perkembangan'
tentang lingkunngan. Fungsi ini banyak dilakukan oleh media massa
yang menyebarluaskan secara rutin perkembangan peristiwa yang
terjadi disekitar kita.
b. Menjembatani
Komunikasi antarbudaya mempunyai fungsi menjadi jembatan di
antara dua orang yang berbeda budaya. Fungsi menjembatani ini dapat
dilakukan melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan.
c. Sosialisasi nilai
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan
memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada
masyarakat lain. _
d. Menghibur
Fungsi menghibur ini dapat kita temui dari peristiwa-peristiwa atau
tindak komunikasi antarbudaya yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari. Fungsi menghibur ini juga bisa kita lihat dari tayangan-tayangan
yang ada di televisi.
13

Dalam komunikasi antarbudaya, yang menjadi penekanan utama adalah


mengurangi tingkat ketidakpastian dan kecemasan, Dua fungsi tersebut berasal
dari komunikasi antar pribadi dan komunikasi antar kelompok yang diperkenalkan
oleh Charles Berger (1975).

mengurangi ketidakpastian dan kecemasan tersebut, ada tiga tingkatan untuk


memahami orang lain:

1. Menggambarkan (to describtion) Kemampuan untuk menggambarkan adalah


kemampuan untuk mengungkapkan secara rinci cirri-ciri seseorang. Misalnya ciri
fisik seseorang digambarkan dengan pendek, hitam dan sebagainya menggunakan
tanda-tanda non verbal.

2. Meramalkan (to prediction) Adalah kemampuan untuk meramalkan apa yang


akan terjadi kalau Anda berkomunikasi dengan seseorang dalam situasi tertentu.

3. Menjelaskan (to explanation) Kemampuan untuk menjelaskan adalah


kemampuan seseorang untuk menjawab pertanyaan mengapa dia berkomunikasi
dengan orang itu.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi dalam interaksi social sehari-hari sangat dipengaruhi oleh
latar belakang budaya yang terdiri dari bahasa, keyakinan, adat istiadat (norma
dan nilai) dan status social. Bahasa menjadi sarana yang penting dalam
komunikasi sebagai pembawa pesan. Dan bahasa inilah yang akan berperan
dalam membangun pola komunikasi.
Di satu sisi komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk
mensosialisasikan norma-norma budaya kepda masyarakat baik secara vertikal
maupun horizontal. Secara vertical komunikasi mensosialisasikan budaya dari
generasi sat uke generasi berikutnya. Sedangkan secara horizontal komunikasi
mensosialisasikan budaya itu dari masyarakat ke masyarakat lainnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Damarastuti, R. 2013. “KOMUNIKASI Antarbudaya : Konsep, Teori dan Aplikasi”.


Yogyakarta : Mata Padi Pressindo.

Anda mungkin juga menyukai