MAKALAH Kekeringan KEL.7

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

KEBENCANAAN DI INDONESIA

KEKERINGAN
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebencanaan dan Penanggulangan
Bencana yang dibina oleh Drs. I Wayan Sumberartha, M. Si dan
Agung Mulyo Setiawan, S. Pd., M. Si

Oleh kelompok 7 :

1. Elok Lailatus 170351616517


2. Narinda Wahyu 170351616570
3. Novi Wulandari 170351616585

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
AGUSTUS
2019

i
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah atas segala limpahan
rahmat, inayah, taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul Kebencanaan di Indonesia: Kekeringan. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu sumber keilmuan bagi pembaca dalam
bidang kebencanaan di Indonesia, terutama bencana kekeringan.
Kami menyadari bahwa karya ini sangatlah jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat menerima segala masukan berupa kritik maupun saran yang
bersifat membangun agar dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga diharapkan dapat menjadi lebih baik.

Malang, Oktober 2019

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum, kekeringan adalah kondisi kekurangan air pada suatu daerah
untuk suatu poriode waktu berkepanjangan, yang pada akhirnya mengakibatkan
terjadi defisit kelembaban tanah (Kharisma, 2009). Definisi lain menyebutkan
bahwa kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh di bawah
kebutuhan air baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan
lingkungan (BNPB, 2012).
Kekeringan merupakan ancaman yang paling sering mengganggu sistem dan
produksi pertanian, terutama terhadap tanaman pangan. Kekeringan tidak saja
meningkat dalam luas dan intensitas serta dampaknya, tetapi juga perubahan
sebaran wilayah yang terkena kekeringan. Keadaan dampak dari kekeringan ini
diperparah lagi dengan rendahnya respon dan kesiapsiagaan masyarakat dalam
menghadapi bencana kekeringan. Terutama para petani yang terkena dampak
secara langsung dari bencana kekeringan.
Indonesia Sebagai daerah yang beriklim muson tropis memiliki dua musim,
yaitu musim kemarau dan musim hujan yang datang bergantian secara alamiah.
Keadaan keduanya sangat ditentukan oleh kondisi meteorologis. Kondisi
meteorologis yang tidak seimbang telah menyebabkan berbagai bencana berupa
banjir besar yang ditandai dengan meningkatnya curah hujan yang sangat ekstrim
dan biasanya dikenal sebagai badai La-Nina. Kekeringan yang berkepanjangan
dengan suhu yang cukup tinggi disebabkan oleh rendahnya suhu udara di
Samudera Pasifik dan suhu udara atmosfer bagian bawah disebut sebagai badai
El-Nino. Keduanya merupakan bencana yang sering terjadi terutama El-Nino
yang telah beberapa kali melanda Indonesia.
Kekeringan (drought) merupakan salah satu fenomena terkait iklim akibat
defisitnya ketersediaan air yang kerap terjadi di wilayah Indonesia. Fenomena ini
seringkali dianggap sebagai salah satu ancaman besar bagi kegiatan manusia
seperti usaha pertanian, perikanan, peternakan, dan aktifitas sehari-hari lainnya.
Berkurangnya ketersediaan air dalam tanah yang dibutuhkan dalam berbagai
kegiatan menjadi penyebab utama kekeringan menjadi suatu ancaman.

1
Terjadinya kekeringan dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti faktor
minimnya sumber air, kurangnya daerah tangkapan air, serta sedikitnya curah
hujan yang turun. Namun sebagai fenomena iklim, pola curah hujan merupakan
faktor yang sangat berpengaruh dalam terjadinya kekeringan. Oleh karena itu,
untuk menekan ancaman kekeringan perlu dilakukan pemahaman terhadap
karakteristik iklim di suatu lokasi dengan baik. Pemahaman karakteristik iklim
tersebut dapat dimulai dengan analisis sifat fisik yang mewakili kondisi iklim dan
kekeringan.
1.2 Rumusan Masalah

A. Apa yang dimaksud dengan kekeringan?


B. Apa saja tanda-tanda kekeringan?
C. Apa saja faktor penyebab terjadinya kekeringan?
D. Bagaimana dampak kekeringan secara fisik dan non fisik?
E. Bagaimana usaha mitigasi untuk menangani bencana kekeringan baik pra
kekeringan, saat kekeringan, dan pasca kekeringan?
1.3 Tujuan

A. Untuk mengetahahui pengertian bencana alam kekeringan


B. Untuk mengetahui tanda-tanda kekeringan
C. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya kekeringan
D. Untuk mengetahui dampak kekeringan secara fisik dan non fisik
E. Untuk mengetahui usaha mitigasi bencana kekeringan baik pra bencana,
saat bencana maupun pasca bencana kekeringan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kekeringan
Posisi geografis menyebabkan Indonesia berada pada belahan bumi
dengan iklim monsoon tropis yang sangat sensitif terhadap anomali iklim El-
Nino Southern Oscillation (ENSO).ENSO menyebabkan terjadinya
kekeringan apabila kondisi suhu permukaan laut di Pasifik Equator bagian
tengah hingga timur menghangat (El Nino).Berdasarkan analisis iklim 30
tahun terakhir menunjukkan bahwa, ada kecenderungan terbentuknya pola
iklim baru yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim.Dampak terjadinya
perubahan iklim terhadap sektor pertanian adalah bergesernya awal musim
kemarau yang menyebabkan berubahnya pola tanam karena adanya
kekeringan.
Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah
dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-
tahun).Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus
mengalami curah hujan di bawah rata-rata. Musim kemarau yang panjang
akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis
akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh
manusia.
Kekeringan didefinisikan sebagai pengurangan persediaan air atau
kelembaban yang bersifat sementara secara signifikan di bawah normal atau
volume yang diharapkan untuk jangka waktu khusus.Dampak kekeringan
muncul sebagai akibat dari kekurangannya air, atau perbedaan-perbedaan
antara permintaan dan persediaan air. Kekeringan bisa dikelompokan
berdasarkan jenisnya yaitu:
a. Kekeringan meteorologis, berasal dari kurangnya curah hujan dan
didasarkan pada tingkat kekeringan relatif terhadap tingkat kekeringan
normal atau rata–rata dan lamanya periode kering. Perbandingan ini
haruslah bersifat khusus untuk daerah tertentu dan bisa diukur pada musim
harian dan bulanan, atau jumlah curah hujan skala waktu
tahunan.Kekurangan curah hujan sendiri, tidak selalu menciptakan bahaya
kekeringan.
b. Kekeringan hidrologis mencakup mencangkup berkurangnya sumber–
sumber air seperti sungai, air tanah, danau dan tempat–tempat cadangan
air. Definisinya mencangkup data tentang ketersediaan dan tingkat
penggunaan yang dikaitkan dengan kegiatan wajar dari sistem yang
dipasok (sistem domestik, industri, pertanian yang menggunakan

3
irigasi).Salah satu dampaknya adalah kompetisi antara pemakai air dalam
sistem–sistem penyimpanan air ini.
c. Kekeringan pertanian adalah dampak dari kekeringan meteorologi dan
hidrologi terhadap produksi tanaman pangan dan ternak. Kekeringan ini
terjadi ketika kelembapan tanah tidak mencukupi untuk mempertahankan
hasil dan pertumbuhan rata-rata tanaman. Kebutuhan air bagi tanaman,
bagaimanapun juga, tergantung pada jenis tanaman, tingkat pertumbuhan
dan sarana- sarana tanah. Dampak dari kekeringan pertanian sulit untuk
bisa diukur karena rumitnya pertumbuhan tanaman dan kemungkinan
adanya faktor–faktor lain yang bisa mengurangi hasil seperti hama, alang–
alang, tingkat kesuburan tanah yang rendah dan harga hasil tanaman yang
rendah.
d. Kekeringan sosioekonomi berhubungan dengan ketersediaan dan
permintaan akan barang–barang dan jasa dengan tiga jenis kekeringan
yang disebutkan diatas. Ketika persediaan barang–barang seperti air,
jerami atau jasa seperti energi listrik tergantung pada cuaca, kekeringan
bisa menyebabkan kekurangan.Konsep kekeringan sosioekonomi
mengenali hubungan antara kekeringan dan aktivitas–aktivitas
manusia.Sebagai contoh, praktek–praktek penggunaan lahan yang jelek
semakin memperburuk dampak–dampak dan kerentanan terhadap
kekeringan di masa mendatang (Hermon, 2015).

2.2 Tanda-Tanda Umum Kekeringan


Gejala terjadinya kekeringan adalah sebagai berikut:
a. Kekeringan berkaitan dengan menurunnya tingkat curah hujan dibawah
normal dalam satu musim. Pengukuran kekeringan Meteorologis
merupakan indikasi pertama adanya bencana kekeringan.
b. Tahap kekeringan selanjutnya adalah terjadinya kekurangan pasokan air
permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka
air sungai, waduk, danau dan air tanah.Kekeringan Hidrologis bukan
merupakan indikasi awal adanya kekeringan.
c. Kekeringan pada lahan pertanian ditandai dengan kekurangan lengas tanah
(kandungan air di dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah
yang luas yang menyebabkan tanaman menjadi kering dan mengering
(Munir, 2002).

4
2.3 Penyebab Terjadinya Kekeringan
Bencana alam kekeringan dapat terjadi akibat beberapa faktor, diantaranya :
a. Lapisan tanah tipis
Dengan lapisan tanah yang tipis, air hujan yang terkandung dalam tanah
tidak akan bertahan lama. Hal ini dapat terjadi karena air akan lebih cepat
mengalami penguapan oleh panas matahari. Biasanya bencana kekeringan
sering terjadi di daerah pegunungan kars, karena di daerah ini memiliki
lapisan tanah atas yang tipis.
b. Air tanah dalam
Air hujan yang jatuh pada saat musim penghujan, akan meresap jauh ke
dalamlapisan bawah tanah mengingat selain hanya mampu menyimpan air
dengan intensitas yang terbatas, tanah juga tidak mampu menyimpan air
dengan jangka waktu yang lebih lama. Hal ini menyebabkan aliran-aliran air
di bawah tanah (sungai bawah tanah) yang dalam, sehingga tanaman tidak
mampu menyerap air pada saatmusim kemarau, karena akar yang dimiliki
tidak mampu menjangkaunya. Air tanahyang dalam menyebabkan sumber-
sumber mata air mengalami kekeringan di musim kemarau, karena air yang
terdapat jauh di bawah lapisan tanah tidak mampu naik, sehingga kalaupun
ada sumber mata air yang tidak mengalami kekeringan pada musim kemarau,
itu jumlahnya terbatas.
c. Tekstur tanah kasar
Tekstur tanah yang kasar, tidak mampu menyimpan air dengan jangka
waktu yang lama. Karena air hujan yang turun akan langsung mengalir ke
dalam, karena tanah tidak mampu menahan laju air. Di lain sisi, air yang
terkandung dalam tanah yang memiliki tekstur yang kasar akan mengalami
penguapan relatif lebih cepat, karena rongga-rongga tanah jelas lebih lebar
dan sangat mendukung terjadinya proses penguapan.
d. Iklim
Dalam hal ini iklim berkaitan langsung dengan bencana kekeringan.
Keadaanalam yang tidak menentu akan berpengaruh terhadap kondisi iklim
yangterjadi. Sehingga mengakibatkan perubahan musim. Misalnya akibat
perubahan kondisi iklim, menyebabkan musim kemarau berjalan lebih lama

5
daripada musim penghujan, dengan musim kemarau yang lebih lama tentunya
akan memungkinkan terjadinya bencana kekeringan. Karena kebutuhan air
kurang terpenuhi di musimkemarau.
e. Vegetasi
Vegetasi juga mempunyai andil terhadap terjadinya kekeringan .Jenis
vegetasi tertentu seperti ketela pohon yang menyerap air tanah dengan
intensitas yang lebih banyak, daripada tanaman lain, tentunya akan sangat
menguras kandungan air dalam tanah. Dan lebih parahnya, penanaman ketela
pohon banyak terjadi di daerah pegunungan karst yang rawan akan bencana
kekeringan. Vegetasi lain yang dapat memicu kekeringan adalah tanaman
bambu. Bambu memiliki struktur yang sangat rumit, dan menutupi
permukaan tanah (lapisan tanah atas) di sekitar bambu tumbuh. Sehingga
kemungkinan tanaman lain untuk tumbuh sangat kecil. Dengan demikian
tanaman yang seharusnya berfungsi untuk menyimpan air tidak ada atau
terbatas jumlahnya.
f. Topografi
Topografi atau tinggi rendah suatu daerah sangat berpengaruh
terhadapkandungan air tanah yang dimiliki. Biasanya daerah yang rendah
akan memilikikandungan air tanah yang lebih banyak daripada di daerah
dataran tinggi. Hal inidisebabkan karena air hujan yang diserap oleh tanah
akan mengalir dari tempat yangtinggi ke tempat yang rendah. Oleh karena itu
air akan lebih banyak terserap olehtanah di dataran yang lebih rendah.
Dengan kata lain.di dataran tinggi kemungkinanterjadi bencana kekeringan
lebih besar daripada di dataran rendah. Karena dataran tinggi tidak mampu
menyimpang air lebih lama.

2.4 Dampak Kekeringan Secara Fisik dan Non Fisik


a. Fisik
 Kerusakan terhadap habitat spesies ikan dan binatang.
 Erosi-erosi angin dan air terhadap tanah.
 Kerusakan spesies tanaman.
 Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas air (salinisasi).

6
 Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas udara (debu, polutan,
berkurangnya daya pandang).
 Kekeringan juga menjadikan tanah menjadi mengeras dan retak-retak,
sehingga sulituntuk dijadikan lahan pertanian.
 Keadaan suhu siang hari pada saat kekeringan akibat musim kemarau
menjadikansuhu udara sangat tinggi dan sebaliknya pada malam hari
suhu udara sangat dingin.Perbedaan suhu udara yang berganti secara
cepat antara siang dan malam menyebabkan pelapukan batuan lebih
cepat
b. Non-fisik
 Ekonomi
 Kerugian-kerugian produksi tanaman pangan, susu, ternak, kayu,
dan perikanan.
 Kerugian pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional.
 Kerugian pendapatan petani dan lain-lain yang terkena secara
langsung.
 Kerugian-kerugian dari bisnis turisme dan rekreasi.
 Kerugian pembangkit listrik tenaga air dan meningkatkan biaya-
biaya energi.
 Kerugian-kerugian yang terkait dengan produksi pertanian.
Menurunya produksi pangan dan meningkatnya harga-harga
pangan.
 Pengangguran sebagai akibat menurunnya produksi yang terkait
dengan kekeringan.

 Kerugian-kerugian pendapatan pemerintah dan meningkatnya


kejenuhan padalembaga-lembaga keuangan.
 Sosial Budaya.
 Saat terjadi kekeringan, tanah menjadi kering dan pasir lembut atau
debu mudah terbawa angin. Hal ini menyebabkan debu ada dimana,
sehingga menimbulkan banyak gejala penyakit yang berhubungan
dengan pernafasan. Banyak orang yang akan sakit flu dan batuk.

7
 Pengaruh-pengaruh kekurangan pangan (kekurangan gizi,
kelaparan).
 Hilangnya nyawa manusia karena kekurangan pangan atau kondisi-
kondisi yang terkait dengan kekeringan.
 Konflik di antara penggunan air.
 Masalah kesehatan karena menurunnya pasokan air.
 Ketidakadilan dalam distribusi akibat dampak-dampak kekeringan
dan bantuan pemulihan.
 Menurunnya kondisi-kondisi kehidupan di daerah pedesaan.
Meningkatnya kemiskinan, berkurangnya kualitas hidup.
 Kekacauan sosial, perselisihan sipil.
 Pengangguran meningkat, karena yang tadinya bertani kehilangan
mata pencaharian.
 Migrasi penduduk untuk mendapatkan pekerjaan atau
bantuan pemulihan,banyaknya TKI (tenaga kerja indonesia) yang
memilih keluar negeri.
 Politik
 Pemerintah harus bekerja keras untuk membuat kebijakan
penanggulangan bencana kekeringan. Badan khusus
penanggulangan bencana juga harus dibentuk, seperti yang sudah
dibentuk di Indonesia yaitu BNPB (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana)

2.5 Usaha Mitigasi Bencana Kekeringan


Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan Bencana
a. Penyusunan peraturan pemerintah tentang pengaturan sistem pengiriman
data iklim dari daerah ke pusat pengolahan data.
b. Penyusunan PERDA untuk menetapkan skala prioritas penggunaan air
dengan memperhatikan historical right dan azas keadilan.
c. Pembentukan pokja dan posko kekeringan pada tingkat pusat dan daerah.
d. Penyediaan anggaran khusus untuk pengembangan/perbaikan jaringan
pengamatan iklim pada daerah-daerah rawan kekeringan.

8
e. Pengembangan/perbaikan jaringan pengamatan iklim pada daerah-daerah
rawankekeringan.
Jika lebih dirincikan, tahap mitigasi bencana kekeringan adalah sebagai
berikut:
 Pra (bencana)
 Memanfaatkan sumber air yang ada secara lebih efisien dan efektif.
 Memprioritaskan pemanfaatan sumber air yang masih tersedia sebagai
air baku untuk air bersih.
 Menanam pohon dan perdu sebanyak-banyaknya pada setiap jengkal
lahan yangada di lingkungan tinggal kita.
 Membuat waduk (embung) disesuaikan dengan keadaan lingkungan.e)
 Memperbanyak resapan air dengan tidak menutup semua permukaan
dengan plester semen atau ubin keramik.f)
 Kampanye hemat air, gerakan hemat air, perlindungan sumber airg)
 Perlindungan sumber-sumber air pengembangannya.h)
 Panen dan konservasi airPanen air merupakan cara pengumpulan atau
penampungan
 Saat bencana
Sasaran penanggulangan kekeringan ditujukan kepada ketersediaan air
dan dampak yang ditimbulkan akibat kekeringan. Untuk penanggulangan
kekurangan air dapat dilakukan melalui :
 Penyediaan air minum dengan mobil tangki
 Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan
 Penyediaan pompa air
 Pengaturan pemberian air bagi pertanian secara darurat.
 Pasca bencana
 Bantuan sarana produksi tanaman
 Bantuan modal kerja
 Bantuan pangan dan pelayanan medis pembangunan prasaran
pengairan
 Penggunaan air secara hemat

9
 Penciptaan alat sanitasi penghemat air.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kekeringan merupakan suatu peristiwa atau suatu rangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh aktivitas alam tetapi aktivitas alam ini sangat
menggangu dan merugikan banyak aspek seperti aspek fisik dan non fisik
(sosial budaya, ekonomi, politit). kerugian fisik yang di timbulkan misalnya
terutama rusaknya tanaman petani yang menggakibatkan gagal panen dan
kelaparan, selain itu kerugian fisik selalu menggarah pada manusia karena
kekeringan menyebabkan kekurangan air bersih yang memaksa orang untuk
mengkonsumsi air yang tidak sehat, bahkan banyak hewan, tanaman dan
manusia mati karena kekurang air yang sangat di butuhkan untuk bertahan
hidup. Kerugian non fisik yaitu terjadi kerugian terhadap pemasukan negara
dan ekonomi.
Upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana kekeringan
sebelum terjadi dilakukan dengan cara mengadakan sosialisasi di masyarakat
akan bahaya kekeringan yang tejadi apabila masyarakat menggunakan air
berlebihan diluar batas kebutuhan.

B. Saran
Bagi masyatrakat hendaknya menggunakan air dengan baik, jangan
terlalu berlebihan dalam menggunakan air kerena bisa meyebabkan
kekuranagan air.Gunakanlah air secukupnya atau sesuai kebutuhan.Menurut
keagamaan kekeringan itu di sebabkan oleh tingkah laku manusia sendiri
yang terlalu serakah serta faktor kemaksiatan yang merajalela.

11
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penanggulangan Bencana Nasional. 2007. Undang-Undang No. 24 Tahun
2007 tentang Penangglangan Bencana.
Hermon, Dedi. 2015. Geografi Bencana Alam. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Munir. 2002. PerencanaanPengurangan Risiko Bencana. Jakarta : Dian Rahmat.


Tjasjono, Bayong.2008. Klimatology. Bandung : ITB
Prawiroardjojo, S. 2008. Idesain dan Evaluasi Modifikasi Cuaca. Jakarta : Icy
Publisher

12

Anda mungkin juga menyukai