Azas Dan Prinsip Pembelajaran

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

AZAS DAN PRINSIP-PRINSIP DALAM BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

A. Prinsip-Prinsip Atau Azas Belajar dan Pembelajaran

Sebagaimana diketahui bahwa belajar merupakan kegiatan yang berlangsung didalam suatu proses dan
terarah ke pencapaian sesuatu tujuan tertentu. Meskipun belajar merupakan suatu kegiatan yang sangat
kompleks kearah banyakya faktor yang mempengarui dan liputan aspek-aspek didalamnya, namun juga
dapat dianalisis dan diperinci dalam bentuk prinsip-prinsip atau azas-azas belajar.

Prinsip-prinsip belajar tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Belajar adalah suatu proses aktif dimana menjadi hubungan timbal balik, saling mempengarui secara
dinamis antara anak didik dan lingkungannya.

b. Belajar harus selalu bertujuan, terarah dan jelas bagi anak didik.

c. Belajar yang paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi yang murni dan bersumberdari
dalam dirinya sendiri.

d. Belajar selalu menghadapi rintangan dan hambatan.

e. Belajar memerlukan bimbingan.

f. Jenis belajar yang paling utama adalah belajar yang berfikir kritis, lebih baik dari pada pembentukan
kebiasaan-kebiasaan mekanis.

g. Cara belajar yang efektif adalah dalam pemecahan masalah melalui kerja kelompok.

h. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari, sehingga memperoleh pengertian-
pengertian.

i. Belajar memerlukan latihan-latihan dan ulangan agar yang diperoleh atau dipelajari dapat dikuasai.

j. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan atau hasil.

k. Belajar dianggap berhasil apabila sianak didik telah sanggup mentranferkan dan menerapkannya ke
bidang praktek sehati-hari.[1]
Prinsip belajar menunjuk kepada hal-hal penting yang harus dilakukan guru agar terjadi proses belajar
siswa, sehingga proses pembelajaranyang dilakukan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Prinsip belajar
juga memberikan arah tentang apasaja yang sebaikya dilakukan olh guru agar para sisiwa dapat berperan
aktif didalam proses pembelajaran. Bagi guru, kemampuan menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam
proses pembelajaran akan dapat membantu terwujudnya tujuan pembelajaran akan dapat membantu
terwujudnya tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam perencanaan pembelajaran. Sementara
prinsip-prinsip pembelajaran akan membantu tercapainya hasil belajar yang diharapkan.[2]

Dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran guru harus memperhatikan beberapa prinsip kegiatan
pembelajaran, sebagai berikut:

1. Berpusat pada siswa: setiap siswa pada dasarnya berbeda, dan telah ada dalam dirinya minat
(interest), kemampuan (ability), kesenangan (preference), pengalaman (experience) dan cara belajar
(learning style) yang berbeda antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Karena kegiatan belajar
yang dikembangkan oleh guru harus mendorong siswa agar dapat mengembnagkan potensi, bakat serta
minat yang dimilikinya secara optimal dan maksimal.[3]

2. Pembalikan makna belajar: dalam konsep Tradisional belajar hanya diartikan menerima informasi oleh
peserta didik dari sumber belajar dalam hal ini guru sangat berperan. Akibatnya pembelajaran sering
diartikan merupakan tranfer pengetahuan (transfer of knowledge).

3. Belajar dengan melakukan: pada hakikatnya dalam kegiatan belajar siswa melakukan aktivitas-
aktifitas. Aktifitas siswa akan sangat ideal bila dilakukan dengan kegiatan nyata yang melibatkan dirinya.

4. Dengan pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama islam, materi shalat dan praktik ibadah yang
lainnya akan efektif dan berkesan bagi siswa bila dipraktikkan secara langsung dari pada siswa harus
menghafal tatacara sholat dan ibadah lainnya.

5. Mengembangkan kemampuan sosial, kognitif, dan emosional: dalam kegiatan pembelajaran siswa
harus dikondisikan dalam suasana interaksi dengan orang lain, seperti antar siswa, antara siswa antar
guru, dan siswa antar masyarakat. Dengan interaksi yang intensif siswa akan mudah untuk membangun
pemahamannya.

6. Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah bertuhan: siswa terlahir dengan memiliki rasa
ingin tahu, imajinasi dan fitrah bertuhan. Rasaingin tahu dan imajinasi yang dimiliki siswa merupaka modal
dasar untuk bersikap peka, kritis, mandiri dan kreatif. Fitrah bertuhan merupakan cikal bakal manusia
untuk beriman dan bertakwa kepada tuhan.

7. Mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah: dalam kehidupan sehati-hari setiap orang akan
dihadapkan pada berbagai permasalahan yang harus dipecahkan. Karenanya diperlukan ketrampilan
dalam memecahkan masalah. Untuk mendapatkan ketrampilan dalam memecahkan masalah tersebut
seseorang harus belajar melalui pendidikan dan pengajaran.

8. Mengembangkan kreativitas siswa: siswa memiliki potensi untuk berbeda. Perbedaan siswa pada pola
berfikir, daya imajinasi, fantasi (penggadaian) dan hasil karyanya. Karena itu, kegiatan pembelajaran perlu
dipilih dan dirancang agar memberikan kesempatan dan kebebasan dalam berkreasi secara
berkesinambungan dalam mengembangkan kreativitas siswa.

9. Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi: ilmu pengetahuan dan
teknologi terus mengalami perkembangan dan menyempurnakan. Ilmu pengetahuan dan teknologi
diciptakan untuk memudahkan manusia dalam menjalankan kehidupannya.[4]

10. Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik: siswa perlu memperoleh wawasan dan
kesadaran dalam berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran perlu memberikan
awasan nilai-nilai sosial kemasyarakatan, patriotisme dan semangat cinta tanah air yang dapat membekali
siswa agar menjadi warga masyarakat dan negara yang bertanggung jawab serta memiliki semangat
nasionalisme dan kebangsaan.

11. Dalam pembelajaran Agama Islam, prinsip ini dapat ditempuh guru, misalnya dengan membuat
banyak contoh yang berkaitan ajaran-ajaran dan kisah-kisah dari Al-Qur’an atau hadits.

12. Belajar sepanjang hayat: menuntut ajaran agama islam, menutut ilmu diwajibkan bagi setiap muslim
mulai dari buaian sampai liang lahat. Siswa memerlukan kemampuan belajar sepanjang hayat dalam
rangka memupuk dan mengembangkan ketahanan fisik dan mentalnya.

13. Dengan kegiatan dengan prinsip belajar sepanjang hayat, pembelajaran diarahkan agar siswa berfikir
positif mengenai siapa dirinya, Mengenai dirinya, mengenai dirinya sendiri, dengan segala kelebihan dan
kekurangan yang dimilikinya serta mensyukuri atas segala rahmat, nikmat serta karunia yang telah
dianugrahkan tuhan kepada dirinya.[5]
B. Pengembangan Prinsip-Prinsip Belajar dalam pembelajaran

Berikut ini diuraikan beberapa prinsip belajar yang dikembangkan dalam proses belajar.

1. Prinsip Kesiapan (Readiness)

Proses belajar dipengaruhi kesiapan murid, yang dimaksud dengan kesiapan atau readiness ialah kondisi
individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan hal itu terdapat berbagai macam taraf
kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus. Seseorang siswa yang belum siap untuk melaksanakan suatu
tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan atau malah putus asa. Yang termasuk kesiapan ini ialah
kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar belakang pengalaman, hasil belajar yang baku,
motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang memungkinkan seseorang dapat belajar.

Berdasarkan dengan prinsip kesiapan ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut:

a. Seorang individu akan dapat belajar dengan sebaik-baiknya bila tugas-tugas yang diberikan kepadanya
erat hubungannya dengan kemampuan, minat dan latar belakangnya.

b. Kesiapan untuk belajar harus dikaji bahkan diduga. Hal ini mengandung arti bila seseorang guru ingin
mendapat gambaran kesiapan muridnya untuk mempelajari sesuatu, ia harus melakukan pengetesan
kesiapan.

c. Jika seseorang individu kurang memiliki kesiapan untuk sesuatu tugas, kemudian tugas itu seyogianya
ditunda sampai dapat dikembangkannya kesiapan itu atau guru sengaja menata tugas itu sesuai dengan
kesiapan siswa.

d. Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan, misalnya dua orang siswa yang
memiliki kecerdasan yang sama mungkin amat berbeda dalam pola kemampuan mentalnya.

e. Bahan-bahan, kegiatan dan tugas seyogianya divariasikan sesuai d

f. dengan faktor kesiapan kognitif, afektif dan psikomotor dari berbagai individu.[6]

2. Kematangan Jasmani dan Rohani

Salah satu prinsip utama belajar adalah harus mencapai kematangan jasmani dan rohani sesuai dengan
tingkatan yang dipelajarinya. Kematanga jasmani yaitu telah sampai pada batas minimal umur serta
kondisi fisiknya telah cukup kuat untuk melakukan kegiatan belajar. Kematangan rohani artinya telah
memiliki kemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar, misalnya kemampuan berpikir,
ingatan, fantasi dan sebagainya. Seorang anak yang akan masuk ke SD harus berumur 6 tahun dan fisik
serta mentalnya ssudah cukup mampu mengikuti pelajaran di kelas 1 SD.

Ini adalah satu prinsip (dasar) untuk dapat mengikuti pelajaran dengan baik di SD. Bila seorang anak belum
memiliki kematangan jasmani dan rohani sudah di masukkan ke SD, akibatnya anak itu banyak mengalami
kesulitan dalam melakukan kegiatan belajarnya. Otaknya tidak mampu mengikuti pelajaran, atau fisiknya
terlalu kecil duduk di bangku kelas, atau mungkin juga anak itu belum mampu bergaul dengan teman-
temannya sekelas. Contoh lain tentang pentingnya prinsip kematagan dalam belajar ialah mempelajari
bilangan negatif, ilmu ukur ruang , dan Bahasa Inggris sebaiknya dimulai di SMP bukan Sd, karena anak SD
belum cukup matang untuk dapat mengikuti pelajaran itu dengan baik. Begitu pula belajar filsafat dan
logika tidak cocok diberikan di SMP, SMA, dan SMK, tetapi harus di Perguruan Tinggi.[7]

3. Prinsip Motivasi (Motivation)

Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu kondisi dari
pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan. Secara
alami anak-anak selalu ingin tahu dan melakukan kegiatan penjajagan dalam lingkungannya. Rasa ingin
tahu ini seyogianya didorong dan bukan dihambat dengan memberikan aturan yang sama untuk semua
anak.

Berkenaan dengan motivasi ini ada beberapa prinsip yang seyogianya kita perhatikan.

a. Individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologi, soaial dan
emosional. Tetapi disamping itu ia dapat diberi dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang
dimiliki saat ini.

b. Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya
peningkatan usaha. Pengalaman tentang kegagalan yang tidak merusak citra diri siswa dapat memperkuat
kemampuan memelihara kesungguhannya dalam belajar.

c. Dorongan yang mengatur perilaku tidak selalu jelas bagi para siswa. Contohnya seorang murid yang
mengharapkan bantuan dari gurunya bisa berubah lebih dari itu, karena kebutuhan emosi terpenuhi
daripada karena keinginan untuk mencapai seauatu.

d. Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian seperti rasa rendah diri, atau keyakinan diri.
Seorang anak yang temasuk pandai atau kurang juga bisa menghadapi masalah.
e. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan motivasi belajar.
Kegagalan dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi tergantung pada berbagai faktor. Tidak bisa
setiap siswa diberi dorongan yang sama untuk melakukan sesuatu.

f. Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian besar dari
kebutuhannya dapat dipenuhi.

g. Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh terhadap motivasi dan perilaku.

h. Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas, memang ada bahayanya bila
anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan karena ingin belajar.

i. Kompetisi dan insentif bisa efektif dalam memberi motivasi, tapi bila kesempatan untuk menang
begitu kecil kompetisi dapat mengurangi motivasi dalam mencapai tujuan.

j. Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam suasana belajar yang
memuaskan.

k. Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat mempertinggi
motivasi.[8]

4. Prinsip Persepsi

“ Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia memahami situasi”. Persepsi adalah
interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang
berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu. Seseorang guru akan dapat
memahami murid-muridnya lebih baik bila ia peka terhadap bagaimana cara seseorang melihat suatu
situasi tertentu.

Berkenaan dengan persepsi ini ada beberapa hal-hal penting yang harus kita perhatikan:

a. Setiap pelajar melihat dunia berbeda satu dari yang lainnya karena setiap pelajar memiliki lingkungan
yang berbeda. Semua siswa tidak dapat melihat lingkungan yang sama dengan cara yang sama.

b. Seseorang menafsirkan lingkungan sesuai dengan tujuan, sikap, alasan, pengalaman, kesehatan,
perasaan dan kemampuannya.

c. Cara bagaimana seseorang melihat dirinya berpengaruh terhadap perilakunya. Dalam sesuatu situais
seorang pelajar cenderung bertindak sesuai dengan cara ia melihat dirinya sendiri..
d. Para pelajar dapat dibantu dengan cara memberi kesempatan menilai dirinya sendiri. Guru dapat
menjadi contoh hidup. Perilaku yang baik bergantung pada persepsi yang cermat dan nyata mengenai
suatu situasi. Guru dan pihak lain dapat membantu pelajar menilai persepsinya.

e. Persepsi dapat berlanjut dengan memberi para pelajar pandangan bagaimana hal itu dapat dilihat .

f. Kecermatan persepsi harus sering dicek. Diskusi kelompok dapat dijadikan sarana untuk
mengklasifikasi persepsi mereka.

g. Tingkat perkembangan dan pertumbuhan para pelajar akan mempengaruhi pandangannya terhadap
dirinya.[9]

5. Prinsip Tujuan

“ Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajar pada saat proses belajar
terjadi”. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang dan mengenai tujuan ini ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan:

a. Tujuan seyogianya mewadahi kemampuan yang harus dicapai.

b. Dalam menetapkan tujuan seyogianya mempertimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat

c. Pelajar akan dapat menerima tujuan yang dirasakan akan dapat memenuhi kebutuhannya.

d. Tujuan guru dan murid seyogianya sesuai

e. Aturan-aturan atau ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah biasanya akan
mempengaruhi perilaku.

f. Tingkat keterlibatan pelajar secara aktif mempengaruhi tujuan yang dicanangkannya dan yang dapat
ia capai.

g. Perasaan pelajar mengenai manfaat dan kemampuannya dapat mempengaruhi perilaku. Jika ia gagal
mencapai tujuan ia akan merasa rendah diri atau prestasinya menurun.

h. Tujuan harus ditetapkan dalam rangka memenuhi tujuan yang nampak untuk para pelajar. Karena
guru harus dapat merumuskan tujuan dengan jelas dan dapat diterima para pelajar.[10]

6. Prinsip Perbedaan Individual

“Proses belajar bercorak ragam bagi setiap orang”


Proses pengajaran seyogianya memperhatikan perbedaan indiviadual dalam kelas sehingga dapat
memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar yang setinggi-tingginya. Pengajaran yang hanya
memperhatikan satu tingkatan sasaran akan gagal memenuhi kebutuhan seluruh siswa. Karena itu
seorang guru perlu memperhatikan latar belakang, emosi, dorongan dan kemampuan individu dan
menyesuaikan materi pelajaran dan tugas-tugas belajar kepada aspek-aspek tersebut.

Berkenaan dengan perbedaan individual ada beberapa hal yang perlu diingat:

a. Para pelajar harus dapat dibantu dalam memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan selanjutnya
mendapat perlakuan dan pelayanan kegiatan, tugas belajar dan pemenuhan kebutuhan yang berbeda-
beda.

b. Para pelajar perlu mengenal potensinya dan seyogianya dibantu untuk merenncanakan dan
melaksanakan kegiatannya sendiri.

c. Para pelajar membutuhkan variasi tugas, bahan dan metode yang sesuai dengan tujuan , minat dan
latarbelakangnya.

d. Pelajar cenderung memilih pengalaman belajar yang sesuai dengan pengalamannya masa lampau yang
ia rasakan bermakna untuknya. Setiap pelajar biasanya memberi respon yang berbeda-beda karena
memang setiap orang memiliki persepsi yang berbeda mengenai pengalamannya.

e. Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar lebih diperkuat bila individu tidak merasa
terancam lingkungannya, sehingga ia merasa merdeka untuk turut ambil bagian secara aktif dalam
kegiatan belajar. Manakala para pelajar memiliki kemerdekaan untuk berpikir dan berbuat sebagai
individu, upaya untuk memecahkan masalah motivasi dan kreativitas akan lebih meningkat.

f. Pelajar yang didorong untuk mengembangkan kekuatannya akan mau belajar lebih giat dan sungguh-
sungguh. Tetapi sebaliknya bila kelemahannya yang lebih ditekankan maka ia akan menunjukkan
ketidakpuasannya terhadap belajar.[11]

7. Prinsip Keaktifan

Pengembangan prinsip keaktifan atau aktivitas bagi guru dalam proses pembelajaran, menurut Glasers
Ferld dalam Bettencourt (1989) adalah, senagai berikut:

a. Memberi kesempatan, peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk berkreaktivitas dalam proses
belajar.
b. Memberi kesempatan melakukan pengamatan, penyelidikan atau inquiry dan eksperimen.

c. Memberikan tugas individual dan kelompok melalui kontrol guru.

d. Memberikan pujian verbal dan non verbal terhadap siswa yang memberikan respont terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

e. Menggunakan multi metode dan multi media didalam pembelajaran.[12]

8. Prinsip keterlibatan langsung

Pengembangan prinsip keterlibatan langsung bagi guru adalah:

a. Mengaktifkan peran individual atau kelompok kecil di dalam penyelesaian tugas.

b. Menggunakan media secara langsung dan melibatkan siswa dalam praktik penggunaan tersebut.

c. Memberi keleluasan kepada siswa untuk melalukan berbagai percobaan dan eksperimen.

d. Memberikan tugas-tugas praktik.

9. Prinsip Pengulangan

Pengembangan prinsip-prinsippengulangan bagi guru adalah:

a. Memilih materi pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan pengulangan.

b. Merancang kegiatan pengulangan.

c. Mengembangkan soal-soal pengulanagan.

d. Mengembangkan soal-soal latihan.

e. Mengimlentasikan kegiatan-kegiatan pengulanagan yang bervariasai.

Sedangkan pada siswa sangat dituntut untuk memiliki kesadaran yang mendalam agar bersedia
melakukan pengulangan latihan-latihan, baik yang dituskan oleh guru maupun atas inisiatifdan dorongan
diri sendiri.[13]

10. Prinsip Tantangan

Studi-studi menunjukan bahwa siswa lebih banyak belajar jika pelajarannya memuaskan, menantang
serta ramah dan mereka memiliki peran didalam pengambilan keputusan. Bilamana anak merasa
tertantang dalam suatu belajar maka ia akan mengambil keaktifan lain yang menggangu kegiatan
belajarnya.

Beberapa kegiatan berikut dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru nntuk menciptakan tantnagan dalam
kegiatan belajar.

a. Merancang dan mengelola kegiatan inquiry dan eksperimen.

b. Memberikan tugas-tugas pemecahan masalah kepada siswa.

c. Mendorong siswa untuk membuat kesimpulan pada setiap sesi pembelajaran.

d. Mengembangkan bahan-bahan pembelajaran yang menarik.

e. Membimbing siswa menemukan fakta, konsep, prinsip dan generalisasi.

f. Merancang dan mengelola kegiatan diskusi.[14]

11. Prinsip Tramfer dan Retensi

“Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam
situasi baru”.

Apa pun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain. Prosesa
tersebut dikenal dengan prosestransfer, kemampuan seseorang untuk menggunakan lagi hasil belajar
disebut retensi. Bahan-bahan yang dipelajari dan diserap dapat digunakan oleh para pelajar dalam situasi
baru.

Berkenaan dengan proses transfer dan retensi ada beberapa prinsip yang harus kita ingat.

a. Tujuan belajar dan daya ingat dapat memperkuat retensi. Usaha yang aktif untuk mengingat atau
menugaskan sesuatu latuhan untuk dipelajari dapat meningkatkan retensi.

b. Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik.

c. Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi fisik dan psikis dimana proses belajar itu terjadi. Karena
itu latihan seyogianya dilakukan dalam suasana yang nyata.

d. Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang baik. Suasana belajar yang dibagi ke dalam unit-
unit kecil waktu dapat menghasilkan proses belajar dengan retensi yang lebih baik daripada proses belajar
yang berkepanjangan. Waktu belajar dapat ditentukan oleh struktur-struktur logis dari materi dan
kebutuhan para pelajar.

e. Penelaahan bahan-bahan yang faktual, keterampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi dan
nilai transfer.

f. Proses belajar cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat memberikan hasil yang
memuaskan.

g. Sikap pribadi, perasaan atau suasana emosi para pelajar dapat menghasilkan proses pelupaan hal-hal
tertentu. Karena itu bahan-bahan yang tidak disepakati tidak akan dapat diserap sebaik bahan-bahan yang
menyenangkan.

h. Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama dipelajari
mengikuti bahan yang lalu. Kemungkinan lupa terhadap bahan yang lama dapat terjadi bila bahan baru
yang sama yang dituntut.[15]

i. Pengetahuan tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat diserap dengan baik dan dapat
diterapkan lebih berhasil dengan cara menghubung-hubungkan penerapan prinsip yang dipelajari dan
dengan memberikan illustrasi unsur-unsur yang serupa.

j. Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapat kemudahan bila hubungan-hubungan
yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan dalam situasi yang agak sama dibuat.

k. Tahap akhir proses seyogyanya memasukkan usaha untuk menarik generalisasi, yang pada gilirannya
nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer.[16]

12. Prinsip Belajar Kognitif

Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan atau penemuan. Belajar kognitif mencakup asosiasi
antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah, dan keterampilan memecahkan masalah yang
selanjutnya membentuk perilaku baru, berpikir, menalar, menilai dan berimajinasi merupakan aktivitas
mental yang berkaitan dengan proses belajar kognitif. Proses belajar itu dapat terjadi pada berbagai
tingkat kesukaran dan menuntut berbagai aktivitas mental.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar kognitif.


a. Perhatian harus dipusatkan kepada aspek-aspek lingkungan yang relevan sebelum proses-proses
belajar kognitif terjadi. Dalam hubungan ini pelajar perlu mengarahkan perhatian yang penuh agar proses
belajar kognitif benar-benar terjadi.

b. Hasil belajar kognitif akan bercariasi sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan individual yang ada.

c. Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan kata, kemampuan membaca, kecakapan dan pengalaman


berpengaruh langsung terhadap proses belajar kognitif.

d. Pengalaman belajar harus diorganisasikan ke dalam satuan-satauan atau unit-unit yang sesuai.

e. Bila menyajikan konsep, kebermaknaan dari konsep amatlah penting . Perilaku mencari, penerapan,
pendefinisian resmi dan penilaian sangat diperlukan untuk menguji bahwa suatu konsep benar-benar
bermakna.

f. Dalam pemecahan masalah para pelajar harus dibantu untuk mendefinisikan dan membatasi lingkup
masalah, menemukan informasi yang sesuai, menafsirkan dan menganalisis masalah dan memungkinkan
berpikir menyebar (divergent thinking).[17]

g. Perhatian terhadap proses mental yang lebih daripada terhadap hasil kognitif dan afektif akan lebih
memungkinkan terjadimya proses pemecahan masalah, analisis, sintesis dan penalaran

13. Prinsip Belajar Afektif

“ Proses belajar afektif seseorang menentukn bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan pengalaman
baru”.

Belajar afektif mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan sikap. Dalam banyak hal pelajar mungkin tidak
menyadari belajar afektif. Sesungguhnya proses belajar afektif meliputi dasar yang asli untuk dan
merupakan bentuk dari sikap, emosi dorongan, minat dan sikap individu.

Berkenaan dengan hal-hal tersebut diatas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses belajar
afektif.

a. Hampir semua aspek kehidupan mengandung aspek afektif.

b. Hal bagaimana para pelajar menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap situasi akan memberi
dampak dan pengaruh terhadap proses belajar afektif.
c. Suatu waktu, nilai-nilai yang penting yang diperoleh pada masa kanak-kanak akan melekat sepanjang
hayat. Nilai, sikap dan perasaan yang tidak berubah akan tetap melekat pada keseluruhan proses
perkembangan.

d. Sikap dan nilai sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain dan bukan hasil dari belajar
langsung.

e. Sikap lebih mudah dibentuk karena pengalaman yang menyenangkan.

f. Nilai-nilai yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh standar perilaku kelompok.

g. Proses belajar di sekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang erat. Pelajar yang memiliki
kesehatan mental yang baik akan dapat belajar lebih mudah daripada yang memiliki masalah.

h. Belajar afektif dapat dikembangkan atau diubah melalui interaksi guru dengan kelas.

i. Pelajar dapat dibantu agar lebih matang dengan cara membantu mereka mengenal dan memahami
sikap, peranan dan emosi. Penghargaan terhadap sikap, perasaan dan frustasi sangat perlu untuk
membantu pelajar memperoleh pengertian diri dan kematangannya.[18]

13. Proses Belajar Psikomotor

“Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu mengendalikan aktivitas


ragawinya”

Belajar psikomotor mengandung aspek mental dan fisik. Berkenaan dengan hal itu ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan.

a. Didalam tugas suatu kelompok akan menunjukkan variasi dalam kemampuan dasar psikomotor.

b. Perkembangan psikomotor anak tertentu terjadi tidak beraturan.

c. Struktur ragawi dan sistem syaraf individu membantu menentukan taraf penampilan psikomotor.

d. Melalui bermain dan aktivitas nonformal para pelajar akan memperoleh kemampuan mengontrol
gerakannya lebih baik.

e. Dengan kematangan fisik dan mental kemampuan pelajar untuk memadukan dan memperhalus
gerakannya akan lebih dapat diperkuat.
f. Faktor lingkungan memberi pengaruh terhadap bentuk dan cdakupan penampilan psikomotor
individu.

g. Penjelasan yang baik, demonstrasi dan partisipasi aktif pelajar dapat menambah efisiensi belajar
psikomotor.

h. Latihan yang cukup yang diberi dalam rentan waktu tertentu dapat membantu proses belajar
psikomotor

i. Latihan yang bermakna seyogianya mencakup semua urutan lengkap aktivitas psikomotor dan tempo
tidak bisa hanya didasarkan pada faktor waktu semata-mata.

j. Tugas-tugas psikomotor yang terlalu sukar bagi pelajar dapat menimbulkan frustasi (keputusasaan)
dan kelelahan yang lebih cepat.

14. Prinsip Evaluasi

Jenis cakupan dan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan selanjutnya.

Pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan bagi individu untuk menguji kemajuan dalam pencapaian
tujuan. Penilaian individu terhadap proses belajarnya dipengaruhi oleh kebebasan untuk menilai. Evaluasi
mencakup kesadaran individu mengenai penampilan, motivasi belajar dan kesiapan untuk belajar.
Individu yang berinteraksi dengan yang lain pada dasarnya ia mengkaji pengalaman belajarnya dan hal ini
pada gilirannya akan dapat meningkatkan kemampuannya untuk menilai pengalamannya.

Berkenaan dengan evaluasi ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

a. Evaluasi memberi arti pada proses belajar dan memberi arah baru pada pelajar.

b. Bila tujuan dikaitkan dengan evaluasi maka peran evaluasi begitu penting bagi pelajar.

c. Latihan penilaian guru dapat mempengaruhi bagaimana pelajar terlibat dalam evaluasi dan belajar.

d. Evaluasi terhadap kemajuan pencapaian tujuan akan lebih mantap bila guru dan murid saling bertukar
dan menerima pikiran, perasaan dan pengamatan.

e. Kekurangan atau ketidaklengkapan evaluasi dapat mengurangi kemampuan guru dalam melayani
muridnya. Sebaliknya evaluasi yang menyeluruh dapat memperkuat kemampuan pelajar untuk menilai
dirinya.[19]
f. Jika tekanan evaluasi guru diberikan terus menerus terhadap penampilan siswa, pola ketergantungan
penghindaran dan kekerasan akan berkembang.

g. Kelompok teman sebaya berguna dalam evaluasi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Prinsip belajar menunjukkan kepada hal-hal penting yang harus dilakukan guru agar terjadi proses
belajar siswa, sehingga proses belajar yang dilakukan dapat mencapai hasil yang diinginkan. prinsip-
prinsip belajar juga memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar para siswa
dapat berperan aktif didalam proses pembelajaran. Bagi guru, kemampuan menentukan prinsip-prinsip
belajar dalam proses pembelajaran akan dapat membantu terwujudnya tujuan pembelajaran yang
dirumuskan dalam Perencanaan pembelajaran.

2. Penerapan prinsip-prinsip belajar terimplementasi didalam model dan metode perkembangan


pembelajaran yang di kembangkan guru. Prinsip prinsip tersebut diantaranya, yaitu: prinsip kesiapan,
prinsip Motivasi, Prinsip Persepsi, Prisip tujuan, prinsip perbedaan Individu, prinsip keaktifan, prinsip
keterlibatan langsung, prinsip prinsip pengulangan, prinsip tantangan, prinsip tranfer dan retensi, prinsip
belajar kognitif, prinsip belajar afektif dan prinsip psikomotor.

B. Saran

1. Kepada Pendidik, Sebaiknya Mengajarkan pada peserta didik tentang Prinsip-Prinsip dan Azas belajar
dan pembelajaran, dan menerapkannya dalam setiap belajar mengajar. Sehingga menjadikan proses
belajar menganjarnya Efektif sesuai dengan Prinsip-Prinsip dan Azas belajar dan pengajaran yang ada.

2. Kepada Terdidik, Sebaiknya selalu belajar ingin tau tentang Prinsip-Prinsip atau Azas belajar dan
pembelajaran sehingga anak didik tersebut bisa menerapkan belajar dan pembelajara sesuai dengan
Prinsip-prinsip atau Azas dalam Belajar dan Pembelajaran Mereka.

Daftar Rujukan

Dalyono. 2007.Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Komsiyah, Indah. 2012.Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Teras.

Majid, Abdul.2014. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rahayu, Sri. 2004. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai