Makalah Pendekatan Sosiologi Dalam Studi Islam Dan Manajemen Dakwah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara sederhana sosiologi dapat diartikan sebagai ilmu yang menggambarkan
tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan, serta berbagai gejala
sosial lainnya yang saling berhubungan. Dengan ilmu ini suatu fenomena dapat
dianalisa dengan menghadirkan faktor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan
tersebut, mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya
proses tersebut.
Selanjutnya sosiologi dapat dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam
memahami agama. Hal demikian dapat dimengerti, karena banyaknya bidang kajian
agama yang baru dapat dipahami secara proporsional dan lengkap apabila
menggunakan jasa dan bantuan sosiologi. Tanpa ilmu sosial peristiwa-peristiwa
tersebut sulit dijelaskan dan sulit pula dipahami maksudnya. Disinilah letaknya
sosiologi sebagai salah satu alat dalam memahami ajaran agama. 1
Beranjak dari hal di atas maka dalam makalah ini akan membahas tentang
pengertian sosiologi dan Studi Islam, subdisiplin sosiologi, pendekatan sosiologi,
agama sebagai fenomena sosiologi, pendekatan sosiologis, signifikansi dan
kontribusi pendekatan sosiologis dalam studi Islam, manajemen dakwah, kajian
sosiologi study Islam pada Manajemen Dakwah dalam Manajemen Masjid beserta
pengaruh terhadap masyarakatnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Sosiologi dan Studi Islam?
2. Apa Saja Subs Disiplin Sosiologi?
3. Apa saja Pendekatan Sosiologi?
4. Mengapa Agama Sebagai Fenomena Sosiologi?
5. Bagaimana Signifikasi dan Kontribusi Pendekatan Sosiologi dalam Studi Islam?
6. Apa Itu Manajemen Dakwah?
7. Bagaimana Kajian Sosiologi Studi Islam pada Manajemen Dakwah dalam
Manajemen Masjid beserta pengaruh terhadap masyarakatnya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Sosiologi dan Studi Islam.
2. Untuk mengetahui Subs Disiplin Sosiologi.
3. Untuk mengetahui Pendekatan Sosiologi.
4. Untuk mengetahui Agama sebagai Fenomena Sosiologi.
1Abuddin Nata, Metodelogi Studi Islam ( Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2002), hal. 39.
5. Untuk mengetahui Signifikasi dan Kontribusi Pendekatan Sosiologi dalam
Studi Islam.
6. Untuk mengetahui Manajemen Dakwah.
7. Untuk mengetahui Kajian Sosiologi Studi Islam pada Manajemen Dakwah
dalam Manajemen Masjid beserta pengaruh terhadap masyarakatnya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sosiologi dan Studi Islam


Secara etimologi, kata sosiologi berasal dari bahasa Latin dari kata “socius” yang
berarti temandan “logos” yang berarti berkata atau berbicara. Jadi sosiologi artinya
berbicara tentang manusia yang berteman atau bermasyarakat.
Secara terminologi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan
proses-proses sosial termasuk perubahan-perubahan sosial. Adapun objek sosiologi
adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antara manusia dan proses yang
timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat. Sedangkan tujuannya adalah
meningkatkan daya atau kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan hidupnya.
Studi islam atau di Barat dikenal dengan istilah Islamic Studies, secara sederhana
dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan
agama Islam. Di kalangan umat Islam, Studi keislaman bertujuan untuk memahami
dan mendalami serta membahas ajaran-ajaran Islam agar mereka dapat
melaksanakan dan mengamalkannya dengan benar. Sedangkan di luar kalangan umat
Islam, Studi keislaman bertujuan untuk mempelajari seluk beluk agama dan praktik-
praktik keagamaan yang berlaku dikalangan umat Islam, yang semata-mata sebagai
ilmu-ilmu pengetahuan (Islamologi).
Islam sebagai agama: Secara etimologi istilah Agama banyak dikemukakan dalam
berbagai bahasa, anatara lain Religion (Inggris), Religie (Belanda), Religio (Yunani), Ad
Dien, Syari’at, Hisab (Arab-Islam) atau Dharma (Hindu). Secara sosiologis, agama yang
mengandung kepercayaan dengan berbagai praktek pengalaman ibadahnya dalam
kehidupan masyarakat, adalah merupakan masalah sosial. Karena agama adalah
bagian dari masyarakat, tidak ada agama tanpa masyarakat, begitu pula sebaliknya
secara antropologis tidak ada masyarakat yang tidak beragama.2

B. Subs Disiplin Sosiologi


Beberapa sub-disiplin dalam sosiologi yaitu: krimonologi, sosiologi sejarah,
geografi manusia, sosiologi industri, sosiologi politik, sosiologi pedesaan, sosiologi
kota, dan sosiologi agama.3 Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan satu persatu sebagai
berikut :
Kriminologi adalah suatu kajian mengenai perkembangan aktivitas kejahatan
dalam hubungannya dengan fungsi struktur institusi, dan metode mengendalikan
penjahat dalam penangkapan, interogasi dan perawatan yang berikutnya.
Sosiologi sejarah adalah suatu cabang sosiologi yang menggunakan data sejarah
sebagai dasar untuk membuat generalisasi ilmiah. Ia mementingkan pola atau bentuk

2 Sc.Syekhnurjati, Kajian Sosiologi dan Studi Islam Pertemuan Ke – 13,( sc.syekhnurjati.ac.id), hal.1-2.
3Joseph Roucek dan Rolan Werren, Sosiologi An Introduction, terj. Sehat Simamora, (Jakarta: PT. Bina
Aksara, 1984), hal.253.
hidup kejadian-kejadian yang telah terjadi dalam sejarah, bukannya menentukan
tertib tarikh peristiwa sejarah yang seragam seperti yang dapat disimpulkan dari
peristiwa sejarah yang lalu.
Geografi manusia (kadang-kadang dinamakan antropo-geografi) ialah suatu ilmu
mengenai hubungan timbal balik manusia dengan alam lingkungan. Ia mempunyai
dua prinsip pendekatan: Pertama, pengaruh alam lingkungan seperti iklim,
kedudukan tanah dan air yang terdapat dalam kehidupan sosial manusia, suatu
pengaruh yang biasanya dianggap sebagai bukan penentu, tetapi sebagai suatu
pembatasan terhadap batas-batas yang luas. Kedua, pengaruh manusia terhadap
alam lingkungannya. Ini termasuk dalam arti kata yang luas, semua perubahan yang
dilakukan oleh manusia terhadap alam kebendaan, tetapi aktivitasnya lebih khusus
seperti mengalirkan rawa-rawa atau mempertahankan terusan.
Sosiologi industri berhubungan dengan cara mendapatkan pengetahuan
mengenai proses sosial yang terlibat dalam aktivitas industri, dan dengan organisasi
industri sebagai sistem sosial. Ilmu ini mengkaji aspek institusi mengenai aktivitas
industri, dan hubungan proses sosial dalam aktivitas industri kepada proses lain
dalam masyarakat.
Sosiologi politik adalah suatu cabang sosiologi yang menganalisa proses politik
dalam rangka bidang sosiologi, mengorientasikan pengamatannya khusus kepada
dinamika tingkah laku politik, karena kajian ini dipengaruhi beberapa proses sosial,
seperti kerjasama, persaingan, konflik, mobilitas sosial, pembentukan pendapat
umum, peralihan kekuasaan beberapa kelompok, dan semua proses yang terlibat
mempengaruhi tingkah laku politik.
Sosiologi pedesaan ialah kajian mengenai penduduk desa dalam hubungan
dengan kelompoknya. Ilmu ini menggunakan metode dan prinsip sosiologi umum
dan menggunakannya dalam kajian mengenai penduduk desa, sekitar ciri-ciri
penduduk desa, organisasi sosial desa, dan berbagai lembaga dan asosiasi yang
berfungsi di dalam kehidupan sosial desa, proses sosial yang penting yang terdapat
dalam kehidupan di desa, pengaruh perubahan sosial atas organisasi sosial desa, dan
beberapa masalah yang dihadapi oleh masyarakat desa.
Sosiologi kota adalah kajian mengenai orang-orang kota dalam hubungan
mereka antara satu kelompok dengan kelompok lain. Bidang ini mengkaji ciri orang
kota, organisasi sosial dan aktivitas institusi mereka, proses interaksi asas yang
berlaku dalam kehidupan kota, pengaruh perubahan sosial dan beberapa masalah
yang mereka hadapi.
Sosiologi agama adalah melibatkan analisa sistimatik mengenai fenomena
agama dengan menggunakan konsep dan metode sosiologi. Institusi agama dikaji
sedemikian rupa, dan struktur serta prosesnya dianalisa, dan begitu juga
hubungannya dengan institusi yang lain, perkembangan, penyebaran dan jatuhnya
agama dikaji untuk tujuan prinsip umum yang dapat diperoleh darinya. Metode
pengendalian sosial melalui aktivitas agama dititikberatkan, seperti halnya aspek
psikologi sosial mengenai tingkah laku kolektif dalam hubungannya dengan fungsi
agama. Ajaran agama dianalisa dalam hubungan dengan struktur sosial.
Disamping sub-disiplin sosiologi tersebut di atas, juga ada disiplin sosiologi
pendidikan dan pengetahuan. Ahli sosiologi mengatakan bahwa pendidikan adalah
suatu kajian sosial, karena perkembangan anak perlu ditumbuhkan dari segi
hubungannya dengan masyarakat dan kebudayaannya, individu tidak dapat
berkembang jika diasingkan dari kelompok sosialnya, dan kelompok sosial yang
akhirnya membentuk kepribadian tersebut melalui interaksi sosial.
Sosiologi pengetahuan, suatu kajian mengenai hubungan antara struktur
pemikiran dan latar belakang sosiologi di mana ia hidup dan berfungsi, karena
manusia ingin mengetahui diri dan lingkungannya.
C. Pendekatan Sosiologi
Untuk menghasilkan suatu teori tentulah melalui pendekatan-pendekatan,
demikian halnya dengan teori-teori sosiologi.
Ada tiga pendekatan utama sosiologi, yaitu :
1. Pendekatan struktural–fungsional.
2. Pendekatan konflik (marxien).
3. Pendekatan interaksionisme–simbolis.4

Pendekatan struktural–fungsional terkenal pada akhir 1930-an, dan


mengandung pandangan makroskopis terhadap masyarakat. Walaupun pendekatan
ini bersumber pada sosiolog-sosiolog Eropa seperti Max Webber, Emile Durkheim,
Vill Predo Hareto, dan beberapa antropolog sosial Inggris, namun yang pertama
mengemukakan rumusan sistematis mengenai teori ini adalah Halcot Parsons, dari
Harvard. Teori ini kemudian dikembangkan oleh para mahasiswa Parson, dan para

4Ilyas Ba-Yunus Farid Ahmad, Islamic Sosiology; An Introduction, terj. Hamid Basyaib, (Bandung:
Mizan, 1996), hal. 20 - 24.
murid mahasiswa tersebut, terutama di Amerika. Pendekatan ini didasarkan pada
dua asumsi dasar yaitu :

Masyarakat terbentuk atas substruktur-substruktur yang dalam fungsi-fungsi


mereka masing-masing, saling bergantung, sehingga perubahan-perubahan yang
terjadi dalam fungsi satu sub-struktur dengan sendirinya akan tercermin pada
perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur-struktur lainnya pula. Karena itu,
tugas analisis sosiologis adalah menyelidiki mengapa yang satu mempengaruhi yang
lain, dan sampai sejauh mana. Setiap struktur berfungsi sebagai penopang aktivitas-
aktivitas atau substruktur-substruktur lainnya dalam suatu sistem sosial. Contoh-
contoh sub-struktur ini dalam masyarakat adalah keluarga, perekonomian, politik,
agama, pendidikan, rekreasi, hukum dan pranata-pranata mapan lainnya.

Adapun pendekatan pendekatan konflik atau marxien merupakan pendekatan


alternatif paling menonjol saat ini terhadap pendekatan struktural-struktural sosial
makro. Karl Marx (1818-1883) adalah tokoh yang sangat terkenal sebagai pencetus
gerakan sosialis internasional. Meskipun sebagian besar tulisannya ia tujukan untuk
mengembangkan sayap gerakan ini, tetapi banyak asumsinya yang dalam pengertian
modern diakui sebagai bersifat sosiologis.5 Marx mengajukan teori sosialismenya
yakni suatu solusi final agar seluruh sumber daya dapat dimiliki oleh semua orang.
Dan revolusi-revolusi lanjutan tidak lagi diperlukan karena idealnya tidak ada lagi
kelaparan, pengeksploitasian dan konflik.

Sedangkan pendekatan intraksionalisme-simbolis merupakan sebuah perspektif


mikro dalam sosiologi, yang barang kali sangat spekulatif pada tahapan analisisnya
sekarang ini. Tetapi pendekatan ini mengandung sedikit sekali prasangka idiologis,
walaupun meminjam banyak dari lingkungan barat tempat dibinanya pendekatan
ini.6

Pendekatan intraksionisme simbolis lebih sering disebut pendekatan intraksionis


saja, bertolak dari interaksi sosial pada tingkat paling minimal. Dari tingkat mikro ini
ia diharapkan memperluas cakupan analisisnya guna menangkap keseluruhan

5 Ilyas Ba-Yunus Farid Ahmad, Islamic Sosiology; An Introduction, terj. Hamid Basyaib, (Bandung:
Mizan, 1996), hal. 22.
6Ibid., hal. 25.
masyarakat sebagai penentu proses dari banyak interaksi. Manusia dipandang
mempelajari situasi-situasi transaksi-transaksi politis dan ekonomis, situasi-situasi di
dalam dan di luar keluarga, situasi-situasi permainan dan pendidikan, situasi-situasi
organisasi formal dan informal dan seterusnya.

Sosiologi menurut Kahmad umumnya digunakan tujuh bentuk atau metode


penelitian yakni, Deskriptif, Komparatif, Eksperimental, Historis Komparatif,
Fungsionalisme, Study Kasus, dan Survey . Maka dari itu, keidentikan model
penelitian dengan metode penelitian hampir sama maknanya akan tetapi
sesungguhnya berbeda karena penentuan suatu metode dipengaruhi oleh desain dan
penelitian yang ada. (Kahmad, 2000:23)

a. Metode deskriptif
Metode deskriptif yakni suatu metode penelitian tentang dunia empiris yang
terjadi pada masa sekarang. Tujuannya untuk membuat deskripsi, gambaran atau
lukisan, secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, dan
hubungan antar fenomena yang diselidiki.
b. Metode komparatif
Metode komparatif adalah sejenis metode deskriptif yang ingi mencapai
jawaban mendasar tentang sebab akibat, analisis faktor-faktor atau penyebab
terjadinya atau munculnya suatu fenomena. Jangkauan waktunya adalah masa
sekarang. Jika jangkauan waktu terjadi pada masa lampau, maka penelitian tersebut
termasuk dalam metode sejarah. Metode komparatif ini juga mementingkan
perbandingan antara macam-macam masyarakat beserta bidang-bidangnya untuk
memperoleh perbedaan-perbedaan dan persamaan serta sebab-sebabnya .
c. Metode eksperimental
Metode eksperimental adalah suatu metode pengujian terhadap suatu teori
yang telah mapan dengan suatu perlakuan baru. Pengujian suatu teori dari ilmuan
yang telah dibuktikan oleh berapa kali pengujian bisa memperkuat atau
memperlemah teori tersebut. Tetapi ternyata dapat dibuktikan oleh eksperimen
baru, maka teori tersebut akan lebih menguat dan mungkin akan mencapai taraf
hukum teori.
d. Metode Historis Komparatif
Dalam metode ini ia menekankan analisa pada peristiwa masa silam untuk
merumuskan sebuah perinsip yang kemudian digabungkan dengan metode
komparatif, yang dimana ia juga menitikberatkan pada perbandingan antara
beberapa masyarakat dan bidangnya agar memperoleh pola persamaan dan sebab-
sebabnya.
Dengan demikian kita dapat mencari petunjuk tentang prilaku kehidupan masyarakat
masa silam dan sekarang.Metode Komparatif ini juga mementingkan perbandingan
antara macam-macam masyarakat beserta bidang-bidangnya untuk memperoleh
perbedaan – perbedaan dan persamaan serta sebab-sebabnya.
e. Metode Fungsionalisme
Dalam metode ini bertujuan untuk meneliti fungsi lembaga-lembaga
kemasyarakatan dan struktur sosial dalam masyarakat yang ada dan metode ini pula
memeiliki pokok unsur unsur yang membentuk masyarakat memiliki hubungan
timbal balik yang saling mempengaruhi selain itu juga mereka memiiki fungsi
tersendiri terhadap masyarakat.
f. Metode Study Kasus
Metode studi kasus ini merupakan suatu penyelidikan mendalam dari Sindividu,
kelompok atau institusi untuk menentukan variabel dan hubungannya diantar
variabel yang mempengaruhi status atau perilaku yang menjadi pokok kajian. Maka
dari itu peneliti mampu mengungkap keunikan-keunikan objek penelitian dan
menelaah hubungan antara variabel yang mempengaruhi status atau prilaku yang
dikaji.
g. Metode survey
Merupakan metode yang berusaha untuk memperoleh data dari anggota
populasi yang relatif besar untuk menentukan keadaan, Karakteristik. Pendapatan
populasi sekarang yang berkenaan dengan satu variabel atau lebih.7

D. Agama Sebagai Fenomena Sosiologi


Penjelasan yang bagaimanapun tentang agama, tidak akan pernah tuntas tanpa
mengikutsertakan aspek-aspek sosiologinya. Agama yang menyangkut kepercayaan
serta berbagai prakteknya benar-benar merupakan masalah sosial, dan sampai saat
ini senantiasa ditemukan dalam setiap masyarakat manusia di mana telah dimiliki
berbagai catatan tentang itu, termasuk yang bisa diketengahkan dan ditafsirkan oleh
para ahli arkeologi.
Dalam masyarakat yang sudah mapan, agama merupakan salah satu struktur
institusional penting yang melengkapi keseluruhan sistem sosial. Akan tetapi masalah
agama berbeda dengan masalah pemerintahan dan hukum, yang lazim menyangkut
alokasi serta pengendalian kekuasaan. Berbeda dengan lembaga ekonomi yang
berkaitan dengan kerja, produksi dan pertukaran. Dan juga berbeda dengan lembaga
keluarga yang di antaranya berkaitan dengan pertalian keturunan serta kekerabatan.
Perbandingan aktivitas keagamaan dengan aktivitas lain atau perbandingan
lembaga keagamaan dengan lembaga sosial lain, sepintas menunjukkan bahwa
agama dalam kaitannya dengan masalah yang tidak dapat diraba tersebut

7 Sc.Syekhnurjati, Kajian Sosiologi dan Studi Islam Pertemuan Ke – 13,( sc.syekhnurjati.ac.id), hal.4-6
merupakan sesuatu yang tidak penting, sesuatu yang sepele dibandingkan bagi
masalah pokok manusia. Namun kenyataan menunjukkan lain. Sebenarnya lembaga
keagamaan adalah menyangkut hal yang mengandung arti penting menyangkut
masalah kehidupan manusia, yang dalam transedensinya mencakup sesuatu yang
mempunyai arti penting dan menonjol bagi manusia. Bahkan sejarah menunjukkan
bahwa lembaga-lembaga keagamaan merupakan bentuk asosiasi manusia yang
paling mungkin untuk terus bertahan.
Disamping itu agama telah dicirikan sebagai pemersatu aspirasi manusia yang
paling kental; sebagai sejumlah besar moralitas, sumber tatanan masyarakat dan
perdamaian batin individu, sebagai sesuatu yang memuliakan dan yang membuat
manusia beradab. Tetapi agama juga dituduh sebagai penghambat kemajuan
manusia, dan mempertinggi fanatisme dan sifat tidak toleran. Pengacauan,
pengabaian, tahayul dan kesia-siaan.
Catatan sejarah yang ada menunjukkan agama sebagai salah satu penghambat
tatanan sosial yang telah mapan. Tetapi agama juga memperlihatkan kemampuannya
melahirkan kecenderungan yang sangat revolusioner. Emile Durkheim seorang
pelopor sosiologi agama di Prancis berpendapat bahwa agama merupakan sumber
semua kebudayaan yang sangat tinggi. Sedangkan Marx mengatakan bahwa agama
adalah candu bagi manusia. Jelas agama menunjukkan seperangkat aktivitas sosial
yang mempunyai arti penting.8

E. Signifikasi dan Kontribusi Pendekatan Sosiologi dalam Studi Islam


Signifikansi pendekatan sosiologi dalam studi Islam, salah satunya adalah dapat
memahami fenomena sosial berkenaan dengan ibadah dan muamalat. Pentingnya
pendekatan sosiologis dalam memahami agama dapat dipahami karena banyak sekali
ajaran agama yang berkaitan dengan masalah sosial.
Jalaludin Rahmat telah menunjukkan betapa besarnya perhatian agama yang
dalam hal ini adalah Islam terhadap masalah sosial, dengan mengajukan lima alasan
sebagai berikut. Pertama, dalam al-Qur’an atau kitab Hadis, proporsi terbesar kedua
sumber hukum Islam itu berkenaan dengan urusan mu’amalah. Kedua, bahwa
ditekankanya masalah muamalah atau sosial dalam Islam ialah adanya kenyataan
apabila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan Muamalah yang penting,
maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan, melainkan tetap dikerjakan
8 Sc.Syekhnurjati, Kajian Sosiologi dan Studi Islam Pertemuan Ke – 13,( sc.syekhnurjati.ac.id), hal.6-7.
sebagaimana mestinya. Ketiga, bahwa ibadah yang mengandung segi
kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar dari ibadah yang bersifat perorangan.
Keempat, dalam Islam terdapat ketentuan apabila urusan ibadah dilakukan tidak
sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka kifaratnya ialah
melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah sosial. Kelima, dalam Islam
terdapat ajar-an amal baik dalam bidang Kemasyarakatan mendapat ganjaran lebih
besar dari pada ibadah Sunnah.
Adapun yang dimaksud dengan pendekatan di sini adalah cara pandang atau
paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam
memahami agama. Dalam hubungan ini Jalaluddin Rakhmat mengatakan bahwa
agama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai paradigma realitas agama yang
diungkapkan mempunyai nilai kebenaran sesuai dengan kerangka paradigmanya.
Oleh karena itu, tidak ada persoalaan apakah penelitian agama itu, penelitian
ilmu sosial, penelitian legalistis, atau penelitian filosofis. Dengan pendekatan ini
semua orang dapat sampai pada agama. Di sini dapat dilihat bahwa agama bukan
hanya monopoli kalangan teolog dan normalis, melainkan agama dapat dipahami
semua orang sesuai dengan pendekatan dan kesanggupannya. Oleh karena itu,
agama hanya merupakan hidayah Allah dan merupakan suatu kewajiban manusia
sebagai fitrah yang diberikan Allah kepadanya.
Jika menggunakan pendekatan yang berbeda tentunya akan diperoleh hasil yang
berbeda pula, tetapi hal itu tidak dipermasalahkan selama masih sesuai dengan
standar ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan dan dikritisi secara empiris. Dalam
studi Islam terdapat 3 epistimologi dalam pendekatan sosialnya, yaitu bayani, irfani
dan burhani yang nantinya masing-masing menghasilkan studi Islam yang berbeda. 9
F. Manajemen Dakwah
Jika aktivitas dakwah dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen,
maka ”citra profesional” dalam dakwah akan terwujud pada kehidupan masyarakat.
Dengan demikian, dakwah tidak dipandang dalam objek ubudiyah saja, akan tetapi
diinterpretasikan dalam berbagai profesi. Inilah yang dijadikan inti dari pengatutan
secara manajerial organisasi dakwah. Sedangkan efektivitas dan efesiensi dalam
penyelenggaraan dakwah adalah merupakan suatu hal yang harua mendapatkan
prioritas. Aktivitas dakwah dikatakan berjalan secara efektif jika apa yang menjadi

9 Ida zahara adibah, Pendekatan Sosiologi Dalam Studi Islam, (Semanarang : Undaris Semarang,2017),
Vol.No.1, hal. 3-4
tujuan benar-benar dapat dicapai, dan dalam pencapaiannya dikeluarkan
pengorbanan-pengorbanan yang wajar. Atau lebih tepatnya, jika kegiatan lembaga
dakwah yang dilaksanakan menurut prinsip-prinsip manajemen akan menjamin
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan oleh lembaga yang bersangkutan dan akan
menumbuhkan sebuah citra (image) profesionalisme dikalangan masyarakat,
khususnya dari pengguna jasa dari profesi da'i.
Sedangkan A. Rosyad Saleh mengartikan manajemen dakwah sebagai profesi
perencanaan tugas, mengelompokkan tugas, menghimpun dan menempatkan
tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok tugas dan kemudian menggerakkan ke
arah pencapaian tujuan dakwah.
Inilah yang merupakan inti dari manajemen dakwah, yaitu sebuah pengaturan
secara sistematis dan koordinatif dalam kegiatan atau aktivitas dakwah yang dimulai
dari sebelum pelaksanaan sampai akhir dari kegiatan dakwah. 10
Adapun peranan manajemen dakwah sebagai berikut :
Menurut Robert L. Katz, bahwa seorang manajer untuk dapat menjalankan roda
organisasi membutuhkan tiga keahlian atau keterampilan hakiki, yaitu : Pertama,
keterampilan-keterampilan teknis ; yakni mencakup keahlian dan pengetahuan
dibidang tertentu. Kedua, keterampilan-keterampilan manusiawi ; yakni kemampuan
untuk bekerja sama dengan baik dengan orang lain, baik secara individual maupun
dalam kelompok. Dan ketiga, keterampilan-keterampilan konseptual; yakni
kemampuan untuk berpikir dan menalar situasi-situasi abstrak untuk melihat
organisasi sebagai suatu kesamaan dan hubungan di antara sub-sub unit, dan untuk
menggambarkan bagaimana organisasi dapat masuk dalam suatu lingkungan. Jika
ketiga keterampilan tersebut dimiliki oleh seorang manajer, maka peranan
manajemen akan berjalan dengan baik.
Sementara itu, menurut Mitzbererg peranan manajerial itu dapat diklarifikasikan
dalam kegiatan antara lain :
1. Berkaitan dengan hubungan antar pribadi :
a. Pemimpin Lambang ( Figure Head).
b. Pemimpin ( Leader).
c. Penghubung ( Liaison).
2. Berkaitan dengan Informasi :
a. Pemantau (Monitor).
b. Penyebar ( Disseminator).
10 M.Munir, S.Ag.,M.A dan Wahyu Ilaihi, S.Ag.,M.A, Manajemen Dakwah, (Jakarta : Kencana Prenada Media
Group,2006), hal. 36-37.
c. Juru bicara ( Spokers Person).
3. Berkaitan dengan pengambilan keputusan :
a. Wirausaha ( Entepreneur).
b. Pengendalian gangguan (Disturbance Handler).
c. Pengalokasian Sumber Daya ( Resource Allacator).
d. Perundingan ( Negotiator).11
G. Contoh Kasus Kajian Sosiologi Studi Islam pada Manajemen Dakwah
dalam Manajemen Masjid beserta pengaruh terhadap Masyarakatnya
Gerak perubahan sosial komunitas Masjid Jogokariyan berlangsung secara
bertahap dalam periodisasi historis yang dinaungi afiliasi semangat revivalisme Islam
dalam bentuk yang berubah dari Islam Tarbiyah yang bergerak pada ranah
pendidikan lingkungan keluarga hingga institusi formal beserta konsolidasi politik
pada pusaran Partai Keadilan Sejahtera ( PKS ).
Dari keberadaan Masjid Jogokariyan tersebut mampu memberikan penanaman
pendidikan Islam bagi jamaah semua usia sehingga dengan konsekuensi logis
tersebut mampu menimbulkan unit-unit ekonomi. Unit ekonomi dikelola dengan
kemampuan manajemen dan pemasaran ke jaringan yang dimiliki tokoh-tokoh
komunitas Jogokariyan tersebut.
Dengan kepemimpinan agama dua tokoh yaitu Jazir ASP dan Fanni Rahman dan
penguasaan manajemen dakwah yang baik maka unit ekonomi tersebut mampu
menunjang keberadaan masjid beserta komunitasnya.
Perihal ini menjadi ciri khas gerakan Islam perkotaan kontemporerdi
perkampungan Jawa. Dengan eksistensi komunitas masjid kampung ini pada setiap
dekade sejarah maka dapat diambil suatu sintesa bahwa faktor kebangunan agama
mampu menciptakan gerakan ekonomi-politik.12
Pada kasus diatas menggunakan metode menggunakan jenis riset kualitatif
dengan pendekatan sosiologi-sejarah ( historical-sociology approach ). Didasarkan
asas sosiologi-sejarah maka metode yang digunakan adalah metode life history dan
pengumpulan data melalui sejarah lisan (oral history ) dengan melakukan
penelusuran sejarah. Konsepsi kerangka sosiologis dijelaskan oleh Phillip Abrams
dalam studi ini berkaitan dengan pola kegiatan komunitas dan hambatan sejarah
individuasi dalam konteks sosial ( Abercrombie dkk, 2010 : 258 ). Pengumpulan data (

11 M.Munir, S.Ag.,M.A dan Wahyu Ilaihi, S.Ag.,M.A, Manajemen Dakwah, (Jakarta : Kencana Prenada Media
Group,2006), hal.66-69.
12 Ahmad M.Arrozy, Jurnal Analisa Sosiologi : Perubahan Sosisl Komunitas Masjid Kampung Jogokaryan
Yogyakarta Tinjauan Sosial-Sejarah,( April 2016), hal. 110.
A Collecting Data) merupakan salah satu komponen penelitian kualitatif ini.
Pengumpulan data adalah metode atau cara untuk mengumpulkan data
sekomprehensif mungkin. Kemudian instrumen pengumpulan data dalam riset ini
berupa catatan lapangan ( field notes ), catatan daftar ( check list ), alat perekam
audio, dan catatan kendali wawancara.13

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan

B.Saran-saran

13 Ibid, hal. 97.


DAFTAR PUSTAKA
Adibah, Ida zahara, Pendekatan Sosiologi Dalam Studi Islam,Semarang : Undaris Semarang,2017.
Ahmad, Ilyas Ba-Yunus Farid.Islamic Sosiology; An Introduction, terj. Hamid Basyaib.Bandung: Mizan,
1996.
M. Arrazy, Ahmad. Jurnal Analisa Sosiologi : Perubahan Sosial Komunitas Masjid Kampung Jogokaryan
Yogyakarta Tinjauan Sosial-Sejarah.April 2016.
M.Munir, S.Ag.,M.A dan Wahyu Ilaihi, S.Ag.,M.A.Manajemen Dakwah.Jakarta : Kencana Prenada Media
Group,2006.
Nata,Abuddin.Metodelogi Studi Islam.Jakarta : RajaGrafindo Persada. 2002.
Sc.Syekhnurjati, Kajian Sosiologi dan Studi Islam Pertemuan Ke – 13, sc.syekhnurjati.ac.id.
Werren, Rolan dan Joseph Roucek , Sosiologi An Introduction, terj. Sehat Simamora, Jakarta: PT. Bina
Aksara, 1984.

Anda mungkin juga menyukai