Referat Alkohol REVISI
Referat Alkohol REVISI
Referat Alkohol REVISI
Pembimbing
Disusun oleh:
Hendwell (201806010016)
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Referat dengan judul “Diagnosis dan Tatalaksana
Intoksikasi dan Wtihdrawal Alkohol”. Referat ini dibuat pada program Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kdokteran Jiwa dan Perilaku di Rumah Sakit Atma Jaya Jakarta.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan Referat ini juga tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang membantu penulisan Referat ini
1. dr. Suryo Dharmono T, Sp.KJ(K) selaku dosen pembimbing yang ikut serta memberi
masukan dan dukungan kepada penulis selama penyusunan Referat ini.
2. Serta seluruh pihak yang membantu dalam pembuatan referat ini.
Dalam pembuatan Referat ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
kelemahan akibat keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran pembaca dalam menyempurnakan Referat ini.
Akhir kata, penulis berharap Referat ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan. Terima Kasih.
Jakarta,
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Alkohol merupakan zat yang dapat mengakibatkan perubahan akut atau kronis pada
sistem saraf. Umumnya alkohol digunakan dalam bentuk minuman beralkohol. Di
Indonesia, terutama di daerah Indonesia Timur dan beberapa tempat di daerah
Sumatera, terdapat 2-3 juta orang yang menggunakan alcohol dari ringan sampai berat.
Di Amerika Serikat terdapat 12-18 juta orang mengalami adiksi alkohol dan problem
drinkers.
Kecanduan alkohol merupakan salah satu masalah psikiatri yang paling sering. Pada
Amerika tercatat angka yang mencapai 2 juta kejadian untuk masalah terkait alkohol
termasuk 22.000 angka kematian. Penggunaan alcohol jangka juga panjang dapat
mengakibatkan toleransi, sehingga begitu konsumsi alcohol dihentikan dapat terjadi
gejala putus zat berupa gangguan tidur, hiperaktivitas otonom, dan perasaan cemas dan
gelisah. Karena itu pada masalah sehari-hari seorang dokter harus mempertimbangkan
kemungkinan adanya efek alkohol pada gejala-gejala yang dialami pasien.
Mengingat seringnya terjadi masalah psikiatri dan tingginya angka kematian karena
alkohol, penulis tertarik untuk membuat referat mengenai diagnosa dan tatalaksana
terkait gangguan alkohol khususnya pada intoksikasi dan withdrawal alkohol.
1.2.Tujuan Umum
1.3.Tujuan Khusus
1.3.1. Menambah pengetahuan tentang alkohol
1.3.2. Menambah pengetahuan tentang intoksikasi dan withdrawal alkohol
1.4.Manfaat Penelitian
Membantu kaum medis untuk mengenali gejala dan melakukan penanganan dari
keadaan intoksikasi dan withdrawal alkohol
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Epidemiologi
Psikiatris harus memikirkan tentang penyalahgunaan zat alkohol karena kondisi ini
sering terjadi. Intoksikasi dan withdrawal alkohol dapat menyerupai gangguan psikiatri
berat.
Data dari Wolrd Health Organization (WHO) memperkirakan saat ini jumlah
pecandu alkohol di seluruh dunia mencapai 64 juta orang. Di Indonesia, pada tahun
2013 penyalahgunaan NAPZA mencapai 3.7 juta jiwa (22%). Pada tahun 2014
mengalami peningkatan, Badan Narkotika Nasional (BNN) memperkirakan ada 3.2 juta
orang (1.5%) total populasi) di Indonesia mempunyai riwayat menggunakan NAPZA
diantaranya 46% adalah perilaku minum alkohol.Data dinas penelitian dan
pengembangan (Dislitbang Polri, 2014), pengguna alkohol remaja mulai dari usia 14-16
tahun (47.7%), 17-20 tahun (51,1%) dan 21-24 tahun (31%).
Tabel 2.2.1. Tabel Epidemiologi Penggunaan Alkohol dari “Kaplan and Sadock’s Comprehensive
Textbook of Psychiatry 10th edition”.
Prevalensi seumur hidup dari gangguan terkait alkohol adalah sekitar 15% untuk
laki dan 10% untuk wanita. Usia puncak dari onset gangguan terkait alkohol adalah usia
20-40 tahun. Walaupun demikian, banyak orang yang mengalami gangguan terkait
alkohol mempunyai pekerjaan, keluarga, dan kemampuan fungsional yang relatif cukup
baik.
Gejala psikiatri sementara sangat sering ditemukan saat intoksikasi dan withdrawal
alkohol. Karena itu harus dibedakan antara gangguan psikiatri sementara terkait
penggunaan zat dan gejala psikiatri yang memang membutuhkan pengobatan jangka
panjang.
Gejala psikiatri sementara yang dilaporkan pada pria dan wanita mencapai angka
80% yang mencakup gejala berupa kesedihan dan kecemasan. Gejala-gejala tersebut
dapat menetap dan dapat menjadi semakin berat hingga dapat mencukupi kriteria untuk
gangguan psikiatri berat seperti misalnya episode depresi dan gangguan cemas
setidaknya pada 40% kasus.
Diagnosa psikiatri yang sering berhubungan dengan gangguan terkait alkohol antara
lain penggunaan zat-zat lainnya, gangguan kepribadian anti-sosial, gangguan mood, dan
gangguan cemas. Pada gangguan terkait alkohol juga didapatkan angka bunuh diri yang
lebih tinggi dibandingkan populasi normal walaupun data ini masih diperdebatkan.
Pasien dengan depresi dan gangguan terkait alkohol memiliki resiko besar
untuk bunuh diri dan dapat memiliki gangguan terkait penggunaan zat-zat
lainnya.
2.4. Etiologi
Pada penelitian bayi kembar juga didapatkan bahwa bayi kembar identik
emmpunyai tingkat kemiripan yang lebih besar dibandingka bayi kembar
fraternal.
Pada penelitian anak yang diadopsi juga menunjukkan bahwa pada anak
yang orang tuanya mempunyai masalah terkait alkohol memiliki angka
penggunaan alkohol yang lebih itinggi walaupun mereka telah dipisahkan dari
orang tua biologiknya dan tidak mengetahui apapun tentang orang tua
biologiknya.
2.5. Efek Alkohol
Kata “alkohol” merujuk kepada molekul organik yang mempunyai gugus hidroksil
(-OH) yang berikatan dengan karbon yang tersaturasi. Etil alkohol, disebut juga
Ethanol, merupakan bentuk paling sering dari alkohol.
2.5.1. Absorbsi
Sekitar 10% dari alkohol yang dikonsumsi akan diabsorbsi di lambung dan
sisanya akan di absorbsi melalui usus halus. Puncak konsentrasi alkohol bisanya
dicapai dalam 30-90 menit dan biasanya muncul di waktu 45-60 menit, tergantung
apakah alkohol dikonsumsi bersama makanan (absorbsi terhambat) atau dengan
perut kosong (absorbsi lebih cepat). Waktu puncak konsentrasi juga dipengaruhi
kecepatan konsumsi alkohol. Frekuensi minum yang lebih cepat akan
mempercepat waktu puncak sedangkan frekuensi minum yang lebih lambat akan
mengurangi waktu puncak konsentrasi. Absorbsi paling cepat terjadi pada kadar
alkohol 15-30%.
Alkohol mempunyai efek pada banyak sistem saraf, dengan efek yang
berkebalikan saat intoksikasi dan saat withdrawal. Efek paling kuat berada pada
kompleks ϒ-Aminobutyric Acid (GABA) pada otak, terutama pada reseptor
GABA-A, yang menghasilkan efek kantuk, antikonvulsan, dan menghilangkan
ketegangan otot dari alkohol.
2.5.5. Toleransi
2.5.6. Blackout
Alkohol dapat mempermudah orang agar tidur, tetap setelah 2 kali minum
atau lebih, pola tidur dapat terganggu. Peminum berat sering terbangun setalah
beberapa jam setelah tertidur dan mengalami kesulitan untuk kembali tertidur.
2.5.8.1. Hepar
Salah satu efek paling sering dari alkohol adalah kerusakan pada
hepar. Penggunaan alkohol, walaupun hanya beberapa minggu dapat
mengakibatkan akumulasi lemak dan protein yang mengakibatkan
perlemakkan hepar (fatty liver), yang sering ditemukan dengan
pemeriksaan fisik berupa temuan perbesaran hepar (hepatomegali).
Alkohol dapat menyebabkan Alcoholic Hepatitis dan Hepatic Cirrhosis.
Tabel 2.6.1. Tabel Efek Alkohol yang Sering Terjadi berdasarkan Konsentrasi dalam Darah dari “Kaplan
and Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry 10 th edition”.
blackouts). Kadar alkohol yang lebih tinggi dari ini dapat mengakibatkan efek anestesi,
dan jika orang yang tidak toleran terhadap alkohol mempunyai kadar alkohol dalam
darah hingga 400 mg/dL dapat terjadi resiko gagal nafas, koma, dan kematian.
Pasien yang sedang dalam keadaan intoksikasi alkohol dapat datang ke pelayanan
kesehatan karena keinginannya sendiri, ditangkap polisi, dibawa teman, atau keluarga
karena melukai diri sendiri, perilaku kacau, atau perilaku kasar. ¼ kejadian bunuh diri
dilakukan oleh orang yang berada di bawah pengaruh alkohol dan dalam keadaan
intoksikasi saat kejadian.
Intoksikasi akut sering dikaitkan dengan tingkat dosis zat yang digunakan
(dose-dependent), individu dengan kondisi organik tertentu yang
mendasarinya (misalnya insufiensi ginjal atau hati) yang dalam dosis kecil
dapat menyebabkan intoksikasi berat yang tidak proporsional.
Disinhibisi yang ada hubungannya dengan konteks sosial perlu
dipertimbangkan (misalnya disinhibisi perilaku pada pesta atau upacara
keagamaan).
Intoksikasi akut merupakan suatu kondisi peralihan yang timbul akibat
penggunaan alkohol atau zat psikoaktif lain sehingga terjadi gangguan
kesadaran, fungsi kognitif, persepsi, afek atau perilaku, atau fungsi dan
respons psikofisiologis lainnya.
Yang khas ialah pasien akan melaporkan bahwa gejala putus zat akan
mereda dengan meneruskan penggunaan zat
F1x.30 Tanpa komplikasi
F1x.31 Dengan konvulsi
2.7.2. KejangWithdrawal
Kejang karena alkohol sering ditemui berupa kejang tonik klonik. Pasien
sering mengalami kejang lebih dari 1 kali dalam 3-6 jam setelah kejang pertama.
Status epilepticus jarang ditemukan dan ditemukan hanya pada 3% pasien.
Walaupun tidak dibutuhkan antikonvulsan pada kondisi ini, kondisi ini cukup
sulit untuk di stabilkan saat pasien dibawa ke pertolongan medis untuk pertama
kali. Karena itu banyak pasien dengan simtom withdrawal diberikan
antikonvulsan yang kemudian dihentikan begitu penyebab kejang ditemukan.
2.7.3. Delirium
Pasien dengan gejala withdrawal alkohol harus sering diawasi agar tidak
terjadi delirium withdrawal, gejala paling berat dari withdrawal alkohol, disebut
juga Delirium Tremens (DT). Delirium karena withdrawal alkohol merupakan
kegawatdaruratan medis yang dapat mengakibatkan kematian. Pasien dengan
delirium dapat menimbulkan bahaya bagi diri mereka sendiri dan orang lain.
Karena perilaku yang susah ditebak, pasien dengan delirium dapat berperilaku
kasar, atau melakukan bunuh diri karena pengaruh halusinasi.
Prioritas utama pada pasien dengan intoksikasi alkohol adalah melindungi pasien
dari resiko mencederai diri sendiri dan orang-orang di sekitar pasien dan menyingkirkan
kondisi medis yang perlu perhatian khusus atau penanganan segera.
Tabel 2.8.1. Tabel Obat untuk intoksikasi dan withdrawal alkohol dari “Kaplan and Sadock’s Synopsis of
Psychiatry 11th edition”.
Untuk penanganan Delirium Tremens yang paling baik adalah pencegahan. Pasien
yang dalam keadaan withdrawal alkohol dan mengalami gejala withdrawal harus
diberikan benzodiazepine, seperti misalnya 25-50 mg Chlordiazepoxide 2-4 jam sekali
sampai membaik. Begitu delirium muncul dosis yang diberikan adalah 50-100 mg
Chlordiazepoxide tiap 4 jam PO, atau Lorazepam IV jika obat lewat jalur oral tidak
dapat diberikan (Tabel 2.8.1.). Hindari pemberian antipsikotik yang dapat menurunkan
ambang batas kejang pada pasien.
Tabel 2.8.2.Tabel Kedaruratan Psikiatri terkait alkohol dari “Kaplan and Sadock’s Synopsis of
Psychiatry 11th edition”.(Pada judul tabel tertulis kedarudatan psikiatri yang sering terjadi, namun penulis
hanya menampilkan kedaruratan psikiatri terkait alkohol.Untuk kedaruratan psikiatri lainnya dapat dilihat
langsung pada sumber.)
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penting bagi dokter untuk mengetahui apakah seseorang yang datang sedang
dalam keadaan intoksikasi atau tidak. Prioritas utama pada pasien dengan intoksikasi
alkohol adalah melindungi pasien dari resiko mencederai diri sendiri dan orang-orang di
sekitar pasien dan menyingkirkan kondisi medis yang perlu perhatian khusus atau
penanganan segera. Pada pasien yang sedang mengalamin intoksikasi alkohol tidak
boleh diberikan obat depresan lainnya karena dapat mengakibatkan kematian. Namun
pada kondisi withdrawal alkohol salah satu penanganannya dapat diberikan obat
depresan.
3.2. Saran
Pada referat kali ini penulis membahas mengenai diagnosis dan tatalaksana
intoksikasi dan withdrawal alkohol. Namun kondisi ketergantungan zat dapat diakibatkan
oleh berbagai macam zat dan seseorang yang mengalami kondisi ketergantungan zat
mempunyai kecenderungan untuk memakai zat lainnya juga. Karena itu penulis
menyarankan agar pada kesempatan selanjutnya dapat dilakukan penulisan mengenai zat-
zat lainnya.
DAFTAR PUSTAKA