Laporan Kimia Dasar Pengenceran
Laporan Kimia Dasar Pengenceran
Laporan Kimia Dasar Pengenceran
“PENGENCERAN”
NIM : J1A117050
KELOMPOK 3 SHIFT 1
UNIVERSITAS JAMBI
2017
Hari/Tanggal:
Praktikum ini dilaksanakan hari Rabu, 25 Oktober 2017. Pukul 07.30 –
09.10 WIB
Tempat:
Praktikum Kimia Dasar tentang Pengeceran ini dilaksanakan di
laboratorium kimia fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jambi.
Ruang B102 Lantai 1 .
Tujuan Praktikum
- Menguasai perhitungan yang melandasi teori pengeceran
- Terampil melakukan pengeceran
Landasan Teori
Pengenceran adalah pencampuran larutan pekat (berkonsentrasi
tinggi) dengan pelarut umum yang bertujuan untuk meningkatkan volume
dari larutan dan menurunkan kepekatan larutan. Pelarut ialah senyawa
yang mendominasi jumlahnya dalam suatu larutan, contohnya garam yang
dilarutkan dalam air, maka pelarutnya ialah air yang jumlahnya lebih
banyak. Jika suatu larutan senyawa kimia dilarutkan dalam pelarut,
terkadang dilepaskan sejumlah panas (eksotermik). Contohnya saja pada
pengenceran H2SO4. Maka salah satu teknik dasar laboraturium yang
diperlukan ialah melakukan penambahan asam sulfat ke dalam
pelarutnya(air) dan tidak boleh sebaliknya, karena jika air yang dituangkan
ke dalam asam sulfat, asam sulfat akan memercik karena reaksi
kimia eksotermik yang tejadi. Percikan zat asam ini berbahaya dan dapat
merusak kulit. (Braddy, 1999)
Pengenceran yaitu suatu cara atau metoda yang diterapkan pada suatu
senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim
dipakai yaitu aquadest dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam
suatu senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat
konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan (Brady,1999).
Dalam kimia, pengenceran diartikan pencampuran yang bersifat
homogen antara zat terlarut dan pelarut dalam larutan. Zat yang jumlahnya
lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan
zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan
disebut pelarut atau solven (Gunawan, 2004.).
Teknik Pengenceran daat dicontohkan pada proses preparasi Boehmite
oleh hidrotermal dimana pengolahannya dibantu oleh sol-gel yang berasal
dari alumunium alkoksida. Teknik pengenceran tersebut dijelaskan secara
lebih rinci terutama pada proses hidrolisis. Untuk hidrolisis menggunakan
hidrothermal, alumunium alkoksida diencerkan dengan toluen kemudian
ditampung dalam wadah kaca. Wadah kaca tersebut kemudian diletakkan
di sebuah baja stainless. Alumunium alkoksida yang telah terhidrolisis
kemudian akan berdifusi dengan air menjadi larutan alumunium alkoksida
pada kondisi hidrothermal. (Amin’s dan Mirzae, 2005).
Menurut john (2011), rumus yang digunakan pada pengenceran adalah
sebagai berikut:
M1 x V1 = M2 x V2
Dimana :
M1 = Molaritas larutan sebelum pelarutan
V1 = Volume larutan sebelum pelarutan
M2 = Molaritas larutan sesudah pelarutan
V2 = Volume Molaritas larutan sesudah pelarutan
H2SO4 Sifat fisik : Berupa cairan, berminyak, berwarna coklat gelap.
Sifat kimia : Sangat korosif, bersifat racun, melarutkan semua logam, larut
dan terpisah dalam air dan mengeluarkan panas, dapat menyebabkan
ledakan dan menyebabkan iritasi. (Basri, 1996)
Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering
dihasilkan konsentrasi yang tidak kita inginkan. Untuk mengetahui
konsentrasi yang sebenarnya perlu dilakukan standarisasi.standarisasi
sering dilakukan dengan titrasi. Zat-zat yang didalam jumlah yang relative
besar disebut pelarut (Baroroh, 2004).
Konsentrasi digunakan untuk menyatakan komposisi larutan secara
kuantitatif. Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam
tiap satuan larutan atau pelarut. Dan dinyatakan dalam satuan volume zat
terlarut dalam sejumlah volume (berat, mol) tertentu dari pelarut (Baroroh,
2014).
Setiap zat padat, cair, atau gas memiliki kemampuan larut yang
berbeda-beda pada setiap pelarut. Perbedaan wujud ini juga membeirkan
indikasi bahwa pelarutan suatu senyawa harus menggunakan cara cara
tertentu. Rencana dan prosedur dari setiap pelarutannya pun berbeda-beda,
berkembang sesuai dengan sifat larut dari senyawa yang terlibat. Sifat
analisis atau eksperimen yang diterapkan disesuaikan dengan reaksi
tertentu agar analisis tersebut dapat memberikan hasil yang dapat diteliti
dengan benar. Maka selain harus mengetahui persamaan reaksi kimia yang
terjadi, alat-alat laboraturium yang digunakan juga harus dipilih agar dapat
diperoleh hasil yang valid. Selain itu, pembuatan stok pereaksi berupa
larutan harus menggunakan teknik atau cara pembuatan tertentu yang
disesuaikan dengan sifat larutan yang ditangani. (Khopkar, 1990)
Pengenceran
Erlemayer
Labu Ukur
Diencerkan
Ditambah aquades sampai 100
ml
Beri label
H2SO4 1 M
Hasil
Tebel 1. Data hasil pengeceran
3. Gambar 3 Erlemeyer
5. Gambar 5 Aquades
6. Gambar 6 H2SO4 6,25 ml
9. Gambar 9 H2SO4 1 M