Laporan Kasus Radiologi
Laporan Kasus Radiologi
Laporan Kasus Radiologi
Disusun oleh :
Reyhansyah Rachmadhyan (H2A014016)
Pembimbing :
dr. Rofi Siswanto, M.Sc, Sp.Rad
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Diagnosis apendisitis akut sampai saat ini masih merupakan diagnosis klinis.
Pemeriksaan penunjang dan radiologis terutama diperlukan pada kasus yang
meragukan dan untuk membantu menyingkirkan diagnosis lain. Kesulitan diagnosis
umumnya dijumpai pada pasien dengan jenis kelamin wanita, anak kecil, atau orang
lanjut usia. Penanganan apendisitis akut berupa penanganan konservatif dan operatif
berupa apendektomi. Meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa
kasus apendisitis dapat diobati secara konservatif dengan antibiotik namun pada
akhirnya sebagian besar akan memerlukan tindakan operatif.
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. N
Tanggal lahir : 27-04-2009
Umur :13 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Mloko 8/3
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Bangsal : BBA
No. RM : 259xxx
Tanggal Masuk RS : 15 November 2019
Tanggal Pemeriksaan : 15 November 2019
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan di bangsal BBA, tanggal 15 November 2019 pukul
16.00 WIB secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan ibu pasien.
1. Keluhan Utama : Nyeri Perut Kanan Bawah
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Enam hari SMRS pasien merasakan nyeri perut di sekitar ulu hati dan sekitar
pusar. Disertai mual, tidak ada muntah. Sifat nyeri tajam seperti ditusuk-
tusuk, terkadang terasa mulas dan kram-kram. Nyeri perut hilang timbul.
Tidak disertai demam. Buang air besar, buang air kecil, buang angin tidak ada
keluhan. Pasien sempat datang ke bidan diberikan obat antasid dan
domperidon. Sampai di rumah, pasien masih merasakan nyeri perut hilang
timbul. Lalu keesokan harinya timbul demam. Demam reda saat pasien
mengkonsumsi Paracetamol. Nyeri perut masih dirasakan seperti hari
sebelumnya. Merasa mual, tanpa muntah. Nyeri perut semakin hebat terutama
di perut kanan bawah. Buang air kecil, buang besar, buang angin tidak ada
keluhan. Makan dan minum seperti biasa. Riwayat menstruasi tidak ada
keluhan, saat ini pasien tidak sedang datang bulan.
5. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat merokok :disangkal
b. Riwayat minum alkohol : disangkal
c. Riwayat minum kopi : disangkal
d. Riwayat konsumsi air putih : cukup
e. Riwayat konsumsi makanan asin : disangkal
f. Riwayat konsumsi makanan pedas : disangkal
g. Riwayat olahraga : jarang
7. Anamnesis Sistemik:
a. Keluhan utama : Nyeri perut kanan bawah
b. Kepala : Sakit kepala (-), leher kaku (-)
c. Mata : Penglihatan kabur (-), pandangan ganda (-),
pandangan berputar (-), berkunang-kunang
(-).
d. Hidung : Pilek (-), mimisan (-), tersumbat (-)
e. Telinga : Pendengaran berkurang (-), berdenging (-),
keluar cairan (-), darah (-).
f. Mulut : Sariawan (-), luka pada sudut bibir (-), gusi
berdarah (-), mulut kering (-).
g. Tenggorokan : Sakit menelan (-), suara serak (-), gatal (-).
h. Sistem respirasi : Sesak nafas (-), batuk (-), tidur
mendengkur (-)
i. Sistem kardiovaskuler :Sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri
dada (-), berdebar-debar (-)
j. Sistem gastrointestinal: Perut cembung (-), Mual (+),muntah (-),
perut mules (+), diare (-), nyeri ulu hati (+),
nyeri perut kanan bawah (+)
nafsu makan menurun (-)
k. Sistem muskuloskeletal: Nyeri otot (-), nyeri sendi (-)
l. Sistem genitourinaria : Sering kencing (-), nyeri saat kencing (-),
disertai darah (-), berpasir (-), kencing
nanah (-), sulit memulai kencing (-),
anyang- anyangan (-), warna seperti teh (-)
m. Ekstremitas:
1) Atas : bengkak (-), Luka (-), gemetar (-), kesemutan(-),sakit
sendi (-), panas (-), berkeringat (-)
2) Bawah: bengkak (-),Nyeri (-), Luka (-), gemetar (-), jari dingin
(-), kesemutan di kaki (-), sakit sendi (-)
n. Sistem neuropsikiatri : Kejang (-), gelisah (-), kesemutan (-),
mengigau (-), emosi tidak stabil (-)
o. Sistem Integumentum : Kulit ikterik (-), pucat (-), gatal (-)
III.PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 04 juli 2019 Pukul16.00 di BBA:
a. Keadaan Umum : Tampak lemah
b. Kesadaran : Compos mentis, GCS 15
c. Vital sign : TD : 110/70 mmHg
Nadi: 71x/menit, regular, isi dan tegangan cukup
RR : 22 x/menit, regular
T : 36,5C (axiler)
d. Tinggi badan : Tidak dilakukan pengukuran
e. Berat badan : Tidak dilakukan pengukuran
f. Status Gizi : Tidak dilakukan penghitungan
g. Kepala : mesocephal
h. Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
pupil isokor diameter 3mm/3mm, reflek cahaya
direk (+/+), reflek cahaya indirek (+/+)
i. Hidung : deformitas (-),napas cuping hidung(-), sekret (-)
j. Telinga : discharge (-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid
(-/-), gangguan fungsi pendengaran (-/-).
k. Mulut : mukosa kering (-), pernapasan mulut (-),
sianosis (-), lidah kotor (-)
l. Kulit : hipopigmentasi(-), hiperpigmentasi (-)
m. Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-), deviasi
trakea (-), penggunaan otot bantu pernafasan
strenocleidomastoideus (-)
n. Thoraks
Jantung
Inspeksi : ictus codis tak nampak
Palpasi : ictus cordis kuat angkat, pulsus parasternal
(-), pulsus epigastrium (-), thrill (-)
Perkusi
Atas jantung :ICS 2 linea parasternal sinistra
Pinggang jantung :ICS 3 linea parasternalis sinistra
Kiri bawah jantung :ICS 5, linea midclavikula sinistra
Kanan bawah jantung :ICS 5 linea parasternalis dextra
Auskultasi : Katup aorta BJ I<II, katup pulmonal BJI<II, katup
trikuspidalis BJ I>II, katup mitral BJ I>II murmur (-),
gallop (-)
Pulmo
PULMO DEXTRA SINISTRA
1. Inspeksi
Bentuk dada Datar Datar
Hemitorak Simetris statis dinamis Simetris statis dinamis
Warna Sama dengan kulit Sama dengan kulit
sekitar sekitar
2. Palpasi
Nyeri tekan (-) (-)
Stem fremitus (+) normal,Kanan = kiri (+) normal, Kanan = kiri
3. Perkusi sonor seluruh lapang sonor seluruh lapang
paru paru
4. Auskultasi
Suara dasar Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan
Wheezing - -
Ronki kering - -
Ronki basah - -
Stridor - -
o. Abdomen
1) Inspeksi : Datar,warna sama dengan sekitar, massa (-),
sikatrik (-), spider nevi (-), caput medusa (-)
2) Auskultasi : bising usus (+) 20x/menit
3) Perkusi : redup, pekak sisi (-), Pekak alih (-)
4) Palpasi : nyeri tekan (+) terutama regio kanan bawah
(Mc Burney sign +). Nyeri lepas regio kanan bawah
(+), Rovsing sign (+), Blumberg sign (+), Psoas sign
(+), Obtutator sign (+) defans muscular (-) Hepar dan
Lien : sulit dinilai,undulasi (-), succusion splash (-),
nyeri ketok ginjal (-).
p. Ekstremitas
Superior Inferior
Akral dingin (-/-) (-/-)
Udem (-/-) (-/-)
Sianosis (-/-) (-/-)
Capillary refill <2”/<2” <2”/<2”
Pemeriksaan USG
Telah dilakukan USG Abdomen dengan hasil sebagai berikut :
Hepar :Ukuran Normal , echostruktur normal, tepi licin sistema billier dan vascular
tak prominent, tak tampak massa.
VF : Dinding licin, tak tampak batu maupun massa
Lien : ukuran dan echostruktur normal, tak tampak massa. Hillus lienalis tak
prominen.
Ren dextra : ukuran dan echo normal, korteks tak menebal dengan batas korteks-
medula tegas dan pyramid renalis tak prominen tak tampak pelebaran sistema
pelvicocalyx tak tampak batu maupun massa.
Ren sinistra : ukuran dan echo normal, korteks tak menebal dengan batas korteks-
medula tegas dan pyramid renalis tak prominen tak tampak pelebaran sistema
pelvicocalyx tak tampak batu maupun massa.
Vesica urinaria : dinding licin tak tampak batu divertikula maupun massa
Uterus : ukuran dan echostruktur normal tak tampak massa
Regio iliaca dextra : nyeri tekan, appendix menebal (diameter 0,86cm ) tak
tampak peristaltic tak tampak abses
Kesan:
1. Appendicitis Akut
2. Tak tampak kelainan hepar,lien , VF, Pancreas, kedua ren, VU dan Uterus
Skor Alvarado
Anoreksia 0
Mual/muntah 1
Nyeri RLQ 2
Nyeri lepas 1
Febris 1
Leukositosis 2
JUMLAH 8
DAFTAR ABNORMALITAS
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang
1. Nyeri perut 4. nyeri tekan 10. Lekosit : 21.0
kanan bawah perut 11. MCHC : 35.6
2. mual 5. Nyeri lepas 12. Neutrofil : 84
3. demam regio kanan 13. Usg : kesan appendicitis akut
bawah (+),
6. Rovsing sign
(+),
7. Blumberg sign
(+),
8. Psoas sign (+),
9. Obtutator sign
(+)
V. ANALISIS MASALAH
1. Appendicitis akut : 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10.13
2. Kehamilan ektopik : 2,3,4,10,
TINJAUAN PUSTAKA
Appendix merupakan derivat bagian dari midgut yang terdapat di antara Ileum
dan Colon ascendens. Caecum terlihat pada minggu ke-5 kehamilan dan Appendix
terlihat pada minggu ke-8 kehamilan sebagai suatu tonjolan pada Caecum. Awalnya
Appendix berada pada apeks Caecum, tetapi kemudian berotasi dan terletak lebih
medial dekat dengan Plica ileocaecalis. Dalam proses perkembangannya, usus
mengalami rotasi. Caecum berakhir pada kuadran kanan bawah perut. Appendix
selalu berhubungan dengan Taenia caecalis. Oleh karena itu, lokasi akhir Appendix
ditentukan oleh lokasi Caecum.1,2,3
Panjang Appendix pada orang dewasa bervariasi antara 2-22 cm, dengan rata-rata
panjang 6-9 cm. Meskipun dasar Appendix berhubungan dengan Taenia caealis pada
dasar Caecum, ujung Appendix memiliki variasi lokasi seperti yang terlihat pada
gambar di bawah ini. Variasi lokasi ini yang akan mempengaruhi lokasi nyeri perut
yang terjadi apabila Appendix mengalami peradangan. 1,2
Gambar 3. Variasi lokasi Appendix vermicularis1
2.2 INSIDENSI
Appendicitis dapat ditemukan pada semua umur. Namun jarang pada anak kurang
dari satu tahun.2
Distensi berlanjut tidak hanya dari sekresi mukosa, tetapi juga dari pertumbuhan
bakteri yang cepat di Appendix. Sejalan dengan peningkatan tekanan organ melebihi
tekanan vena, aliran kapiler dan vena terhambat menyebabkan kongesti vaskular.
Akan tetapi aliran arteriol tidak terhambat. Distensi biasanya menimbulkan refleks
mual, muntah, dan nyeri yang lebih nyata. Proses inflamasi segera melibatkan serosa
Appendix dan peritoneum parietal pada regio ini, mengakibatkan perpindahan nyeri
yang khas ke RLQ. 2,6,7
Skor Alvarado
Semua penderita dengan suspek Appendicitis acuta dibuat skor Alvarado dan
diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu; skor <6 dan skor >6. Selanjutnya
ditentukan apakah akan dilakukan Appendectomy. Setelah Appendectomy, dilakukan
pemeriksaan PA terhadap jaringan Appendix dan hasil PA diklasifikasikan menjadi 2
kelompok yaitu radang akut dan bukan radang akut.5
Anoreksia 1
Mual/muntah 1
Nyeri lepas 1
Febris 1
Lab Leukositosis 2
Total poin 10
Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6 maka tindakan
bedah sebaiknya dilakukan.2
Pada pemeriksaan fisik, perubahan suara bising usus berhubungan dengan tingkat
inflamasi pada Appendix. Hampir semua pasien merasa nyeri pada nyeri lokal di titik
Mc Burney’s. Tetapi pasien dengan Appendix retrocaecal menunjukkan gejala lokal
yang minimal. Adanya psoas sign, obturator sign, dan Rovsing’s sign bersifat
konfirmasi dibanding diagnostik. Pemeriksaan rectal toucher juga bersifat konfirmasi
dibanding diagnostik, khususnya pada pasien dengan pelvis abscess karena ruptur
Appendix.6
Diagnosis Appendicitis sulit dilakukan pada pasien yang terlalu muda atau terlalu
tua. Pada kedua kelompok tersebut, diagnosis biasanya sering terlambat sehingga
Appendicitisnya telah mengalami perforasi. Pada awal perjalanan penyakit pada bayi,
hanya dijumpai gejala letargi, irritabilitas, dan anoreksia. Selanjutnya, muncul gejala
muntah, demam, dan nyeri.7
Penderita Appendicitis umumnya lebih menyukai sikap jongkok pada paha kanan,
karena pada sikap itu Caecum tertekan sehingga isi Caecum berkurang. Hal tersebut
akan mengurangi tekanan ke arah Appendix sehingga nyeri perut berkurang. 6
Gambar 4. Posisi yang dilakukan untuk mengurangi nyeri perut7
Secara teori, peradangan akut Appendix dapat dicurigai dengan adanya nyeri pada
pemeriksaan rektum (Rectal toucher). Namun, pemeriksaan ini tidak spesifik untuk
Appendicitis. Jika tanda-tanda Appendicitis lain telah positif, maka pemeriksaan
rectal toucher tidak diperlukan lagi.6
Rovsing’s sign
Jika LLQ ditekan, maka terasa nyeri di RLQ. Hal ini menggambarkan iritasi
peritoneum. Sering positif pada Appendicitis namun tidak spesifik.
Psoas sign
Pasien berbaring pada sisi kiri, tangan kanan pemeriksa memegang lutut pasien
dan tangan kiri menstabilkan panggulnya. Kemudian tungkai kanan pasien
digerakkan dalam arah anteroposterior. Nyeri pada manuver ini menggambarkan
kekakuan musculus psoas kanan akibat refleks atau iritasi langsung yang berasal
dari peradangan Appendix. Manuver ini tidak bermanfaat bila telah terjadi
rigiditas abdomen.
Obturator sign
Pasien terlentang, tangan kanan pemeriksa berpegangan pada telapak kaki kanan
pasien sedangkan tangan kiri di sendi lututnya. Kemudian pemeriksa
memposisikan sendi lutut pasien dalam posisi fleksi dan articulatio coxae dalam
posisi endorotasi kemudian eksorotasi. Tes ini positif jika pasien merasa nyeri di
hipogastrium saat eksorotasi. Nyeri pada manuver ini menunjukkan adanya
perforasi Appendix, abscess lokal, iritasi M. Obturatorius oleh Appendicitis letak
retrocaecal, atau adanya hernia obturatoria.
Wahl’s sign
Manuver ini dikatakan positif bila pasien merasakan nyeri pada saat dilakukan
perkusi di RLQ, dan terdapat penurunan peristaltik di segitiga Scherren pada
auskultasi.
Baldwin’s test
Manuver ini dikatakan positif bila pasien merasakan nyeri di flank saat tungkai
kanannya ditekuk.
Defence musculare
Defence musculare bersifat lokal sesuai letak Appendix.
Nyeri pada daerah cavum Douglasi
Nyeri pada daerah cavum Douglasi terjadi bila sudah ada abscess di cavum
Douglasi atau Appendicitis letak pelvis.
Nyeri pada pemeriksaan rectal toucher pada saat penekanan di sisi lateral
Dunphy’s sign (nyeri ketika batuk)
2.5.1 Laboratorium2,3,6,7
CRP (C-Reactive Protein) adalah suatu reaktan fase akut yang disintesis oleh hati
sebagai respon terhadap infeksi bakteri. Jumlah dalam serum mulai meningkat antara
6-12 jam inflamasi jaringan.
2.5.2.Ultrasonografi1,2,6,7
Foto polos abdomen jarang membantu diagnosis Appendicitis acuta, tetapi dapat
sangat bermanfaat untuk menyingkirkan diagnosis banding. Pada pasien Appendicitis
acuta, kadang dapat terlihat gambaran abnormal udara dalam usus, hal ini merupakan
temuan yang tidak spesifik. Adanya fecalith jarang terlihat pada foto polos, tapi bila
ditemukan sangat mendukung diagnosis. Foto thorax kadang disarankan untuk
menyingkirkan adanya nyeri alih dari proses pneumoni lobus kanan bawah.
Diagnosis banding dari Appendicitis acuta pada dasarnya adalah diagnosis dari
akut abdomen. Hal ini karena manifestasi klinik yang tidak spesifik untuk suatu
penyakit tetapi spesifik untuk suatu gangguan fisiologi atau gangguan fungsi. Jadi
pada dasarnya gambaran klinis yang identik dapat diperoleh dari berbagai proses akut
di dalam atau di sekitar cavum peritoneum yang mengakibatkan perubahan yang
sama seperti Appendicitis acuta. 2,6
1. Gastroenteritis akut
Penyakit ini sangat umum pada anak-anak tapi biasanya mudah dibedakan
dengan Appendicitis. Gastroentritis karena virus merupakan salah satu infeksi
akut self limited dari berbagai macam sebab, yang ditandai dengan adanya diare,
mual, dan muntah. Nyeri hiperperistaltik abdomen mendahului terjadinya diare.
Hasil pemeriksaan laboratorium biasanya normal.
2. Diverticulitis Meckel
2.7 KOMPLIKASI
2.7.1. Perforasi
2.7.2. Peritonitis
2.8 PENATALAKSANAAN
1. Pemasangan infus dan pemberian kristaloid untuk pasien dengan gejala klinis
dehidrasi atau septikemia.
2. Hernia cicatricalis.
3. Ileus
2.10 PROGNOSIS 2
Mortalitas dari Appendicitis di USA menurun terus dari 9,9% per 100.000 pada
tahun 1939 sampai 0,2% per 100.000 pada tahun 1986. Faktor- faktor yang
menyebabkan penurunan secara signifikan insidensi Appendicitis adalah sarana
diagnosis dan terapi, antibiotika, cairan i.v., yang semakin baik, ketersediaan darah
dan plasma, serta meningkatnya persentase pasien yang mendapat terapi tepat
sebelum terjadi perforasi.
BAB III
KESIMPULAN
1. Lally KP, Cox CS, Andrassy RJ, Appendix. In: Sabiston Texbook of Surgery.
17th edition. Ed:Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL.
Philadelphia: Elsevier Saunders. 2004: 1381-93
2. Jaffe BM, Berger DH. The Appendix. In: Schwartz’s Principles of Surgery
Volume 2. 8th edition. Ed: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL,
Hunter JG, Pollock RE. New York: McGraw Hill Companies Inc. 2005:1119-34
3. Way LW. Appendix. In: Current Surgical Diagnosis & Treatment. 11 edition.
Ed:Way LW. Doherty GM. Boston: McGraw Hill. 2003:668-72
5.
http://www.med.unifi.it/didonline/annoV/clinchirI/Casiclinici/Caso10/Appendicit
is1x.jpg
7 Soybel DI. Appedix In: Surgery Basic Science and Clinical Evidence Vol 1. Ed:
Norton JA, Bollinger RR, Chang AE, Lowry SF, Mulvihill SJ, Pass HI,
Thompson RW. New York: Springer Verlag Inc. 2000: 647-62