Modul Kromatografi
Modul Kromatografi
Modul Kromatografi
A. Latar Belakang
Kromatografi adalah suatu metode pemisahan yang saat ini telah banyak digunakan
dibandingkan metode lain seperti destilisasi, Kristalisasi, pengendapan, ekstraksi dan lain-lain
karena dalam pelaksanaan prosesnya lebih sederhana. Penggunaan waktu yang singkat
terutama, mempunyai kepekaan yang tinggi. Serta mempunyai kemampuan memisahkan yang
tinggi. Metode ini dapat digunakan jika dengan metode lain tidak dapat digunakan misalnya
karena jumlah cuplikan sangat sedikit atau campurannya kompleks.
Istilah kromatografi mula-mula ditemukan oleh molekul Tewett (1903), Serang ahli Botani,
Rusia. Ia menggunakan kromatografi untuk memisahkan klorofil dan pigmen-pigmen lain dari
ekstrak tanaman dengan cara ini. Nama kromatografi diambil dari bahasa Yunani yaitu
(Choromos = penulisan) dan (Graver = Warna). Kromatografi berarti tulisan dengan warna.
Saat ini telah dikenal berbagai macam kromatografi. Namun istilah kromatografi yang
sebenarnya sudah tidak tepat lagi. Karena dengan kromatografi juga dapat dipisahkan
senyawa-senyawa yang tidak berwarna seperti gas.
Secara umum dapat dikatakan bahwa kromatografi adalah suatu proses migrasi diferensial
dinamis dalam sistem di mana komponen-komponen cuplikan dikatakan secara selektif oleh
fase diam.
Prinsip kromatografi adalah cara pemisahan pemukiman yang didasarkan atas perbedaan
distribusi dan komponen-komponen campuran tersebut di antara dua fase yaitu fase diam dan
fase bergerak. Untuk mengetahui penerapannya dari praktikum kromatografi yang
penerapannya sangat banyak di temukan dalam kehidupan sehari-hari.
Kromatografi adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk bermacam-macam teknik
pemisahan yang didasarkan atas partisi sampel diantara suatu fasa gerak yang bisa berupa gas
ataupun cair dan fasa diam yang juga bisa berupa cairan ataupun suatu padatan. Penemu
Kromatografi adalah Tswett yang pada tahun 1903, mencoba memisahkan pigmen-pigmen
dari daun dengan menggunakan suatu kolom yang berisi kapur (CaSO4). lstilah kromatografi
diciptakan oleh Tswett untuk melukiskan daerah-daerah yang berwarna bergerak kebawah
kolom. Pada waktu yang hampir bersamaan, D.T. Day juga menggunakan kromatografi untuk
memisahkan fraksi-fraksi petroleum, namun Tswett lah yang pertama diakui sebagai penemu
dan yang menjelaskan tentang proses kromatografi.
Perkembangan tentang kromatografi digunakan suatu teknik dalam bentuk kromatografi
padatan cair (LSC). Akhir tahun 1930 an sampai tahun 1940 an, kromatografi mulai
berkembang. Dasar kromatografi lapisan tipis (TLC) pada tahun 1938 oleh Izmailov dan
Schreiber, dan kemudian diperhalus oleh Stahl pada tahun 1958. Hasil karya yang baik sekali
dari Martin dan Synge pada tahun 1941, tidak hanya mengubah kromatografi cair tetapi
seperangkat umum langkah untuk pengembangan kromatografi gas dan kromatografi kertas.
Pada tahun 1952 Martin dan James mempublikasikan kromatografi gas. Diantara tahun 1952
dan akhir tahun 1960 an kromatografi gas dikembangkan menjadi suatu teknik analisis yang
canggih.
Kromatografi cair, dalam praktek ditampilkan dalam kolom gelas berdiameter besar. High
Performance Liquid Chromatography (HPLC) atau Kromatografi Cair Penampilan Tinggi
atau High Preformance = Tekanan atau Kinerja Tinggi, High Speed = Kecepatan Tinggi dan
Modern = moderen) berhasil dikembangkan. Saat ini dengan teknik yang sudah matang dan
dengan cepat, KCKT mencapai suatu keadaan yang sederajat dengan kromatografi gas.
Kromatografi berkembang menjadi teknik pemisahan untuk zat kimiawi dengan sifat yang
sangat mirip, dan dapat digunakan untuk identifikasi kualitatif dan penetapan kuantitatif
untuk zat-zat yang sudah dipisahkan. Keuntungan-keuntungan dari Kromatografi diantaranya
:
B. Tujuan :
Adanya modul ini diharapkan peserta diklat dapat melakukan analisis kromatografi
C. Ruang Lingkup
Modul melakukan analisis kromatografi meliputi : menjelaskan dasar-dasar analisis
kromatografi, menyiapkan sampel dan standar, melaksanakan pemisahan kromatografi,
melaksanakan pengukuran analisis, melaksanakan perhitungan hasil analisis.
BAB II
RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT/GBPP/SILABUS
1. LEMBAR INFORMASI
a. Prinsip Kromatografi
b. Klasifikasi Kromatografi
Kromatografi
Planar Kolom
2). Komponen sampel (contoh) harus larut dalam fasa gerak dan berinteraksi
dengan fasa tetap (diam).
3). Fasa gerak harus bisa mengalir melewati fasa diam, sedangkan fasa diam
harus terikat kuat di posisinya.
Berdasarkan cara kontak antara fasa diam dan fasa gerak, dikenal kelompok
kromatografi kolom dan kromatografi planar,sebagai berikut :
Cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fasa tetap, yang dapat
berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal
sebagai kromatografi serapan (absorption chromatography), dan jika zaf cair dikenal
sebagai kromatografi partisi (partition chromatography). Karena fasa gerak dapat berupa
zat cair atau gas maka semua ada empat macam sistem kromatografi. Keempat rnacam
sistem kromatografi tersebut adalah :
1). Fasa gerak zat cair - fasa tetap padat : Komatografi penukar ion.
2). Fasa gerak gas - fasa tetap padat : Kromatografi gas padat
3). Fasa gerak zat cair - fasa tetap zat cair, dikenal sebagai
kromatografi partisi dan kromatografi kertas.
4). Fasa gerak gas - fasa tetap zat cair : Kromatografi gas -air dan Kromatografi
kolom kapiler.
Semua pemisahan dengan kromatografi tergantung pada senyawa - senyawa yang
dipisahkan, sehingga terdistribusi sendiri diantara fasa gerak dan fasa tetap
dalam perbandingan yang sangat berbeda -beda dari satu senyawa terhadap
senyawa yang lain.
c. Kromatografi Partisi
Perbedaan yang pokok adalah terletak pada sifat dari penyerap, dimana dalam
kromatografi partisi berupa materi yang berpori, seperti kieselguhr, yang
dilapisi dengan lapisan dari zat cair sering menggunakan air. Fasa tetap adalah
lapisan zat cair dan zat padat yang berperan sebagai penyangga/penyokong. Jika
fasa -fasa bergerak dan tetap keduanya berupa zat cair maka akan diperoleh
kromatografi zat cair-cair.
Kecepatan bergerak dari suatu komponen dari campuran tidak tergantung pada
kelarutannya dalam fasa tetap, yang berupa zat cair sehingga senyawa-senyawa
yang lebih larut akan bergerak lebih lambat turunnya dalam kolom daripada yang
kurang kelarutannya. Selama bergerak senyawa-senaywa mengalami partisi di
antara dua fasa, dan pemisahan terjadi karena perbedaan dalam koefisien partisi.
Kromatografi kertas merupakan partisi yang spesial, d imana lembaran kertas adalah
sebagai pengisi/pengganti dari kolom. Kromatografi campuran dari senyawa yang
dipisahkan membentuk suatu jalur dalam kolom.
a. Kolom Serapan
Untuk memisahkan suatu campuran, kolom seperti gambar l.a dapat digunakan dan
diisi dengan penyerap zat padat seperti alumina sebagai fasa tetap dan dialiri dengan
pelarut seperti benzena sebagai fasa gerak
b a
Gambar I
1a. Pemisahan suatu campuran dengan kolom kromatografi. 1b. Jalur-jalur serapan
Sejumlah kecil cuplikan dari campuran dimasukkan melalui sebelah atas dari kolom yang
kemudian membentuk jalur-jalur serapan dari senyawa, seperti gambar Ib. Bila pelarut
dibiarkan mengalir melalui kolom ia akan mengangkut senyawa-senyawa yang
merupakan komponen-komponen dari campuran.
Kecepatan bergerak dari suatu komponen tergantung pada berapa besarnya zat
terhambat/tertahan oleh penyerap di dalam kolom. Jadi suatu senyawa yang
diserap lemah akan bergerak lebih cepat daripada yang diserap kuat. Akan terlihat
bahwa jika perbedaan -perbedaan dalam serapan cukup besar maka akan terjadi
pemisahan yang sempurna, seperti terlihat pada gambar 1b.
Bentuk kolom serapan yang sederhana telah ditunjukkan seperti dalam garnbar 1a. Bentuk
ini merupakan jenis yang pertama-tama digunakan untuk pemisahan-pernisahan
kromatografi hingga sampai sekarang.
Kolom krornatografi dapat berupa pipa gelas yang dilengkapi dengan kran dan gelas
penyaring di dalamnya. Meskipun kolom-kolom dapat dibuat secara sederhana dari
tabung gelas, kadang-kadang buret pun dapat digunakan. Ukuran kolom tergantung pada
banyaknya zat yang akan dipisahkan. Untuk menahan penyerap yang diletakkan di dalam
kolom dapat digunakan gelas wool atau kapas, lihat gambar 2 a dan b.
a
b.
Gambar 2
Kolom untuk kromatografi
a. Pengisian Kolom
Pengisian kolom adalah tidak mudah untuk mernperoleh pengisian kolom yang homogen,
tetapi perlu dicoba hingga mendapatkan hasil yang maksimurn. Pengisian yang tidak
teratur dari penyerap akan mengakibatkan merusak batas- batas pita krommatografi.
Putusnya penyerap dalam kolom biasanya disebabkan oleh gelembung-gelembung udara
selama pengisian. Untuk rnencegah hal-hal tersebut sedapat mungkin zat
pengisi/penyerap dibuat menjadi "bubur" dengan pelarut kemudian dituangkan perlahan-
lahan dalam tabung. Jika penyerap dibiarkan turun perlahan-lahan dapat ditolong dengan
mengguncang perlahan-lahan maka akan diperoleh pengisian yang homogen. Jika
besarnya partikel-partikel penyerap sama, akan lebih mudah untuk mendapatkan
pengisian yang homogen. Tetapi hal ini sangat jarang. Harus diperhatikan penyerap yang
telah dimasukkan jangan sampai ada bagian yang kering baik selama pengisian atau
selama pemisahan.
Kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap yang sangat seragam. Fase gerak
adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.
Mula-mula telah dilakukan pemisahan asam -asam amino dan peptida- peptida
yang merupakan hasil hidrolisa protein wool dengan suatu cara di mana kolom
yang berisi bubuk diganti dengan lem baran kertas dan kemudian diletakkan
dalam bejana tertutup yang berisi uap jenuh larutan. Ini adalah merupakan jenis
dari sistem partisi dimana fasa tetap adalah air, disokong oleh molekul-molekul
selulose dari kertas, dan fasa bergerak biasanya merupakan campuran dari satu atau
lebih pelarut - pelarut organik dan air.
Suatu hal yang perlu diperhatikan disini adalah tentang peralatan. Pada
kromatografi Kertas peralatan yang dipakai tidak perlu alat-alat yang teliti atau
mahal. Hasil-hasil yang baik dapat diperoleh dengan peralatan dan materi-materi
yang sangat sederhana. Senyawa-senyawa yang terpisahkan dapat dideteksi pada
kertas da n dapat segera diidentifikasi. Bahkan komponen-komponen yang
terpisahkan dapat diambil dari kertas dengan jalan memotong-motongnya yang
kemudian dilarutkan secara terpisah.
Meskipun kromatografi kertas sangat mudah pengerjaannya, tetapi sangat sulit dijelaskan
apabila membadingkannya dengan kromatografi lapis tipis. Penjelasannya tergantung
tingkatan pemilihan pelarut yang anda gunakan, dan beberapa sumber untuk mengatasi
masalah secara tuntas. Jika anda telah pernah melakukannya, ini sangat membantu jika
anda dapat membaca penjelasan bagaimana kromatografi lapis tipis bekerja.
Struktur dasar kertas
Kertas dibuat dari serat selulosa. Selulosa merupakan polimer dari gula sederhana, yaitu
glukosa.
Sangat menarik untuk mencoba untuk menjelaskan kromatografi kertas dalam kerangka
bahwa senyawa-senyawa berbeda diserap pada tingkatan yang berbeda pada permukaan
kertas. Dengan kata lain, akan baik menggunakan beberapa penjelasan untuk
kromatografi lapis tipis dan kertas. Sayangnya, hal ini lebih kompleks daripada itu!
Kompleksitas timbul karena serat-serat selulosa beratraksi dengan uap air dari atmosfer
sebagaimana halnya air yang timbul pada saat pembuatan kertas. Oleh karenanya, anda
dapat berpikir yakni kertas sebagai serat-serat selulosa dengan lapisan yang sangat tipis
dari molekul- molekul air yang berikatan pada permukaan. Interaksi ini dengan air
merupakan efek yang sangat penting selama pengerjaan kromatografi kertas.
Teknik TLC/KLT fasa diam (terutama silika, alumina, dan selulosa) dilapiskan di
permukaan sebuah plat pendukung (umumnya dibuat dari bahan kaca atau
lembaran logam Al). Bila noda telah kering plat diletakkan secara vertikal dalam
bejana yang sesuai dengan tepi yang di bawah dicelupkan ke dalam fasa gerak,
maka pemisahan kromatografi penaikan akan diperoleh. Pada akhir perkembangan,
pelarut dibiarkan menguap dari plat dan noda-noda yang terpisah dilokalisir dan
diidentifikasi dengan cara fisika dan kimia seperti yang digunakan dalam
kromatografi kertas.
Perkembangan lebih lanjut STHAL telah mernbuat cara-cara pembuatan potongan gelas
dan cara melapiskannya serta menunjukkan bahwa kromatografi lapisan tipis dapat
digunakan untuk keperluan yang luas dalam pernisahan- pemisahan. Metoda kromatografi
kertas memberikan hasil pemisahan dengan waktu yang lebih cepat dan lebih baik.
2) Jenis Penyerap
Sifat-sifat umum dari penyerap untuk kromatografi lapisan tipis adalah mirip
dengan sifat-sifat penyerap untuk kromatografi kolom. Dua sifat yang penting dari
penyerap adalah besar partikel dan homogenitasnya, karena adhesi terhadap
penyokong sangat tergantung pada jenis penyerap. Besar partikel yang biasa
digunakan adalah 1 - 25 mikron. Partikel yang butirannya sangat kasar tidak akan
memberikan hasil yang memuaskan dan salah satu alasan untuk menaikkan hasil
pemisahan adalah menggunakan penyerap yang butirannya halus. Sedangkan dalam
kolom partikel yang sangat halus akan mengakibatkan aliran pelarut men jadi
lambat, pada lapisan tipis butiran yang halus memberikan aliran pelarut yang lebih
cepat.
Beberapa contoh penyerap yang digu nakan untuk pemisahan dalam kromatografi lapisan
tipis adalah sebagai berikut dalam tabel 1.
-Bubuk selulosa
asam-asam amino
- Pati
asam-asam amino,protein
e. Kromatografi Gas
Kromatografi gas merupakan sekelompok teknik pemisahan kromatografi yang
menggunakan gas sebagai fasa gerak. Karena gas bersifat menyebar ke ruang
disekelilingnya. maka tidak ada kromatografi gas dalam bentuk planar, semua
kromatografi gas berbentuk kolom. Kolom untuk kromatografi gas biasanya dibuat
dari bahan logam nir-karat atau dari bahan gelas. Di dalam alur pemisahan, fasa
sampel juga berupa gas. Karena umumnya sampel untuk kromatografi gas berfasa
cair, maka sistem pemisahan kromatografi gas memerlukan pemanasan. Disisi lain,
stabilitas gas sangat dipengaruhi temperatur, sehingga walaupun sampel sudah berfasa
gas, sistem pemanasan untuk memungkinkan pengendalian temperatur tetap
diperlukan.
1. Analisa Kualitatif, yaitu penentuan sifat-sifat dari suatu komponen atau campuran
dari komponen.
2. Analisa Kuantitati, yaitu penentuan jumlah dari suatu komponen atau komponen-
komponen dalam suatu campuran.
Itulah sebabnya pengguanaan dari GSC sangat terbatas, baik untuk senyawa yang
mempunyai titik didih yang rendah maupun tinggi. Meskipun demikian ada
keuntungan dari GSC bila dibandingkan dengan GLC. Fasa diam tidak dapat
diuapkan, karena tekanan uap dari padatan sangat rendah. Hingga dapat menggunakan
detektor-detektor yang sensitif, karena di sini tidak terjadi "column bleeding".
Dalam tahun akhir-akhir ini GSC menjadi lebih penting yaitu setelah diketemukannya
penyerap-penyerap yang lebih baik. Contoh-contoh penyerap adalah :
2) “molecular sieves" : ini merupakan zeolit buatan (= Na- atau CaAI- silikat),
dengan pori-pori yang sangat kecil/halus di dalamnya. Ukuran dari diameter pori
dinyatakan dalam A°. Sebagai contoh "Linde", mempuyai ukuran dari 3A° hingga
13A°. Zeolit sangat stabil, pada suhu hingga 600°C. Molecular sieves hanya menyerap
molekul-molekul yang lebih kecil dari pori- porinya. Air sangat cepat diserap hingga
merupakan pengering yang sangat efisien. Molecular sieves mempunyai sifat
katalisator yaitu dapat merupakan zat dehidrator (dehydrating agents). Sebagai contoh
zeofit dapat mengubah alkohol menjadi hidrokarbon/gasolin : R-OH → R-H. Sebelum
digunakan biasanya molecular sieves diaktifkan dengan memanaskannya selama 12
jam pada suhu 150°C sambil dialiri gas H2 yang kering.
Perkembangan dalam GSC pada saat sekarang yaitu digunakannya polimer- polimer
yang berpori seperti PORAPAK dan POLYPAK (nama perdagangannya) juga
CHROMOSORB.
1. Senyawa-senyawa yang sangat polar seperti H20, NH3, R-NH2, R-OH dan
glikol-glikol, dan asam-asam lemak rendah.
2. Juga untuk seperti CO2,N2O,O2 juga yang lainnya.
Kromatografi gas yang paling tua digunakan adalah GSC. Dalam tahun 1800
gas-gas telah dimurnikan dengan menyerapkan pada fasa diam yang berupa :
alumina (AI203), atau pada silica gel (Si O, pasir yang dimurnikan). Kadang-
kadang penyerap ini menjadi tidak aktif bila terkena oleh air.
1. Kecepatan :
a. Gas yang merupakan fasa bergerak sangat cepat mengada - kan
kesetimbangan antara fasa bergerak dengan fasa diam.
Alat GLC relatif sangat mudah dioperasikan. Interprestasi langsung dari data
yang diperoleh dapat dikerjakan. Harga dari alat GLC relatif murah.
3. Sensitif :
Aliran gas dari gas pengangkut akan membawa cuplikan yang telah teruapkan masuk
ke dalam kolom. Kolom akan memisahkan komponen- komponen dari cuplikan.
Kemudian komponen-komponen dideteksi oleh detektor, dan sinyal dalam bentuk
puncak akan dihasilkan oleh pencatat.
Ditinjau dari sistem peralatannya KCKT termasuk kromatografi kolom karena fasa
diamnya diisikan atau terpacking dalam kolom. Dan bila ditinjau dari proses
pemisahannya KCKT digolongkan dalam kromatografi adsorpsi atau kromatografi
partisi. KCKT/HPLC adalah alat yang sangat bermanfaat dalam analisis. Bagian ini
menjelaskan bagaimana pelaksanaan dan penggunaan serta prinsip HPLC yang sama
dengan kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom.
Pemisahan secara kromatografi dalam KCKT adalah hasil interaksi spesifik anatara
molekul sampel dengan fasa diam atau fasa gerak.
KTKC juga merupakan teknik kromatofrafi yang paling banyak digunakan, dengan
keunggulan-keunggulan:
KCKT menggunakan fasa gerak cairan, fasa diam bisa berupa cairan atau padatan, dan
bisa dilbagi menjadi menggunakan fasa gerak cairan, fasa diam bisa berupa cairan atau
padatan, dan bisa dilbagi menjadi 4 (empat) tipe utama yaitu:
1. Kromatografi Partisi (Luntuk solut senyawa polar tetapi bukan ionik berukuran
kecil)
2. Kromatografi Adsorpsi atau Kromatografi Padar-cairan (untuk pemisahan spesi
non-polar, isomer struktur,dan klasifikasi senyawa seperti pemisahan hidrokarbon
alifatik dari alkohol alifatik)
3. Kromatografi Ion (untuk spesi ionik ber-Mr rendah)
4. Kromatografi Eklusi-ukuran atau Kromatofrafi Gel (untuk solut dengan Mr
> 1000) yang bisa dipisahkan lagi menjadi filtrasi gel dan permiasi gel.
2. EVALUASI
1. Definisi kromatografi adalah :...
a. pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan
komponen dalam medium tertentu
b. Teknik pemisahan dengan menggunakan suatu pelarut
anorganik
c. Pemisahan antara satu komponen yang komplek
d. Pemisahan suatu zat dari senyawa yang tak dapat dipisahka n
e. Teknik Teknik pemisahan dari suatu sampel yang sangat
banyak jumlahnya
3. LEMBAR INFORMASI
Pelarut bergerak melalui serat-serat dari kertas oleh gaya kapiler dan
menggerakkan komponen-komponen dari campuran cuplikan pada perbedaan jarak
dalam arah aliran pelarut. Perlu diperhatikan bahwa per- mukaan dari kertas
jangan sampai terlalu basah dengan pelarut karena hal ini tak akan memisahkan
sama sekali atau daerah-daerah noda akan menjadi kabur. Bila permukaan pelarut
telah bergerak sampai jarak yang cukup jauhnya atau setelah waktu yang telah
ditentukan, maka kertas diambil dari bejana dan kedudukan dari permukaan
pelarut diberi tanda dan lembaran kertas dibiarkan kering.
Gambar 4. Kromatografi pita/noda.
Jika senyawa-senyawa tak berwarna maka mereka dideteksi dengan cara fisika dan
kimia. Cara yang biasa adalah menggunakan suatu pereaksi atau pereaksi-pereaksi
yang memberikan sebuah warna terhadap beberapa atau semua dari senyawa-
senyawa. Sering juga menggunakan cara deteksi dengan sinar ultra ungu atau
teknik radio kimia. Bila daerah- daerah dari noda yang terpisah telah dideteksi,
adalah perlu untuk mengidentifikasi tiap-tiap individu dari senyawa.
Metoda identifikasi yang paling mudah adalah berdasarkan pada kedudukan dari
noda relatif terhadap permukaan pelarut, menggunakan harga Rf. Terutama pada
gugus-gugus yang besar dari senyawa-senyawa yang susunan kimianya mirip,
seperti asam-asam amino, harga Rf sangat berdekatan satu sama lain. Dalam hal
ini perlu melakukan teknik dua jalan. Kertas yang berbentuk persegi digunakan
dan cuplikan ditempatkan pada satu sudut. Pengembangan dengan campuran
pelarut 1, dengan ujung kertas AB dicelupkan, memberikan pemisahan sebagian
seperti ditunjukkan dalam gambar 5 a. Lembaran kertas diambil dan dikeringkan
dan kemudian dimasukkan dalam bejana kedua dengan ujung AC dicelupkan
dalam pelarut 2. Pengembangan dengan pelarut ini, diikuti dengan pengeringan
dan pemberian pereaksi tertentu akan memberikan noda-noda seperti gambar 5b.
A B
Permukaan pelarut
C D
Pelarut 2
5. a 5. b
Bila akan melakukan pemisahan dengan kromatografi kertas, maka hal- hal yang
perlu diperhatikan adalah :
Disamping sifat-sifat dari kertas dan pelarut, ada faktor-faktor penting yang
mempengaruhi pemisahan yaitu : suhu, besarnya bejana, waktu pengembangan
dan arah dari aliran pelarut.
Dengan sangat mudah dijelaskan melihat dari kromatogram akhir dari pena yang
ditulis pada pesan yang mengandung pewarna yang sama dengan pena 2. Anda
juga dapat melihat bahwa pena 1 mengandung dua campuran berwarna biru yang
kemungkinan salah satunya mengandung pewarna tunggal terdapat dalam pena 3.
Nilai Rf.
Beberapa senyawa dalam campuran bergerak sejauh dengan jarak yang ditempuh
pelarut; beberapa lainnya tetap lebih dekat pada garis dasar. Jarak tempuh
relative pada pelarut adalah konstan untuk senyawa tertentu sepanjang anda
menjaga segala sesuatunya tetap sama, misalnya jenis kertas dan komposisi
pelarut yang tepat. Jarak relative pada pelarut disebut sebagai nilai Rf. Untuk
setiap senyawa berlaku rumus sebagai berikut:
jarak yang ditempuh oleh senyawa
Rf =
jarak yang ditempuh oleh pelarut
Misalnya, jika salah satu komponen dari campuran bergerak 9.6 cm dari garis
dasar, sedangkan pelarut bergerak sejauh 12.0 cm, jadi Rf untuk komponen itu:
Dalam contoh kita melihat ada beberapa pena, tidak perlu menghitung nilai Rf
karena anda akan membuat perbandingan langsung dengan hanya melihat
kromatogram. Anda membuat asumsi bahwa jika anda memiliki dua bercak pada
kromatogram akhir dengan warna yang sama dan telah bergerak pada jarak yang
sama pada kertas, dua bercak
tersebut merupakan senyawa yang hampir sama. Hal ini tidak selalu benar. Anda
dapat saja mempunyai senyawa-senyawa berwarna yang sangat mirip dengan
nilai Rf yang juga sangat mirip.
Gambar di sebelah kiri menunjukkan kertas setelah dilalui pelarut hampir pada
bagian atas kertas. Bercak masih belum tampak. Gambar kedua menunjukkan
apa yang mungkin tampak setelah penyemprotan ninhidrin.
Tidak diperlukan untuk menghitung nilai Rf karena anda dengan mudah dapat
membandingkan bercak dalam campuran dengan asam amino- asam amino
yang telah diketahui berdasarkan posisi dan warnanya.
Dalam contoh ini, campuran mengandung asam amino yang diberi tanda 1,4
dan 5. Bagaimana jika campuran mengandung asam amino lain selain dari asam
amino yang anda gunakan untuk perbandingan? Akan terdapat bercak dalam
campuran yang tidak sesuai dari asam amino yang telah diketahui. Anda harus
mengulangi percobaan menggunakan asam amino-asam amino sebagai bahan
perbandingan.
Jika anda melihatnya lebih dekat, anda dapat melihat bahwa bercak pusat besar
dalam kromatogram sebagian biru dan sebagian hijau. Dua pewarna dalam
campuran memiliki nilai Rf yang hampir sama. Tentunya, nilai-nilai ini bisa saja
sama, keduanya memiliki warna yang sama; dalam hal ini anda tidak dapat
mengatakan bahwa ada satu atau lebih pewarna dalam dalam bercak itu. Apa
yang anda kerjakan sekarang adalah menunggu kertas kering seluruhnya, dan
putar 90o C dan perlakukan kromatogram kembali dengan pelarut yang berbeda.
Gambar berikutnya menunjukkan apa yang mungkin terjadi pada berbagai
bercak pada kromatogram awal. Posisi pelarut kedua juga ditandai.
Tentunya anda tidak dapat melihat bercak-bercak dalam posisi awal dan akhir;
Bercak-bercak telah bergerak! Kromatogram akhir akan tampak seperti ini:
Kromatografi dua arah secara seluruhnya terpisah dari campuran menjadi empat
bercak yang berbeda. Jika anda akan mengidentifikasi bercak-bercak dalam
campuran, secara jelas anda tidak dapat melaksanakannya dengan perbandingan
substansi pada kromatogram yang sama seperti pada contoh sebelumnya
menggunakan pena atau asam amino-asam amino. Anda dapat berakhir dengan
kekacauan pada bercak-bercak yang tanpa arti. Meskipun demikian, anda dapat
bekerja dengan nilai Rf untuk setiap bercak-bercak dalam pelarut-pelarut, dan
kemudian membandingkan nilai-nilai yang anda telah ukur dari senyawa yang
telah diketahui pada kondisi yang tepat sama.
f. Jenis Kertas
g. Jenis Pelarut
Fasa gerak merupakan campuran yang terdiri dari stu komponen organik
utama, air, dan berbagai tambahan misalnya asam-asam, basa atau pereaksi
komplek. Pelarut harus sangat mudah menguap, karena terlampau cepat
mengadakan kesetimbangan, keadaan lain volatilitas yang tinggi
mengakibatkan lebih cepat hilang meninggalkan lembaran kertas setelah
bergerak. Ion-ion anorganik dipisahkan sebagai ion-ion komplek dengan
beberapa kelarutan dalam pelarut-pelarut organik, misal besi membentuk ion
klorida kompleks yang larut dalam aseton berair, sedang nikel tidak segera
membentuk ion seperti besi sehingga besi dan nikel dapat dipisahkan dengan
pelarut ini, sejauh asam klorida berada untuk menstabilkan ion kompleks.
Beberapa contoh dari macam-macam campuran pelarut dapat dilihat seperti
pada tabel 3.
Untuk mendapatkan hasil campuran pelarut yang tak dapat diulang lagi maka harus
dibuat hati-hati meskipun hanya dengan gelas ukur. Pelarut jangan dipakai setelah
selang beberapa lama. Untuk pengembangan selama satu malam pelarut hanya
digunakan satu kali pakai. Untuk penggunaan pelarut-pelarut yang mudah menguap
maka pemakaiannya dalam keadaan yang baru saja dibuat.
Tabel 3. Jenis-jenis Pelarut untuk KromatografI Kertas
Larutan carnpuran yang akan dipisahkan ditempatkan pada kertas yang berupa noda.
la biasanya dibiarkan untuk berkembang membentuk suatu bulatan. Bagian dari
kertas yang ditetesi dibiarkan dalam keadaan mendatar, sehingga larutan tetap dalam
keadaan kompak dalam bentuk bulatan. Kertas jangan sampai tersentuh oleh zat-zat
yang tak dikehendaki. Besarnya noda tergantung pada percobaan, tetapi diameter
harus tak lebih dari kira-kira 0,5 cm. Diameter ini dihubungkan dengan tebal dan
karakteristik serapan dari kertas, tetapi biasanya noda yang lebih kecil akan
menghasilkan pemisahan yang lebih baik.
Dalam penempatan cuplikan dalam kertas yang penting bukan jumlah volume, tetapi
banyaknya campuran yang tertinggal bila pelarut telah teruapkan. Jika larutan terlalu
encer untuk ditempatkan sekali, maka [arutan dapat "dipekatkan" di atas kertas
dengan cara meneteskan berkali- kali pada tempat yang sama, dengan jarak waktu
setelah tetes yang per- tama kering baru tetes yang kedua dan seterusnya. Noda
sebaiknya dibiarkan kering dalam udara, tetapi bila mungkin dapat dikeringkan
dengan menggunakan kipas angin. Dalam pengeringan jangan menggunakan udara
panas, terutama jika larutan bersifat asam, karena ia dapat menyebabkan kertas
menjadi hitam.
Kedudukan dari permukaan pelarut yang terdapat pada kertas harus selalu diberi
tanda segera setelah lembaran kertas diambil dan kemudian dikeringkan, dengan cara
digantungkan. Penandaan dapat menggunakan pensil pada sisi samping kertas.
Pengeringan sebaiknya dibiarkan dalam udara, bila dikehendaki dapat menggunakan
kipas angin, jangan mengeringkan dengan menggunakan udara panas, karena dapat
merusak beberapa konstituen dari campuran. Aliran udara harus paralel terhadap
permukaan dari kertas.
Panjang gelombang yang digunakan biasanya 370 millimikron dan 254 millimikron.
Beberapa senyawa terlihat sebagai bintik fluoresence. Metoda fisika lainnya,
terutama hanya dapat dipakai terhadap senyawa-senyawa radioaktif, yaitu
berdasarkan autoradiografi dan pencacahan. Metode- metode kimia adalah
merupakan deteksi yang paling penting. Pereaksi- pereaksi yang digunakan biasanya
dinyatakan sebagai "pereaksi-pereaksi lokasi". Pereaksi lokasi menggunakan pelarut
yang baik, yang diikuti dengan penguapan. Pelarut yang ideal adalah semua
senyawa-senyawa yang terpisah tidak larut tetapi hal ini tidak mungkin. Cara
menggunakan untuk mendeteksi noda yaitu dengan jalan penyemprotan.
Di dalam teknik pencelupan, larutan pereaksi dimasukkan dalam tempat bejana yang
dangkal, dan lembaran atau potongan kertas dicelupkan di dalamnya. Ada beberapa
keuntungan dalam pencelupan hanya membutuhkan bejana yang murah. Pelarut yang
lebih mudah menguap dapat digunakan, hingga dapat mengurangi waktu yang
dibutuhkan untuk pengeringan hingga mengurangi bahaya difusi dari noda-noda
selama pengeringan. Aseton dapat digunakan sebagai pelarut. Tetapi yang sering
terjadi adalah bahwa senyawa-senyawa yang terpisah sangat larut dalam pelarut yang
terbaik untuk pereaksi lokasi. Hingga metoda pencelupan sering menyebabkan
hilangnya materi maka dalam hal ini metoda penyem- protan sangat penting.
f. Pada dasarnya ada empat cara yang digunakan dalam pembuatan lapisan tipis,
g. Pencelupan. Plat-plat yang kecil, seperti gelas mikroskop, dapat dilapisi dengan
pencelupan dalam bubur dari penyerap dalam kloroform atau zat cair mudah
menguap yang lain. Sekali lagi lebal lapisan yang pasti tidak diketahui dan
kemungkinan lapisan tak dapat dibuat dengan baik, meskipun demikian metoda
ini cukup memuaskan untuk membuat sejumlah dari plat-plat untuk pemisahan
secara kualitatif dengan cepat. Setelah pembentangan plat dibiarkan kering selama
kira-kira 5 -10 menit, ini bila dibuat dengan bubur yang berair, selanjutnya
Cara menempatkan cuplikan pada lapisan tipis seperti cara-cara yang digunakan
pada kromatografi kertas, yaitu dengan pipa kapiler atau mikro pipet. Pada
penempatan cuplikan ujung penetes dapat mengenai permukaan lapisan,
meskipun demikian harus diusahakan sedekat mungkin. Pelarut cuplikan
merupakan pelarut yang mudah menguap dan mempunyai polaritas yang rendah.
Kedudukan noda tak dapat diberi tanda dengan pensil, seperti dikerjakan pada
kertas, penunjuk noda dapat digunakan misal dengan penggaris yang diletakkan di
samping plat kaca. Penempatan noda di atas plat kira-kira 1 cm dari salah satu
ujungnya di mana ujung ini nanti dicelupkan dalam pelarut. Untuk plat kaca yang
mempunyai ukuran 20 x 20 cm, penempatan noda-noda kira-kira 1,5 cm dari
ujung bawah dan dimulai clan diakhiri kira-kira 0,5 cm dari samping kaca dan
noda-noda diteteskan masing-masing pada jarak kira-kira 1 cm dari masing-
masing pusat noda. Untuk pekerjaan pemisahan yang besar penempatan noda
dapat diteteskan hingga membentuk garis, lihat gambar 6.
Garis awal diberi tanda pada ujung dari plat dengan pensil dan garis akhir dapat
dibuat di bagian atas dengan menggoreskan pensil, yang menyebabkan goresan dari
aliran pelarut akan ditahan bila permukaan pelarut sampai pada garis. Jangan terlalu
lama mencelupkan plat dalam bejana bila permukaan pelarut telah mencapai garis
akhir, karena oleh pengaruh difusi dan penguapan dapat menyebabkan pemancaran
dari noda-noda yang terpisah. Ujung plat yang dicelupkan dalam fasa bergerak
jangan dibiarkan hingga rusak. Bila akan dilakukan pemisahan dua jalan, maka
lapisan dari dua sisi yang berdekatan tidak perlu dihilangkan.
i. Pengembangan Kromatografi dan Lokasi
Bila plat kromatografi telah disiapkan dan cuplikan telah ditempatkan di atasnya,
kemudian dimasukkan dalarn bejana yang cocok dengan ujung yang paling bawah,
di mana cuplikan ditempatkan, dicelupkan dalam fasa bergerak yang telah dipilih
sedalam kira-kira 0,5 - 1,0 cm. Biasanya dua plat dapat dimasukkan dalam bejana,
dalam hal ini akan diperoleh kromatografi penaikkan. Bejana diusahakan jangan
sampai bocor.
a. Tempat pelarut
b. Gulungan kertas
c. Lapisan kromatografi
Setelah pengembangan, plat diambil dari bejana dan dibiarkan kering tanpa
pemanasan. Bila diperlukan, aliran udara dapat digunakan dan diarahkan pada
permukaan yang mendatar. Seperti dalam kromatografi kertas, dalam pemisahan dua
jalan, maka pelarut yang pertama harus hilang sebelum pemisahan/pengembangan
berikutnya.
Pada umumnya metoda lokasi dari senyawa tak berwarna pada lapisan tipis adalah
mirip seperti dikerjakan dalam kromatografi kertas. Metoda- metoda fisika yang
sering digunakan meliputi fluoresensi sinar ultra ungu dan pencacahan radioaktif.
Jika pereaksi kimia digunakan untuk lokasi, maka dapat dilakukan dengan
penyemprotan dan tidak dengan pencelupan seperti diutarakan pada kromatografi
kertas. Senyawa-senyawa organik dapat dilokasi dengan penyemprotan
menggunakan asam sulfat pekat kemudian dipanaskan pada suhu sekitar 200°C
selama lebih kurang sepuluh menit. Noda dari senyawa akan menjadi hitam. Ini
merupakan cara lokasi yang efektif, tetapi sedikit meinberikan pertolongan dalam
identifikasi. Pereaksi lokasi yang lain untuk senyawa organik adalah Iod. Plat kaca
yang mengandung noda-noda dibiarkan terkena uap Yod, yaitu dengan jalan
meletakkan plat dalam bejana atau gelas piala yang tertutup yang berisi kristal Iod
untuk beberapa saat lamanya. Warna dari bejana akan menjadi ungu, untuk
senyawa-senyawa tak jenuh akan memberikan noda-noda yang tak berwarna, tetapi
banyak senyawa organik yang jenuh akan menimbulkan noda-noda yang berwarna
coklat. Semua warna ini akan cepat hilang dibiarkan diatmosfer.
Senyawa standard biasanya memiliki sifat-sifat kimia yang mirip dengan senyawa
yang dipisahkan pada kromatogram. Misal perbandingan suatu hidrolisa protein
dengan glisin atau alanin.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi
lapisan tipis yang juga mempengaruhi harga R f adalah :
1) Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan.
2) Sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya.(Biasanya aktifitas dicapai dengan
pemanasan dalam oven, hal ini akan mengeringkan molekul- molekul air yang
menempati pusat-pusat serapan dari penyerap). Perbedaan penyerap akan
memberikan perbedaan yang besar terhadap harga Rf meskipun menggunakan
fasa bergerak dan solute yang sama tetapi hasil akan dapat diulang dengan
hasil yang sama, jika menggunakan penyerap yang sama, ukuran partikel
tetap dan jika pengikat (kalau ada) dicampur hingga homogen.
3) Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap, dalam prakteknya tebal lapisan tidak
dapat dilihat pengaruhnya, tetapi perlu diusahakan tebal lapisan yang rata.
Ketidakrataan akan menyebabkan aliran pelarut menjadi tak rata pula dalam
daerah yang kecil dari plat.
4) Pelarut (dan derajat kemurniannya) fasa bergerak. Kemurnian dari pelarut yang
digunakan sebagai fasa bergerak dalam kromatografi lapisan tipis adalah
sangat penting dan bila campuran pelarut digunakan maka perbandingan yang
dipakai harus betul-betul diperhatikan.
5) Derajat kejenuhan dan uap dalam bejana pengembangan yang digunakan.
6) Teknik percobaan.
Arah pelarut bergerak di atas plat. (Metoda aliran penaikan yang hanya
diperhatikan, karena cara ini yang paling umum meskipun teknik aliran
penurunan dan mendatar juga digunakan).
7) Jumlah cuplikan yang digunakan.
8) Penetesan cuplikan dalam jumlah yang berlebihan memberikan hasil penyebaran
noda-noda dengan kemungkinan terbentuknya ekor dan efek tak kesetimbangan
lainnya, hingga akan mengakibatkan kesalahan-kesalahan pada harga-harga Rf.
etil asetat < dietil eter < propanol < aseton < etanol < rnetanol < air
murni.
Urutan ini adalah dari kenaikan polaritas atau penurunan panjang rantai dari
homolog. Sedangkan untuk alumina dan silika gel urutannya adalah
sebaliknya. Kemurnian dari pelarut-pelarut harus setinggi mungkin.
c. Penyiapan penyerap
Banyak penyerap seperti alumina, silika gel, karbon aktif dan magnesium
silikat dapat diperoleh diperdagangan. Penyerap tersebut sering memerlukan
aktivasi sebelum dipakai, hal ini dapat dilakukan dengan pemanasan dan
mungkin dengan pengurangan tekanan. Suhu optimum untuk aktivasi
aluminium biasanya sekitar 400°C dan waktu pemanasan cukup selama 4 jam.
Untuk kebanyakan zat-zat padat, pemanasan pada suhu 200°C selama 2 jam.
d. Kolom Partisi
Didalam kromatografi partisi, penyerap zat padat diganti dengan fasa tetap zat
cair, yang biasanya hanya sebagian dapat bercampur dengan zat cair yang
mengalir sebagai fasa bergerak. Zat yang dilarutkan (solute) akan
didistribusikan dengan sendirinya diantara dua fasa zat cair (tetap dan
bergerak) sesuai dengan koefisien partisinya. Disebabkan perbedaan-perbedaan
dalam koeffisien partisi dari berbagai komponen, maka campuran akan
terpisah dengan cara yang sama seperti pada sistem-sistem penyerap.
e. Fasa tetap harus disokong dalarn beberapa cara, yaitu fasa tetap zat cair
disokong pada zat padat yang bersifat inert terhadap senyawa- senyawa yang
akan dipisahkan. Zat padat yang menyokong ini
ditempatkan dalam kolom seperti pada kromatografi serapan. Kenyataan
sangat kecil sekali perbedaan antara dua macam jenis kromatografi ini. Zat
yang menyokong harus penyerap dan menahan fasa tetap dan harus membuat
luas permukaannya menjadi seluas mungkin untuk fasa yang mengalir. la harus
stabil, mudah diisikan dalam kolom bila menyerap fasa tetap zat cair dan harus
tidak merintangi aliran pelarut. Fasa bergerak dalam kromatografi partisi dapat
berupa zat cair atau gas. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam kolom partisi
adalah :
Zat-zat penyokong yang digunakan kebanyakan ialah silika gel, bubuk selulosa
dan tanah diatome (kieselguhr, celit dan sebagainya) zat padat lainnya seperti
pati hanya digunakan secara terbatas. Silika gel hampir selalu digunakan
dengan air atau larutan berair sebagai bufer sebagai fasa tetap. Jumlah zat cair
yang digunakan kira-kira 0,6 ml untuk setiap gram silika gel.
(2) Peralatan
Kolom dan alat-alat lain yang digunakan untuk kromatografi partisi adalah
sama seperti yang digunakan dalam kromatografi serapan. Tabung-tabung
yang digunakan di laboratorium panjangnya antara 25 - 50 cm dengan diameter
hingga 4 cm. Aliran pelarut yang melalui kolom partisi mempunyai tendensi
agak lambat tetapi dapat dipercepat dengan menggunakan tekanan udara di
atas kolom seperti halnya pada kolom serapan.
(5) Elusi
Teknik elusi yang digunakan dalam kolom partisi adalah sama seperti
yang di gunakan dalam kolom serapan. Jika fasa tetap adalah berair,
maka fasa bergerak yang digunakan zat cair organik atau campuran. Jika
penyokong yang digunakan tak suka air, maka fasa tetap berupa zat
organik dan fasa bergerak berair adalah menjadi mungkin. Ini dikenal
sebagai kromatografi “fasa berbalik” dan telah digunakan untuk
memisahkan senyawa-senyawa yang sangat larut dalam pelarut -pelarut
organik.
Acara : Menetapkan zat warna di dalam sampel dengan khromatografi kolom. Tujuan :
Melakukan penetapan zat warna dengan menggunakan khromatografi kolom
Alat :
Beaker glas
Batang pengaduk
Mortal dan martil
Corong
Kolom
Erlenmeyer kecil
Bahan :
Minuman/makanan/daun-daunan/bunga yang berwarna.
CaCO3
n- Hexan
Etanol
Kertas saring
Glass woll/kapas
Cara Kerja :
A. Penyiapan sampel :
1. Sampel/daun/wortel di ekstrak dengan pelarut organic (etanol atau n-Hexan).
2. Ekstrak disaring dengan kapas atau kertas saring, filtratnya diuapkan hingga diperoleh
larutan yang pekat (Jangan sampai kering).
Alat :
Gelas piala
Hot palte
Bejana kromatografi
Kertas kromatografi
Mikropipet
Mortar dan matil
Corong gelas
Cawan penguap
Kertas saring
Bahan :
Asam asetat
Aquadest
Etanol 50%
Aseton
Hexan
Minuman fanta (merah), the botol, jelly, jenis daun (Hijau), kembang gula.
Cara Kerja :
A. Mempersiapkan sampel :
1. Minuman teh botol/minuman ringan ditambah asam asetat hingga bereksi asam.
2. Untuk kembang gula larutkan dalan aquadest dan asam asetat.
3. EVALUASI
a. etil asetat < dietil eter < propanol < aseton < etanol < rnetanol < air murni
b. air murni < dietil eter < propanol < aseton < etanol < rnetanol < asam asetat
c. dietil eter < propanol < aseton < etanol < rnetanol
d. aseton < etanol < rnetanol < asam asetat< air murni < dietil eter
e. air murni < dietil eter< rnetanol < asam asetat
2. Jika fasa tetap adalah air, maka fasa gerak yang digunakan
adalah : ...
a. Zat padat.
b. Zat cair organik
c. Zat cair
d. Larutan
e. Gas
3. Zat-zat penyokong yang sering digunakan dalam kromatografi kolom adalah :...
a. Pasir, pati dan glas woll
b. Gula pasir, pati, dan sliika gel
c. Silika gel, bubuk selulosa dan tanah diatome
d. Pasir, tepung, dan pati
e. Silika gel, tepung dan gula
4. Zat-zat aktif yang digunakan sebagai penyerap dalam kromatografi kolom adalah
merupakan :
a. Reduktor
b. Kopaktor
c. Stabilisator
d. Katalisator
e. Oksidator
5. Silika gel merupakan zat padat yang digunakan sebagai penyerap, dalam
kromatografi kolom yaitu untuk memisahkan : ...
a. Karotenoid, sterol
b. Porphirin, karotenoid
c. Sterol-sterol, asam-asam amino
d. Enzim, protein, sterol
e. Enzim, pitamin dan sterol
9. Kertas sebagai fasa diam dibuat dari serat selulosa. Selulosa merupakan polimer dari gula
sederhana, yaitu :...
a. Sukrosa
b. Maltosa
c. Galaktosa
d. Fruktosa
e. Glukosa
1. LEMBAR INFORMASI
Cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fasa tetap, yang dapat
berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal
sebagai kromatografi serapan (absorption chromatography), dan jika zaf cair dikenal
sebagai kromatografi partisi (partition chromatography). Karena fasa gerak dapat
berupa zat cair atau gas maka semua ada empat macam sistem kromatografi. Keempat
rnacam sistem kromatografi tersebut adalah :
1). Fasa gerak zat cair - fasa tetap padat : Komatografi penukar ion.
2). Fasa gerak gas - fasa tetap padat : Kromatografi gas padat
3). Fasa gerak zat cair - fasa tetap zat cair, dikenal sebagai
kromatografi partisi dan kromatografi kertas.
4). Fasa gerak gas - fasa tetap zat cair : Kromatografi gas-air dan Kromatografi
kolom kapiler.
a. Kromatografi Partisi
Perbedaan yang pokok adalah terletak pada sifat dari penyerap, dimana dalam
kromatografi partisi berupa materi yang berpori, seperti kieselguhr, yang
dilapisi dengan lapisan dari zat ca ir sering menggunakan air. Fasa tetap adalah
lapisan zat cair dan zat padat yang berperan sebagai penyangga/penyokong. Jika
fasa -fasa bergerak dan tetap keduanya berupa zat cair maka akan diperoleh
kromatografi zat cair-cair.
Kecepatan bergerak dari suatu komponen dari campuran tidak tergantung pada
kelarutannya dalam fasa tetap, yang berupa zat cair sehingga senyawa-senyawa
yang lebih larut akan bergerak lebih lambat turunnya dalam kolom daripada yang
kurang kelarutannya. Selama bergerak senyawa-senaywa mengalami partisi di
antara dua fasa, dan pemisahan terjadi karena perbedaan dalam koefisien partisi.
Kromatografi kertas merupakan partisi yang spesial, dimana lembaran kertas adalah
sebagai pengisi/pengganti dari kolom. Kromatografi campuran dari senyawa yang
dipisahkan membentuk suatu jalur dalam kolom.
b. Teknik-teknik Pemisahan
Untuk memperoleh pemisahan dari jalur-jafur komponen harus dikerjakan lebih
lanjut dengan melakukan satu dari tiga macam cara: analisa elusi, analisa frontal
atau analisa per pindahan gerakan.
Pengaliran pelarut secara terus menerus melalui kolom disebut elusi. Elusi bisa
dilakukan dengan memanfaatkan gaya gravitasi, gaya kapiler, atau tekanan
mekanis. Selama proses elusi berlangsung, spesi sampel bisa berada didalam fasa
gerak (berarti ikut mengalir) atau berinteraksi dengan fasa diam (berarti tidak
bergera k). Tiap molekul satu jenis spesi akan bergantian masuk dan keluar
fasa diam dengan perbandingan waktu yang sama dan menghasilkan gerakan
kelompok yang sama. Waktu pergerakan spesi adalah waktu yang dihabiskan
oleh spesi ketika molekul spesi bera da dalam fasa gerak. Karena tiap spesi
memiliki perbandingan waktu yang khas untuk berada dalam fasa gerak
(ketika tidak berinteraksi dengan fasa diam), maka terjadi pemisahan kelompok-
kelompok spesi.
Elusi pertama-tama telah digunakan oleh TSWETT tahun 1903 untuk pemisahan
pigmen-pigmen daun, karena adanya warna maka cepat terlihat lokasinya dalam
kolom. Senyawa -senyawa tak berwarna dapat juga dilihat lokasinya, karena
flouresensi dalam sinar ultra -violet. Sekali pemisahan terjadi pita komponen
dapat diambil dengan jalan memotong dari bagian-bagian yang mengandung
berbagai komponen, kemudian diekstrak dengan pelarut yang sesuai. Cara lain,
aliran dari zat pengelusi dapat diteruskan hingga tiap -tiap komponen tercuci
sempurna dari kolom. Untuk mengetahui tiap-tiap komponen dapat dideteksi
dengan menggunakan pereaksi kimia yang cocok atau test fisika.
Ekor (tailing)yaitu kejadian yang selalu terjadi dalam kromatografi serapan bila
teknik elusi yang digunakan tidak sesuai. Ekor menaikkan kelebaran dari pita-
pita hingga ada tendensi untuk menimbulkan penindihan pita satu dengan pita lainnya
(overlap).
Itulah sebabnya pengguanaan dari GSC sangat terbatas, baik untuk senyawa yang
mempunyai titik didih yang rendah maupun tinggi. Meskipun demikian ada keuntungan
dari GSC bila dibandingkan dengan GLC. Fasa diam tidak dapat diuapkan, karena
tekanan uap dari padatan sangat rendah. Hingga dapat menggunakan detektor-detektor
yang sensitif, karena di sini tidak terjadi "column bleeding".
Dalam tahun akhir-akhir ini GSC menjadi lebih penting yaitu setelah diketemukannya
penyerap-penyerap yang lebih baik. Contoh-contoh penyerap adalah :
1) "grafite-coal" : dikenal sebagai "spheron", strukturnya sangat homogen
(dibandingkan dengan diamond) : ini digunaaan terhadap senyawa-senyawa polar yang
titik didihnya tinggi.
2) “molecular sieves" : ini merupakan zeolit buatan (= Na- atau CaAI-silikat), dengan
pori-pori yang sangat kecil/halus di dalamnya. Ukuran dari diameter pori dinyatakan
dalam A°. Sebagai contoh "Linde", mempuyai ukuran dari 3A° hingga 13A°. Zeolit
sangat stabil, pada suhu hingga 600°C. Molecular sieves hanya menyerap molekul-
molekul yang lebih kecil dari pori-porinya. Air sangat cepat diserap hingga merupakan
pengering yang sangat efisien. Molecular sieves mempunyai sifat katalisator yaitu
dapat merupakan zat dehidrator (dehydrating agents). Sebagai contoh zeofit dapat
mengubah alkohol menjadi hidrokarbon/gasolin : R-OH → R-H. Sebelum digunakan
biasanya molecular sieves diaktifkan dengan memanaskannya selama 12 jam pada suhu
150°C sambil dialiri gas H2 yang kering.
Aliran gas dari gas pengangkut akan membawa cuplikan yang telah teruapkan masuk ke
dalam kolom. Kolom akan memisahkan komponen-komponen dari cuplikan. Kemudian
komponen-komponen dideteksi oleh detektor, dan sinyal dalam bentuk puncak akan
dihasilkan oleh pencatat.
Injektor Detektor
(FID/TCD)
GC
Kolom
Oven
Gas
Alat GLC atau GC terbentuk atas 7 bagian yang pokok seperti pada gambar bagian-
bagian alat berikut. Tujuh bagian pokok dari kromatografi gas seperti pada gambar
:
1. Silinder tempat gas pembawa/pengangkut
2. Pengatur aliran dan pengatur tekanan
3. Tempat injeksi cuplikan
4. Kolom
5. Detector
6. pencatat
7. Terminal untuk 3, 4 dan 5
Injektor Oven Detektor Rekorder
Pemasok kolom
Gas
HETP
HTEP min
Tempat injeksi dari alat GLC selalu dipanaskan. Dalam kebanyakan alat, suhu dari
tempat injeksi dapat diatur. Aturan pertama untuk pengaturan suhu ini adalah batiwa
suhu tempat injeksi sekitar 50°C lebih tinggi dari titik didih campuran dari cuplikan yang
mempunyai titik didih yang paling tinggi. Bila kita tidak mengetahui titik didih
komponen dari cuplikan maka kita harus mencoba- coba. Sebagai tindak lanjut suhu dari
tempat injeksi dinaikkan. Jika puncak- puncak yang diperoleh lebih baik, ini berarti
bahwa suhu percobaan pertama terlalu rendah. Namun demikian suhu tempat injeksi
tidak boleh terlalu tinggi, sebab kemungkinan akan terjadi perubahan karena panas atau
peruraian dari senyawa yang akan dianalisa.
Pengarah jarum
injektor
Septum
Baut Septum
Purge
Gas
pembawa
Split
Glass insert
Adaptor Kolom
Perlu diperhatikan bahwa kita tidak boleh menginjeksikan cuplikan terlalu banyak,
karena GC sangat sensitif. Biasanya jumlah cuplikan yang diinjeksikan pada waktu kita
mengandakan analisa 0,5 -50 ml gas dan 0,2 - 20 ml untuk cairan seperti pada gambar 3.
Tempat injeksi (injektor):
Syringe
(10 L)
Pengarah jarum
Septum
injektor
Baut Septum
Purge
Gas
pembawa
Split
Untuk Untuk
Cairan gas
Glass insert
Adaptor Kolom
Kolom GC
3. Bagan injektor GC
(4). Kolom
Kolom merupakan jantung dari kromatografi gas. Bentuk dari kolom dapat lurus,
bengkok, misal berbentuk V atau W, dan kumparan/spiral. Biasanya bentuk dari kolom
adalah kumparan. Kolom selalu merupakan bentuk tabung. Tabung ini dapat terbuat dari
:
tembaga (murah dan mudah diperoleh)
plastik (teflon), dipakai pada suhu yang tidak terlalu tinggi.
baja (stainless steel), (mahal)
alumunium
gelas
Perhatian : meskipun tembaga agak murah, tetapi tidak selalu dapat digunakan karena
kadang-kadang dapat menimbulkan serapan yang tidak diinginkan atau dapat bereaksi
dengan senyawa-senyawa organik seperti amina, asetilena, terpen dan stereoid.
1–5m 15 – 30 m
LAPISAN
ADSORBEN FASA DIAM
(FS DIAM)
Gambar 4. Kolom GC
Pada GC, dikenal dua tipe kolom, yaitu kolom kemas (Packed) dan kolom kapiler
(tabung terbuka/cappilary).
2. Kolom Kapiler
Kolom kapiler dibagi menjadi 2 tipe dasar yaitu :
a. “Wall Coated Open Tubular – WCOT” : kolom kapiler yang dilapiskan dengan
lapisan tipis fasa diam. Bahan kolom adalah baja nirkarat, aluminium, tembaga,
plastik dan gelas. Kolom WCOT produk tahun
1990 an dibuat dari leburan silika yang disebut juga kolom FSOT – Fused Silica
Open Tubular Column) yang diperkuat dengan lapisan poli-amida di bagian
luarnya, bersifat sangat pleksibel sehingga dapat digulung dengan diameter
beberapa inchi. Kapasitas sampel sangat rendah (<0,01µL).
b. “Support Coated Open Tubular – SCOT” : Permukaan dalam kapiler dilapiskan
dengan lapisan tipis (~30 µm) fasa pendukung, seperti tanah diatome, grfit,
oksida metal atau silikat. Tipe ini mampu menahan fasa diam beberapa kali lebih
banyak dari tipe WCOT sehingga kapasitas sampelnya lebih besar. Secara umum
efisiensi kolom SCOT lebih kecil dari kolom WCOT tetapi lebih besar dari
kolom terpaket.
KOLOM KAPILER
Fasa Diam Penyangga padat dila Partikel fasa diam
Cair pisi fasa diam cair padat
Dinding kolom
Kolom kapiler memiliki diameter dalam antara 0,3 – 0,5 mm, di bagian dalam
kolom dilapiskan dengan fasa diam cairan yang sangat tipi (~ 1 µm). Penurunan
tekanan di dalam kolom kapiler bisa diabaikan, sehingga bisa dibuat sangat
panjang (lebih dari 100 m). Perbandingan volume fasa diam VS.volume fasa
gerak, VS/ Vm diantara 100-300, sehingga sangat efisien. kolom kapiler dengan
ratusan ribu jumlah pelat teori juga sudah dibuat. kolom terbuat dari baja
nirkarat, gelas, leburan silika, atau teflon. Supaya bisa dimasukkan ke dalam
oven, kolom digulung dengan diameter gulungan antara 10 – 30 cm.
Isi kolom
(a). Padatan pendukung.
Padatan pendukung berfungsi mengikat fasa diam. Kebanyakan zat ini berupa tanah
diatorne yang telah dipanaskan/dikeringkan. Pendukung ini disebut "diatomite".
Diatomite terdiri dari satuan ganggang bersel satu yang disebut diatom yang pori-
porinya sangat kecil. Luas permukaan dari struktur berpori sekitar 20 m2/g. Luas
permukaan yang besar ini d i b u t u h k a n u n t u k mendistribusikanfasa diam yang
bersifat cairan dalam GC.
Persyaratan dari padatan pendukung yang baik :
1. Inert (tidak menyerap cuplikan).
2. Kuat, stabil pada suhu-suhu yang tinggi.
3. Memiliki luas permukaan yang besar : 1 - 20 m2/g.
4. Perrnukaan yang teratur, ukuran yang sama; ukuran pori sekitar l ON
5. Harus mernpunyai tahanan yang rendah terhadap gas pengangkut. Padatan
pendukung yang biasa digunakan adalah kiesel guhr
(forementionned - diatomaceous earth). Nama dalam perdagangan :
Aluminium
Diatoport
Chromosorb.
OH OH OH
l l l
struktur : ─ Si ─ O ─ Si ─ O ─ Si ─
polimer silicon-oksigen
Chromosorb-chromosorb yang kotor dapat bereaksi dengan cuplikan; hal ini akan
menyebabkan puncak berekor. Interaksi utama antara padatan pendukung dengan
molekul-molekul cuplikan adalah ikatan hidrogen melalui gugus-gugus OH dari
chromosorb. Untuk mencegah hal ini, chromosorb harus direaksikan terlebih dahulu
hingga ia menjadi kurang aktif.
- Si – OH + (CH3)2 Si Cl2 - Si – O – Si – Cl
Dimetildiklorosilan CH3
(DMCS)
- Si – O - Si - Cl + CH3OH - Si – O – Si – O – CH3
CH3 CH3
FID
Flame Ionization Detector (Detektor Pengionan Nyala)
Penutup tower
Probe sinyal
Silinder pengumpull
+
Ujung nyala
-
Probe penyulut
Gas H 2 + udara
(300-400 mL/menit)
TCD disebut juga Katharometer. TCD adalah detektor yang bekerjanya berdasarkan
perubahan sifat hantaran panas eluen dalam keadaan murni dan dalam keadaan
tercampur spesi lain seperti analit. Elemen pengindera TCD adalah kawat halus yang
dibuat dari Pt, Au, W atau termistor semi konduktor yang dipanaskan secara listrik.
Perubahan sifat hantaran panas gas akan menyebabkan perubahan efektivitas
pemindahan energi panas dari kawat halus ke gas sehingga temperatur kawat halus
menjadi berubah. Perubahan temperatur kawat halus akan mengubah nilai resistansi
kawat halus.
TCD
Thermal Conductivity Detector (Daya hantar panas)
Sambungan ke sumber
Tenaga listrik dan rangkaian
Aliran gas
Aliran gas
Filamen
ECD
Flame Ionization Detector (Detektor Pengionan Neale)
+
-
Arah keluar
Sumber
Radioaktif Ni-63
Gas pembawa
Gambar 9. Bagan ECD
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT/HPLC) adalah suatu metode kromatografi mampu
memisahkan campuran makromolekul, senyawa ionik, produk alam yang senyawa polimerik dan
kelompok polifungsional yang memiliki berat molekul tinggi de cara penyarian berfraksi,
penyerapan atau penukaran ion.
Ditinjau dari sistem peralatannya KCKT termasuk kromatografi kolom karena fasa diamnya
diisikan atau terpacking dalam kolom. Dan bila ditinjau dari proses pemisahannya KCKT
digolongkan dalam kromatografi adsorpsi atau kromatografi partisi. KCKT/HPLC adalah alat
yang sangat bermanfaat dalam analisis. Bagian ini menjelaskan bagaimana pelaksanaan dan
penggunaan serta prinsip HPLC yang sama dengan kromatografi lapis tipis dan kromatografi
kolom. Pemisahan secara kromatografi dalam KCKT adalah hasil interaksi spesifik antara
molekul sampel dengan fasa diam atau fasa gerak. KCKT juga merupakan teknik
kromatofrafi yang paling banyak digunakan, dengan keunggulan-keunggulan:
1. Sensitif dan mudah disesuaikan untuk analisis kuantitatif,
2. Cocok untuk pemisahan spesi yang mudah menguap dan spesi yang mudah rusak oleh
panas,
3. Bisa dugunakan untuk indrsti, bebagai bidang sains dan keperluan publik seperti untuk
analisis asam-asam amino, protein, asam-asam nukleat, hidrokarbon, karbohidrat, obat-
obatan, terpenoid, pestisida, antibiotik, steroid, spesi metal organik, dan berbagai
senyawaan norganik.
KCKT menggunakan fasa gerak cairan, fasa diam bisa berupa cairan atau padatan, dan bisa
dilbagi menjadi menggunakan fasa gerak cairan, fasa diam bisa berupa cairan atau padatan,
dan bisa dilbagi menjadi 4 (empat) tipe utama yaitu:
1. Kromatografi Partisi (Luntuk solut senyawa polar tetapi bukan ionik berukuran kecil)
2. Kromatografi Adsorpsi atau Kromatografi Padar-cairan (untuk pemisahan spesi non-polar,
isomer struktur,dan klasifikasi senyawa seperti pemisahan hidrokarbon alifatik dari
alkohol alifatik)
3. Kromatografi Ion (untuk spesi ionik ber-Mr rendah)
4. Kromatografi Eklusi-ukuran atau Kromatofrafi Gel (untuk solut dengan Mr > 1000) yang
bisa dipisahkan lagi menjadi filtrasi gel dan permiasi gel.
Teknik pemisahan dalam KCKT berdasarkan fasa diam dan fasa geraknya :
1. Kromatografi Partisi
Komponen sampel (linarut) dibagi antara fasa gerak cair dengan cairan yang tidak bercampur
yang dilapiskan pada suatu partikel padat sebagai fasa diam. Fasa diam dapat berupa cairan
yang disalutkan pada partikel penyangga. Komponen sampel yang terikat lebih banyak di fasa
diam akan tertahan lama dalam kolom. Bila fasa diam lebih polar daripada fasa gerak maka
disebut fasa normal (Normal phase). Dan bila fasa gerak lebih polar daripada fasa diam maka
disebut fasa terbalik (Reverse phase).
2. Kromatografi Adsorpsi
Fasa diam yang digunakan pada umumnya adalah bahan alam polar seperti partikel silika atau
alumina hidrat. Fasa gerak dan komponen sampel (linarut) berkompetisi terhadap lokasi aktif
adsorpsi pada partikel fasa diam. Komponen yang terikat lebih kuat akan bertahan lebih lama
dalam kolom. Waktu retensi bergantung pada kepolaran sampel. Retensi ini dapat diatur dengan
mengatur kepolaran fasa gerak (eluen).
c. Instrumentasi HPLC/KCKT
Instrumentasi KCKT, secara umum, dapat disimak pada skema/diagram alir
KCKT/HPLC. Perhatikan bahwa instrumentasi itu terdiri dari :
Penampung Fasa Gerak dan Sistem Penangan Solven,
Setem Pemompaan,
Sistem Injeksi Sample,
Kolom,
Detektor
Bahan dasar peralatan kromatografi umumnya terbuat dari bahan stainless steel yang tahan
terhadap korosi asam, basa dan pelarut organik. Bahan lain yang sering digunakan adalah
polytetrafluoroethylene (PTFE), gelas dan beberapa jenis plastik.
Pemisahan yang dilakukan dengan satu jenis solven dengan campuran yang tetap disebut
elusi isokratik. Seringkali efisiensi pemisahan bisa ditingkatkan dengan penggunaan 2 atau
lebih solven dengan plerbedaan sifat kepolaran yuang signifikan secara bertahap. Teknik ini
desebut elusi gradien. Percampuran dua solven atau lebih pada teknik gradien bisa dilakukan
dengan perubahan linier atau secara eksponensial terhadap waktu.
e. Sistem Pemompaan
Pompa berfungsi untuk mendorong fasa gerak dan sampel masuk ke dalam kolom. Tekanan
pompa yang diperlukan untuk memompa fasa gerak harus cukup tinggi karena ukuran fasa
diam di dalam kolom sangat kecil.
Syarat pompa :
Dapat memompakan fasa gerak secara konstan
Dapat memberikan tekanan cukup tinggi
Memberikan fluktiasi tekanan seminimal mungkin
Memberikan noise yang rendah
Cara kerja sederhana
Cukup inert terhadap pelarut-pelarut yang digunakan
Ada tiga tipe pompa KCKT; pompa balas (reciprocating pumps), pompa pemindah (displacement
pumps), dan pompa pneumatic pumps).
1. Pompa balas (reciprocating pumps) adalah pompa KCKT yang paling banyak
digunkan. Pompa lini memiliki ruangan kecil erisi soven yang dipompakan dengan
gerakan maju-mundur sebuah piston yang digerakkan oleh motor listrik. Aliran diatur
oleh dua buah katup bola yang bergantian membuka dan menutup. Piston bisa kontak
langsung dengan solben atau melaluli sebuah diafragma yang menerukan tekanan piston
ke solven.
Kelemahan pompa balas ini adalah aliran yang dihasikan masih berpulsa, sehingga harus
diredam menggunakan teknik pengoperasian dua buah pompa secara paralel (tetapi
berbeda fasa, maksudnya ketika pompa yang satu memompa pompa yang lain berpindah
ke posisi siap memompa) dengan pengaturan kecepatan tertentu.
Keunggulan teknik ini adalah volume internal pompa yang relatif rendah (35 – 400 uL),
tekanan kelua yang tinggi (sampai 10.000 psi), mudah diadaptasi untuk elusi gradien,
dan kecepatan aliran yang tetap (tidak dipengaruhi oleh tekanan balik dan kekentalan
solven).
2. Pompa pemindah (displacement Pumpls) biasanya terdiri dari sebuah ruanan berukuran
relatif besar dengan bentuk seperti syringe dan berisi solven. Sebuah selinder plencelup
(plunger) yang diaktifkan oleh mekanime pemutar skrup yang digerakkan oleh motor
langkah (Lstepper motor), dimasukkan ke dalam ruang solven. Akibatnya akan ada
bagian solven yang didorong (dipompa) keluar. Pompa ini juga menghasilkan aliran
llyang tidak dipengaruhi oleh viskosits dan tekanan balik, namun keluarnya bebas pulsa.
Kelemahannya adalah keterbatasan kapasitas solven (~250 mL) yang ditentukan oleh
ukuran selinder plencellupl dan penggantian solven yang relatif sulit ( karena solven
lama harus dikosongkan dan dibersihkan dari dalam poompa dan solven baru
dilmasukkan ke dalam pompa.
f. Pompa pneuematik (pneumatic pump) palling sederhana, fasa gerak dimasukkan ke
dalam wadah elastik dan dimasukkan lagi ke dalam wadah yang bisa ditekan menggunakan
gas. Tekanan gas akan menekan wadah elastik dan sehingga solven yang ada didalamnya
akan dipompa keluar. Pompa jenis ini menghasilakann aliran bebas pulsa dan berharga
murah. Kelemahannya adalah keterbatasan kapasitas dan tekanan keluaran dan
ketergantungan plada viskositas dan tekanan balik yang dihasilkan kolom.
Umumnya sistem pompa pada KCKT dilengkapi dengan pengaturan aliran dan sistem
pemrograman terkomputerisasi. Beberapa instrumen memiliki fungsi pencampuran solven
secara berkesinambungan atau secara bertingkat sehingga bisa memvariasikan. Pada gambar
ini pencampuran eluen dilakukan oleh katup pengatur. Pada sistem yang lain tiap solven
dialirkan menggunakan satu sistem pompa. Sistem elusi seperti ini disebut dengan sistem
gradien.
g. Injeksi sampel
Sampel yang diinjeksikan ke kolom KCKT hanya dianta 0,x – 500 uL, dsan harus diinjeksikan
tanpa menurunkan tekanan kolom. Kondisi ini menyulitkan penginjeksian dalam jumlah tetap,
jika dilakukan secara manual. Cara menginjeksikan sampel yang paling banyak digunakan
adalah menggunakan sistem simpul (sampling loops).
Perhatikan bahwa sampel diinjeksikan pada tekanan normal dalam jumlah berlebih.
Sebagian sampel akan keluar melalui ‘vent’ dan sebagian lagi tersisa di awal simpul.
Ketika simpul disambungkan ke sistem aliran fasa gerak, tekanan sampel langsung
berubah dan jumlah sampel yang masuk ke dalam sistem adalah volume simpul ylang
tersambung ke sistem aliran.
Sistem simpul yang umum dijumpai memungkilnkan injeksi dalam jumlah 5 – 500 uL,
tekanan mencapai 700 psi, dengan kesalahan relatif dalam permil. Sistem simpul injeksi
sampel mikro memungkilnkan injeksi samplel sebanyak 0,5 – 5 uL.
Ingat bahwa pernyataan ini berdasarkan buku ajar tahun 1992. Dalam 10 tahun terakhir
peningkatan teknologi sudah memungkilnkan sintem ilnjeksi yang jauh lebih baik.
Sudah diproduksi kolom kinerja tinggi dan kecepatan tinggi dengan ukuran lebih kecil. Kolom
jenis ini bisa memiliki samplai 100.000 plat per meter dan menggunakan eluen dalam jumlah
jauh lebih sedikit. Sebellum kolom analitik, sering dipasangkan kolom penjaga (quard
colomn) berukuran kecil yang berflungsil sebagai pemisah partikulat dan kontaminan dari
solven. Kolom lpenjaga juga berflungsi sebagai penjenuh fasa gerak dengan fasa diam. K
omposisi fasa diam di dalam kolom penjaga harus sama dengan komposisi fasa diam di dalam
kolom analitik.
Partikel berpori dengan diameter sangat homogen ( ukuran plartikel di antara 3 – 10 um).
Partikel berpori ini kerapkali dilapiskan dengan lapisan tipis senyawan organik yang terikat
(secara fisik atau kimik) ke permukaan butiran. Ada dua perbedaan fase dalam KCKT, yang
mana tergantung pada polaritas relatif dari pelarut dan fase diam.
1. Fase normal KCKT. Ini secara esensial sama dengan apa yang sudah anda baca tentang
kromatografi lapis tipis atau kromatografi kolom. Meskipun disebut sebagai fase normal, hal
ini bukan merupakan bentuk yang biasa dari KCKT. Kolom diisi dengan partikel silika
yang sangat kecil dan pelarut non polar misalnya heksan. Sebuah kolom sederhana
memiliki diameter internal 4.6 mm (dan mungkin kurang dari nilai ini) dengan panjang 150
sampai 250 mm.
2. Fase balik KCKT. Dalam kasus ini, ukuran kolom sama, tetapi silika dimodifikasi menjadi
non polar melalui pelekatan rantai-rantai hidrokarbon panjang pada permukaannya secara
sederhana baik berupa atom karbon 8 atau 18. Sebagai contoh, pelarut polar digunakan
berupa campuran air dan alkohol seperti metanol. Dalam kasus ini, akan terdapat atraksi
yang kuat antara pelarut polar dan molekul polar dalam campuran yang melalui kolom.
Atraksi yang terjadi tidak akan sekuat atraksi antara rantai-rantai hidrokarbon yang
berlekatan pada silika (fase diam) dan molekul-molekul polar dalam larutan. Oleh karena itu,
molekul- molekul polar dalam campuran akan menghabiskan waktunya untuk bergerak
bersama dengan pelarut. Senyawa-senyawa non polar dalam campuran akan cenderung
membentuk atraksi dengan gugus hidrokarbon karena adanya dispersi gaya van der Waals.
Senyawa-senyawa ini juga akan kurang larut dalam pelarut karena membutuhkan
pemutusan ikatan hydrogen sebagaimana halnya senyawa-senyawa tersebut berada dalam
molekul-molekul air atau metanol misalnya. Oleh karenanya, senyawa-senyawa ini akan
menghabiskan waktu dalam larutan dan akan bergerak lambat dalam kolom. Ini berarti
bahwa molekul-molekul polar akan bergerak lebih cepat melalui kolom. Fase balikKCKT
adalah bentuk yang biasa digunakan dalam KCKT.
Jumlah cahaya yang diserap akan bergantung pada jumlah senyawa tertentu yang melewati
melalui berkas pada waktu itu. Anda akan heran mengapa pelarut yang digunakan tidak
mengabsorbsi sinar UV. Pelarut menyerapnyaTetapi berbeda, senyawa-senyawa akan menyerap
dengan sangat kuat bagian-bagian yang berbeda dari specktrum UV. Misalnya, metanol,
menyerap pada panjang gelombang dibawah 205 nm dan air pada gelombang dibawah 190 nm.
Jika anda menggunakan campuran metanol-air sebagai pelarut, anda sebaiknya menggunakan
panjang gelombang yang lebih besar dari 205 nm untuk mencegah pembacaan yang salah dari
pelarut.
Berbeda dengan GC, KCKT tidak memiliki detektor yang bersifat umum dengan kehandalan
tinggi seperti FID dan TCD. Karakteristik detektor ideal untuk KCKT sama dengan
karakteristik untuk detektor ideal GC, kecuali rentang temperatur tidak perlu terlalu lebar,
tetaplli detektor KCKT harus memiliki volume internal yang rendah (untuk mengurangi
pelebaran zona).
Detektor serapan paling sederhana adalah detektor serapan UV dengan filter. Sumber UV
berasal dari sebuah lampu Hg dengan intensitas sinar terbanyak pada 254 nm yang diisolasi
menggunakan filter. Garis spektra pada 250, 313, 334 dan 365 nm, juga sering digunakan
dengan cara mengganti filter.
2. Detektor pendar
Pada deketor pendar, sinar pendaran diukur menggunakan detektor fotoelektrik yang
ditempakan pada posisi 900 terhadap sinar pengeksitasi. Detektor pendar paling sederhana
menggunakan sumber sinar pengeksitasi dari lampu Hg yang dilengkpi filter. Instrumen yang
lebih baik menggunakan sumber lampu xeon dan monokromator kisi difraksi. Detektor
pendar modern menggunkan sinar pengeksitasi dari sumber laser yang bisa diatur.
4. Detektor
Pada detektor ini, efluen dari kolom dimasukkan ke dalam nebuliser dan diubah menjadi
kabut halus oleh aliran gas nitrogen atau uadara. Kabut halus dialirkan ke tabung yang
bertemperatur terkontrol untuk menguapkan fasa gerak sehingga dihasilkan uap analit.
Partikel uap analit kemudian dialirkan melalui jalur sinar laser. Radiasi hamburan diukur
plada sudut tegak lurus menggunakan fotodiode. Detektor ini baru dikembangkan dan
diharapkan bisa menjadi detektor umum untuk KCKT (seperti FID pada DC).
5. Detektor elektrokimia
Kelompok detekor ini berdasarkan empat metode elektroanalitik yaitu amperometri,
voltametri, kulometri dan konduktometri. Detektor berdasarkan potosiometri kurang praktis
untuk keperluan KCKT karena elektrode potensiometer memerlukan waktu adaptasi yang
relatif lama.
6. Detektor spektrometrik massa
Efluen dari KCKT tidak dimasukkan langsung ke dalam spektrometer massa karena volume
fasa gerak relatif sangat besar jika dibanddingkan dengan analit, melainkan melalui suatu
antarmuka. Pada salah satru antar muka, aliran eluen dari kolom dipecah, dan hanya sebagian
kecil saja yang diinjeksikan ke dalam spektrometer massa. Pada antar muka yang lain, efluen
dari kolom dibawa ke ruang penguapan menggunakan sitem ban berjalan. Setelah solven
diupkan, analit dimasukkan ke dalam ruang pengion dan diionkan dengan teknik desorpsi
medan.
Area yang berada dibawah puncak sebanding dengan jumlah X yang melalui detektor,
dan area ini dapat dihitung secara otomatis melalui layar komputer. Area dihitung
sebagai bagian yang berwarna hijau dalam gambar (sangat sederhana).
Jika larutan X kurang pekat, area dibawah puncak akan berkurang meskipun waktu
retensi akan sama. Misalnya gambar yang dihasilkan :
Dalam gambar, area di bawah puncak Y lebih kecil dibanding dengan area dibawah
puncak X. Ini mungkin disebabkan oleh karena Y lebih sedikit dari X, tetapi dapat sama
karena Y mengabsorbsi sinar UV pada panjang gelombang lebih sedikit dibanding
dengan X. Ini mungkin ada jumlah besar Y yang tampak, tetapi jika diserap lemah, ini
akan hanya memberikan puncak yang kecil.
2. LEMBAR KERJA
3. EVALUASI
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan waktu retensi. dan bagaimanan cara
pengukurannya terhadap sampel yang dianalisis dengan KCKT!
2. Jelaskan perbedaan dua fase dalam KCKT, sehingga tergantung pada
polaritas relatif dari pelarut dan fase diam!
3. Jelaskan fungsi dan syara-syarat pompa pada KCKT!
4. Apa yang dimaksud dengan Pompa balas (reciprocating pumps) dan jelaskan
kelemahan dan keunggulannya!
5. Sebutkan 5 jenis ditektor KCKT
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN 4. MELAKSANAKAN PENGUKURAN
ANALISIS
1. LEMBAR INFORMASI
Dua senyawa tidak sama jika mereka mempunyai karakteristik GLC berbeda. Jika suatu
senyawa yang tak/belum diketahui adalah kemungkinan senyawa A, dan kemudian
meninjeksikan senyawa murni A sebagai senyawa referensi, makam akan mendapatkan
dua kemungkinan :
1. Data GLC, kebanyakan menggunakan retensi, adalah tidak sama, maka kesimpulannya :
senyawa-senyawa tersebut tidak sama.
2. Data GLC adalah sama : kedua senyawa mungkin mirip/sama, tetapi dapat berbeda
sungguh-suugguh. Sehingga keduanya tidak sama.
Jika kita ingin menguji dengan GLC bahwa dua senyawa adalah sama, maka kita
memerlukan :
Waktu retensi yang diatur hanya untuk pengaturan "the instrument's dead volume". Hal
inipun juga jarang digunakan untuk identifikasi.
Cara yang paling baik adalah menggunakan waktu retensi relatif. Waktu retensi ini
relatif terhadap suatu senyawa standar. Yang lebih baik digunakan adalah waktu retensi
relatif yang terkoreksi (diukur dari puncak udara) :
t’A
tA
t’X
tX
injeks
Senyawa standar Tak diketahui
A= X=
tX
t’X
1) suhu kolom ,
2) jenis dari fasa diam.
Kisaran linier detektor adalah perbandingan dari konsentrasi yang terbesar dengan
yang terkecil.
a. Ketinggian puncak
Ini merupakan cara yang paling mudah dan cepat. Kita dengan mudah
mengukur..ketinggian dari atas suatu puncak sampai ke garis dasar. Untuk
memperoleh garis dasar kita harus menarik garis yang paling baik antara permulaan
dan akhir dari puncak.
1. Pengukuran ketinggian
Ketinggian selalu dinyatakan dalam mm. Cara ini dapat dipertanggung jawabkan
untuk cuplikan sebanyak < 10 Pg.
2. Luas puncak
Cara ini merupakan cara yang paling banyak digunakan baik dengan tangan atau
dengan mesin/secara otomatik, yang dikenal juga dengan nama integrator.
b. Penimbangan
Integrator, lntegrator-integrator menghitung secara otomatis luas permukaan dari
puncak-puncak. Ada dua macam integrator yaitu :
1. Integrator piringan yang bekerja secara mekanik.
2. Integrator digital/angka elektronik merupakan integrator yang paling baik,
tetapi agak mahal. Alat ini mulai dan berhenti mengintegrasi secara otomatik,
memberikan harga-harga untuk luasan dan kadang-kadang mencatat juga waktu
retensi.
4. Faktor-fak(or Koreksi
Faktor-faktor koreksi harus ditentukan karena senyawa-senyawa yang berbeda
mempunyai respon terhadap detektor berbeda pula. Faktor- relatif, misal : terhadap
benzena atau terhadap kornponen lain dari cuplikan. Faktor yang terakhir ini
merupakan bilangan sembarang terhadap 1.0.
Sejauh kertas pencatat mempunyai homogenitas yang tinggi sehingga berat dari suatu
puncak sesuai dengan berat dari komponen cuplikan. Kita dengan mudah
menggunting puncak-puncak
A/W (cuplikan)
=
A/W (benzena)
Untuk cuplikan dan detektor yang spesifik faktor-faktor koreksi berikut ini selalu
dapat digunakan.
Contoh :
untuk FID senyawa faktor koreksi
benzena 1.00
anilin 0.46
asam asetat etanol 0.24
0.75
5. Standardisasi
Disebabkan respon-respon yang berbeda dari detektor tertentu terhadap senyawa-
senyawa organik, maka harus menggunakan senyawa standar. Dengan standar dapat
menghitung faktor-faktor koreksi. Persyaratan terhadap standar adalah :
1. sangat murni
2. inert
3. bercampur dengan cuplikan
4. tidak mudah menguap
5. stabil.
Standarisasi eksternal jumlah yang pasti dari cuplikan murni diinjeksikan. Harga-harga
dari luasan puncak kemudian digambarkan lawan berat-berat senyawa yang diketahui
dan diinjeksikan.
Luas
puncak
Berat cuplikan
catatan : Perhatikan kelinieran dari sistem GLC untuk larutan-larutan tersebut. lni
berarti bahwa :
area/luas
= konstan (c); untuk semua larutan
Konsentrasi
Konsentrasi dari cuplikan A yang tidak diketahui, sekarang dapat ditentukan dari
kurva kalibrasi, atau dari perumusan
Ketidak keuntungan dari cara ini adalah
1. Jumlah yang tepat dari cuplikan harus diinjeksikan
2. Penginjeksian yang dapat hasil-ulang (reproducible)
3. Kalibrasi adalah waktu yang diperlukan.
4. Sensitifitas detector harus tetap konstan
b. Standardisasi internal
Cara ini mempunyai keuntungan utama yaitu tidak memerlukan volume yang
diketahui untuk diinjeksikan. Sehingga tidak membutuhkan penginjeksian yang dapat
diulang
Cara standardisasi internal memberikan persentase berat yang sangat tepat terhadap
komponen-kornponen cuplikan. Caranya adalah sebagai berikut : Cara ini tidak
sensitif relatif terhadap perubahan-perubahan dalam sistem kromatografi (aliran,
kolom, detektor). Standar internal yang dipilih harus mempunyai syarat :
a. kira-kira sifat kimia yang sama seperti cuplikan,
b. kira-kira waktu retensi yang sama seperti senyawa cuplikan, waktu retensi tidak
tepat sama (tidak bersamaan dengan suatu komponen dari cuplikan).
c. Waktu retensi tidak sama (tidak bersamaan dengandengan suatu komponen dari
cuplikan)
Cara standarisasi internal memberikan prosentase berat yang sangat tepat terhadap
komponen-komponen cuplikan. Caranya adalah :
1. Tambahkan pada cuplikan dengan berat yang tepat sejumlah standar internal,
juga berat yang tepat dengan konsentrasi kira sama (biasanya 10%).
2. Tentukan faktor-faktor koreksi dalam suatu analisa yang terpisah, untuk semua
komponen cuplikan yang diukur.
3. Persen berat dari setiap komponen cuplikan dapat dihitung dengan :
Deviasi standar : σ =
σ
σ rel = x 100%
X
2. LEMBAR KERJA
1. Diskusikan dengan teman Anda apa yang akan terjadi jika dalam analisis
dengan GLC jumlah sampel yang diinjeksikan melampaui batas maksimal
(tidak overload).
2. Tinggi pik kromatografi dapat diperoleh dengan menghubungkan garis dasar
(base line) di kedua sisi pik dengan satu garis lurus dan mengukur jarak garis
ini ke puncak pik, pengukuran ini bisa dilakukan dengan tingkat presisi yang
cukup tinggi. Gambarkan dengan kromatogram, sehingga luas pik dapat
dihitung dengan cara menghitung luas segitiga yang terbentuk dari alas pik
dan puncak pik.
3. Kromatografi gas telah digunakan secara berhasil terhadap sejumlah besar
senyawa-senyawa dalam berbagai bidang. Dan digunakan baik terhadap senyawa-
senyawa organik dan anorganik. Jelaskan beberapa contoh kegunaan kromatografi
gas pada bidang-bidang yang besar ruang lingkupnya.
4. Diskusi kelompok diberi waktu 20 menit, dan setiap kelompok mempresentasikan
hasilnya selama 10 menit.
3. EVALUASI
1. Jelaskan tujuan dari analisa kualitatif pada GLC!
2. Kemungkinan-kemungkinan apa saja yang dapat menimbul kankesalahan pada
analisa dengan GLC!
3. Jelaskan cara standardisasi internal dapat memberikan persentase berat yang sangat
tepat terhadap komponen-kornponen cuplikan!
4. Jelaskan syarat-syarat standarisasi internal yang dipilih dalam sistem kromatografi
(aliran, kolom, detektor)!
E. KEGIATAN PEMBELAJARAN 5. MELAKSANAKAN PERHITUNGAN ANALISIS
1. LEMBAR INFORMASI
A
Waktu nol B
C
B A
2 menit C A terpisah dari B
dan C
Molekul
cuplikan
● *▪
● ▪
Fasa bergerak
Fasa cair
Padatan pendukung
Molekul-molekul yang
teruapkan
Ikatan hidrogen (b) merupakan gaya yang penting dalam GLC, sedangkan
(d) hampir tidak terdapat pada GLC, tetapi penting terutama dalam kromatografi
penukar ion.
Jika harga k tetap pada kisaran konsentrasi yang besar, maka kita akan mendapatkan :
LINEAR GLC.
Kondisi untuk GLC linier yang ideal diperoleh jika :
1. Kesetirnbangan dicapai sangat cepat pada setiap saat.
2. Molekul-molekul cuplikan hanya bergerak oleh gaya dari gas
3. Pengangkut; sehingga tidak ada difusi.
4. Pengisian dari kolom harus sama/uniform (setiap bagian mengandung jumlah
sama fasa diam clan fasa bergerak).
Dalam hal cuplikan mengandung lebih dari satu senyawa, maka setiap senyawa akan
mempunyai harga k sendiri-sendiri. Sebagai contoh, bayangkan suatu cuplikan
mengandung molekul-molekul A, B, C, dan D, maka kita akan memperoleh 4 harga
K, : kA, kB, kC, dan kD.
Kecepatan di mana molekul-molekul tersebut bergerak melalui kolom sama dengan
hasil kali kecepatan gas clan bagian dari waktu dalam mana komponen-komponen
tersebut dalam fasa gas. Bayangkan kromatogram berikut :
Udara (N2) mempunyai titik didih yang sangat rendah, tidak ditahan oleh fasa cair.
tR = waktu aatam mana senyawa tetap tinggal.
tR - f' R = waktu dalam mana senyawa bergerak.
Di dalam GLC kita akan banyak bee-bicara tentang dalam mana cuplikan ditahan
oleh kolom; ini disebut pe,7ahanan (the retention time) = tR. Kromatogram gas dari
GLC linier yang ideal untuk hasil analisa empat senyawa A, B, C, dan D akan
memberikan gambaran seperti berikut :
hingga ia
A C
B
waktu
D
waktu
Kita selalu mempunyai G1.C linier yang tidak ideal, karena kolom yang ideal tidak
terdapat. Kalau kita lihat pada kromatogram gas normal, tidak ada puncak-puncak
kecil, tetapi berupa bentuk-bentuk kurva, yang disebut kurva- kurva Gauss, (pelebaran
puncak), atau bila keadaannya lebih jelek akan menghasilkan puncak-puncak berekor
atau pemanjangan di muka.
Hal ini disebabkan adanya :
1. Difusi eddy (olakan) : difusi ini disebabkan oleh kenyataan bahwa kecepatan gas
pengangkut tidak sama di dalam seluruh kolom. Ini disebabkan oleh kenyataan
bahwa bagian-bagian dari pori yang dilalui tidak sama panjang :"MULTIPATH -
EFFECT" (pengaruh jalan berganda).
Keempat faktor ini menyebabkan perbedaan puncak. Faktor- Faktor 1,2,3 menyebabkan
faktor puncak yang simetris. Faktor 4 menyebabkan pelebaran puncak yang tidak
simetris.
Pelebaran-pelebaran puncak terjadi dalam berbagai cara/metoda analisa (misal dalam
spektroskopi). Dalam keadaan yang paling buruk dapat menyebabkan puncak-puncak
saling tindih.
Kita mendifinisikan pemisahan R (resolution), sebagai pemisahan nyata
antara dua puncak berdekatan :
1. Ejfisiensi kolom : pelebaran puncak merupakan hasil dari bentuk kolom dan
kondisi operasi.
2. Effisiensi pelarut : hasil dari interaksi antara cuplikan dengan fasa diam,
effisiensi pelarut menentukan kedudukan relatif dari jalur- jalur solute
pada sebuah kromatogram
a. Effisiensi Kolom
Effisiensi kolom diukur sebagai jumlah pelat teoritis : N. Kita berbicara
tentang "The height equivalent to a theoretical plate, the HETP" (ketinggian
ekuivalen terhadap pelat teoritis) dan didefinisikan sebagai :
L
HETP =
N
Banyak faktor yang mempengaruhi N (atau HETP). Tetapi secara kuantitatif teori
yang menyatakan efek-efek tersebut adalah sangat sukar. Kita akan membicarakan
dua teori :
A. Teori pelat
B. Teori kelajuan/kecepatan.
b. Teori Pelat
Konsep tentang pelat adalah imaginasi : suatu kolom GLC tidak memiliki
pelat-pelat, tetapi merupakan penggambaran dari partikel-- partikel (bentuk
bulatan) yang tertarik/terikat fasa cair seperti halnya dalam GLC. Dasar teori
pelat adalah dari distribusi.
Pelat, atau lebih baik HETP, adalah tinggi (atau panjang) dari kolom yang
cukup untuk tercapainya kesetimbangan antara solute dalam fasa gas
bergerak dan fasa cair yang tetap. Lebih banyak pelat yang dimiliki oleh
kolom, akan memberikan puncak yang lebih kecil, atau efisiensi kolom lebih
baik.
di mana :
x = jarak dari injeksi ke puncak maksimum.
y = panjang dari garis dasar yang terpotong oleh tangen-tangen dari kurva pada
titik-titik pertemuan (biasanya 2/3 dari tinggi).
perumusan yang disederhanakan ini berasal dari hasil teori pelat :
xN = x 2 , dimana σ = deviasi standar dari a
a= ∑(x-x)
n-1
hingga N = x , = x2 (n-1)
∑ (x-x) 2 ∑ (x-x) 2
n-1
X X
N = 16 ( )2; ini berasal : N=( )2
y W
dimana y = 4 σ
(L selalu spesifik untuk suatu kolom).Jumlah pelat teoritis tiap meter dari panjang kolom
disebut :" Performance" dari kolom.
HEPT=A+B/µ + C.µ
µ adalah kecepatan linier gas (atau kelajuan ali ran) melalui kolom; µ
diukur dengan :
panjang kolom (dalam cm)
µ=
waktu penahanan udara (dalam detik)
gas
pengangkut Fasa cair
kolom
Defuse molekul solute
Besaran-besaran yang tepat A, B, dan C dapat ditentukan dari penurunan persamaan van
Deemter. Namun hanya akan meringkas secara praktis agar supaya meningkatkan
efisiensi kolom.
1. Padatan pendukung harus terbuat dari partikel-partikel yang kecil, ukurannya sama;
biasanya dari tanah diatomea yang mempunyai ukuran 100 - 120 mesh.
2. Kecepatan alir gas pengangkut adalah optimum pada HETP minimum.
3. Gas pengangkut dengan berat molekul besar, biasanya N2, untuk analisa yang cepat
dapat digunakan He atau H2
4. Fasa diam yang digiznakan harus mempunyai kekentalan rendah.
5. Banyaknya/jumlah fasa diam yang dipakai biasanya 1 -10% dari berat padatan
pendukung.
6. Perbandingan antara gas pengangkut yang masuk dan yang keluar harus rendah;
tekanan yang masuk 1,5 - 2,5 atm.
7. Pemisahan akan lebih baik pada suhu kolom yang rendah tetapi dengan demikian
waktu analisa menjadi lama.
8. Diameter kolom yang kecil memberikan pemisahan lebih baik (I/8" atau 1/16
inch).
Delapan aturan tersebut akan menaikkan efisiensi kolom, sehingga puncak- puncak
yang terjadi akan sekecil mungkin. Tetapi masih mempunyai dasar lain untuk
menaikkan pemisahan dalam GLC.
d. Efisiensi Pelarut
Suatu hal yang penting dari GLC, bahwa GLC dapat memisahkan senyawa - senyawa
dengan tekanan uap yang sama, yaitu yang mempunyai titik didih yang sama. Pekerjaan
tersebut tak mungkin dilakukan dengan distilasi.
Hal ini dirnungkinkan oleh kenyataan bahwa GLC memiliki fasa cair, yaitu pelarut (fasa
diam). Seperti telah kita ketahui, pelarut mempunyai interaksi yang spesifik dengan
cuplikan. Gaya-gaya ini rnenentukan kelarutan hingga dengan demikian pemisahan dapat
terjadi. Pemisahan tergantung pada harga-harga koefisien partisi K.
Efisien pelarut didefinisikan sebagai : perbandingan dari koefisien-koefisien partisi, atau
waktu-waktu retensi yang teratur.
Koefisien distribusi (= partisi), k, tergantung pada suhu. Harga k turun dengan kenaikan
suhu, karena molekul-molekul akan lebih lama berada dalam fasa gas pada suhu yang
lebih tinggi.
k2
Karena efisiensi pelarut, α = , α tetap pada kisaran suhu tertentu.
k1
Meskipun demikian, pada suhu-suhu yang relatif tinggi, harga k menjadi sangat kecil,
hingga pemisahan akan menurun, karena pemisahan hanya terjadi dalam fasa cair. Dan
pada harga-harga k kecil, kebanyakan molekul- molekul solute berada dalam fasa gas.
Sehingga untuk mencapai pemisahan- pemisahan GLC yang lebih baik suhu-suhu yang
lebih rendah harus digunakan.
Waktu minimum yang dihabiskan dalam fasa cair rata-rata 50% dari waktu retensi. Ini
berarti bahwa tR adalah lebih dari dua kali harga dari waktu retensi udara. Hingga
kromatogram yang baik mempunyai bentuk seperti ini :
injeksi Puncak
Daerah kromotogram untuk
Udara pemisahan puncak yang baik
injeksi
Puncak
Dari perumusan berikut kita akan dapat menghitung pelat teoritis yang dibutuhkan, jadi
panjang yang dibutuhkan untuk pemisahan yang baik, adalah menghitung jumlah suatu
kolom, yang baik :
α K2’ + 1
N yang dibutuhkan = 16 R2 ( )2 = ( )2
α-n K2’
R = pemisahan (resolution)
α = efisiensi pelarut.
e. Suhu Kolom
Suhu kolom merupakan hal yang penting dalam pemisahan-pemisahan GLC. Tetapi
suhu kolom tidak dapat dipilih. Koefisien partisi, k, sangat tergantung pada suhu.
Sebagai aturan umum dapat dinyatakan sebagai berikut : Kenaikan sebesar 30o C dalam
suhu kolom akan menurunkan setengah harga k, jadi menurunkan juga setengah dari
waktu retensi, hingga suhu-suhu kolom yang lebih tinggi akan menurunkan waktu
analisa. Tetapi, biasanya pemisahan dapat ditingkatkan dengan penurunan suhu kolom.
Ini berarti harus ada suhu kolom optimum dalarn analisa GLC.
Pada umumnya ada aturan yaitu : Suhu kolom yang paling baik adalah harga rata-rata
dari titik didih dari cuplikan. Tentu saja hal inipun masih tergantung pada persentase dari
fasa cair pada padatan pendukung. Jumlah yang tinggi dari fasa cair akan memerlukan
suhu kolom yang lebih tinggi.
Dalam menentukan suhu kolom harus memperhatikan suhu maksimum yang
diperbolehkan dari fasa cair yang digunakan, terjadi"colum bleeding" (= penguapan dari
fasa diam). Meskipun demikian setiap suhu yang digunakan harus di atas titik lebur dari
senyawa atau cuplikan.
GLC berkembang sangat cepat, saat sekarang telah ada beberapa ratus fasa diam.
Karena banyaknya jenis fasa diam sering kesukaran dalam memilih fasa cair yang
dipersyaratkan untuk pemisahan.
f. Pemilihan yang tepat fasa diam untuk GLC
Pendugaan secara kuantitatif terhadap waktu retensi tetap merupakan persoalan yang
sangat sukar dalam teori GLC. Di dalam praktek tidak membutuhkan pendugaan
tersebut, karena dalam kebanyakan analisa GLC bekerja dengan senyawa-senyawa yang
tidak diketahui.
Untuk pemisahan dengan GLC terhadap senyawa-senyawa organik bekerja dengan
kaidah/aturan yang agak sederhana : "like dissolves like" (Latin Similia similibus
solventur). Keadaan ini sesuai dengan aturan dalam pemilihan pelarut untuk sejenis
senyawa organik yang tertentu.
Dalam GLC hal ini terutama didasarkan pada cuplikan larutan dalam fasa cair. Dimana
polaritas dari komponen cuplikan dan fasa diam harus sama untuk memperoleh
pemisahan GLC yang baik. Sehingga senyawa polar akan terpisah dengan baik pada
fasa cair yang polar dan senyawa-senyawa yang non-polar akan terpisah dengan baik
pada fasa cair non-polar.
Berikut kita bagi fasa diam menjadi tiga kelompok :
1. Non polar
2. Semi polar (antara I dan 3)
3. Polar.
C-O-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3
װ
O
Gugus yang dapat terpolarisasi
Fasa cair yang dikenal dengan nama dagang ; SAE -52, merupakan
polimer dengan silikon dengan struktur :
Fasa semi polar ini ternyata mempunyai kemiripan dengan fasa -fasa non polar, yang
memisahkan senyawa-senyawa polar dan non polar sesuai dengan berat molekul, jadi
sesuai juga dengan titik didihnya.
Campuran dari senyawa-senyawa polar dan non polar juga terpisahkan sesuai
dengan berat molekulnya. Hingga jika titik didih senyawa tersebut sama, maka
senyawa yang polar akan mempunyai waktu retensi yang paling rendah/pendek.
Ini disebabkan dengan ti tik didih yang sama, senyawa yang polar akan
mempunyai berat molekul yang paling rendah.
R R
Ι Ι
H O - CH - CH 2 -(0- CH - CH 2 )n - OH
Jenis Carbowax tergantung pada harga dari n (= derajad polimerisasi) dan gugus
R, misal : Carbowax 20 M. Poliester juga termasuk dalam golongan fasa-fasa cair
polar. Sering digunakan ester -ester dari asam- asam di karboksilat alifatik atau
aromatik.dan etilen glikol.
Fasa-fasa cair polar dapat mempunyai sifat baik sebagai penerima (acceptors)
maupun pemberi (donor) ikat an hidrogen. Sehingga fasa cair tersebut dapat
memisahkan campuran senyawa -senyawa polar dan non polar dalam suatu
cuplikan yaitu dengan menahan komponen - komponen polar.
Penerima pemberi
Fasa-fasa cair juga dikelompokkan/dibagi menjadi beberapa klas, dalam hai ini
menjadi 4 klas, jika didasarkan atas polaritas; akan membentuk ikatan - ikatan
hidrogen. Pada umumnya urutan berikut untuk menyatakan ikatan H yang diterima
menurun :
O R
R-O-R R-C RC C=O R-CN R-NO 2
OR R
semua polyester SE - 30
Dimetil sulfolan SF - 96
Dibutil tetra kloroftolat DC - 200
SAIB DOQ - 11
Trieresil fosfat Squalane
STAP Hexadecane
Densil sianida Apikson
H exan V-1
Propiler Karbonat
Q F-1
Poligenil eter
OV-17
Berikut adalah tabel "campuran" klas yang perlu diketahui. tabel inipun didasarkan
pada "like dissolves like" :
1). Kompleksperaknitrat
Ion-ion perak membentuk hasil addisi yang dapat balik dengan olefin - olefin. Hingga
dengan demikian senyawa-senyawa olefin dalam cuplikan dapat ditahan secara selektif.
2). Padatan pendukung dari kolom GLC dapat ditambah den -Ran KOH. Dengan
cara ini penyerapan dapat terjadi. Misal, pemisahan terhadap O, M dan p toluidin.
CH3 I
3). Fasa diam yang sedang dikembangkan adalah : Durapak.
Di sini padatan pendukung terikat secara kimia pada fasa cair. Struktur dari
Durapak adalah sebagai berikut :
padatan pendukung
1. Dalam semua hal di atas titik lebur dari fasa cair, tetapi di bawah suhu
maksimum yang diperbolehkan dari fasa cair.
2. Dalam praktek suhu kolom berdasarkan atas kompromi, Suhu-suhu yang rendah
memberikan pemisahan lebih baik, ictapi waktu retcnsi Iebih panjang. Kompromi :
kira-kira sama dengan rata-rata dari titik didih dari cuplikan.
3. Waktu retensi mcnjadi lipat dua untuk sctiap 30°C penurunan suhu kolom.
c). Suhu detektor
Cukup tinggi untuk mencegah kondensasi dari cuplikan. Keadaan ini dapat dilihat pada
kromatogram dengan adanya pelebaran puncak atau hilangnya puncak.
- Dengan TCD, suhu detektor harus tetap dijaga, tetap : ± 0,1 °C.
Suhu kolom dalam GLC dapat dibuat tetap atau dapat divariasi/diprogram. Yang
terakhir disebut kromatografi gas dengan suhu yang diprogram (Programmed
Temperature Gas Chromatography = PTGC).
Pada pemisahan-pemisahan dengan GLC dengan suhu yang tetap (isothermal), hanya
dapat memisahkan komponen-komponen dari cuplikan dengan perbedaan titik didih
maksimum kira-kira 100°C. Akibatnya waktu- waktu retensi sangat tinggi untuk
komponen-komponen yang memiliki titik didih yang paling tinggi. Lebih lanjut
bentuk puncak yang diperoleh menjadi jelek.
Pada kromatografi gas dengan suhu yang diprogram kita dapat bekerja mula- mula
dengan suhu kolom rendah dan kemudian secara otomatis suhu dinaikkan. Bila
digambarkan mempunyai bentuk seperti :
Catatan :
Suatu campuran dengan titik didih tinggi akan membeku dalam kolom pada suhu
permulaan yang rendah, sehingga tidak boleh memasukkan/menginjeksikan cuplikan.
Alternatif rnengubah senyawa tersebut menjadi turunannya yang mempunyai titik didih
yang rendah.
2. LEMBAR KERJA
3. EVALUASI
1. Jelaskan hal-hal apa saja yang dapat menyebabkan pada kromatogram gas normal,
tidak ada puncak-puncak kecil, tetapi berupa bentuk-bentuk kurva, yang disebut
kurva-kurva Gauss, (pelebaran puncak), atau bila keadaannya lebih jelek akan
menghasilkan puncak-puncak berekor atau pemanjangan di muka!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan "like, dissolves like" pada GLC!
3. Jelaskan 4 kondisi untuk GLC linier yang ideal!
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan effisiensi kolom yang diukur sebagai
jumlah pelat teoritis : N. atau "The height equivalent to a theoretical plate, the
HETP" (ketinggian ekuivalen terhadap pelat teoritis)!
5. Polaritas dari komponen cuplikan dan fasa diam harus sama untuk memperoleh
pemisahan GLC yang baik, jelaskan pembagian fasa diam tersebut berdasarkan
tingkat kepolaran!
6. Sebutkan 3 jenis fasa cair non polar yang anda ketahui!
7. jelaskan pembagian fasa cair berdasarkan Ikatan Hidrogen!
8. Sebutkan tiga macam suhu yang penting untuk pemisahan yang baik dalam
kromatografi gas/GLC/GC!
DAFTAR PUSTAKA
1. McNair & E.J.Bonelli, 1988, Dasar Kromatografi Gas, Penerbit ITB Bandung
2. Skoog, Doughlas, A and James J Leary, 1992, Principles of Instrumental Analysis,
Saunders College Publishing, New York.
3. Mulya Suryadarma, dkk. 2004, Pengembangan Metode Analisis, Airlangga Press,
Surabaya.