Laporan Pemeriksaan Kepatuhan Atas Peraturan Perundang
Laporan Pemeriksaan Kepatuhan Atas Peraturan Perundang
Laporan Pemeriksaan Kepatuhan Atas Peraturan Perundang
KATA PENGANTAR
i
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat dan ridho-Nya, kepada penulis sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengawasan dan
Pengendalian Internal Pemerintah secara berkelompok. Penulis yakin bahwa makalah ini
masih banyak kekurangannya. Segala saran dan kritik dari manapun datangnya akan
penulis terima dengan segala senang hati demi kesempurnaan makalah ini guna memenuhi
harapan sebagai penerus bangsa.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB IV KESIMPULAN…................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA………………………………………..……… 20
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keuangan negara merupakan salah satu unsur pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan
negara dan mempunyai manfaat yang sangat penting guna mewujudkan tujuan negara untuk
mencapai masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera sebagaimana diamanatkan dalam
PembukaanUUD1945.
.
Untuk mencapai tujuan negara tersebut, selanjutnya melalui ketentuan Pasal 23E ayat (1)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, negara mengadakan satu BPK
yang bebas dan mandiri yang memiliki tugas dan kewenangan untuk melakukan pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) No. 1 Tahun 2017
menyatakan bahwa badan pemeriksaan keuangan adalah sebagai berikut:
“lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945”.
Sedangkan didalam UUD 1945 menyatakan bahwa Badan Pemeriksaan Keuangan atau yang
disingkat dengan BPK adalah Lembaga yang bebas dan mandiri. Dari uraian definisi diatas di atas
penulis dapat menarik kesimpulan bahwa badan pemeriksaan keuangan adalah suatu lembaga
pemeriksaan keuangan pemerintah di Indonesia yang sifatnya independent dan mandiri dalam
melakukan tugasnya.
Upaya mewudjudkan tujuan negara memerlukan ketertiban semua lapisan masyarakat.
Dalam hal itu masyarakat perlu memiliki pemahaman cukup untuk mengenal segenap lembaga
yang memiliki kewenangan dan kewajiban untuk menegakkan pemerintah yang baik yang bebas
dari KKN, terutama BPK sebagai lembaga pemeriksaan yang bebas dan mandiri. Dengan
Demikian ditemukan suatu gagasan melalui pembahasan dan penelitian untuk memberikan
pemahaman mengenai bagaimana BPK berperan penting untuk menciptakan pemerintahan yang
baik dalam menjalankan tugas dan wewenangnya sebagai Badan Pemeriksa Keuangan
berdasarkan UndangUndang.
1
Sistem ketatanegaraan Indonesia telah mengatur dan menempatkan posisi Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia 1945 (UUD 1945) sebagai hukum dasar tertulis yang tertinggi dan
menjadi pedoman bagi semua peraturan perundang- undangan yang ada di bawahnya, sehingga
dalam konsep negara hukum Indonesia makna dari supremasi hukum tertuju pada penyelenggaraan
bernegara dan pemerintahan dengan berdasarkan supremasi konstitusi. Keberadaan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai salah satu lembaga
negara merupakan implementasi dari pembagian kekuasaan secara horizontal. Dewan Perwakilan
Rakyat merupakan institusi yang memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi
pengawasan, sedangkan Badan Pemeriksa Keuangan merupakan institusi dengan fungsi utama
memeriksa keuangan negara. Dalam sistem kekuasaan di Indonesia, UUD 1945 membedakan
cabang-cabang kekuasaan negara dalam bidang Legislatif, eksekutif dan yudikatif. Legislatif
meliputi Majelis Permusyawaran Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD). Bidang Eksekutif yaitu Presiden dan Wakil Presiden , dan Yudikatif
yaitu Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah Konstitusi (MK). Lembaga-lembaga negara itulah
yang melaksanakan fungsifungsi kekuasaan negara yang utama (main states functions atau
principal statis functions Hubungan antara lembaa-lembaga negara trsebut di atur sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi pemusatan kekuasaan pada salah satu institusi negara saja, sehingga
dibutuhkanlah prinsip checks and balances. Prinsip checks and balances menunjukkan bahwa
adanya kesetaraan diantara lembaga-lembaga negara, termasuk DPR dengan BPK. Checks and
balances itu merupakan bentuk konkrit/implementasi dari pengawasan yang dilakukan oleh kedua
lembaga tersebut.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
laporan hasil pemeriksaan atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dalam
kerangka pemeriksaan laporan keuangan. Peraturan perundang-undangan yang
mempengaruhi opini pemeriksa hanyalah ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan yang terkait dengan penyajian laporan keuangan. Dengan demikian tidak semua
penyimpangan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan menjadi pertimbangan
dalam opini pemeriksa.
Pemeriksaan laporan keuangan yang dilaksanakan oleh BPK berpedoman pada Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan dalam peraturan BPK No. 1 Tahun 2007.
Standar pemeriksaan keuangan negara memuat persyaratan professional pemeriksa, mutu
pelaksanaan pemeriksaan, dan persyaratan laporan pemeriksaan yang professional. Tujuan Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) adalah untuk menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa
dan organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara. Berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas laporan keuangan harus mengungkapkan bahwa pemeriksa
telah melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan. Hasil pemeriksaan
keuangan disajikan dalam tiga bagian yaitu laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan yang
memuat opini, laporan hasil pemeriksaan atas sistem pengendalian intern (SPI) dan laporan hasil
pemeriksaan atas ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan.
4
Berdasarkan bulletin teknis Standar Pemeriksaan Keuangan Negara No. 01 tentang pelaporan hasil
pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah, paragrap 13 tentang jenis opini disebutkan:
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan Standar Akuntansi
pemerintahan (SAP).
Wajar Dengan Pengecualian (WDP) memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang
dikecualikan.
Tidak Wajar (TW) memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara
wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP.
Pernyataan Menolak Memberikan Opini atau Tidak Memberikan Pendapat (TMP) menyatakan
bahwa pemeriksa tidak menyatakan opini atas laporan keuangan.
meminta dokumen yang wajib disampaikan oleh pejabat atau pihak lain yang berkaitan
dengan pelaksanaan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
5
mengakses semua data yang disimpan di berbagai media, aset, lokasi, dan segala jenis
barang atau dokumen dalam penguasaan atau kendali dari entitas yang menjadi objek
pemeriksaan atau entitas lain yang dipandang perlu dalam pelaksanaan tugas
pemeriksaannya.
melakukan penyegelan tempat penyimpanan uang, barang, dan dokumen pengelolaan
keuangan negara.
meminta keterangan kepada seseorang.
memotret, merekam dan/atau mengambil sampel sebagai alat bantu pemeriksaan.
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
Pelaporan tentang kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan,
Pelaporan tentang pengendalian internal.
Salah satu hasil pemeriksaan atas laporan keuangan laporan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan. Auditor harus merancang untuk memberikan keyakinan yang memadai guna
mendeteksi salah saji material yang disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap ketentuan
perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan
keuangan .
3.2 Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan
Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-Undangan merupakan penyimpangan/
pelanggaran terhadap Peraturan Perundang-Undangan. Ketidakpatuhan terhadap Peraturan
Perundang-Undangan merupakan kelemahan yang terjadi akibat adanya kerugian daerah, potensi
kerugian daerah, kekurangan penerimaan, kelemahan administrasi, ketidakhematan/ pemborosan,
ketidakefesienan dan ketidakefektifan (Badan Pemeriksa Keuangan, 2011). Ketidakpatuhan
terhadap regulasi merupakan salah satu bentuk pelanggaran yang dapat mempengaruhi opini BPK
Ketidakpatuhan bertentangan dengan prinsip prinsip penganggaran di sektor publik yaitu
hemat, efektif dan efesien. Di dalam SPKN disebutkan akuntabilitas pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara diperlukan untuk dapat mengetahui pelaksanaan program yang dibiayai
dengan keuangan negara, tingkat kepatuhannya terhadap ketentuan peraturan perundang undangan
yang berlaku, serta untuk mengetahui tingkat kehematan, efesiensi dan efektivitas dari program
tersebut.
Sistem akuntansi pemerintahan (SAP) merupakan acuan wajib dalam menyajikan laporan
keuangan entitas pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah. Pengguna laporan keuangan
menggunakan sistem akuntansi pemerintahan (SAP) untuk dapat memahami informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan. Sedangkan auditor eksternal menggunakan sistem akuntansi
pemerintahan (SAP) sebagai kriteria dalam melaksanakan audit, dengan demikian sistem
akuntansi pemerintahan (SAP) digunakan sebagai penyatu persepsi antara pengguna dan auditor
laporan keuangan.
Dalam melaksanakan pemeriksaan, pemeriksa harus mempertimbangkan resiko terjadinya
kecurangan (fraud), yang terjadi karena adanya kesempatan yang memungkinkan terjadinya
kecurangan, alasan atau sifat seseorang yang dapat menyebabkan kecurangan. Laporan atas
ketidakpatuhan mengungkapkan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-
8
undangan termasuk pengungkapan atas penyimpangan administrasi, pelanggaran atas perikatan
perdata maupun penyimpangan yang mengandung unsur tindak pidana dan ketidakpatutan yang
signifikan. Jika terdapat temuan pemeriksaan, BPK memberikan rekomendasi yang merupakan
tindakan untuk perbaikan guna peningkatan kinerja atas permasalahan yang terjadi.
Rekomendasi dapat meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan,
memperbaiki pengendalian intern, menghilangkan ketidakpatutan. Kondisi yang bisa
mengindikasikan resiko terjadinya kecurangan:
Lemahnya manajemen yang tidak bisa menerapkan pengendalian intern yang ada atau tidak
bisa mengawasi proses pengendalian.
Pemisahan tugas yang tidak jelas terutama yang berkaitan dengan tugas-tugas pengendalian
dan pengamanan sumber daya.
Transaksi – transaksi yang tidak lazim dan tanpa penjelasan yang memuaskan.
Kasus dimana pegawai cenderung menolak liburan atau menolak promosi.
Dokumen-dokumen yang hilang atau tidak jelas, atau manajemen selalu menunda memberikan
informasi tanpa alasan yang jelas.
Informasi yang salah atau membingungkan.
Dalam PSP No. 03 tentang standar pelaporan pemeriksaan atas laporan keuangan
dinyatakan bahwa laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus mengungkapkan bahwa
pemeriksa telah melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan.
Pemeriksaan laporan keuangan untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan dari ketentuan
perundangundangan, kecurangan (fraud) serta ketidakpatutan (abuse).
BPK dalam melaksanakan pemeriksaan selalu berusaha mendeteksi adanya situasi
dan/atau peristiwa yang merupakan indikasi kecurangan dan/atau ketidakpatutan. Ketidakpatutan
adalah perbuatan yang jauh berada diluar pikiran yang masuk akal atau diluar praktik-praktik sehat
yang lazim. Bila ketidakpatutan terjadi mungkin saja tidak ada hukum atau ketentuan peraturan
perundang-undangan yang dilanggar.
Pertimbangan dalam penetapan opini, pengujian atas kepatuhan harus dimuat dalam LHP
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dalam hal pemeriksa menemukan
ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dalam pemeriksaan keuangan.
Laporan atas kepatuhan mengungkapkan:
9
Ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan termasuk pengungkapan
atas penyimpangan administrasi, pelanggaran atas perikatan perdata, maupun penyimpangan
yang mengandung unsur tindak pidana.
Ketidakpatuhan yang signifikan, sama halnya seperti LHP SPI, LHP atas ketidakpatuhan
diterbitkan jika dan hanya jika ditemukan ketidakpatuhan oleh pemeriksa selama melakukan
pemeriksaan.
10
melakukan pengujian dan penilaian atas pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah.
Peraturan BPK No. 1 tahun 2007 tentang standar pemeriksaan keuangan negara menyatakan
bahwa laporan atas pengendalian intern harus mengungkapkan kelemahan dalam pengendalian
intern atas pelaporan keuangan yang dianggap sebagai kondisi yang dapat dilaporkan.
Undang-Undang No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 58 ayat (1) dan (2)
menyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara, presiden selaku kepala pemerintah mengatur dan
menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan pemerintah secara menyeluruh dan
SPI ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Pengaturan tentang sistem pengendalian intern (SPI)
terdapat dalam Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2008.
Dalam Bab I Pasal 1 butir 1 disebutkan bahwa Sistem Pengendalian Intern (SPI) adalah proses
yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan
seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Penerapan sistem pengendalian intern di instansi pemerintah disebut dengan sistem pengendalian
intern pemerintah (SPIP), dimana pada pasal 3 disebutkan bahwa SPIP terdiri dari lima
unsur/komponen. Suatu SPIP dikatakan baik jika memenuhi lima komponen, yaitu:
Lingkungan pengendalian dalam instansi pemerintah yang memengaruhi efektivitas
pengendalian intern.
Penilaian risiko atas kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran
instansi pemerintah.
Kegiatan pengendalian untuk mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan
prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif.
Informasi dan komunikasi. Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat digunakan
untuk pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi
pemerintah. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dengan
menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
mendapatkan umpan balik.
11
Pemantauan pengendalian intern atas mutu kinerja SPI dan proses yang memberikan keyakinan
bahwa temuan audit dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti.
Pemahaman tentang temuan audit atas sistem pengendalian intern (SPI) adalah hasil audit
yang menjelaskan semua hal yang berkaitan dengan kelemahan dalam pengendalian intern atas
pelaporan keuangan yang dianggap sebagai kondisi yang dapat dilaporkan.
Dalam melaporkan kelemahan pengendalian intern atas pelaporan keuangan, pemeriksa
harus mengidentifikasi kondisi yang dapat dilaporkan secara sendiri-sendiri atau secara kumulatif
merupakan kelemahan yang material. Pemeriksa harus menempatkan temuan tersebut dalam
perspektif yang wajar. (Mardiasmo, 2012). Kelemahan sistem pengendalian intern merupakan
kelemahan yang berakibat pada temuan berupa kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan
pelaporan, kelemahan sistem pengendalian, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja,
kelemahan struktur pengendalian intern.
Sistem pengendalian intern yang telah dibangun oleh instansi pemerintah tertentu akan
menjadi tidak efektif dalam mengatasi penyimpangan jika terjadi kolusi diantara pihak-pihak yang
terkait dan terjadi pengabaian oleh manajemen atas sistem pengendalian intern tersebut.
Menurut Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commission (COSO’s) 2013,
tujuan dari sistem pengendalian intern yaitu sebagai berikut:
Reliabilitas Pelaporan Keuangan, dalam hal ini manajemen bertanggung jawab untuk
menyiapkan laporan bagi para investor, kreditor, dan pemakai lainnya. Manajemen
memikul baik tanggung jawab hukum maupun profesional untuk memastikan bahwa
informasi telah disajikan secara wajar sesuai dengan persyaratan pelaporan seperti prinsip-
prinsip akuntansi. Tujuan pengendalian intern yang efektif atas laporan keuangan adalah
mematuhi tanggung jawab pelaporan keuangan tersebut.
Efisiensi dan Efektivitas Operasi, pengendalian dalam perusahaan akan mendorong
pemakai sumber daya secara efisien dan efektif untuk mengoptimalkan sasaran-sasaran
perusahaan. Tujuan yang penting dari pengendalian ini adalah memperoleh informasi
keuangan dan nonkeuangan yang akurat tentang operasi perusahaan untuk keperluan
pengambilan keputusan.
Ketaatan pada Hukum dan Peraturan, Section 404 mengharuskan semua perusahaan publik
mengeluarkan laporan tentang keefektifan pelaksanaan pengendalian intern atas pelaporan
12
keuangan. Selain itu, pihak manajemen dan karyawan juga dituntut untuk selalu mematuhi
setiap peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan.
Pemeriksa BPK diharuskan menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam
menentukan apakah telah terjadi kasus kelemahan pengendalian intern atau tidak, serta apakah
temuan tersebut cukup material untuk dilaporkan atau tidak. seLAIN itu pengukuran sistem
penegndalian intern dapat diketahui dengan jumlah temuan dalam aktivitas pengendalian intern
yang dapat menimbulkan kasus-kasus kelemahan sistem pengendalian intern disetiap pemerintah
daerah.
Berdasarkan peraturan BPK nomor 2 tahun 2017 tentang Pemantauan Pelaksanaan Tindak
Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan BPK, hasil penelaahan diklasifikasi dalam empat status
yaitu:
tindak lanjut telah sesuai dengan rekomendasi,
13
tindak lanjut belum sesuai dengan rekomendasi,
rekomendasi belum ditindaklanjuti,
rekomendasi tidak dapat ditindaklanjuti.
Tindak lanjut sesuai rekomendasi merupakan proses upaya perbaikan pada rekomendasi yang
diberikan atas audit yang dilakukan oleh BPK ditahun sebelumnya, sehingga dapat meningkatkan
kualitas laporan keuangan di tahun berikutnya. Perbaikan-perbaikan kelemahan dalam
pengelolaan keuangan negara akan meningkatkan kualitas laporan keuangan. penyelesaian tindak
lanjut hasil pemeriksaan menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi auditor untuk menentukan
opini audit pada LKPD/LKPP ditahun selanjutya.
Rekomendasi BPK secara umum dapat ditindaklanjuti dengan cara penyetoran uang/aset ke
negara/ daerah/ perusahaan atau melengkapi pekerjaan/ barang, tindakan administratif berupa
pemberian peringatan, teguran, dan/ atau sanksi kepada para penanggungjawab dan/ atau
pelaksana kegiatan. Tindakan administratif juga dapat berupa tindakan koreksi atas penatausahaan
keuangan negara/ daerah/ perusahaan, melengkapi bukti pertanggungjawaban, dan perbaikan atas
sebagian atau seluruh sistem pengendalian internal. Laporan tindak lanjut hasil temuan dan
rekomendasi dalam laporan pemeriksaan menunjukkan kualitas dari laporan hasil pemeriksaan dan
menjadi efektif jika rekomendasi tersebut dilaksanakan oleh organisasi yang diperiksa.
14
3. Direktorat Jenderal Bea Cukai belum mengenakan Bea masuk tambahan
diantaranya Bea Masuk Anti Dumping thd pengeluaran barang Hot Rolled
Plate dari kawasan Bebas Tujuan Tempat Lain Dalam Daerah Pabean (TLDDP)
sebesar Rp34,05 miliar
15
pelaksanaan belanja, serta menindaklanjuti penyelesaian kelebihan
pembayaran/penyimpangan pelaksanaan belanja
6. Menetapkan kriteria dan Prosedur penyesuaian dlam perhitungan
pengalokasian DAK Fisik.
16
9. Skema Pengalokasian anggaran dan realisasi pendanaan pengadaan
tanah PSN pada pos pembiayaan mengakibatkan LKPP belum
menggambarkan informasi belanja dan Defisit sesungguhnya
17
BAB IV
KESIMPULAN
18
9. Berkordinasi dengan instansi terkait untuk menyusun rencana perbaikan
tata kelola, standard an kebijakan akuntansi terkait alokasi dana
pengadaan Tanah untuk PSN.
19
DAFTAR PUSTAKA
Pemerintahan
Laporan Hasil Pemeriksaaan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2018
20