Penatalaksanaan Hipertensi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

PENATALAKSANAAN HIPERTENSI

Dosen Pembimbing

Herda Ariyani, M.farm., Apt

Disusun Oleh

Rahmi Rizkiani (1848201110119)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

TAHUN AJARAN 2019/2020


PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi (silent killer) dan perannya


terhadap gangguan jantung dan otak tidak diragukan lagi. Survey kesehatan
rumah tangga tahun 1995 menunjukkan prevalensi hipertensi semakin meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan darah
berada pada nilai 130/80 mmHg atau lebih. Kondisi ini dapat menjadi berbahaya,
karena jantung dipaksa memompa darah lebih keras ke seluruh tubuh, hingga
bisa mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit, seperti gagal ginjal, stroke, dan
gagal jantung.

Tekanan darah tinggi/hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi


peningkatan tekanan darah secara kronis (jangka waktu lama). Penyakit ini
adalah salah satu jenis penyakit yang sangat berbahaya.

Penderita hipertensi di dunia saat ini diperkirakan mencapai lebih dari 800
juta orang. Sebanyak 10-30% dari jumlah penduduk dewasa hampir di setiap
Negara. Berdasarkan data Lancet (dalam McMarthy, 2010), jumlah penderita
hipertensi di seluruh dunia terus meningkat. Di India, penderita hipertensi
mencapai 60,4 juta orang pada tahun 2002 dan diperkirakan 107,3 juta orang
pada tahun 2025. Di China, 98,5 juta orang dan bakal jadi 151,7 juta orang pada
tahun 2025. Di bagian lain di Asia, tercatat 38,4 juta penderita hipertensi pada
tahun 2000 dan diperkirakan menjadi 67,4 juta orang pada tahun 2025. Di
Indonesia, mencapai 17-21% dari populasi penduduk dan kebanyakan tidak
terdeteksi. Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta
orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15%
pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita
hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena
tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor risikonya, dan 90% merupakan
hipertensi esensial. Hari hipertensi di dunia diperingati setiap tanggal 17 Mei.
Tanggal ini ditetapkan oleh WHO sejak 2005.
ISI

1. Definisi

Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan


pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan.
Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena
termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih
dahulu sebagai peringatan bagi korbannya.

Hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah meningkat


melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan
usia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian
besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui (hipertensi essential). Penyebab
tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut jantung,
peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan peningkatan
volume aliran darah.

Penyakit hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang ditandai


oleh meningkatnya tekanan darah dalam tubuh. Seseorang yang terjangkit
penyakit ini biasanya berpotensi mengalami penyakit-penyakit lain seperti stroke,
dan penyakit jantung.

Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipertensi


adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik karena gangguan
pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.

2. Patofisiologi hipertensi

Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan


penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,
aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl
akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan
tekanan darah (Anggraini, 2008).
Renin

Angiotensin I

Angiotensin I Converting Enzyme (ACE)

Angiotensin II

↑ Sekresi hormone ADH rasa haus Stimulasi sekresi aldosteron dari


korteks adrenal

Urin sedikit → pekat & ↑osmolaritas


↓ Ekskresi NaCl (garam) dengan
mereabsorpsinya di tubulus ginjal

Mengentalkan

↑ Konsentrasi NaCl
di pembuluh darah
Menarik cairan intraseluler → ekstraseluler

Diencerkan dengan ↑ volume


Volume darah ↑ ekstraseluler

↑ Tekanan darah
↑ Volume darah

↑ Tekanan darah

Skema .1. Patofisiologi hipertensi.


(Sumber: Rusdi & Nurlaela Isnawati, 2009)
Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem
sirkulasi dilakukan oleh aksi memompa dari jantung (cardiac output/CO)
dan dukungan dari arteri (peripheral resistance/PR). Fungsi kerja masing-
masing penentu tekanan darah ini dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai
faktor yang kompleks. Hipertensi sesungguhnya merupakan abnormalitas
dari faktor-faktor tersebut, yang ditandai dengan peningkatan curah
jantung dan / atau ketahanan periferal. Selengkapnya dapat dilihat pada
bagan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah

(Sumber: Kaplan, 1998 dalam Sugiharto, 2007)

3. Klasifikasi hipertensi
Beberapa klasifikasi hipertensi:
a. Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7
Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education
Program merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari 46
professional sukarelawan, dan agen federal. Mereka mencanangkan
klasifikasi JNC (Joint Committe on Prevention, Detection, Evaluation,
and Treatment of High Blood Pressure) pada tabel 1, yang dikaji oleh
33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat.
Tabel 1
Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention,
Detection, Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)
Kategori Kategori Tekanan dan/ Tekanan
Tekanan Tekanan Darah atau Darah
Darah Darah Sistol Diastol
menurut JNC menurut JNC (mmHg) (mmHg)
7 6
Normal Optimal < 120 dan < 80
Pra- 120-139 atau 80-89
Hipertensi
- Nornal < 130 dan < 85
- Normal- 130-139 atau 85-89
Tinggi
Hipertensi: Hipertensi:
Tahap 1 Tahap 1 140-159 atau 90-99
Tahap 2 - ≥ 160 atau ≥ 100
- Tahap 2 160-179 atau 100-109

Tahap 3 ≥ 180 atau ≥ 110

Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang


sebelumnya dipertimbangkan normal ternyata menyebabkan
peningkatan resiko komplikasi kardiovaskuler. Data ini mendorong
pembuatan klasifikasi baru yang disebut pra hipertensi.
b. Klasifikasi Menurut WHO (World Health Organization)
WHO dan International Society of Hypertension Working Group
(ISHWG) telah mengelompokkan hipertensi dalam klasifikasi optimal,
normal, normal-tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan
hipertensi berat.

Tabel 2
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
Tekanan Tekanan
Kategori Darah Sistol Darah Diatol
(mmHg) (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Normal-Tinggi 130-139 85-89
Tingkat 1 90-99
140-159
(Hipertensi Ringan)
Sub-group: 90-94
140-149
perbatasan
Tingkat 2 (Hipertensi 100-109
160-179
Sedang)
Tingkat 3 (Hipertensi ≥ 110
≥ 180
Berat)
Hipertensi sistol
terisolasi ≥ 140 < 90
(Isolated systolic
hypertension)
Sub-group: 140-149 <90
perbatasan

c. Klasifikasi Menurut Chinese Hypertension Society


Menurut Chinese Hypertension Society (CHS) pembacaan
tekanan darah <120/80 mmHg termasuk normal dan kisaran 120/80
hingga 139/89 mmHg termasuk normal tinggi.
Tabel 3
Klasifikasi Hipertensi Menurut CHS
Tekanan Darah Tekanan Darah CHS-2005
Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
< 120 < 80 Normal
120-129 80-84 Normal-Tinggi
130-139 85-89
Tekanan Darah
Tinggi
140-159 90-99 Tingkat 1
160-179 100-109 Tingkat 2
≥ 180 ≥ 110 Tingkat 3
≥ 140 ≤ 90 Hypertensi
Sistol Terisolasi

d. Klasifikasi menurut European Society of Hypertension (ESH)


Klasifikasi yang dibuat oleh ESH adalah:
1) Jika tekanan darah sistol dan diastol pasien berada pada kategori
yang berbeda, maka resiko kardiovaskuler, keputusan pengobatan,
dan perkiraan afektivitas pengobatan difokuskan pada kategori
dengan nilai lebih.
2) Hipertensi sistol terisolasi harus dikategorikan berdasarkan pada
hipertensi sistol-diastol (tingkat 1, 2 dan 3). Namun tekanan diastol
yang rendah (60-70 mmHg) harus dipertimbangkan sebagai resiko
tambahan.
3) Nilai batas untuk tekanan darah tinggi dan kebutuhan untuk
memulai pengobatan adalah fleksibel tergantung pada resiko
kardiovaskuler total.
Tabel 4
Klasifikasi menurut ESH
Tekanan Tekanan
Darah Sistol Darah
Kategori (mmHg) Diastol
(mmHg)
Optimal < 120 Dan < 80
Normal 120-129 dan/atau 80-84
Normal-Tinggi 130-139 dan/atau 85-89
Hipertensi 90-99
140-159 dan/atau
tahap 1
Hipertensi 100-109
160-179 dan/atau
tahap 2
Hipertensi ≥ 110
≥ 180 dan/atau
tahap 3
Hipertensi sistol < 90
≥ 140 dan
terisolasi

e. Klasifikasi menurut International Society on Hypertension in


Blcks (ISHIB)
Klasifikasi yang dibuat oleh ISHIB adalah:
1) Jika tekanan darah sistol dan diastol pasien termasuk ke dalam
dua kategori yang berbeda, maka klasifikasi yang dipilih adalah
berdasarkan kategori yang lebih tinggi.
2) Diagnosa hipertensi pada dasarnya adalah rata-rata dari dua
kali atau lebih pengukuran yang diambil pada setiap kunjungan.
3) Hipertensi sistol terisolasi dikelompokkan pada hipertensi
tingkat 1 sampai 3 berdasarkan tekanan darah sistol (≥ 140
mmHg) dan diastol (< 90 mmHg).
4) Peningkatan tekanan darah yang melebihi target bersifat kritis
karena setiap peningkatan tekanan darah menyebabkan resiko
kejadian kardiovaskuler.
Tabel 5
Klasifikasi Hipertensi Menurut ISHIB
Tekanan Tekanan
Darah Sistol Darah
Kategori (mmHg) Diastol
(mmHg)
Optimal < 120 dan < 80
Normal < 130 dan/atau < 85
Normal- 85-89
130-139 dan/atau
Tinggi
Hipertensi 90-99
140-159 dan/atau
Tahap 1
Hipertensi 100-109
160-179 dan/atau
Tahap 2
Hipertensi ≥ 110
≥ 180 dan/atau
Tahap 3
Hipertensi
Sistol ≥ 140 dan < 90
terisolasi

f.Klasifikasi berdasarkan hasil konsensus Perhimpunan Hipertensi


Indonesia.
Pada pertemuan ilmiah Nasional pertama perhimpunan
hipertensi Indonesia 13-14 Januari 2007 di Jakarta, telah
diluncurkan suatu konsensus mengenai pedoman penanganan
hipertensi di Indonesia yang ditujukan bagi mereka yang
melayani masyarakat umum:
1) Pedoman yang disepakati para pakar berdasarkan prosedur
standar dan ditujukan untuk meningkatkan hasil
penanggulangan ini kebanyakan diambil dari pedoman Negara
maju dan Negara tetangga, dikarenakan data penelitian
hipertensi di Indonesia yang berskala Nasional dan meliputi
jumlah penderita yang banyak masih jarang.
2) Tingkatan hipertensi ditentukan berdasarkan ukuran tekanan
darah sistolik dan diastolik dengan merujuk hasil JNC dan
WHO.
3) Penentuan stratifikasi resiko hipertensi dilakukan berdasarkan
tingginya tekanan darah, adanya faktor resiko lain, kerusakan
organ target dan penyakit penyerta tertentu.

Tabel 6
Klasifikasi Hipertensi Menurut Perhimpunan Hipertensi
Indonesia
Tekanan Tekanan
Darah Darah
Kategori dan/atau
Sistol Diastol
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi
140-159 Atau 90-99
Tahap 1
Hipertensi ≥160-
Atau ≥100
Tahap 2 179
Hipertensi
Sistol ≥140 Dan <90
terisolasi

Klasifikasi hipertensi menurut bentuknya ada dua yaitu hipertensi sistolik dan
hipertensi diastolik. Pertama yaitu hipertensi sistolik adalah jantung berdenyut
terlalu kuat sehingga dapat meningkatkan angka sistolik. Tekanan sistolik
berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi (denyut
jantung). Ini adalah tekanan maksimum dalam arteri pada suatu saat dan
tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang
nilainya lebih besar.
Kedua yaitu hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit
secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang
melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik
berkaitan dengan tekanan dalam arteri bila jantung berada dalam keadaan
relaksasi diantara dua denyutan. Sedangkan menurut Arjatmo T dan Hendra U
(2001) faktor yang mempengaruhi prevalensi hipertensi antara lain ras, umur,
obesitas, asupan garam yang tinggi, adanya riwayat hipertensi dalam keluarga.
Klasifikasi hipertensi menurut sebabnya dibagi menjadi dua yaitu sekunder dan
primer. Hipertensi sekunder merupakan jenis yang penyebab spesifiknya dapat
diketahui.
Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu hipertensi
Benigna dan hipertensi Maligna. Hipertensi Benigna adalah keadaan hipertensi
yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan pada saat penderita
dicek up. Hipertensi Maligna adalah keadaan hipertensi yang membahayakan
biasanya disertai dengan keadaan kegawatan yang merupakan akibat komplikasi
organ-organ seperti otak, jantung dan ginjal.
4. Penatalaksanaan dalam skematik/bagan baik secara farmakologi maupun
non farmakologi
Non farmakologi Farmakologi
a. Diet, diet yang dianjurkan untuk Diuretika:
penderita hipertensi adalah : - Diuretik loop,

1) Restriksi garam secara moderat dari 10 seperti furosemide.


- Diuretik hemat
gr/hr menjadi 5 gr/hr
kalium (potassium-sparing),
2) Diet rendah kolesterol dan rendah
seperti amiloride dan
asam lemak jenuh
spironolactone.
3) Penurunan berat badan
- Diuretik thiazide, seperti
4) Penurunan asupan etanol hydrochlorothiazide dan
5) Menghentikan merokok indapamide.
6) Diet tinggi kalium

b. Latihan Fisik Beta blocker:


Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan -atenolol,
terarah yang dianjurkan untuk penderita -bisoprolol,
-metoprolol,
hipertensi adalah olah raga yang mempunyai
-nebivolol.
empat prinsip yaitu :
1) Macam olah raga yaitu isotonis dan
dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain.
2) Intensitas olah raga yang baik antara
60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 %
dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan. Denyut nadi maksimal dapat
ditentukan dengan rumus 220 – umur.
3) Lamanya latihan berkisar antara 20–25
menit berada dalam zona latihan.
4) Frekuensi latihan sebaiknya 3x
perminggu dan paling baik 5x perminggu.
c. Edukasi Psikologis Kalsium antagonis:
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita - Amlodipine
hipertensi meliputi : - Diltiazem
- Nicardipine
1) Tehnik Biofeedback
- Nifedipine
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai
- Nimodipine
untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda
- Verapamil.
mengenai keadaan tubuh yang secara sadar
oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai
untuk mengatasi gangguan somatik seperti
nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan
ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik
yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan
atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-
otot dalam tubuh menjadi rileks.
3) Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk
meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi dan pengelolaannya
sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih
lanjut.

Ace inhibitor:
- Captopril
- Enalapril
- Lisinopril
- Perindopril
- Ramipril
- Trandolapril.
5. Table ringkasan kelompok terapi
Contoh obat Dosis Efek samping mekanisme Hal2 yang perlu
diperhatikan selama
pengobatan
amlodipine 2,5-10 -Sakit kepala Obat Amlodipin relatif aman dan
mg/oral 1x -Nyeri dada ini bekerja dengan tidak ada kontraindikasi
sehari -Bengkak pada cara menghambat khusus. Satu-satunya
pergelangan secara selektif kondisi yang tidak boleh
obat ini diberikan ialah
tangan, kaki masuknya ion
alergi hipersensitivitas
kalsium ke dalam terhadap amlodipin.
membran sel Namun amlodipin perlu
terutama sel otot pengawasan dokter bila
polos pembuluh diberikan pada kondisi
darah dan sel-sel berikut:
otot jantung. 1. -Gagal jantung akut;
2. -Hipotensi
furosemide 20-80 mg -Peningkatan bekerja pada -Penderita yang
kadar asam glomerulus ginjal diketahui memiliki
urat dan gula untuk menghambat riwayat alergi atau
darah penyerapan kembali hipersensitif terhadap
-mual,muntah zat natrium oleh sel furosemid.
-hipokalemia tubulus -Penderita yang sedang
ginjal.Dengan cara mengalami anuria atau
kerjanya tersebut tidak bisa buang airkecil
obat furosemid -Pederita yang sedang
dapat digunakan hamil karena dapat
untuk membuang memberikan efek buruk
cairan yang pada janin
berlebihan dari di
dalam tubuh.
methyldopa 250 mg 2-3x -rasa pusing Otak kita secara Hati-hati dalam
sehari yang parah normal menggunakan
sampai mengirimkan sinyal metildopa pada
pingsan ke pembuluh darah penderita yang sedang
-pendarahan untuk menyempit atau pernah mengalami
atau memar dan hal tersebut gagal jantung,
yang tidak menyebabkan pembengkakan tubuh
dapat tekanan darah akibat penumpukan
dijelaskan meningkat. cairan (edema), anemia
-kesulitan Metildopa hemolitik,
mengendalika mencegah otak hipotensi, aritmia, dan
n gerakan untuk mengirimkan pasien cuci darah.
tubuh sinyal tersebut
sehingga dapat
mencegah
terjadinya kenaikan
tekanan darah
a. Pengobatannya meliputi :
1) Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker,
Ca antagonis, ACE inhibitor.
2) Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan
a) Dosis obat pertama dinaikan
b) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
c) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika,
beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin,
reserphin, vasodilator
3) Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh
a) Obat ke-2 diganti
b) Ditambah obat ke-3 jenis lain
4) Step 4 : alternatif pemberian obatnya
a) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
b) Re-evaluasi dan konsultasi
Ringkasan
1. Hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi
naik karena gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan
suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.
2. Klasifikasi hipertensi menurut WHO dibedakan menjadi 4 yaitu,
normal, pre hipertensi, hipertensi stage 1, dan hipertensi stage 2.
3. Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak
memiliki gejala khusus. Gejala ringan hipertensi adalah pusing,
gelisah, mimisan, dan sakit kepala.
4. Penyebab hipertensi dibedakan menjadi 2 yaitu hipertensi primer
dan hipertensi sekunder.
5. Faktor resiko hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu faktor resiko
yang tidak dapat dikendalikan (genetik, jenis kelamin, ethis,
penyakit ginjal, obat-obatan, preeklamsi, dan keracunan timbal
akut), dan faktor resiko yang dapat dikendalikan (stress, obesitas,
nutrisi, merokok, dan kurang olahraga).
6. Patofisiologisnya adalah saat mengatur volume cairan
ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal.
Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya
akan meningkatkan volume dan tekanan darah
7. Komplikasi yang terjadi pada penderita hipertensi adalah stroke,
infark miokard, gagal ginjal, ensefalopati, dan kejang.
8. Penatalaksanaan hipertensi adalah dengan terapi tanpa obat (diet,
latihan fisik dan edukasi psikologi) dan terapi obat (pengobatan dan
follow up).
9. Cara mencegah penyakit hipertensi adalah mempertahankan berat
badan ideal, memperbaiki pola makan, diet rendah sodium, aktifitas
fisik (aerobik), tidak minum alkohol dan berhenti merokok,
meningkatkan konsumsi buah dan sayur, dan menurunkan asupan
lemak.
10. Prinsip diet pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut :
a. Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang.
b. Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi
penderita.
c. Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan
jenis makanan dalam daftar diet.
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather. 2010. Diagnosis Keperawatan NANDA : definisi dan


klasifikasi 2009-2011, alih bahasa : Made Sumarwati (et. al). Jakarta:
EGC.
Jackson M. dan Lee Jackson. 2009. Seri Panduan Praktis: Keperawatan
Klinis. Jakarta: Erlangga
Departemen Kesehatan R.I. Survei kesehatan rumah tangga. Studi
morbiditas dan disabilitas, Studi pola penyakit. Jakarta : Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia; 1997
Natinal Institutes of Health. Primary preventiob of hypertension. U.S.
Departement of health and human services. 1993. Available from URL :
http:/www.nhlbi.nih.gov/health/prof/h eart/hbp/pphbp.htm 3.
WHO. Guidelines for management of hypertension Geneva: WHO;1999.
Available from URL: http:/www.who.int/ncd/cvd/ht_guide.h tml. 4.
National Institute of Health National Heart Lung Blood Institute. The sixth
report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. NIH Publication;
1997 No 98-4080. Available from URL:
http/nhlbi/nih/gov/guidelines/hyperten sion/jnc6.htm
Coutts, J., 2007. Pregnancy-induced hypertension-the effects on the newborn; in
Lyall, F. and Belfort, M., Pre-eclampsia: Etiology and Clinical Practice Ch. 33.
Cambridge University Press. Cambridge.

World Health Organization (WHO), 2013. A Global Brief on Hypertension. World


Health Day 2013.

http://www.jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/HMJ/article/view/4169/pdf#
diakses pada 18 november 20.02 WITA

Anda mungkin juga menyukai