Hambatan Komunikasi
Hambatan Komunikasi
Hambatan Komunikasi
Oleh :
Kelompok 4
Nama Anggota :
Kelas : 2.5
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang
Hyang Widhi Wasa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul "Hambatan
Komunikasi" mata kuliah Komunikasi di Politeknik Kesehatan Denpasar tepat
pada waktu yang telah ditentukan.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan motivasi berbagai
pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada rekan-rekan yang telah membantu.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu kami mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat konstruktif sehingga kami dapat menyempurnakan
makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
PENUTUP ............................................................................................................ 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Agar dapat mengetahui pengertian komunikasi.
1.3.2 Untuk mengetahui hambatan dalam komunikasi.
1.3.3 Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam
pelayanan keperawatan
1.3.4 Untuk mengetahui cara menangani hambatan dalam komunikasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Komunikasi akan berhasil ketika komunikan mengerti pesan
yang disampaikan oleh komunikator. Komunikan harus
mendapatkan pesan yang tepat dan sama persis yang
disampaikan oleh komunikator. Dari pengalaman kita sendiri,
kita tau bahwa komunikasi tidak dapat 100% lengkap atau
sempurna. Jadi banyak faktor yang terlibat dalam proses
komunikasi dan sesuatu yang dapat salah dalam melakukan
komunikasi. Jadi, ada banyak alasan dalam kegagalan
berkomunikasi atau misskomunikasi. Andriyanto, A. (2019).
4
3. Hambatan media.
Hambatan yang terjadi dalam penggunaan media
komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik
sehingga tidak dapat mendengarkan pesan
4. Hambatan dalam bahasa sandi.
Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima
5. Hambatan dari penerima pesan.
Kurangnya perhatian pada saat penerima atau mendengarkan
pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari
informasi lebih lanjut.
6. Hambatan dalam memberikan umpan balik.
Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya
akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak
jelas dan sebagainya.
a. Hambatan fisik.
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang
efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain-lain.
Misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi
dan sebagainya
b. Hambatan semantik.
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi
kadang-kadang mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak
jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima
c. Hambatan psikoogis.
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang
mengganggu komunikasi, misalnya: perbedaan nilai-nilai
serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima
pesan. (Sarfika, R, dkk 2018)
5
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Dalam Pelayanan
Keperawatan
6
pengertian yang sama tentang pesan yang disampaikan dan diterima
oleh kedua belah pihak.
2. Nilai
Komunikasi yang terjadi antara perawat dengan klien juga
dipengaruhi oleh nilai-nilai dari kedua belah pihak. Nilai-nilai yang
dianut perawat dalam kontek komunikasi kesehatan tentunya beda
dengan nilai-nilai yang dimiliki klien. Komunikasi yang terjadi antara
perawat dan perawat atau kolega lainnya mungkin terfokus pada
bahasan tentang upaya peningkatan dalam memberikan pertolongan
malah kesehatan.
Sedangkan komunikasi dengan klien hendaknya lebih mengarah
pada memberikan support dan dukungan nasehat dalam rangka
mengatasi masalah klien. Dengan demikian perawat perlu memegang
nilai-nilai professional dalam berkomunikasi, perawat atau petugas
kesehatan yang lain tidak harus marah-marah ketika ada klien yang
tidak kooperatif terhadap rencana tindakan yang akan dilakukan,
namun harus lebih menggali semangat klien untuk cepat sembuh
melalui pendekatan nilai-nilai yang dianut oleh klien.
3. Emosi
Emosi adalah subyektif seseorang dalam merasakan situasi yang
terjadi di sekelilingnya. Kekuatan emosi seorang dipengaruhi oleh
bagaimana kemampuan atau kesanggupan seseorang dalam
berhubungan dengan orang lain.Untuk membantu klien, seorang
perawat harus menghadirkan perasaannya, dia merasakan apa yang
dirasakan oleh kliennya.
Seorang perawat yang sedang memunyai konflik dalam
keluarganya pada saat dinas memberikan pelayanan kepada kliennya
tidak boleh menghadirkan suasana hatinya kepada klien. Perawat
harus dapat membedakan suasana emosi personal dengan suasana
emosi profesional. Komunikasi akan berjalan lancer dan efektif
7
apabila tenaga kesehatan termasuk perawat dapat mengelola
emosinya. Kemampuan professional seseorang dapat diketahui dari
emosinya dan menjadi ukuran awal seseorang dalam merasakan,
bersikap dan menjalankan hubungan dengan klien.
4. Latar Belakang Sosial Budaya
Latar belakang social budaya mempengaruhi jalannya
komunikasi. Orang arab akan meratap sedih dan menangis apabila ada
anggota keluarganys meninggal dunia, hal ini beda dengan orang
amerika golongan menengah yang sering menahan tangis secara
terbuka bila kehilangan orang yang dicintai. Sedihnya di pendam
untuk memperlihatkan ketegarannya kepada anggota keluarga yang
lain.Factor ini memang sedikit pengaruhnya namun paling tidak dapat
dijadikan pegangan bagi perawat dalam bertutur kata, bersikap dan
melangkah dalam berkomunikasi dengan klien.
5. Pengetahuan
Komunikasi sulit berlangasung bila terjadi perbedaan tingkat
pengetahuan dari pelaku komunikasi. Seorang perawat akan mudah
menyampaikan atau menjelaskan tentang penyebab meningginya
kadar gula darah kepada pasien DM yang mempunyai pengetahuan
tentang penyakitnya dibandingkan harus menjelaskan kepada orang
awam tentang kesehatan atau penyakit yang dideritanya.
Pada komunikasi yang pertama akan tercipta umpan balik
(feedback) sehingga terjadi komunikasi yang aktif, namun pada
contoh yang kedua,sifat komunikasinya cenderung satu arah karena
kemungkinan kecil terjadinya umpan balik.Dengan demikian perawat
dituntut mempunyai pengetahuan yang cukup tentang pertumbuhan
dan perkembangan klien karena hal tersebut sangat terkait dengan
pengetahuan yang dimiliki oleh klien.
6. Peran Dan Hubungan
Dalam berkomunikasi akan sangat baik bila mengenal dengan
siapa kita berkomunikasi. Berkomunikasi dengan orang yang sudah
8
kita kenal akan lebih merasa bebas dalam mengeluarkan ide atau
gagasan yang ingin disampaikan.
Kita akan merasa nyaman dalam menyampaikan ide atau
gagasan kepada individu yang mempunyai perkembangan positif dan
hubungan yang saling menyenangkan atau memuaskan. Kemajuan
hubungan perawat-klien adalah bila hubungab tersebut saling
menguntungkan dalam menjalin ide dan perasaannya. Komunikasi
efektif bila partisipan (perawat-klien) mempunyai efek/dampak yang
positif dalam menjalin hubungan sesuai dengan perannya masing-
masing.
7. Kondisi Lingkungan
Seorang perawat mempunyai wewenang untuk mengontrol
ketika klien datang agar suasana ruangan tidak ramai . perawat harus
dengan tenang dan jelas dalam memberikan informasi kepada klien
atau keluarganya, untuk itu diperlukan penataan suasana yang
memungkinkan dapat dilaksakannya komunikasi yang efektif.
1. Pengirim pesan/komunikator/sender
Komunikasi adalah suatu proses yang berlangsung dua arah dan
diawali oleh pengirim pesan. Pengirim pesan hendaknya merumuskan
informasi sedemikian rupa agar tujuan komunikasi tercapai. Pengirim
pesan harus proaktif dalam membuat penerima mengerti dan memahami
pesan yang disampaikan.Seringkali, apa yang dikatakan tidak selalu
sesuai dengan apa yang di dengar. Untuk menghindarinya, hala – hal
yang diperhatikan adalah :
9
1. Menyatakan satu ide atau gagasan dalam satu waktu.
2.Menyatakan ide atau gagasan dengan singkat.
3.Memberikan penjelasan ketika diperlukan.
4.Melakukan pengulangan jika diperlukan.
5.Menerima dan memberikan umpan balik.
6.Melakukan pilihan kata, nada suara dan bahasa tubuh yang tepat.
7.Mengembangkan sikap empati terhadap penerima.
2. Pesan
3. Penerima/komunikan/komunikate/receiver
Penerima pesan membutuhkan informasi untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Untuk itu, penerima pesan harus memegang kendali
atas seluruh proses komunikasi yang berlangsung. Agar penerima pesan
memegang kendali, adalah penting bagi penerima pesan untuk yakin
bahwa pengirim pesan memahami apa yang diinginkan oleh penerima
pesan dan mengapa mereka menginginkannya.
10
penampilan. Dalam artian, penerima pesan aktif dalam proses
komunikasi. Agar penerima pesan dapat mendengarkan dengan aktif,
hal-hal yang perlu dilakukan oleh penerima pesan adalah :
11
Sedangkan, yang dimaksud dengan pengulangan adalah mengulang kembali
kata-kata yang disampaikan oleh pengirim pesan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Komunikasi adalah suatu proses pertukaran serta penyampaian dan
penerimaan berita, ide, atau informasi dari seseorang ke orang lain. Lebih
kompleks komunikasi didefinisikan sebagai pertukaran keseluruhan
perilaku komunikator kepada komunikan baik yang disadari maupun tidak
disadari, ucapan verbal atau tulisan, gerakan, ekspresi wajah, dan semua
yang ada dalam diri komunikator dengan tujuan untuk memengaruhi orang
lain. Hambatan dalam komunikasi meliputi hambatan pengirim, hambatan
media, hambatan penerima pesan, hambatan semantik, hambatan
psikologis, hambatan fisik.
3.2 Saran
Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, memiliki peran
yang sangat penting dalam komunikasi dalam melakukan pengkajian
terhadap pasien. Dimana perawat harus mengetahui hambatan dalam
berkomunikasi dengan pasien tanpa komunikasi proses keperawatan pun
tidak akan berjalan dengan baik.
13
DAFTAR PUSTAKA
Jurgen Ruesch (1972) dalam Chitty (1997 dalam Anjaswarni. 2016. Komunikasi
Sarfika, R., Esthika Ariani, M., & Freska, W. 2018. Komunikasi Terapeutik dalam
Perry & Potter (1987) dalam Nurhasanah, Nunung. 2009. Ilmu Komunikasi Dalam
Konteks Keperawatan Untuk Mahasiswa, Jakarta : TIM
14