Nurhikmah Paddiyatu - 21040113410038 - Artikel
Nurhikmah Paddiyatu - 21040113410038 - Artikel
Nurhikmah Paddiyatu - 21040113410038 - Artikel
Abstrak :
Berdasarkan RDTR Kota Palangkaraya tahun 2009, kawasan bantaran/tepian
sungai Kahayan termasuk dalam zona jalur hijau/konservasi. Namun fakta di lapangan
terdapat pemanfaatan badan sungai sebagai lahan pemukiman dan permasalahan
pemukiman yang tumbuh secara organik sepanjang lokasi wilayah studi. Bertolak dari hal
tersebut, maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis karakteristik
masyarakat berdasarkan faktor sosial-ekonomi yang menjadi pertimbangan masyarakat
untuk bermukim serta mengetahui pengaruhnya terhadap pola penyebaran permukiman
tepian sungai Kahayan di kota Palangkaraya.
Adapun yang menjadi hasil dari analisis pengaruh karakteristik sosial-ekonomi
pada pola permukiman di bantaran/tepian sungai Kahayan, bahwa keseluruhan
karakteristik sosial-ekonomi serta lingkungan mempengaruhi secara signifikan (lebih dari
80%) terhadap pola permukiman di wilayah studi. Dimana dari hasil analisis crosstab
variabel-variabel yang telah teridentifikasi dalam karakteristik ekonomi seperti (mata
pencaharian, tingkat pendapatan) sebesar 82%. Sedangkan pada karakateristik sosial
(etnis) sebesar 76% dan karakteristik fisik-lingkungan (topografi) 88%. Hal tersebut
membuktikan bahwa aspek sosial-ekonomi secara tidak langsung mempengaruhi pola
bermukim masyarakat. Kondisi sosial-ekonomi masyarakat bantaran/tepian di wilayah
studi menunjukkan bahwa mata pencaharian “dekat dengan tempat kerja” menjadi
alasan pada preferensi bermukim dengan presentase dominan yaitu sebesar 32,5%. Pada
aspek kondisi fisik, persentase tertinggi 47.26 % dengan 813 hunian berada pada
kemiringan lereng 0-8% yaitu klasifikasi rendah. Hasil NNA didapatkan pola dispersed
atau tersebar merata dengan nilai indeks rasio >2,58 yaitu sebesar 34,3. Seluruh hasil
analisis dirumuskan dalam perumusan perencanaan zonasi dengan konsep resettlement
dan pola permukiman. Dimana pengembangan pola permukiman yang sesuai dengan
karateristik sosial-ekonomi di wilayah studi yaitu pola grid di kelurahan Langkai dan
Pahandut Seberang serta pola combination di kelurahan Pahandut.
Based on RDTR of Palangkarya City in 2009, Kahayan riverside area is included in the
green belt /conservation zone. But the facts, there are utilizations of water bodies as
residential land, besides; housing problems are growing organically throughout the location
of the study area. Based on these points,the purpose of this study is to analyze
characteristics of the society based on socio-economic factors that people take into
consideration to live there and to know its influence on the pattern of spread of Kahayan
riverside settlements in Palangkaraya.
The approach used in this research is quantitative descriptive and thematic
approach. Coverage of discussion / substance in this study is about the socio-economic
characteristics of the community as well as the physical characteristics of Kahayan riverside
neighborhoods, and the factors that are considered by society to live, as well as its influence
on the spread pattern of Kahayan riverside settlement area. As for the results, the overall
socio-economic characteristics and environmental influence the characteristics of the
settlement pattern in Kahayan riverside area significantly (over 80%). Where the results of
the crosstab analysis, variables that have been identified in the economic characteristics
such as (livelihood, income level) influence by 82%. While the specific characteristics of social
(ethnic) by 76% and physical-environmental characteristics (topography) 88%. It is proved
that the socio-economic aspects indirectly affect the patterns of people’s settlement. Socio-
economic conditions of the riverside area community in the study area indicates that the
livelihoods that "near by home" became the reason in preferenced settlement with a
dominant percentage, equal to 32.5%. In the aspect of physical condition, the highest
percentage of 47.26% with 813 dwellings located on a slope of 0-8% which is lower
classification. NNA results obtained dispersed pattern or evenly spread with an index value
ratio> 2.58 is equal to 34.3. All the results of analysis are formulated in the zoning plan
formulation with resettlement concept and settlement patterns, where the development of
settlement patterns are in accordance with socio-economic characteristics in the study area
is a grid across the Langkai and Pahandut Seberang villages and pattern combination in the
Pahandut village.
A. PENDAHULUAN
Aktivitas masyarakat dengan pola pembangunan yang sangat timpang dan berorientasi
daratan yang telah berlangsung sejak masa kolonial hingga saat ini mengakibatkan
secara lamban namun pasti membuat kualitas ekologi daratan yang semakin menurun.
Sebagai dampak dari: (1) konversi hutan dan ekosistem lain menjadi kawasan
pemukiman, pertanian, industri, perkotaan, dan infrastruktur; (2) overeksploitasi SDA;
dan (3) serta pencemaran (Dahuri, 2013). Besarnya daya tarik kota, dimana terbukanya
lapangan untuk pekerjaan dengan tenaga tidak terampil (informal) merupakan satu
diantara tingginya arus urbanisasi. Sektor informal adalah sektor yang bukan pedesaan
dan bukan perkotaan dan bukan tradisional dan bukan modern, dia adalah sektor
kegiatan transisional, dibentuk oleh proses urbanisasi (modernisasi), merupakan hasil
seleksi proses modernisasi (Soetomo, 2013). Sedangkan lahan untuk perumahan semakin
sulit didapat dan semakin mahal di luar jangkauan sebahagian anggota masyarakat,
karena pendapatan sebagian penduduk di negara-negara berkembang seperti Indonesia
begitu rendah, sehingga setelah dipakai untuk membayar makan, pakaian, keperluan
sehari-hari dan lain-lain, hanya sedikit sekali yang tersisa untuk keperluan rumah.
Sementara itu harga rumah terus meningkat sehingga pendapatan penduduk semakin
jauh dibawah harga rumah yang termurah sekalipun (Panudju, B. Dalam Mirzal 1999).
Sejalan dengan itu, dalam membangun kota-kota di Indonesia perlu adanya
keseimbangan yang menuntun aktivitas manusia antara kawasan permukiman dan
wilayah yang berkaitan dengan perairan. Dalam hal ini, pengembangan kawasan kota
tepian sungai di Indonesia merupakan salah satu kawasan yang potensial untuk
dikembangkan. Kawasan tepian sungai adalah termasuk kawasan tepian air yang
memiliki beberapa potensi, dimana prioritas pada fungsi aksesibilitas yang lebih strategis.
Dengan memanfaatkan sungai, manusia dapat berpindah-pindah, mendapatkan
permukiman baru mereka untuk selanjutnya menetap dan berkembang menjadi
permukiman yang lebih ramai, menjadi desa, kemudian berkembang menjadi kota.
Dalam perencanaan pembangunan serta pengembangan permukiman khususnya
kawasan tepian air, perlu adanya konsep pola spasial yang mendukung fungsi
permukiman. Dalam hal ini penulis membahas pula mengenai tinjauan umum dalam
bahasan tipologi dan morfologi permukiman tepian sungai, untuk menggali dan
menggambarkan karakteristik hunian serta permukiman di wilayah studi. Sedangkan
dalam tinjauan khusus mengkaji mengenai karakteristik masyarakat dalam aspek sosial-
ekonomi, budaya, serta fisik, lingkungan. Sehingga dapat dilihat pengaruhnya terhadap
pola persebaran permukiman.
B. METODE PENELITIAN
Metode didefinisikan sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji
kebenaran suatu pengetahuan, mengembangkan dengan menggunakan metode-metode
ilmiah (Sugiyono, 2009). Pendekatan adalah analitis sifatnya dan memungkinkan suatu
perbandingan antara subkultur keluarga dan kultur yang lebih umum (Vredenbregt,1983).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-kuantitatif serta
pendekatan tematis. Dimana pendekatan kuantitatif digunakan agar dapat mengetahui data
statistik pada faktor-faktor atau variabel yang mempengaruhi pola persebaran permukiman
di wilayah studi. Sedangkan pendekatan tematis yaitu aktivitas keluarga dideskripsikan
berdasarkan sejumlah tema (topics) yang menggunakan konsep-konsep yang biasanya
dipakai untuk memepelajari suatu keluarga atau suatu komuniti. Tema-tema yang dipakai
adalah seperti hubungan sosial, hubungan antara anggota keluarga, agama, kultur materiil,
dan sebagainya.
Pahandut
5 01/I Dayak Tanah warisan 1990
Seberang
Secara sintesa, dari hasil penelitian di wilayah studi terdapat penyebaran hunian
yang membentuk 3 pola permukiman yaitu linier/memanjang, mengelompok serta
tersebar. Dimana dalam dari 3 pola tersebut terdapat berbagai karakteristik sosial
ekonomi dan budaya sebagai pembentuk lingkungan hunian. Adapun bahasan dalam
ruang lingkup wilayah studi penelitian secara spasial sebagai berikut
Gambar 2. Identifikasi Faktor-faktor yang berpengaruh pada pola sebaran permukiman
Gambar 3. Orientasi Darat dan Sungai di Wilayah Studi
Case Processing
Ada 42 data di kelurahan Langkai, 44 data di kelurahan Pahandut dan 16 data di kelurahan Pahandut Seberang. Dimana dari ketiga kelurahan tersebut yang semuanya diproses (tidak ada
Summary
data yang missing atau hilang), sehingga tingkat kevalidannya 100 %.
Dari output (Chi-square) diperoleh
Asymp. Sig. (2-sided). Hal itu berarti Dari output (Chi-square) diperoleh Asymp. Sig. Dari output (Chi-square) diperoleh Asymp. Dari output (Chi-square) diperoleh Asymp.
bahwa ada hubungan antara ‘mata (2-sided). Dalam kasus ini di kelurahan Langkai Sig. (2-sided). Dalam kasus ini di kelurahan Sig. (2-sided). Dalam kasus ini di kelurahan
pencaharian’ dan ‘pola permukiman’ dan Pahandut 0.00<0,05, dan di kelurahan Langkai dan Pahandut serta Pahandut Langkai dan Pahandut serta Pahandut
Asymp. Sig. (2-sided)’ pada tingkat Pahandut seberang memiliki nilai 0,004. Hal Seberang 0.00<0,05. Hal itu berarti bahwa Seberang 0.00<0,05. Hal itu berarti bahwa
signifikansi 5 %. Dalam kasus ini di itu berarti bahwa ada hubungan antara ada hubungan antara ‘tingkat pendapatan ada hubungan antara ‘topografi dan ‘pola
kelurahan Langkai dan Pahandut ‘tingkat pendapatan dan ‘pola permukiman’ dan ‘pola permukiman’ Asymp. Sig. (2- permukiman’ Asymp. Sig. (2-sided)’ pada
Chi-square
0.000<0,05, dan di kelurahan Pahandut Asymp. Sig. (2-sided)’ pada tingkat signifikansi sided)’ pada tingkat signifikansi 5 %. Hal tingkat signifikansi 5 %. Hal tersebut artinya
seberang memiliki nilai 0,003. Hal 5 %. Hal tersebut artinya Ho ditolak, atau ada tersebut artinya Ho ditolak, atau ada Ho ditolak, atau ada pengaruh/hubungan
tersebut artinya Ho ditolak, atau ada pengaruh/hubungan antara baris dan kolom, pengaruh/hubungan antara baris dan antara baris dan kolom, atau antara
pengaruh/hubungan antara baris dan atau antara tingkat pendapatan dan pola kolom, atau antara etnis dan pola sebaran topografi dan pola sebaran permukiman di
kolom, atau antara mata pencahariaan sebaran permukiman di wilayah studi. permukiman di wilayah studi. wilayah studi.
dan pola sebaran permukiman di
wilayah studi.
pendapatan dapat memprediksi pola permukiman dependen sebagai variabel kelurahan Pahandut dan Pahandut Seberang
permukiman dan berlaku sebaliknya. Berbeda terikat menunjukkan angka signifikansi memiliki nilai (0.006 dan 0.000>0.05),
halnya di kelurahan Pahandut memiliki sebesar 0.394 dan 0.302 (kelurahan sehingga variable topografi tidak dapat
signifikansi 0.040 maka variabel indikator Pahandut dan Pahandut Seberang), maka digunakan untuk memprediksi pola
tingkat pendapatan tidak dapat dapat variabel indikator etnis dapat memprediksi permukiman. Selanjutnya, pola permukiman
memprediksi pola permukiman dan berlaku pola permukiman dan berlaku dependen sebagai variabel terikat
Directional sebaliknya. sebaliknya.Berbeda halnya di kelurahan menunjukkan angka signifikansi sebesar
Measures Langkai memiliki signifikansi 0.002 maka 0.311 (kelurahan Langkai), maka variabel
Untuk besaran Goodman dan Kruskal Tau, nilai variabel indikator etnis tidak dapat dapat indikator topografi dapat memprediksi pola
approx.Sig menunjukkan nilai (0.03 dan 0.01); memprediksi pola permukiman dan berlaku permukiman dan berlaku sebaliknya.
(0.00 dan 0.00) ; (0.04 dan 0.05) <0.05, berarti sebaliknya. Berbeda halnya di kelurahan Pahandut dan
memiliki korelasi yang lemah antar Pahandut Seberang memiliki signifikansi
variabelnya. Untuk besaran Goodman dan Kruskal Tau, 0.002 dan 0.000 maka variabel indikator
nilai approx.Sig menunjukkan nilai (0.000 topografi tidak dapat dapat memprediksi
dan 0.001);(0.000 dan 0.007);(0.01 dan pola permukiman dan berlaku sebaliknya.
0.001) <0.05, berarti memiliki korelasi yang
lemah antar variabelnya. Untuk besaran Goodman dan Kruskal Tau,
nilai approx.Sig di kelurahan Pahandut dan
Pahandut Seberang menunjukkan nilai(0.000
dan 0.000);(0.000 dan <0.05, berarti
memiliki korelasi yang lemah antar
variabelnya. Sedangkan di kelurahan Langkai
(0.002 dan 0.016) maka korelasi antar
variabel
Mata Pencaharian Tingkat Pendapatan Etnis Topografi
Cramer’s V selalu kurang atau sama Cramer’s V selalu kurang atau sama dengan Cramer’s V selalu kurang atau sama
dengan 1, namun phi dapat melebihi 1. 1, namun phi dapat melebihi 1. Dari output dengan 1, namun phi dapat melebihi 1. Dari
Dari output Phi dan Cramers’V (value) Phi dan Cramers’V (value) pada kelurahan output Phi dan Cramers’V (value) pada
pada kelurahan Langkai, Pahandut, Langkai, Pahandut, Pahandut Seberang kelurahan Langkai, Pahandut, Pahandut
Pahandut Seberang diperoleh ukuran diperoleh ukuran asosiasi sebesar 0.850 Seberang diperoleh ukuran asosiasi
0.000)<0.05, Pahandut Seberang
asosiasi sebesar 1.000 dan 1.000; dan 0.601; 0.782 dan 0.553; 0.834 dan 0.834, sebesar 0.877 dan 0.620; 0.839 dan 0.593;
menunjukkan nilai(0.000 dan 0.000);(0.000
1.061 dan 0.750; 1.000 dan 1.000, sedangkan dari output Contingency 1.000 dan 1.000, sedangkan dari output
dan 0.000)<0.05, berarti memiliki korelasi
sedangkan dari output Contingency Coefficient (value) diperoleh ukuran asosiasi Contingency Coefficient (value) diperoleh
yang lemah antar variabelnya. Sedangkan di
Coefficient (value) diperoleh ukuran sebesar 0.648;0.616;0.695 dengan nilai sig ukuran asosiasi sebesar 0.659;0.643;0.707
kelurahan Langkai (0.002 dan 0.016) maka
asosiasi sebesar 0.707;0.750;0.707 (approx.sig) lebih kecil pada tingkat dengan nilai sig (approx.sig) lebih kecil
korelasi antar variabel yang dimiliki cukup
dengan nilai sig (approx.sig) lebih signifikansi 5 %.yaitu sebesar keduanya pada tingkat signifikansi 5 %.yaitu sebesar
kuat.
kecil pada tingkat signifikansi 5 %.yaitu 0.000 dan Pahandut Seberang 0.005. keduanya 0.000 dan Pahandut Seberang
sebesar keduanya 0.000 dan Sehingga dapat diartikan bahwa kedua 0.005. Sehingga dapat diartikan bahwa
Cramer’s V selalu kurang atau sama dengan
Pahandut Seberang 0.003. Sehingga variabel mempunyai hubungan yang erat/ kedua variabel mempunyai hubungan
1, namun phi dapat melebihi 1. Dari output
dapat diartikan bahwa kedua variabel kuat. yang erat/ kuat.
Phi dan Cramers’V (value) pada kelurahan
mempunyai pengaruh serta hubungan
Symmetric Langkai, Pahandut, Pahandut Seberang
yang sangat erat/ kuat.
Measures diperoleh ukuran asosiasi nilai Phi rata-rata
melebihi 1.000 yaitu sebesar 1.035 dan
0.732; 1.451 dan 0.837; 1.414 dan 1.000.
Sedangkan dari output Contingency
Coefficient (value) diperoleh ukuran
asosiasi sebesar 0.719;0.823;0.816 dengan
nilai sig (approx.sig) lebih kecil pada tingkat
signifikansi 5 %.yaitu sebesar keduanya
0.000 dan Pahandut Seberang 0.005.
Sehingga dapat diartikan bahwa kedua
variabel mempunyai hubungan yang sangat
erat/ kuat.
G. DAFTARPUSTAKA
Abdullah. 2000. Upaya Meningkatkan Income Penduduk Kawasan Penyangga Kota Melalui
Penataan Prasarana Permukiman. Laporan penelitian. Lemlit Universitas Tadulako.
Palu.
Doxiadis, Constantinos A. 1968, An Introduction To The Science Of Human Settlements-
Ekistics,London: Hutchinson of London.
Guohua1 et al, 2013. Dynamic Mechanism and Present Situation of Rural Journal.
Settlement Evolution In China; Hunan Normal University about Human Geography. 23
(2013) 513-524.
Pemerintah Kota Palangkaraya. 2014. Profil Kelurahan Pahandut Seberang. Tahun 2014.
Palangkaraya. Pemerintah Kota Palangkaraya.
Pemerintah Kota Palangkaraya. 2014. Profil Kelurahan Pahandut. Tahun 2014. Palangkaraya.
Pemerintah Kota Palangkaraya
Pemerintah Kota Palangkaraya. 2014. Profil Kelurahan Langkai. Tahun 2014. Palangkaraya.
Pemerintah Kota Palangkaraya.
Singh et al, 2010. Settlement relocations in the char-lands of Padma River basin in Ganges
delta, Bangladesh. 4 (4): 393-402.