Makalah Dasar-Dasar Sains Dan Teknologi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DASAR-DASAR SAINS DAN TEKNOLOGI

Sumber Daya Alam Teh di Kayu Aro Provinsi Jambi

Oleh Kelompok 5 :
1. Christie Mauli Siahaan (F1D318019)
2. Fuji Astuti (F1D318016)
3. Gumilang Krisna Bakti (F1D316012)
4. Muhammad Ridho (F1D318025)
5. Roy Gerson Lingga (F1D316020)
6. Rigel Mardian Tri Adha (F1D318014)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Sumber Daya Alam Teh di Kayu Aro Provinsi Jambi ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dasar-dasar sains dan teknologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang sumber daya alam teh di Kayu Aro bagi para pembaca
dan juga bagi kami penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu/bapak selaku dosen mata kuliah
dasar-dasar sains dan teknologi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga sayadapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 13 Desember 2019

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................. 6
BAB III PENUTUP.................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan........................................................................................................... 11
3.2 Saran..................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 12

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hakikatnya, Indonesia telah mengenal system kebun sebagai system
perekonomian tradisional dengan penanaman tanaman-tanaman seperti kopi, lada,
kapur barus dan rempah-rempah, jauh sebelum bangsa Barat dating ke Indonesia
yang kemudian memperkenalkan system perkebunan dengan menanamkan tanaman-
tanaman sepertit embakau, sawit, karet, teh dan tebu, yang diwujudkan dalam bentuk
usaha yang berskala besar, penggunaan lahan yang luas, pembagian kerja,
penggunaan tenaga kerja upahan, teknologi yang modern, serta pemasaran
Internasional.
Teh merupakan minuman yang sudah dikenal secara luas di Indonesia dan di
dunia. Minuman ini umum menjadi minuman penjamutamu. Aroma dan rasanya yang
khas membuat minuman ini banyak dikonsumsi. Selain itu karena zat-zat yang
terkandung dalam teh memliki banyak manfaat bagi kesehatan. Namun demikian,
meskipun Indonesia merupakan Negara penghasil teh terbesar nomor lima di dunia,
konsumsi teh di Indonesia sebesar 0,8 kilogram per kapita per tahun masih jauh di
bawah negara-negara lain di dunia.
Tanaman teh (Camellia sinensis) merupakan salah satu komoditi tanaman
perkebunan unggulan di Indonesia. Saat ini komoditas teh masih merupakan salah
satu komoditas perkebunan yang paling banyak diperdagangkan di dunia. Pada akhir
abad ke 20, industry teh di Indonesia pada tahun 1999 diperkirakan menyerap tenaga
kerja sebesar 300.000 orang dan menghidupi sekitar 1,2 juta jiwa.
Provinsi Jambi memiliki sentral perkebunan teh terluas di Indonesia, tepatnya
di Kabupaten Kerinci Kecamatan Kayu Aro yang biasa dikenal sebagai perkebunan
Teh Kayu Aro. Kebun ini terletak di ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut
(mdpl), hingga 1.600 mdpl. Kebun ini salah satu perkebunan teh tua di Indonesia,
yang dibangun pada zaman colonial Belanda. Teh di perkebunan ini merupakan teh
orthodox atau teh hitam yang merupakan teh berkualitas tinggi. Menariknya,
pemrosesan daun teh dari kebun masih menggunakan cara tradisional. Serbuk –

4
serbuk teh tidak menggunakan pewarna maupun pengawet. Bahkan, untuk menjaga
kualitasnya, para pekerja dilarang untuk memakai kosmetik saat mengolah daun teh
tersebut. Oleh sebab itu, tidak heran jika teh dari sini menjadi teh kegemaran Ratu
Belanda dan Ratu Inggris pada masanya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perkembangan industri teh di Provinsi Jambi?
2. Apa keunggulan teh yang di produksi di Kayu Aro Provinsi Jambi?
3. Apa saja produk yang dihasilkan dari industry teh di Kayu Aro, Provinsi
Jambi?
4. Apa saja manfaat teh untuk dikonsumsi?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu menjawab dari rumusan
masalah yang telah dijabarkan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

Pengembangan klaster industri di daerah membutuhkan rumusan strategi yang


secara khusus mempertimbangkan kompetensi inti daerah. Kompetensi inti daerah
menurut Roberts dan Stimson (1998) adalah sekumpulan kekuatan dan kemampuan
yang dimiliki daerah yang terkait dengan kekuatan ekonomi dome stik di bidang
industri dan investasi, orientasi perdagangan, pengembangan teknologi, sumberdaya
alam dan manusia, manajemen, keuangan, pemerintahan dan infrastruktur yang
dimiliki, yang dapat mendukung pengembangan ekonomi daerah. Oleh karenanya,
pendekatan klaster industri yang mempertimbangkan kompetensi inti daerah, selain
akan mampu menghasilkan klaster agroindustri UMKM dengan kinerja yang tinggi,
sekaligus juga akan mampu meningkatkan daya saing perekonomian daerah tersebut
secara keseluruhan (Austin, 1981).
Meskipun potensi pertanian relatif besar dan telah mulai berkembangnya
industri-industri khususnya UMKM berbasis pertanian (Junaidi, 2012), sampai saat
ini belum terdapat klaster agroindustri UMKM di Provinsi Jambi. Hal ini
menyebabkan agroindustri yang berkembang tersebut kurang kompetitif baik dari sisi
aspek bisinis, kualitas dan daya saing produknya sertasekaligusbelum mampu
mendukung pada peningkatan daya saing Provinsi Jambi (Lestari, 2008).
Telah diketahui bahwa Pemerintah memberi perhatian yang lebih pada
pembangunan sektor perkebunan, terutama perkebunan rakyat. Perhatian lebih
tersebut antara lain: pendirian pabrik/pengolah produk primer, penyediaan sarana-
prasarana produksi, kredit, teknis budidaya, penanganan pasca panen, gudang dan
harga jual produknya. Perhatian ini sudah berlangsung lama sehingga tanpa disadari
telah membentuk suatu sistem pembangunan agribisnis sektor perkebunan. Salah
satu komoditas pada sektor perkebunan rakyat yang sesuai dengan kondisi di
atasadalahteh (Kurnia, 1997).
Teh merupakan komoditas perkebunan yang mempunyai nilai sejarah dan telah
member sumbangan devisa cukup besar bagi perekonomian Indonesia. Kondisi ini

6
berkaitan dengan asal muasal keberadaan perkebunan tehdi Indonesia dan peringkat
Negara Indonesia sebagai Negara pengekspor komoditas teh nomor 5 (lima) utama di
dunia. Keberadaan kebun teh yang pertama kali di Indonesia bukan diprakarsai oleh
bangsa Indonesia sendiri, melainkan diprakarsai oleh pemerintah colonial Belanda.
Oleh karenanya, tanaman teh sudah popoler sejak dulu dan mempunyai nilai sejarah
tersendiri (Setiawati dan Nasikun,1991).
Eksistensi perkebunan teh sejak dulu sampai dengan saat ini, telah
berkontribusi positif bagi penopang perekonomian bangsa Indonesia, khususnya dari
segi kehandalannya dalam menopang kepentingan atau hajat hidup orang banyak,
seperti bagi: petani kebun teh dan keluarganya, karyawan di perkebunan maupun di
pabrik tehbeserta keluarganya. Oleh karena itu, eksisitensi perkebunan teh dapat
dinilai dari segi ekonomi, sosial, sejarah dan juga peluang pengembangannya dimasa
mendatang (Gaspersz,1997).
Pembukaan lahan perkebunan teh Kayu Aro sudah dimulai pada tahun 1925
sampai pada 1928.Kolonial Belanda melakukan ekspansi ekonomi di wilayah
Kerinci pada masa itu melalui sebuah perusahaan Belanda yang bernama NV.HVA
(Namlodse Venotchaaf Handle Veriniging Amsterdam).Perusahaan NV.HVA
memanfaatkan hak erfpacht dalam memperluas lahan perkebunan teh tersebut.Luas
lahan perkebunan teh Kayu Aro tercatat hingga tahun 1940 mencapai 2.590 ha.Luas
lahan yang mencapai 2.590 ha menjadikan perkebunan teh Kayu Aro sebagai
perkebunan terluas di Keresidenan Sumatera Barat (Soekarwati, 2013).
Penanaman tanaman teh pertama setelah pembukaan lahan dilakukan pada
tahun 1929.Tanamanteh berkembang dengan baik, setelah dua tahun kemudian,
tanaman teh mulai menghasilkan pucuk-pucuk yang berkualitas maka pada tahun
1931 perusahaan N.V.HVA mendirikan pabrik teh Kayu Aro untuk menunjang
kebutuhan produksinya. Pendirian pabrik teh tidak langsung dapat berjalan
mengingat pucuk-pucuk tanaman teh belum siap dalam proses pemanenan. Pabrik
mulai beroprasi satu tahun kemudian tepatnya pada tahun1932 (Budhi dan Eka,
2012).

7
Perkembangan perkebunan teh Kayu aro pada tahun 1934 telah mampu
memproduksi hasil perkebunan dengan baik. Awal produksi perkebunan teh Kayu
Aro hingga berkembang samapai sekarang, perkebunan Kayu Aro mampu
menghasilkan jenis produksi teh hitam, yang tergolong kedalam kualitas terbaik
kelas I. Hasil produksi perkebunan teh Kayu Aro kemudian di ekspor ke daratan
Eropa, yaitu Inggris, Belanda dan wilayah Eropa lainya. Produksi perkebunan teh
Kayu Aro yang tercatat meningkat pertahunnya, hasil ini sangat memuaskan bagi
perusahaan dimana dalam pertahunnya laba yang didapatkan selalu meningkat
(Swantoro, 1995).
Teh merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran
penting dalam perekonomian di Indonesia.Tanaman ini termasuk dalam tujuh besar
komoditi perkebunan unggulan di Indonesia, setelah kelapa sawit, tebu, karet,
kakao, kopi, dan tembakau (Ditjenbun, 2015).Sejauh ini, tanaman teh hanya
dimanfaatkan daunnya sebagai bahan minuman.Akan tetapi, di samping daun,
seluruh bagian tanaman teh memiliki potensi untuk dimanfaatkan, salah satunya
adalah biji teh, khususnya bagian inti atau kernel biji teh (Setyamidjaja, 2000;
Sahrialet al.,2017).
Kernel teh mengandung 20-26% saponin, 20-60% minyak, dan 11% protein.
Kernel dari biji teh yang belum masak belum mengandung saponin dan minyak
(Wickremasinghe, 1976 dalam Susiana et al., 2011), sehingga dalam penelitian ini
biji teh yang digunakan adalah biji teh tua dengan karakteristik fisik warna kulit
buah hijau gelap kehitaman-hitaman, warna cangkang coklat, dan warna kernel
putih kekuningan.Minyak biji teh diperoleh melalui proses maserasi (Apriyantono,
1989).
Industri perkebunan teh merupakan industri yang sangat rentan terhadap
perubahan dinamis lingkungan. Produktivitas tenaga kerja yang tinggi merupakan
salah satu variabel penting dalam keunggulan persaingan (Hadisuwito, 1996
dalam Masyhuri, 1999).Dariseluruh tenaga yang dibutuhkan oleh perkebunan teh
diperkirakan 75% dari jumlah tersebut adalah karyawan pemetik (Setiawati,1991).
Menurut Dolimonthe (1999) dalam Budiyanto (2003), permasalahan utama yang

8
dihadapi oleh perkebunan teh dewasaini (AOAC, 2000).
Perkebunan teh Kayu Aro di Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi merupakan
perkebunan teh tertua di Indonesia, dibuka antara tahun 1925-1928 oleh Perusahaan
Belanda, Namblodse Venotschaaf Handle Veriniging Amsterdam (NV
HVA).Hingga kini, pabrik yang sudah berusia 74 tahun ini menghasilkan teh hitam
Orthodox ± 6 Juta kilogram per tahunnya.PT. Nusantara VI Kayu Aro telah
memberikan kesempatan kerja yang cukup besar di Indonesia. Untuk memenuhii
kebutuhan akan tenaga kerja, pihak perkebunan memanfaatkan tenaga kerja yang
berada di sekitar lokasi perkebunan terutama untuk tenaga kerja pemetik teh yang
sebagian besar adalah tenaga kerja wanita. (Anonimous,2006).
Penghasilan masing-masing pemetik teh berbeda, perbedaan ini terjadi karena
setiap pemetik teh mempunyai produktivitas yang berbeda.Produktivitas dalam
penelitian ini diduga berhubungan dengan faktor umur, pendidikan formal,
pengalaman kerja, jumlah tanggungan keluarga, persepsi terhadap upah, persepsi
terhadap fasilitas perusahaan dan motivasi kerja.Pada kenyataannya, setiap faktor
tersebut memiliki perbedaaan antara pemetik yang satu dengan pemetik lainnya.
Hal tersebut yang menyebabkan masing- masing pemetik teh memiliki kemampuan,
ketelitian dan semangat yang berbeda sehingga menyebabkan penghasilan yang
mereka peroleh dari perusahaan tidaksama
adalah ketersediaan tenaga pemetik yang cenderung berfluktuasi dari tahun ke
tahun (Nazir, 1989).
Semakin banyaknya jumlah tanggungan keluarga maka produktivitas tenaga
kerja pemetik teh akan semakin meningkat begitu juga sebaliknya produktivitas
akan menurun dengan semakin sedikitnya jumlah tanggungan keluaarga. Dengan
banyaknya tanggungan keluarga, maka pengeluaran semakin besar dan kebutuhan
juga semakin tinggi sehinggga tenaga kerja pemetik teh wanita akan bekerja lebih
giat lagi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dengan cara meningkatkan
hasilpetikannya (Lediana, 2006).
Hal ini diantaranya disebabkan oleh persaingan yang semakin ketat dengan
sektor lain yang membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah banyak. Persaingan

9
untuk mendapatkan tenaga kerja membawa dampak negatif bagi sebagian
perkebunan teh.Beberapa memiliki jumlah pemetik per satuan luas sudah begitu
kecil sehingga potensi pucuk di lapangan tidak tergali secara maksimal. Sementara
itu, pada perkebunan teh yang lain jumlah pemetik per satuan luas panen sudah
terlalu besar sehingga produktivitas menurun.
Kurangnya produksi teh di Indonesia lebih disebabkan karena masih
minimnya investasi dan pengembangan. Akibatnya petani teh tidak dapat
meningkatkan produksi yang berkualitas. Dan akibat bagi produksi teh Indonesia,
selera masyarakat pun berubah. Kini masyarakat banyak yang lebih menyukai teh
impor. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor teh sejak 2010
mencapai 109.000 ton. Lalu pada 2011 naik menjadi 198.000 ton dan terus
meningkat menjadi 244.000 ton pada 2012. Namun, tahun 2013 sempat turun
menjadi 204.000 ton. Tingginya nilai impor tersebut membuat produksi teh
Indonesia semakin turun. Sekretaris Eksekutif Asosiasi mengatakan belakangan ini
investasi pengembangan teh menjadi sangat langka. Upaya pemerintah menggenjot
produksi teh tanpa diikuti pemberian pupuk dan pengembangan industri teh lokal.
Yang diperlukan sekarang ialah investasi untuk peningkatan dalam good practice
produksi, good practice pengolahan, good practice pemasaran dan Sumber Daya
Manusia (Siegel, 1994).

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan pada isi pembahasan, dapat disimpulkan bahwa teh Indonesia
memang memiliki kualitas yang baik dan telah diakui dunia. Tetapi, banyaknya
masyarakat Indonesia yang tidak mengetahui hal tersebut membuat negara Indonesia
yang seharus nya menjadi negara penghasil masih juga harus mengimpor teh dari luar
negeri, hal ini membuat konsumsi teh asal Indonesia berkurang dan membuat kualitas
Indonesia terlihat tidak baik karena kurang omset untuk meningkat kan kualitas teh
Indonesia. Jika dikaitkan dengan pemerintah Indonesia dan Dewan Teh Indonesia,
bahwa pemerintah ikut serta dalam mempromosikan teh Indonesia seperti membuat
festival teh Indonesia agar teh Indonesia menjadi lebih dikenal masyarakat dan bisa
beredar di pasar Internasional sehingga banyak nya keuntungan yang masuk bisa
membantu perekonomian Indonesia dan bisa membantu untuk memperbaiki kualitas
teh Indonesia.

3.2 Saran

Dari penjelasan yang telah disampaikan maka kami selaku penulis makalah
memiliki saran untuk permasalah teh yang ada di Indonesia, yaitu bahwa agar teh
Indonesia bisa lebih baik dengan cara memperbanyak penjualan produk teh Indonesia
khususnya brand teh lokal seperti Teh Kayu aro Kerinci dan tentunya masyarakat
Indonesia harus lebih memilih produk teh Indonesia, agar masyarakat Indonesia bisa
memilih produk Indonesia dan mempercayai produk Indonesia lebih baik dari pada
produk impor, maka kegiatan pemerintah yang menggelar kegiatan festival teh
Indonesia harusnya dilakukan di seluruh Provinsi yang ada di Indonesia bukan hanya
di kota – kota besar saja, sehingga masyarakat Indonesia lebih bisa mengenal dan
mengetahui produk teh Indonesia dengan lebih baik dan mencintai produk teh
Indonesia.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 01 Januari 2006. Selayang Pandang Kebun Kayu Aro. PTPN VI Kayu
Aro.
AOAC, 2000. Official Method 960.38 Benzoic Acid In Nonsolid Food and Beverage
Spectrophotometric Method. USA: AOAC International.
Apriyantono, A., Dedi Fardiaz, Ni Luh Puspitasari, Sedarnawati, Slamet
Budiyanto.1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. IPB-Press. Bogor.
Austin, J.E. 1981. Agroindustrial Project Analysis.The John Hopkins UP. London
Bekar C, Lipsey RG. 2001. Cluster and Economi Policy. Paper presented at
Policies for the New Economy.Montreal.
Budhi Vrihaspathi Jauhari dan Eka Putra, Senarai Sejarah Kebudayaan Suku
Kerinci, Kerinci: Bina Potensia Aditya Mahatva Yodha, 2012.
Budiyanto, dkk. 2003. Analisis Kebutuhan Tenaga Pemetik Teh di PT. Sarana
Mandiri Mukti. Kepahiang. Jurnal Penelitian UNIB. Bengkulu.
Gaspersz, Vincent.(1997). Manajemen Kualitas Penerapan Konsep-Konsep
Kualitas Dalam Manajemen Bisnis Total. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama
Ita Setiawati dan Nasikun, Teh: Kajian Sosial- Ekonomi, Yogyakarta: Aditya
Media, 1991.
Kurnia, Nia. 1997. “Strategi Wanita Pemetik Teh Dalam Aktivitas Ekonomi
Keluarga”.Skripsi pada Fakultas Sastra Universitas Gajahmada. Yogyakarta.
Lediana. 2005. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Produktivitas Tenaga
Kerja Pemetik Teh di PT. Sarana Mandiri Mukti. Kepahyang. Skripsi FE.
UNIB.Bengkulu. (tidak dipublikasikan)
Lestari S Hs. 2008. “Kajian Efektivitas Model Penumbuhan Klaster Bisnis UKM
Nazir.1998. Metode Penelitian.Ghalia Indonesia. Jakarta.
Setiawati, Ita dan Nasikun. 1991. Teh (Kajian Sosial-Ekonomi). Aditya Media,
Yogyakarta.
Siegel.S. 1994.Statistik Nonparametrik. Gramedia. Jakarta.

12
Soekartawi.2013. Agribisnis Teori dan Aplikasi.PT. RajaGrafindo Persada.
Jakarta.

Swantoro, Menjadi Indonesia. Jakarta: Gramedia Kompas, 1995.

13

Anda mungkin juga menyukai