Chapter 12
Chapter 12
Chapter 12
Chapter 12
The Economics of Information
Disusun oleh:
Stefanus Aditya Swastianto (37P18055)
Suryawan Nugrohojati (37P18056)
Chapter 12 – The Economics of Information November 2018
Daftar Isi
1 Pengantar
Pembahasan di topik topic sebelumnya adalah dengan asumsi bahwa konsumen maupun
produsen (perusahaan) mempunya informasi lengkap terkait dengan harga dan kualitas
produk yang ada di pasaran. Namun pada kenyataannya asumsi tersebut adalah ideal
karena di dalam dunia nyata infomasi yang ada seringkali tidak lengkap.
Karena itu dirasakan sangat penting untuk menerangkan lebih lanjut aspek aspek yang
penting di dalam pengambilan keputusan terkait dengan kondisi tidak lengkapnya informasi
yang kita miliki. Kisi kisi dari pokok pokok bahasan di dalam bab 12 adalah seperti terlihat di
dalam diagram di bawah ini. Di awal pokok bahasan akan diterangkan apa yang dimaksud
dengan ketidakpastian dan bagaimana pengaruhnya terhadap perilaku konsumen.
Kemudian akan dibahas bagaimana manager perusahaan (produksi) bisa mengatasi resiko
yang bisa terjadi dengan adanya ketidakpastian tersebut. Terakhir akan dijelaskan
bagaimana implikasi ketidakpastian terhadap kegiatan kegiatan di dalam pasar termasuk
kegiatan lelang.
Diagram-1
2 Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dari bab 12 “The Economic of Information” adalah sebagai berikut:
3 Pokok Bahasan
Di dalam pengambilan keputusan terkait dengan suatu random variable selain kita harus
mengetahui nilai rata ratanya maka kita juga perlu mengetahui tingkat resiko yang ada di
dalam random variable tersebut. Mean dari suatu random variable menunjukan nilai rata
rata dari random variable tersebut namun tidak menunjukan tingkat resiko yang ada.
Mekanisme pengukuran resiko yang paling umum adalah dengan menggunakan variance.
Variance dari suatu random variable dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Sedangkan adalah standard deviation. Di dalam praktek nyata, standard deviation bisa
menunjukan bahwa hasil sebenarnya dari suatu random variabel akan berada di interval 2
kali standard deviation dari mean nya ( di interval antara mean – 2 kali standard deviation
dan mean + 2 kali standard deviation)
Kualitas Produk;
Risk-averse consumer cenderung memilih produk yang dia sudah yakin dan paham atas
kualitas nya. Dia akan enggan untuk mencoba suatu produk baru yang dia belum yakin
tingkat kualitas nya meskipun sebenarnya produk baru tersebut kulaitas nya sama atau lebih
baik dari pada produk yang dia sudah pahami kualitasnya. Produsen atau penjual bisa
menggunakan 2 taktik di dalam menarik consumer tersebut dengan cara menurunkan harga
produk nya secara signifikan atau dengan iklan yang membandingkan kualitas produk nya
dengan produk lainnya sehingga akan menarik risk-averse consumer untuk membeli produk
tersebut.
Jaringan Penjualan:
Jaringan penjualan dengan brand dan kualitas yang sudah diketahui dengan baik oleh risk-
averse consumer akan menjadi pilihan daripada suatu toko/ penjualan yang mana produk
yang dijual belum dikenali kualitasnya oleh consumer tersebut meskipun pada
kenyataannya toko tersebut menjual produk dengan kualitas yang sama atau bahkan lebih
dari jarangan penjualan yang sudah dikenali sebelumnya oleh consumer tersebut.
Asuransi;
Risk-averse consumer cenderung menghindari resiko dengan mempunyai/ membeli
asuransi. Ini menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh produsen untuk menarik risk-averse
consumer dengan mem “bundle” produknya dengan fasilitas asuransi/ extended warranty.
Diagram-2 Diagram-3
Untuk memaksimalkan profit maka risk-neutral manager harus memastikan bahwa expected
marginal revenue E[MR] sama dengan marginal cost (MC), E[MR] = MC. Berikut adalah
contoh soal yang menjelaskan bagaimana perhitungan profit-maximization output di dalam
situasi ketidakpastian tersebut.
Soal: Jawaban:
• Appleway Industries memproduksi jus apel. Berapa • Max expected profit tercapai jika E[MR] = MC
galon jus yang harus diproduksi agar profit R = P x Q => MR = E[P]
maksimal jika: E[P] = 0.3 x 2 + 0.7 x 1 = $1.3
• Market Price nya tidak diketahui namun ahli C = 200 + 0.0005Q2 => MC = 0.001Q
ekonomi memperkirakan probabilitas nya 30% E[MR] = MC => E[P] = MC
di harga $2 dan 70% di harga $1 per galon 1.3 = 0.001Q
• Cost function nya: C = 200 + 0,0005Q2 Q = 1300 galon
Adverse Selection
Merupakan suatu kondisi yang timbul apabila suatu pihak memiliki karakteristik
tersembunyi (hidden characteristcs) yang diketahui hanya oleh invidu tersebut dan
tidak diketahui oleh pihak yang menjadi lawan transaksinya dalam suatu transaksi
ekonomi, dan dalam prosesnya terjadi seleksi yang menghasilkan sekelompok
individu dengan karakteristik yang tidak diinginkan. Berikut adalah beberapa contoh
kasus nya:
Penjual mobil bekas umumnya memiliki informasi yang lebih baik tentang
kondisi mobil yang mereka jual dibandingkan dengan calon pembelinya,
sehingga si pembeli berpotensi untuk dirugikan karena bisa saja si penjual
menggunakan informasi yang (lebih banyak) dimiliki olehnya untuk
mengambil keuntungan sebesar-besarnya dari si pembeli
Pembeli juga bisa memiliki informasi yang lebih baik tentang manfaat yang
bisa mereka ambil dari suatu layanan/produk, contohnya restoran all you can
eat (disini sebagai penjual) yang menerapkan satu harga beresiko dirugikan
karena akan dipilih oleh pelanggan yang memiliki nafsu makan tinggi, dimana
pelanggan jenis ini merupakan pelanggan yang paling tidak menguntungkan
dan akhirnya berpotensi menyebabkan kerugian (atau penurunan
keuntungan) bagi pihak penjual
Moral Hazard
Merupakan suatu kondisi yang timbul apabila suatu pihak yang terikat pada sebuah
kontrak dengan pihak lain melakukan suatu tindakan yang tersembunyi (hidden
action) yang menguntungkan pihak pelaku dengan merugikan/mengorbankan pihak
lain. Berikut adalah contohnya:
Perusahaan yang mempekerjakan seorang manager untuk menjalankan
usahanya dan memperoleh keuntungan yang bervariasi jumlahnya
tergantung pada kondisi ekonomi saat itu, akan tetapi seberapa besar
effort/usaha yang dilakukan oleh si manager juga akan mempengaruhi
keuntungan perusahaan. Disini si manager terlindungi dari kerugian ekonomi
oleh suatu kontrak ikatan kerja dimana berapapun profit yang diterima
perusahaan dia akan tetap mendapat gaji dengan jumlah tertentu, disini si
manager memiliki kesempatan untuk melakukan suatu hidden action tadi
dengan tidak bekerja dengan maksimal yang akan berpotensi mengurangi
keuntungan pemilik perusahaan, tapi tidak bagi si manager karena dia tetap
akan digaji sesuai dengan kontraknya. Kontrak kerja dan adanya hidden
action inilah yang memicu timbulnya Moral Hazard tadi.
Jenis lelang beserta mekanisme dan karakteristiknya bisa dilihat di dalam diagram di bawah
ini.
Diagram-4
Dimana :
b = nilai penawaran optimal
v = nilai perkiraan maksimal kita
L = penilaian paling rendah
n = jumlah peserta lelang
Diagram-5
Diagram-6
4 Studi Kasus
a) “Obfuscation” (membuat sesuatu menjadi kurang jelas/ kabur) untuk mengatasi biaya
internet search yang rendah.
Ahli ekonomi, Glenn Ellison dan Sara Fisher, telah meneliti pelaku produsen di situs
pricewatch.com sebagai berikut:
- Keterangan produk di situsnya dibuat kompleks dan membuat beberapa versi
produk
- Menawarkan produk dengan kualitas rendah dan harga murah. Setelah konsumen
click di situs nya produk dengan kualiatas tinggi ditawarkan dengan harga yang jauh
lebih tinggi dari harga produk dengan kualitas rendah tersebut
Praktek ini akan membuat konsumen melakukan search proses yang lebih kompleks dan
memakan biaya sehingga secara potensial produsen bisa meningkatkan profit karena
konsumen tidak bisa mendapatkan informasi yang jelas dari internet search tersebut.
Tidak sempurnanya informasi yang dimiliki oleh pihak-pihak yang akan bertransaksi
ekonomi (asymmetric information/informasi asimetris) dapat menyebabkan kerugian bagi
salah satu pihak, untuk memimalkan resiko ini perlu adanya mitigasi yang dilakukan oleh
masing-masing pihak, baik yang memiliki informasi lebih banyak, maupun informasi lebih
sedikit.
Contoh informasi asimetris ini misalnya pada industri asuransi, dimana seringkali pihak
asuransi tidak memiliki informasi yang lengkap tentang pemegang polis asuransinya,
misalnya secara pemeriksaan medis si A dinyatakan sehat dan tidak memiliki potensi
gangguan kesehatan bawaan, akan tetapi ternyata si A memiliki kegemaran terjun payung
atau olahraga ekstrim lainnya yang tidak diketahui oleh pihak asuransi sehingga berpotensi
meningkatkan resiko klaim ke pihak penyedia asuransi.
Salah satu bentuk lain dari informasi yang tidak sempurna adalah pada proses lelang,
dimana masing-masing peserta pada umumnya memiliki informasi (dan struktur
informasinya sendiri) yang berbeda-beda mengenai objek lelangnya, di samping mekanisme
lelang itu sendiri (terbuka atau tertutup) yang meyebabkan semakin sulitnya pengambilan
keputusan dan memerlukan strategi tertentu untuk mengoptimalkan penawaran yang akan
diberikan untuk memaksimalkan peluang memenangkan objek lelang tersebut.
Contoh-contoh lelang di Indonesia adalah lelang blok migas, lelang aset sitaan bank,
maupun barang rampasan negara.