Chapter 6

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

Makalah Kelompok Managerial Economics and Business Strategy

Kelas Eksekutif B, Angkatan 37B, Semester : Pra-MBA

Dosen : Dr. Anggito Abimanyu, M.Sc

Managerial Economics and Business Strategy


Bab 6
The Organization of the Firm

Khrisna Pratama 37P18048


Lasaro Brastha Risdaniar 37P18049
OUTLINE

PENGANTAR ................................................................................................................................
TUJUAN PEMBELAJARAN .............................................................................................................
POKOK BAHASAN
A. METODE-METODE MANAJER UNTUK MENDAPATKAN INPUT-INPUT PRODUKSI ...........
A.1 KONSEP TRANSACTION COST ....................................................................................
A.2 JENIS-JENIS SPECIALIZED INVESTMENT .....................................................................
A.3 IMPLIKASI DARI SPECIALIZED INVESTMENT ..............................................................
A.4 PENENTUAN METODE PEMBELIAN INPUT PRODUKSI YANG OPTIMAL ....................
B. MANAGERIAL COMPENSATION DAN PRINCIPAL AGENT PROBLEM ................................
B.1 FORCES YANG DIGUNAKAN PEMILIK PERUSAHAAN UNTUK MENDISIPLINKAN
MANAJER .........................................................................................................................
B.2 EMPAT TOOL YANG DIGUNAKAN MANAJER UNTUK MENDISIPLINKAN PEKERJA ....
STUDI KASUS/BUSSINESS APLICATION
A. GENERAL MOTOR-FISHER BODY, DARI SPOT EXCHANGE, CONTRACT DAN
SELANJUTNYA VERTICAL INTEGRATION……………………………………………………………......……
B. SAFELITE GLASS CORPORATION, FIXED SALARY VS INCENTIVE CONTRACT………………….

KESIMPULAN DAN CONTOH APLIKASI DI INDONESIA


A. KESIMPULAN ....................................................................................................................
B. PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR – PT BOGASARI FLOUR MILLS, SEBUAH KASUS
VERTICAL INTEGRATION………………………………………………………………………………………..
PENGANTAR

Setelah mempelajari bab 5 buku Managerial Economics dan Business Strategy 9th
karangan Michael R Baye dan Jeffery T. Prince, The Production Process and Cost, muncul dua
pertanyaan lanjutan yang belum terpecahkan, yaitu bagaimana cara yang optimal untuk
memperoleh kombinasi yang efektif dari input-input produksi dan bagaimana pemilik
perusahaan memastikan bahwa pekerja memberikan usaha maksimum untuk perusahaan
secara konsisten.

Pada Bab 6, kita akan mempelajari teknik-teknik yang digunakan perusahaan untuk
menjamin operasi perusahaan berada pada biaya minimum yang dimungkinkan. Kita akan
mendiskusikan tiga metode yang dapat digunakan manajer untuk mendapatkan input-input
produksi yang dibutuhkan. Jadi untuk meminimalkan biaya, perusahaan tidak hanya
menggunakan semua input-input produksi secara efisien sebegaimana kita diskusikan pada
bab 5, akan tetapi juga harus menggunakan metode dengan biaya paling sedikit untuk
mendapatkan input-input produksi. Dengan demikian bagian pertama dari bab 6
menyediakan informasi yang dibutuhkan kepada manajer untuk mendapatkan input-input
produksi dengan cara yang tepat.

Pada bagian kedua pada bab 6, kita akan mempelajari bagaimana perusahaan
menjamin input-input tenaga kerja, baik manajer maupun pekerja, memberikan usaha
maksimum mereka secara konsisten. Hal ini penting untuk dipertimbangkan, karena
seringkali timbul konflik kepentingan diantara pemilik, manajer dan pekerja. Selanjutnya kita
akan melihat, bagaimana rencana kompensasi manajer dan pekerja dapat dirancang untuk
memastikan para manajer dan pemilik memberikan kemampuan terbaik mereka untuk
perusahaan.
TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat :

1. Mendiskusikan pertentangan ekonomi dari metode mendapatkan input produksi


melalui spot exchange, contract atau vertical integration.
2. Mengidentifikasi 4 jenis specialized Investment dan menjelaskan bagaimana masing-
masing dapat menyebabkan costly bargaining, underinvestment dan atau hold-up
problem.
3. Menjelaskan metode yang optimal untuk mendapatkan berbagai input produksi.
4. Menjelaskan principal-agent problem terkait dengan pemilik dan manajer
perusahaan.
5. Mendiskusikan 3 force yang digunakan pemilik perusahaan untuk mendisiplinkan
manajer.
6. Menjelaskan principal-agent problem terkait dengan manajer dan pekerja.
7. Mendiskusikan 4 tool yang dapat digunakan manajer untuk memitigasi incentive
problem di tempat kerja.
POKOK BAHASAN

Pada Grafik 1, memperlihatkan Grafik Minimum Cost Function. Grafik ini


menggambarkan minimum cost yang diperlukan untuk menghasilkan jumlah output tertentu.
Dapat dilihat pada titik B, bahwa untuk memproduksi output sejumlah 10, cost minimum yang
dimungkinkan adalah $80. Titik A memperlihatkan situasi dimana untuk memproduksi output
sejumlah 10, ternyata perusahaan mengeluarkan biaya hingga $100. Situasi pada titik A ini
menggambarkan terkadang perusahaan mengeluarkan biaya lebih untuk memproduksi
sejumlah output yang seharusnya biayanya dimungkinkan di bawah itu. Bagaimana hal
tersebut bisa terjadi?

Grafik 1. Minimum Cost Function

Hal ini dimungkinkan terjadi disebabkan oleh dua hal, yaitu :

1. Metode mendapatkan input-input produksi yang digunakan bukan merupakan


metode yang paling optimal yang dimungkinkan, atau
2. Manajer dan atau pekerja tidak memberikan kemampuan terbaiknya untuk
perusahaan.

A. Metode-metode Manajer untuk Mendapatkan Input-input Produksi

Manajer dapat menggunakan beberapa pendekatan untuk mendapatkan input-input


produksi yang dibutuhkan untuk memproduksi output, antara lain :
1. Spot Exchange
Spot Exchange adalah hubungan yang informal antara pembeli dan supplier input
produksi dimana tiap pihak wajib mematuhi syarat-syarat tertentu dalam suatu
pertukaran. Spot Exchange terjadi ketika supplier input produksi dan pembeli
bertemu, melakukan pertukaran dan kemudian berpisah. Keuntungan utama
mendapatkan input produksi dengan metode ini adalah perusahaan pembeli tersebut
akan menjadi spesialis untuk bidang yang memang biasa dikerjakan yaitu
mengkonversi input produksi menjadi output. Spot Exchange seringkali digunakan
ketika input-input yang digunakan dalam proses produksi bersifat standar.
2. Contract
Contract adalah hubungan formal antara pembeli dan supplier input produksi yang
mewajibkan tiap pihak untuk melakukan pertukaran dalam syarat-syarat tertentu
yang tertuang dalam dokumen legal. Keuntungan dengan menggunakan metode ini,
perusahaan pembeli tersebut akan menjadi spesialis untuk bidang yang memang biasa
dikerjakan yaitu mengkonversi input produksi menjadi output, selain itu contract
memungkinkan perusahaan pembeli untuk mendapatkan input produksi yang diatas
standar normal. Kerugian menggunakan metode ini adalah adanya biaya untuk
penulisan contract dan memakan waktu yang tidak sedikit, selain itu adanya kesulitan
untuk mengakomodir semua kemungkinan yang bisa timbul dalam transaksi
pertukaran.
3. Vertical Integration
Situasi dimana perusahaan memproduksi sendiri input yang dibutuhkan untuk
membuat output finalnya. Kerugian dari metode ini adalah perusahaan kehilangan
manfaat dari menjadi perusahaan yang spesialis, sehingga fokus perusahaan terpecah
dan menyebabkan biaya birokrasi meningkat karena struktur organisasi akan
membesar. Adapun keuntungannya adalah perusahaan pembeli tidak lagi bergantung
pada supplier input untuk mendapatkan input produksi yang dibutuhkan, selain itu
memungkinkan perusahaan pembeli untuk mendapatkan input produksi yang diatas
standar normal yang bahkan sulit diakomodir oleh contract.

A.1. Konsep Transaction Cost

Ketika perusahaan pembeli mengakuisisi input produksi, dimungkinkan ada biaya


lebih selain sejumlah biaya yang dibayarkan perusahaan pembeli ke supplier input. Biaya lebih
itu disebut transaction cost. Transaction cost ada yang terlihat jelas dan ada yang tidak terlihat
jelas. Untuk mengidentifikasi transaction cost yang tidak terlihat jelas, digunakan konsep
specialized investment. Specialized investment adalah investasi pada aktivitas pertukaran
tertentu yang tidak dapat direcovery pada hubungan perdagangan selain itu. Jadi specialized
investment adalah investasi yang harus dikeluarkan untuk memperlancar proses pertukaran
supplier & perusahaan pembeli, akan tetapi mempunyai nilai yang kecil atau bahkan tidak
bernilai sama sekali pada alternatif lain. Ketika investasi dalam suatu hubungan perdagangan
hanya dapat digunakan untuk customer tertentu saja dan investasi tersebut bersifat sunk dan
tidak dapat direcovery biayanya, maka investasi tersebut adalah specialized investment.
Ketika suatu specialized investment dibutuhkan untuk memfasilitasi pertukaran, hubungan
antara kedua pihak yang terlibat pertukaran itu dikenal dengan relationship-specific
exchange.

A.2. Jenis-jenis Specialized Investment

Specialized investment terdiri atas beberapa jenis, diantaranya :

1. Site Specificity
2. Physical Asset Specificity
3. Dedicated Asset
4. Human Capital

A.3. Implikasi dari Specialized Investment

Specialized Investment berimplikasi mengakibatkan kenaikan transaction cost


disebabkan hal itu mengakibatkan timbulnya costly bargaining, underinvestment dan
opportunisme dan hold-up problem.

A.4. Penentuan Metode Pembelian Input Produksi yang Optimal

Metode meminimalkan biaya pembelian input produksi tergantung pada batasan dari
kondisi dimana ada relationship specific exchange disitu.

1. Spot Exchange
Cara paling sederhana bagi suatu perusahaan untuk mendapatkan input produksi
adalah melalui spot exchange. Jika kondisinya tidak ada transaction cost, dan tersedia
banyak penjual dan pembeli di pasar, harga harga pasar akan ditentukan oleh
perpotongan dari kurva supply dan demand untuk input produksi. Dengan demikian,
manajer dengan mudah dapat mendapatkan input produksi dengan harga pasar.
Kondisi yang dapat menyebabkan metode spot exchange menjadi tidak optimal
adalah jika pada hubungan perdagangan ada specialized investment. Spot Exchange
tidak mampu melindungi perusahaan pembeli dari opportunism, mengakibatkan
kedua pihak akan menghabiskan waktu untuk negosiasi harga dan timbulnya biaya
yang cukup signifikan jika negosiasi berjalan buntu. Selain itu, kemungkinan input
produksi akan berkualitas inferior disebabkan oleh underinvestment. Sehingga dapat
disimpulkan jika manajer harus mempertimbangkan alternatif lain selain spot
exchange jika ada specialized investment.
2. Contract
Dengan adanya opportunism dan kebutuhan untuk negosiasi setiap kali pembelian
input produksi, dibutuhkan metode lain yaitu contract. Metode contract dapat
menspesifikkan harga sebelum kedua pihak membuat suatu specialized investment.
Hal ini melindungi kedua belah pihak dari opportunism. Kemudian dengan metode
contract, akan mengurangi kemungkinan kedua belah pihak melakukan penghematan
pada specialized investment, sehingga meminimalkan kemungkinan terjadinya
underinvestment. Dikarenakan durasi kontrak memendek akibat kompleksitas lingkup
kontrak, kedua pihak harus membuat kontrak baru setelah kontrak lama selesai.
Dengan mempertimbangkan biaya legal, biaya pengacara, waktu yang dibutuhkan
untuk negosiasi ulang dan kompleksitas lingkup kontrak, menjadi tidak efisien untuk
terus menerus memperbaharui kontrak baru setiap kali kontrak habis. Dalam hal ini,
manajer harus mempertimbangkan pilihan metode lain selain contract.
3. Vertical Integration
Ketika specialized investment menghasilkan transaction cost akibat opportunism,
costly bargaining atau underinvestment, dan ketika input-input bersifat sangat
kompleks atau dunia ekonomi diliputi ketidakpastian, metode contract akan menjadi
mahal dan bahkan mungkin sulit untuk diwujudkan. Pilihan metode yang tersisa bagi
perusahaan pembeli adalah membangun fasilitas untuk menghasilkan input-input
produksi sendiri. Keuntungan dari vertical integration adalah perusahaan akan
menghilangkan perantara dengan memproduksi kebutuhan input produksinya sendiri
sehingga meminimalkan opportunism. Adapun kerugiannya adalah perusahaan harus
menanggung tambahan biaya untuk membangun fasilitas produksi sendiri. Selain itu
perusahaan tidak lagi menjadi spesialis pada apa yang biasa dikerjakan.

Gambar 1. Skema Pemilihan Metode Pembelian Input Produksi

Pemilihan Metode Pembelian Input Produksi dan pertentangan-pertentangan


ekonomi yang timbul dari metode-metode tersebut, digambarkan secara sederhana
pada skema di Gambar 1.
Spot Exchange Contract Vertical Integration

Transaction Cost V VV -

Specialized Investment - V VV

Principal Agent Problem - - V

Contoh Perusahaan PT X beli ATK PT PLN – PT BA PT Indofood Sukses


langsung ke toko melakukan Makmur
buku & alat tulis kontrak untuk mengakuisisi PT
pengadaan Bogasari Flour Mills
batubara

Tabel 1. Perbandingan Spot Exchange, Contract dan Vertical Integration dari Aspek
Transaction Cost, Specialized Investment, Principal Agent Problem

B. Managerial Compensation dan Principal Agent Problem

Salah satu karakteristik dari perusahaan-perusahaan besar adalah terpisahnya


kepemilikan dan kontrol. Hal itu akan menyebabkan pengawasan secara langsung tidak bisa
dilakukan, yaitu pemilik tidak bisa memantau manajer dan atau manajer tidak bisa memantau
pekerja. Dalam hal ini principal agent problem muncul. Salah satu yang mendorong principal
agent problem semakin menguat adalah sistem kompensasi yang tidak mendorong manajer
untuk memberikan usaha lebih untuk kemajuan perusahaan. Sistem kompensasi yang
dimaksud adalah fixed salary system. Fixed Salary System memungkinkan seorang manajer,
bagaimanapun kinerjanya akan selalu mendapatkan kompensasi yang sama. Persoalan itu
menuntut adanya sistem kompensasi lain yang mampu mengatasi fixed salary system. Dunia
ekonomi kemudian mengenal incentive contract system. Sistem kompensasi ini
memungkinkan kompensasi yang diterima manajer adalah sesuai dengan kinerja perusahaan.
Hal ini mendorong kinerja manajer menjadi lebih baik karena hal itu berpengaruh pada
kompensasi yang akan diterimanya.

B.1. Forces yang Digunakan Pemilik Perusahaan untuk Mendisiplinkan Manajer

Untuk mendisiplinkan manajer, ada dua jenis insentif, yaitu insentif internal dan
eksternal. Insentif internal antara lain incentive contract, opsi saham atau bonus tahunan.
Sedangkan insentif eksternal antara lain, personal reputation dan potential takeover.

B.2. Empat Tool yang Digunakan Manajer untuk Mendisiplinkan Pekerja

Untuk memitigasi problem insentif pekerja, antara lain dengan profit sharing, revenue
sharing, pieces rate dan time clock & spot check.
STUDI KASUS / BUSINESS APLICATION

A. General Motor-Fisher Body, dari Spot Exchange, Contract dan Selanjutnya Vertical
Integration

Pergerakan menarik dari suatu perusahaan, dari menggunakan metode spot


exchange, long term contract hingga menerapkan vertical integration dapat dilihat pada kasus
hubungan General Motor-Fisher Body. Pada awal abad 20th, umumnya body mobil terbuka,
struktur kayu dibuat oleh pengrajin dengan skill relatif umum. Dengan demikian, specialized
investment relatif tidak penting dan General Motor membeli input produksi berupa body
mobil untuk mobil buatannya melalui spot exchange.

Seiring dengan perkembangan industri mobil, realita yang terjadi adalah body mobil
tertutup dengan bahan logam menjadi metode superior dalam dunia manufactur mobil.
Kondisi ini menggambarkan jenis specialized investment berupa physical asset specificity,
karena membutuhkan investasi pada mesin khusus untuk menstempel bagian-bagian body
mobil. Untuk mencegah kemungkinan adanya opportunism, General Motor- Fisher Body
menandatangani 10 tahun yang mengatur harga body mobil dan mewajibkan General Motor
untuk membeli seluruh body mobil model tertutupnya dari Fisher Body.

Awalnya perjanjian ini berjalan dengan baik, mendorong kedua belah pihak untuk
membuat specialized investment yang diperlukan dalam hubungan perdagangan itu. Akan
tetapi, seiring berjalan waktu, menjadi tampak jelas bahwa perjanjian awal ternyata tidak
lengkap, membuka kemungkinan besar kedua belah pihak terlibat dalam opportunism.
Sebagai contoh, formula harga pada perjanjian tersebut membuat Fisher Body menerima
17,6% dari keuntungan untuk biaya tenaga kerja dan transportasi. Hal ini mendorong Fisher
untuk memproduksi dengan teknologi-pekerja yang tidak efisien, ditempat yang terpencil dan
mensuplai dengan biaya yang tidak efisien ke General Motor.

Dalam tinjauan kembali, tampak bahwa baik General Motor dan Fisher Body
menganggap remeh tingkat kesulitan dalam penulisan kontrak untuk mengatur hubungan
perdagangan diantara mereka. Dalam perkembangannya, alih-alih menghabiskan waktu dan
uang untuk menulis kontrak yang lebih detail, General Motor memecahkan masalah tersebut
dengan mengakuisisi Fisher Body. Dalam hal ini General Motor sudah melakukan Vertical
Integration.

B. Safelite Glass Corporation, Fixed Salary vs Incentive Contract

Sebuah studi oleh Edward Lazear pada praktek ketenagakerjaan di Perusahaan Safelite
Glass menunjukkan pentingnya insentif yang terstruktur secara tepat. Output rata-rata
pekerja meningkat hamper 50% ketika dilakukan perubahan sistem kompensasi dari
upah/jam menjadi sistem piece rate. Lebih dari itu, rata-rata upah pekerja meningkat 10%
dengan sistem kompensasi piece rate.
KESIMPULAN DAN CONTOH APLIKASI DI INDONESIA

A. Kesimpulan

Dari makalah ini, dapat disimpulkan dua hal utama untuk menjawab dua pertanyaan
mendasar yang muncul pada pendahuluan makalah. Yang pertama adalah metode optimal
untuk mendapatkan input-input produksi tergantung pada sifat transaction cost dan
specialized investment pada proses pengadaan input-input produksi. Kemudian menjawab
pertanyaan yang kedua, bahwa untuk mengatasi principal-agent problem, pemimpin harus
merancang rencana untuk menyelaraskan kepentingan agent dengan kepentingan pemimpin.

B. PT Indofood Sukses Makmur – PT Bogasari Flour Mills, sebuah Kasus Vertical Integration

Adapun contoh aplikasinya di Indonesia adalah saat PT Indofood Sukses Makmur


mengakuisisi PT Bogasari Flour Mills. PT Indofood dikenal sebagai produsen mie, sedangkan
PT Bogasari adalah produsen tepung terigu yang menguasai 85% pangsa pasar konsumsi
tepung terigu. Hal ini bernilai strategis bagi PT Indofood karena mie yang mereka hasilkan
berbahan dasar tepung terigu. Sehingga dalam hal ini, PT Indofood memilih untuk
memproduksi sendiri input-input yang dia butuhkan untuk melakukan aktivitas produksi.
Dalam dunia ekonomi bisnis, praktek PT Indofood mengakuisisi PT Bogasari ini dikenal sebagai
vertical integration.

Keuntungan yang didapatkan PT Indofood Sukses Makmur dengan melakukan Vertical


Integration, dibandingkan dengan melakukan spot exchange (membeli tepung terigu
langsung dari PT Bogasari Flour Mills atau supplier lain), atau dengan melakukan contract
(membuat kontrak pembelian tepung terigu dengan PT Bogasari Flour Mills), antara lain :

1. Akan mengurangi biaya koordinasi pada tingkat yang berbeda dari proses produksi
2. Dapat menjamin ketersediaan bahan baku input produksi, sehingga selanjutnya
akan menjamin tersedianya barang bagi konsumen
3. Sebagai kontrol terhadap usaha differensiasi produk. Melalui strategi integrasi
Vertical tersebut , maka PT Indofood akan memperoleh keunggulan dibandingkan
dengan pelaku usaha yang hanya menguasai satu level proses produksi.

Anda mungkin juga menyukai