Chapter 6
Chapter 6
Chapter 6
PENGANTAR ................................................................................................................................
TUJUAN PEMBELAJARAN .............................................................................................................
POKOK BAHASAN
A. METODE-METODE MANAJER UNTUK MENDAPATKAN INPUT-INPUT PRODUKSI ...........
A.1 KONSEP TRANSACTION COST ....................................................................................
A.2 JENIS-JENIS SPECIALIZED INVESTMENT .....................................................................
A.3 IMPLIKASI DARI SPECIALIZED INVESTMENT ..............................................................
A.4 PENENTUAN METODE PEMBELIAN INPUT PRODUKSI YANG OPTIMAL ....................
B. MANAGERIAL COMPENSATION DAN PRINCIPAL AGENT PROBLEM ................................
B.1 FORCES YANG DIGUNAKAN PEMILIK PERUSAHAAN UNTUK MENDISIPLINKAN
MANAJER .........................................................................................................................
B.2 EMPAT TOOL YANG DIGUNAKAN MANAJER UNTUK MENDISIPLINKAN PEKERJA ....
STUDI KASUS/BUSSINESS APLICATION
A. GENERAL MOTOR-FISHER BODY, DARI SPOT EXCHANGE, CONTRACT DAN
SELANJUTNYA VERTICAL INTEGRATION……………………………………………………………......……
B. SAFELITE GLASS CORPORATION, FIXED SALARY VS INCENTIVE CONTRACT………………….
Setelah mempelajari bab 5 buku Managerial Economics dan Business Strategy 9th
karangan Michael R Baye dan Jeffery T. Prince, The Production Process and Cost, muncul dua
pertanyaan lanjutan yang belum terpecahkan, yaitu bagaimana cara yang optimal untuk
memperoleh kombinasi yang efektif dari input-input produksi dan bagaimana pemilik
perusahaan memastikan bahwa pekerja memberikan usaha maksimum untuk perusahaan
secara konsisten.
Pada Bab 6, kita akan mempelajari teknik-teknik yang digunakan perusahaan untuk
menjamin operasi perusahaan berada pada biaya minimum yang dimungkinkan. Kita akan
mendiskusikan tiga metode yang dapat digunakan manajer untuk mendapatkan input-input
produksi yang dibutuhkan. Jadi untuk meminimalkan biaya, perusahaan tidak hanya
menggunakan semua input-input produksi secara efisien sebegaimana kita diskusikan pada
bab 5, akan tetapi juga harus menggunakan metode dengan biaya paling sedikit untuk
mendapatkan input-input produksi. Dengan demikian bagian pertama dari bab 6
menyediakan informasi yang dibutuhkan kepada manajer untuk mendapatkan input-input
produksi dengan cara yang tepat.
Pada bagian kedua pada bab 6, kita akan mempelajari bagaimana perusahaan
menjamin input-input tenaga kerja, baik manajer maupun pekerja, memberikan usaha
maksimum mereka secara konsisten. Hal ini penting untuk dipertimbangkan, karena
seringkali timbul konflik kepentingan diantara pemilik, manajer dan pekerja. Selanjutnya kita
akan melihat, bagaimana rencana kompensasi manajer dan pekerja dapat dirancang untuk
memastikan para manajer dan pemilik memberikan kemampuan terbaik mereka untuk
perusahaan.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Site Specificity
2. Physical Asset Specificity
3. Dedicated Asset
4. Human Capital
Metode meminimalkan biaya pembelian input produksi tergantung pada batasan dari
kondisi dimana ada relationship specific exchange disitu.
1. Spot Exchange
Cara paling sederhana bagi suatu perusahaan untuk mendapatkan input produksi
adalah melalui spot exchange. Jika kondisinya tidak ada transaction cost, dan tersedia
banyak penjual dan pembeli di pasar, harga harga pasar akan ditentukan oleh
perpotongan dari kurva supply dan demand untuk input produksi. Dengan demikian,
manajer dengan mudah dapat mendapatkan input produksi dengan harga pasar.
Kondisi yang dapat menyebabkan metode spot exchange menjadi tidak optimal
adalah jika pada hubungan perdagangan ada specialized investment. Spot Exchange
tidak mampu melindungi perusahaan pembeli dari opportunism, mengakibatkan
kedua pihak akan menghabiskan waktu untuk negosiasi harga dan timbulnya biaya
yang cukup signifikan jika negosiasi berjalan buntu. Selain itu, kemungkinan input
produksi akan berkualitas inferior disebabkan oleh underinvestment. Sehingga dapat
disimpulkan jika manajer harus mempertimbangkan alternatif lain selain spot
exchange jika ada specialized investment.
2. Contract
Dengan adanya opportunism dan kebutuhan untuk negosiasi setiap kali pembelian
input produksi, dibutuhkan metode lain yaitu contract. Metode contract dapat
menspesifikkan harga sebelum kedua pihak membuat suatu specialized investment.
Hal ini melindungi kedua belah pihak dari opportunism. Kemudian dengan metode
contract, akan mengurangi kemungkinan kedua belah pihak melakukan penghematan
pada specialized investment, sehingga meminimalkan kemungkinan terjadinya
underinvestment. Dikarenakan durasi kontrak memendek akibat kompleksitas lingkup
kontrak, kedua pihak harus membuat kontrak baru setelah kontrak lama selesai.
Dengan mempertimbangkan biaya legal, biaya pengacara, waktu yang dibutuhkan
untuk negosiasi ulang dan kompleksitas lingkup kontrak, menjadi tidak efisien untuk
terus menerus memperbaharui kontrak baru setiap kali kontrak habis. Dalam hal ini,
manajer harus mempertimbangkan pilihan metode lain selain contract.
3. Vertical Integration
Ketika specialized investment menghasilkan transaction cost akibat opportunism,
costly bargaining atau underinvestment, dan ketika input-input bersifat sangat
kompleks atau dunia ekonomi diliputi ketidakpastian, metode contract akan menjadi
mahal dan bahkan mungkin sulit untuk diwujudkan. Pilihan metode yang tersisa bagi
perusahaan pembeli adalah membangun fasilitas untuk menghasilkan input-input
produksi sendiri. Keuntungan dari vertical integration adalah perusahaan akan
menghilangkan perantara dengan memproduksi kebutuhan input produksinya sendiri
sehingga meminimalkan opportunism. Adapun kerugiannya adalah perusahaan harus
menanggung tambahan biaya untuk membangun fasilitas produksi sendiri. Selain itu
perusahaan tidak lagi menjadi spesialis pada apa yang biasa dikerjakan.
Transaction Cost V VV -
Specialized Investment - V VV
Tabel 1. Perbandingan Spot Exchange, Contract dan Vertical Integration dari Aspek
Transaction Cost, Specialized Investment, Principal Agent Problem
Untuk mendisiplinkan manajer, ada dua jenis insentif, yaitu insentif internal dan
eksternal. Insentif internal antara lain incentive contract, opsi saham atau bonus tahunan.
Sedangkan insentif eksternal antara lain, personal reputation dan potential takeover.
Untuk memitigasi problem insentif pekerja, antara lain dengan profit sharing, revenue
sharing, pieces rate dan time clock & spot check.
STUDI KASUS / BUSINESS APLICATION
A. General Motor-Fisher Body, dari Spot Exchange, Contract dan Selanjutnya Vertical
Integration
Seiring dengan perkembangan industri mobil, realita yang terjadi adalah body mobil
tertutup dengan bahan logam menjadi metode superior dalam dunia manufactur mobil.
Kondisi ini menggambarkan jenis specialized investment berupa physical asset specificity,
karena membutuhkan investasi pada mesin khusus untuk menstempel bagian-bagian body
mobil. Untuk mencegah kemungkinan adanya opportunism, General Motor- Fisher Body
menandatangani 10 tahun yang mengatur harga body mobil dan mewajibkan General Motor
untuk membeli seluruh body mobil model tertutupnya dari Fisher Body.
Awalnya perjanjian ini berjalan dengan baik, mendorong kedua belah pihak untuk
membuat specialized investment yang diperlukan dalam hubungan perdagangan itu. Akan
tetapi, seiring berjalan waktu, menjadi tampak jelas bahwa perjanjian awal ternyata tidak
lengkap, membuka kemungkinan besar kedua belah pihak terlibat dalam opportunism.
Sebagai contoh, formula harga pada perjanjian tersebut membuat Fisher Body menerima
17,6% dari keuntungan untuk biaya tenaga kerja dan transportasi. Hal ini mendorong Fisher
untuk memproduksi dengan teknologi-pekerja yang tidak efisien, ditempat yang terpencil dan
mensuplai dengan biaya yang tidak efisien ke General Motor.
Dalam tinjauan kembali, tampak bahwa baik General Motor dan Fisher Body
menganggap remeh tingkat kesulitan dalam penulisan kontrak untuk mengatur hubungan
perdagangan diantara mereka. Dalam perkembangannya, alih-alih menghabiskan waktu dan
uang untuk menulis kontrak yang lebih detail, General Motor memecahkan masalah tersebut
dengan mengakuisisi Fisher Body. Dalam hal ini General Motor sudah melakukan Vertical
Integration.
Sebuah studi oleh Edward Lazear pada praktek ketenagakerjaan di Perusahaan Safelite
Glass menunjukkan pentingnya insentif yang terstruktur secara tepat. Output rata-rata
pekerja meningkat hamper 50% ketika dilakukan perubahan sistem kompensasi dari
upah/jam menjadi sistem piece rate. Lebih dari itu, rata-rata upah pekerja meningkat 10%
dengan sistem kompensasi piece rate.
KESIMPULAN DAN CONTOH APLIKASI DI INDONESIA
A. Kesimpulan
Dari makalah ini, dapat disimpulkan dua hal utama untuk menjawab dua pertanyaan
mendasar yang muncul pada pendahuluan makalah. Yang pertama adalah metode optimal
untuk mendapatkan input-input produksi tergantung pada sifat transaction cost dan
specialized investment pada proses pengadaan input-input produksi. Kemudian menjawab
pertanyaan yang kedua, bahwa untuk mengatasi principal-agent problem, pemimpin harus
merancang rencana untuk menyelaraskan kepentingan agent dengan kepentingan pemimpin.
B. PT Indofood Sukses Makmur – PT Bogasari Flour Mills, sebuah Kasus Vertical Integration
1. Akan mengurangi biaya koordinasi pada tingkat yang berbeda dari proses produksi
2. Dapat menjamin ketersediaan bahan baku input produksi, sehingga selanjutnya
akan menjamin tersedianya barang bagi konsumen
3. Sebagai kontrol terhadap usaha differensiasi produk. Melalui strategi integrasi
Vertical tersebut , maka PT Indofood akan memperoleh keunggulan dibandingkan
dengan pelaku usaha yang hanya menguasai satu level proses produksi.