Preparasi Sangat Terbaru!

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Medium merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi atau zat-zat
hara yang digunakan menumbuhkan mikroorganisme di atas atau di dalamnya. Selain
itu, medium dapat dipergunakan pula untuk isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-
sifat fisologis, dan perhitungan jumlah mikroorganisme. Untuk menetapkan suatu
jenis mikroba sebagai penyebab penyakit harus terlebih dahulu harus mendapatkan
mikroba dalam keadaan murni (pure culture) untuk diselidiki sifat-sifatnya. Untuk
tujuan tersebut sangat diperlukan suatu medium sebagai tempat tumbuh dan isolasi
mikroorganisme (Waluyo, 2010).
Mikroorganisme memerlukan nutrisi untuk kelangsungan hidupnya. Oleh
karena itu, diperlukan media (jamak, medium) untuk kultivasi mikroorganisme.
Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroorganisme. Selain itu, media dapat
digunakan untuk isolasi, pengujian sifat-sifat fisiologi, dan perhitungan jumlah
mikroorganisme (Rakhmawati, 2012).

1.2 Perumusan Masalah


Adapun perumusan masalah dalam percobaan ini adalah :
1. Bagaimana fungsi media pada penanaman mikroba.
2. Bagaimana pembagian media pada penanaman mikroba.
3. Bagaimana kriteria penggunaan media pada penanaman mikroba.
4. Bagaimana prinsip dasar preparasi media.
5. Bagaimana cara membedakan agar komersil dengan agar teknis.

1.3 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan adalah :
1. Mengetahui fungsi media pada penanaman mikroba.
2. Mengetahui pembagian media pada penanaman mikroba.
3. Mengetahui kriteria penggunaan media pada penanaman mikroba.
4. Mengetahui prinsip dasar preparasi media.
5. Mengetahui cara membedakan agar komersil dengan agar teknis.

1
2

1.4 Manfaat Percobaan


Adapun manfaat dari percobaan ini adalah :
1. Dapat mengetahui fungsi media pada penanaman mikroba.
2. Dapat mengetahui pembagian media pada penanaman mikroba.
3. Dapat mengetahui kriteria penggunaan media pada penanaman mikroba.
4. Dapat mengetahui prinsip dasar preparasi media.
5. Dapat mengetahui cara membedakan agar komersil dengan agar teknis.

1.5 Ruang Lingkup Percobaan


Adapun praktikum ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Teknik/
Bioproses, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Alat-alat yang digunakan, yaitu aluminium foil, batang pengaduk, beaker glass,
cawan petri, corong gelas, gelas ukur, hot plate, magnetic stirrer, neraca digital,
serbet, spatula, termometer dan tisu. Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan
ini, yaitu agar komersil (agarasa) dan aquadest. Adapun kondisi ruangan saat
praktikum dalam keadaan bersih dan memiliki suku 30ºC serta tekanan 2 atm.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Media
Medium merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi atau zat-zat
hara yang digunakan menumbuhkan mikroorganisme di atas atau di dalamnya. Selain
itu, medium dapat dipergunakan pula untuk isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-
sifat fisologis, dan perhitungan jumlah mikroorganisme. Untuk menetapkan suatu
jenis mikroba sebagai penyebab penyakit harus terlebih dahulu harus mendapatkan
mikroba dalam keadaan murni (pure culture) untuk diselidiki sifat-sifatnya. Untuk
tujuan tersebut sangat diperlukan suatu medium (perbenihan) sebagai tempat tumbuh
dan isolasi mikroorganisme.
Produk-produk medium dari industri (pabrik) harus ada aturan tentang
penggunaan semua produk medium mikrobiologis. Aspek-aspek yang harus
terstandar antara lain pengawasan, pemeliharaan, pembersihan, kalibrasi peralatan,
sanitasi, pengambilan sampel, penyimpanan, dan distribusi medium. Harus ada
petunjuk formula dan dokumen untuk setiap produk termasuk cara pengemasan
produk medium (Waluyo, 2010).

2.2 Preparasi Media


Medium biakan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme dalam
bentuk padat, semi-padat, dan cair. Medium padat diperoleh dengan menambahkan
agar. Agar berasal dari ganggang merah. Agar digunakan sebagai pemadat karena
tidak dapat diuraikan oleh mikroba, dan membeku pada suhu di atas 45˚C.
Setelah medium biakan disiapkan, harus disterilkan terlebih dahulu sebelum
digunakan membiakkan mikroba. Bila medium biakan yang disiapkan tidak
disterilkan, mikroba tercemar akan tumbuh menyebabkan kekeruhan medium.
Adanya mikroba pencemar menyebabkan kita tidak mengetahui apakah perubahan
yang terjadi dalam medium disebabkan mikroba yang ditumbuhkan atau oleh
mikroba pencemar. Proses membunuh dan melenyapkan semua mikroorganisme
hidup yang terdapat dalam biakan disebut sterilisasi. Baru setelah disterilkan medium
biakan siap dipakai.
4

Di laboratorium, sterilisasi medium menggunakan autoklaf dengan


menggunakan tekanan uap air, sehingga suhu dapat mencapai 121˚C dengan tekanan
1 atm selama 15 menit. Cairan yang tidak tahan panas, dapat disterilkan dengan
menggunakan berbagai macam saringan. Contoh cairan yang tidak dapat dipanaskan
adalah urea, berbagai macam karbohidrat, dan serum (Waluyo, 2010).
Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki apakah
metode persiapan yang berbeda dan kondisi penyimpanan agar-agar, seperti tingkat
kelembaban, waktu pengeringan udara, suhu penyimpanan, dan durasi penyimpanan
agar-agar yang umumnya dipraktikkan di laboratorium mikrobiologi, mempengaruhi
tanda tangan pencar koloni. Diketahui bahwa pertumbuhan bakteri pada agar padat
tergantung pada nutrisi dan kadar air yang tersedia. Dengan demikian, persiapan
media dan kondisi penyimpanan yang dioptimalkan harus digunakan untuk
mendapatkan data yang dapat direproduksi tentang karakteristik pencar untuk
berbagai mikroorganisme (Mialon, et al., 2012).

2.3 Pembagian Media


2.3.1 Berdasarkan komposisi atau susunan bahannya
1. Medium Non Sintetik
Medium non sintetik merupakan medium yang susunan kimianya tidak
dapat ditentukan dengan pasti. Medium ini banyak digunakan untuk
menumbuhkan dan mempelajari taksonomi mikroorganisme. Misalnya,
bahan-bahan yang terdapat dalam kaldu nutrienyakni ekstrak daging dan
pepton memiliki komposisi kimia yang tidak pasti.
2. Medium Sintetik
Medium sintetik yakni medium yang susunan kimianya dapat diketahui
dengan pasti. Komposisi kimiawi medium sintetik biasanya dibuat dari
bahan-bahan kimia dengan kemurnian tinggi dan ditentukan dengan tepat.
Medium ini biasanya digunakan untuk mempelajari kebutuhan makanan
mikroorganisme. Oleh karena itu, medium semacam ini dapat diulangi
pembuatannya kapan saja dan diperoleh hasil yang relatif sama. Contoh
medium sintetik ialah cairan Hanks.
5

3. Medium Semi Sintetik


Medium semi sintetik merupakan campuran medium sintetik dengan
medium non sintetik. Misalnya cairan Hanks yang ditambah serum.
(Waluyo, 2010)

2.3.2 Berdasarkan Bentuknya


1. Media cair
Komposisi dapat sintesis dapat pula alami. Keadaan cair karena tidak
ditambahkan bahan pemadat.
2. Media padat
Sama halnya dengan media cair hanya bedanya disini ditambahkan bahan
pemadat (agar-agar atau amilum).
3. Media semi padat
Sebenarnya media ini termasuk media padat tapi karena keadaannya
lembek disebut semi padat. Bahan pemadat yang ditambahkan kurang dari
setengah medium padat sedangkan komposisinya sama dengan yang
lainnya.
(Waluyo, 2010)

2.3.3 Berdasarkan kegunaannya


1. Media umum
Media ini digunakan secara umum artinya media ini dapat ditumbuhi oleh
berbagai jenis mikroorganisme baik bakteri maupun jamur misalnya NA
(Nutrient Agar) dan lain-lain.
2. Media selektif
Media dipakai untuk menyeleksi mikroorganisme sesuai dengan yang
diinginkan, jadi hanya satu jenis mikroorganisme saja yang dapat tumbuh
dalam media ini atau hanya satu kelompok tertentu saja, misalnya media
Salmonella Sigella agar yaitu media khusus untuk mengamati atau
menyelidiki Salmonella atau Sigella dari makanan atau bahan lain.
3. Media diferensial
Media ini digunakan untuk menyeleksi mikroorganisme. Medium ini dapat
ditumbuhi berbagai jenis mikroorganisme tapi salah satu diantaranya dapat
6

memberikan salah satu ciri yang khas sehingga dapatdibedakan dari yang
lain dan dapat dipisahkan.
4. Media diperkaya
Media ini digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme untuk
keperluan tertentu. Dibiakkan dalam medium ini agar sel-sel
mikroorganisme tertentu dapat berkembang dengan cepat sehingga
diperoleh populasi yang tinggi. Komposisi medium sangat diperlukan dan
sangat menguntungkan bagi pertumbuhan sel mikroorganisme yang
bersangkutan.
(Waluyo, 2010)

2.4 Prinsip Dasar Preparasi


Media Plate Count Agar (PCA) merupakan media padat, yaitu media yang
mengandung agar sehingga setelah dingin media tersebut akan menjadi padat. Media
PCA dilarutkan dengan aquadestilata dengan membentuk suspensi 22,5 g/L
kemudian disterilisasi pada autoklaf 15 menit pada suhu 121°C.
Media PCA biasanya dibuat dan disterilisasi dalam jumlah yang banyak
sesuai dengan kebutuhan sampai akhir penelitian. Sisa media yang belum dipakai
disimpan di lemari pendingin pada suhu 100°C. Jika akan dipakai lagi media
dipanaskan diatas hot plate. Demikian seterusnya diulang berkali-kali. Pada
umumnya penelitian bertujuan untuk mengetahui jumlah koloni mikroba yang
tumbuh pada media yang telah dipanaskan berulang kali dan untuk mengetahui pada
pemanasan ke berapa media masih efektif digunakan sebagai media pertumbuhan
mikroba (Wati, 2018).

2.5 Fungsi Media


Berikut merupakan media berdasarkan fungsinya, yaitu :
1. Medium Selektif/Elektif
Medium ini ditambah zat kimia tertentu yang bersifat selektif untuk
mencegah pertumbuhan mikroba lainnya. Contohnya medium yang
mengandung zat kimia kristal violet pada kadar tertentu dapat mencegah
pertumbuhan bakteri gram positif tanpa mempengaruhi pertumbuhan bakteri
gram negatif. Contoh lainnya, medium agar Endo menyebabkan kuman
7

golongan Coli berwarna merah, sedangkan Salmonella koloninya tidak


berwarna.
2. Medium Differensial
Medium ini mengandung zat-zat kimia tertentu yang memungkinkan
membedakan berbagai macam tipe mikroba. Medium ini ditambah reagensia
atau zat kimia tertentu yang menyebabkan suatu mikroba membentuk
pertumbuhan atau mengadakan perubahan tertentu sehingga dapat untuk
membedakan tipe-tipenya. Misalnya, medium agar darah dapat untuk
membedakan bakteri hemolitik dengan bakteri non hemolitik.
3. Medium Eksklusif
Medium eksklusif yakni medium yang hanya memungkinkan tumbuhnya
satu jenis mikroba tertentu, sedangkan mikroba lainnya dihambat atau
dimatikan. Contoh lainnya, medium air pepton alkalis dapat mematikan
kuman lainnya.
4. Medium Penguji
Medium penguji adalah medium dengan susunan kimia tertentu yang
digunakan untuk pengujian vitamin, asam amino, antibiotik, dan
sebagainya.
5. Medium Diperkaya (Enriched Medium)
Medium ditambah zat-zat tertentu untuk menumbuhkan mikroorganisme
heterotrof tertentu yang ditambahkan zat-zat misalnya serum, darah, ekstrak
tumbuh-tumbuhan.
6. Medium Khusus
Medium ini untuk menentukan tipe pertumbuhan mikroorganisme dan
kemampuannya untuk mengadakan perubahan-perubahan kimia tertentu.
7. Medium Persemaian (Nutrient Media)
Medium ini sangat kaya akan zat makanan dan mempunyai susunan bahan
sedemikian rupa sehingga hanya menyuburkan satu jenis mikroba yang
dicari saja. Contohnya medium Kauffman untuk persemaian kuman
Salmonella typhi.
8

8. Medium Serbaguna
Medium ini merupakan medium yang paling umum digunakan dalam
mikrobiologi (dapat menunjang pertumbuhan sebagian besar mikroba).
Contohnya medium kaldu.
(Waluyo, 2010)

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preparasi Media


Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses preparasi media yaitu :
1. Air
Air yang digunakan dalam pembuatan medium hanya air suling
(demineralized) yang telah diuji dan tidak mengandung bahan-bahan yang
dapat meracuni mikroba yang digunakan dalam pembuatan medium.
2. Bahan-bahan Kimia
Bahan kimia yang dipakai untuk pembuatan medium harus bahan khusus
yakni bahan kimia yang p.a (pro analysis).
3. Agar-agar
Hanya agar-agar khusus yang boleh digunakan dalam bakteriologi.
4. Ekstrak Daging Sapi
Ekstrak daging sapi yang telah distandarisasi atau diolah khusus yang dapat
digunakan pembuatan medium. Saring daging sapi tidak baik untuk
digunakan medium.
5. Gula
Gula yang digunakan dalam pembuatan medium harus gula murni dan
memenuhi syarat bakteriologi.
6. Gelatin
Gelatin merupakan protein murni yang tidak mengandung karbohidrat yang
dapat difermentasi. Bahan ini digunakan untuk mendapatkan medium dan
untuk mengamati bakteri yang bersifat proteolitik.
7. Pepton
Pepton adalah hasil hidrolisis protein yang merupakan polimer asam-asam
amino.
(Waluyo, 2010)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Fungsi


Adapun peralatan yang digunakan pada percobaan ini, adalah :
1. Aluminium foil
Fungsi : Sebagai wadah tepung agar pada saat penimbangan.
2. Batang pengaduk
Fungsi : Untuk mengaduk larutan.
3. Beaker glass
Fungsi :Sebagai wadah unyuk membuat dan memanaskan larutan.
4. Cawan petri
Fungsi :Sebagai wadah untuk media.
5. Corong gelas
Fungsi :Untuk memudahkan memasukkan larutan.
6. Gelas ukur
Fungsi : Untuk mengukur volume aquadest.
7. Hot plate
Fungsi : Untuk memanaskan agar.
8. Magnetic stirrer
Fungsi :Untuk mengaduk larutan secara otomatis.

9. Neraca digital
Fungsi : Untuk menimbang massa bahan yang digunakan.
10. Serbet
Fungsi :Untuk mengeringkan alat-alat yang telah dicuci.
11. Spatula
Fungsi : Untuk mengambil dan memindahkan tepung agar.
12. Termometer
Fungsi : Untuk mengukur suhu larutan agar pada saat dipanaskan.
13. Tisu
Fungsi : Untuk mengeringkan alat-alat yang telah dicuci.

9
10

3.2 Bahan dan Fungsi


Adapun bahan dan fungsi yang digunakan pada percobaan ini, adalah :
1. Agar komersil (Agarasa)
Fungsi : Sebagai bahan utama pembuatan media.
2. Aquadest
Fungsi : Sebagai pelarut media agar/tepung agar.

3.3 Peralatan Percobaan


Adapun peralatan yang digunakan pada percobaan ini, adalah :

Gambar 3.1 Aluminium foil Gambar 3.2 Batang pengaduk

Gambar 3.3 Beaker glass Gambar 3.4 Cawan petri

Gambar 3.5 Corong gelas Gambar 3.6 Gelas ukur


11

Gambar 3.7 Hot plate Gambar 3.8 Magnetic stirrer

Gambar 3.9 Neraca digital Gambar 3.10 Serbet

Gambar 3.11 Spatula Gambar 3.12 Termometer

Gambar 3.13 Tisu


12

3.4 Flowchart Percobaan Preparasi Media


Adapun flowchart dari prosedur percobaan preparasi media sebagai berikut :

Mulai

Sterilisasi

Disiapkan 6 cawan petri

Ditimbang agar (agarasa cokelat) 9 gram

Dituang agar ke beaker glass

Diukur aquadest 250 ml dengan gelas ukur

Dituang aquadest ke beaker glass

Dihomogenkan dan dipanaskan di hotplate


sambil diaduk dengan magnetic stirrer atau
batang pengaduk hingga mendidih

Apakah larutan
sudah homogen?
Tidak
Ya
Dituang ke cawan petri yang sudah disiapkan hingga ½ cawan petri

Didiamkan hingga memadat

Ditutup cawan petri dan masukkan ke inkubator

Selesai

Gambar 3.14 Flowchart prosedur percobaan preparasi media


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Setelah dilakukan percobaan preparasi media di Laboratorium, diperoleh hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Preparasi Media
Nama Agar Foto Agar Jenis Media Jenis Agar

1. Media mati
Agar Komersil
2. Media padat
(Agarasa Agar Komersil
3. Media semi
Cokelat)
sintetik

1. Media mati
NA Agar 2. Media padat
Agar pro analysis
(Nutrient Agar) 3. Media semi
sintetik

4.2 Pembahasan
Agar komersil merupakan agar yang diperdagangkan untuk laboratorium
pengujian mikroba profesional dan industri makanan dan minuman yang ber-SNI.
Biasanya, agar komersil diimpor dengan biaya yang mahal. Selain agar komersil, ada
pula NA agar merupakan media yang digunakan untuk menguji mikrobiologi yang
diinokulasi dari lingkungan alam. NA agar biasa digunakan dalam laboratorium
pendidikan mikrobiologi (Hartanto, 2018).
NA (Nutrient Agar) merupakan suatu medium yang berbentuk padat, NA
(Nutrient Agar) dibuat dari campuran ekstrak daging dan peptone dengan

13
14

menggunakan agar sebagai pemadat, dalam hal ini media yang digunakan diproduksi
oleh Oxoid.ltd., Basingstoke, Hampshire, England, dengan merek OXOID. kode
CM0003, Komposisi NA Kode CM0003 adalah pepton 5, sodium chlorida 5.0, agar
15.0, lab-lemco powder 1.0, yeast extract 2.0. (tertulis dalam kemasan).
Media NA (Nutrient Agar) berdasarkan bahan yang digunakan termasuk dalam
kelompok media semi alami, media semi alami merupakan media yang terdiri dari
bahan alami yang ditambahkan dengan senyawa kimia. Berdasarkan kegunaanya
media NA (Nutrient Agar) termasuk kedalam jenis media umum, karena media ini
merupakan media yang peling umum digunakan untuk pertumbuhan sebagian besar
bakteri. Bedasarkan bentuknya media ini berbentuk padat, karena mengandung agar
sebagai bahan pemadatnya. Media padat biasanya digunakan untuk mengamati
penampilan atau morfologi koloni bakteri (Munandar, 2016).
Agar komersil berfungsi dalam uji mikrobiologi makanan. Uji mikrobiologi
merupakan salah satu uji yang penting, karena selain dapat menduga daya tahan
simpan suatu makanan, juga dapat digunakan sebagai indikator sanitasi makanan
atau indikator keamanan makanan. Pengujian mikrobiologi diantaranya meliputi uji
kuantitatif untuk menentukan mutu dan daya tahan suatu makanan, uji kualitatif
bakteri pathogen untuk menentukan tingkat keamanannya, dan uji bakteri indikator
untuk mengetahui tingkat sanitasi makanan tersebut. Kemudian agar NA (Nutrient
Agar) berfungsi sebagai media inokulasi, media selektif, media eksklusif, dan media
differensial (Hartanto,2018).
Kriteria agar komersil adalah memiliki pH netral atau berkisar pada pH 7,
memiliki tepung agar-agar yang mencapai 88-172 pada konsentrasi 14 gram/liter,
nilai organoleptik lebih tinggi dari 7, memiliki kadar air berkisar 12.8-16.9 %, masih
kurang dari 22% berdasarkan SNI 2802:2015, absorpsi air memenuhi syarat, yaitu
mencapai 13-14 kali, melebihi dari persyaratan yaitu 5 kali, tidak memiliki
kandungan pati, gelatin dan protein, serta memiliki kehalusan 100 mesh. Sedangkan
kriteria NA agar adalah mengandung pati, gelatin dan protein yang memenuhi syarat
bakteriologi.
Perbedaan antara agar komersil, teknis, dan pro analysis adalah dari kandungan
bahan-bahan yang digunakan dalam agar tersebut. Agar komersil tidak mengandung
pati, gelatin, dan protein. Agar teknis memiliki kandungan pati, gelatin, protein,
15

gelisat, dan sebagainya yang memenuhi syarat bakteriologi. Agar pro analysis
memiliki kandungan bahan-bahan kimia yang khusus di dalamnya (Hartanto, 2018).
Bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di atas atau di
dalamnya, menengah ini harus memenuhi persyaratan-persyaratan, di antara yang
lain harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba, harus
memiliki kandungan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan
kebutuhan mikroba yang akan ditumbuhkan, tidak mengandung zat-zat yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroba, harus bergantung pada kondisi steril sebelum
digunakan, agar mikroba yang di tumbuhkan dapat tumbuh dengan baik. Percobaan
kali ini adalah pembuatan media agar agarasa cokelat denganberat 9 gram dalam 250
ml aquadest. Agar yang dihasilkan padat atau solid bewarna putih bening.
Pembuatan NA agar di awali dengan pembuatan ekstrak daging ayam ras,
ayam buras, kambing gibas dan sapi lokal, masing masing sebanyak 6 gram dalam
300 ml aquadest, kemudian di lanjutkan dengan menambahkan agar batang sebanyak
0,45 gram pada setiap ektrak selanjutnya media di tuangkan ke dalam gelas ukur
sebanyak 20 ml per media, lalu agar tersebut di masukan kedalam tabung reaksi
sebanyak 10 ml per tabung reaksi, kemudian setelah itu media di sterilkan ke dalam
autoklaf sampai suhu mencapai 1210C agar terbebas dari mikroba (Munandar, 2016).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum preparasi media ini adalah :
1. a. Media komersial merupakan agar yang diperdagangkan untuk laboratorium
pengujian mikroba profesional dan industri makanan dan minuman yang ber-
SNI. Jenis media dalam agar komersial meliputi : berdasarkan sifat
heterotrofan : media mati, berdasarkan konsistensi : media padat dan
berdasarkan susunan kimia : media semi sintetik.
b. NA agar merupakan media yang digunakan untuk menguji mikrobiologi
diinokulasi. Jenis media dalam NA agar meliputi : berdasarkan sifat
heterotrofan : media mati, berdasarkan konsistensi : media padat dan
berdasarkan susunan kimia : media semi sintetik.
2. Media berfungsi sebagai tempat dan sebagai sumber nutrisi untuk
menumbuhkan mikroba yang di inokulasi, sebagai isolasi mikroba dan pengujian
sifat-sifat fisiologis dari mikroba.
3. Berdasarkan sifat heterotrofan media ada 2 jenis yaitu media hidup dan media
mati. Untuk konsistensi media ada 5 jenis yaitu media padat, media semi padat
dan media cair. Dan susunan kimia media dibagi menjadi 5 jenis yaitu media
non sintetik, media sintetik, media semi sintetik, media anorganik dan media
organik.
4. Media harus memiliki kriteria mengandung semua zat hara yang mudah
digunakan oleh mikroba, harus memiliki kandungan osmosis, tegangan
permukaandan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang akan
ditumbuhkan, tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroba, harus bergantung pada kondisi steril sebelum digunakan, agar mikroba
yang di tumbuhkan dapat tumbuh dengan baik.
5. Perbedaan antara agar komersil dan teknis adalah dari kandungan bahan-bahan
yang digunakan didalam agar tersebut. Agar komersil tidak mengandung pati,
gelatin, dan protein. Sedangkan agar teknis memiliki kandungan pati, gelatin,
protein, gelisat, dan sebagainya yang memenuhi syarat bakteriologi.

16
5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum preparasi media ini adalah :
1. Sebaiknya dilakukan variasi jenis media dalam melakukan percobaan preparasi
media.
2. Sebaiknya dilakukan variasi volume aquadest untuk melarutkan agar.
3. Sebaiknya praktikan melakukan variasi massa sampel.
4. Sebaiknya dilakukan pemanasan larutan agar dengan menggunakan bunsen atau
kompor listrik.
5. Sebaiknya dilakukan variasi suhu pemanasan pada saat membuat agar.
DAFTAR PUSTAKA

Hartanto, E. S. dan Santi Ariningsih. 2018. Pembuatan Media Uji Mikrobiologi Siap
Pakai dari Bahan Baku Lokal Indonesia untuk Pengujian Parameter Angka
Lempeng Total. Warta IHP, Vol 35. No 2.
Mialon, et al. 2012. Effects of Preparation and Storage of Agar Media on the
Sensitivity of Bacterial Forward Scattering Patterns. Jurnal of Applied
Biosensor. Vol 1.
Munandar, K. 2016. Pengenalan Laboratorium IPA-BIOLOGI Sekolah. Bandung:
Refika Aditama.
Rakhmawati, A. 2012.Penyiapan Media Mikroorganisme. Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta.
Waluyo, L. 2010. Teknik Metode Dasar dalam Mikrobiologi. PT. penerbit.
Universitas muhammadiyah, Malang. Malang.
Wati, Y. R. 2018. Pengaruh Pemanasan Media Plate Count Agar (PCA) Berulang
Terhadap Uji Total Plate Count (TPC) di Laboratorium Mikrobiologi
Teknologi Hasil Pertanian Unand. Vol.1 No. 2.

LA-1
LAMPIRAN A
FOTO PERCOBAAN

A.1 Agar Komersil (Agarasa Cokelat)

Gambar A.1 Agarasa Gambar A.2 Agarasa Gambar A.3 Agarasa


Cokelat Cokelat Cokelat

A.2 NA Agar (Nutrient Agar)

Gambar A.4 Nutrient Agar Gambar A.5 Nutrient Agar Gambar A.6 Nutrient Agar

LA-1
LB-2

LAMPIRAN B
APLIKASI DALAM INDUSTRI
“Pembuatan Media Uji Mikrobiologi Siap Pakai dari Bahan Baku
Lokal Indonesia untuk Pengujian Parameter Angka Lempeng Total”

Saat ini kebutuhan media uji Plate Count Agar (PCA) produk impor, yang
harganya relatif mahal. Diperlukan Plate Count Agar (PCA) produk lokal berbahan
baku lokal Indonesia untuk mengurangi beban biaya uji laboratorium yang
membutuhkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian pembuatan formulasi
media Plate Count Agar (PCA) berbahan baku lokal, terutama bahan tepung agar-
agar. Formulasi yang dilakukan adalah penggunaan bahan tepung agar-agar lokal
dengan Gel Strenght (GS) 800, 900 dan 1000 gr/cm², serta agar-agar kertas yang
dibuat di laboratorium. Hasil analisis viskositas, pH dan pengamatan secara visual
agar-agar kertas yang dibuat, untuk uji coba pendahuluan masih belum sesuai
sebagai bahan formulasi pembuatan Plate Count Agar (PCA), namun untuk agar-agar
lokal dengan Gel Strenght (GS) 800, 900 dan 1000 gr/cm² memenuhi persyaratan
SNI 2802:2015 (SNI Tepung Agar-agar) dan memenuhi persyaratan spesifikasi agar-
agar untuk keperluan uji mikrobiologi berdasarkan persyaratan Indian Standard
(1973). Sedangkan uji T-test pada tingkat signifikansi 5% (0,05) atau dengan tingkat
kepercayaan 95%, pada analisis produk Plate Count Agar (PCA), berbahan baku
agar-agar lokal dengan GS 800 gr/cm², dengan pembanding Plate Count Agar
(PCA), komersial (import) menunjukkan bahwa, formula I (bahan baku agar-agar
GS 800 gr/cm²), tidak berbeda nyata dibandingkan dengan PCA komersial pada uji
penumbuhan biakan murni E.coli, baik konsentrasi rendah maupun medium,
sehingga formula I, direkomendasikan sebagai formula terbaik, dibandingkan dengan
formula lainnya.
Pemanfaatan rumput laut sebagai bahan baku produk yang lebih bermanfaat
dan bernilai ekonomis cukup besar. Berbagai jenis produk yang dapat dibuat
menggunakan bahan baku rumput laut antara lain agar-agar, jelly food, manisan dan
campuran makanan seperti burger dan lain-lain. Produk agar-agar yang berasal dari
bahan baku rumput laut dapat digunakan sebagai bahan baku utama sebagai media
LB-2

untuk pengujian mikrobiologi, sehingga rumput laut memiliki manfaat yang lebih
baik dan bernilai ekonomi yang cukup tinggi.
Kebutuhan media uji pada laboratorium mikrobiologi untuk keperluan
pengujian parameter cemaran mikrobiologi ada kecenderungan semakin meningkat,
sejalan dengan pertumbuhan industri makanan dan minuman yang semakin
meningkat, disamping itu adanya pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI)
wajib bagi industri bahan makanan dan minuman, seperti air minum dalam kemasan,
kakao bubuk, gula kristal rafinasi, tepung terigu sebagai bahan makanan dan produk
makanan olahan lainnya seperti biskuit, mi instan dan kopi instan. Adanya
pemberlakuan SNI wajib tersebut, pada pelaksanaan kegiatan produksi, setiap
industri yang memproduksi komoditi atau jenis produk yang ber-SNI wajib, maka
setiap produsen wajib memiliki laboratorium mikrobiologi yang dapat menguji
parameter cemaran mikrobiologi, khususnya cemaran mikrobiologi yang disyaratkan
pada SNI yang berlaku, seperti pengujian parameter angka lempeng total ALT.
Untuk pengujian ALT diperlukan media uji Plate Count Agar (PCA).
Dengan adanya permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian pembuatan
media Plate Count Agar (PCA), siap pakai yang menggunakan bahan baku dan
bahan penolong yang berasal dari bahan lokal Indonesia. sehingga akan berdampak
positif bagi laboratorium yang memerlukannya, minimal dapat mengurangi biaya
pembelian Plate Count Agar (PCA), yang dibutuhkan oleh laboratorium pengujian
profesional maupun laboratorium industri makanan dan minuman yang memang
dituntut harus dapat melakukan pengujian mikrobiologi, khususnya parameter angka
lempeng total (Hartanto dan Santi, 2018).

Anda mungkin juga menyukai