Laporan Praktikum Biokimia

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA
JUDUL PERCOBAAN
LIPID
DISUSUN OLEH :

NAMA : Dian Indah Sri Utami Alfiairn


NIM : 175090201111025
KELOMPOK : 04
TANGGAL PRAKTIKUM : 3 Oktober 2019
ASISTEN : Bigram Refsilangi

LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lipid adalah senyawa yang biasa ditemukan dalam kuning telur dan sistem saraf
manusia.Lipid adalah komponen yang penting bagi tanaman, hewan dan
mikroba.Senyawa lipid sukar larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik seperti
kloroform atau aseton.Senyawa lipid dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu asam
lemak, fospolipid, glikolipid dan fosfoasilgiserol (Sumbono, 2019).
Perlunya pengetahuan akan lipida sangat diperlukan bagi mahasiswa. Oleh karena itu
diperlukan adanya percobaan dengan topik Lipida agar mahasiswa dapat mempelajari
sifat-sifat lipid, mengerti reaksi-reaksi yang terjadi pada lipid, serta melakukan analisa
lipid secara kualitatif dan kuantitatif.

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan dari praktikum Biokimia dengan topik Lipida adalahdapat mempelajari sifat-
sifat lipid, mengerti reaksi-reaksi yang terjadi pada lipid, serta melakukan analisa lipid
secara kualitatif dan kuantitatif.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Lipid sebagai salah satu molekul memiliki keragaman dalam struktur maupun fungsi
biologis. Fungsi utama lipid adalah sebagai penyusun membran bilayer permeabel yang menjadi
pembatas sel dan organel sel. Glycerophospolipid menyusun 75% dari total membran pada sel
prokariot maupun sel eukariot. Lipid merupakan senyawa yang memiliki sifat seperti lemak.Lipid
terdiri atas lemak dan senyawa organik lainya yang memiliki struktur dan sifat serupa dengan
lemak (Ridgway, 2015). Lemak merupakan ester dari gliserol dengan asam karboksilat dengan
suku tinggi. Penyusun dari lemak adalah asam lemak yang terdapat di asam palmitat, asam oleat,
asam linoleat dan asam steartat dan gliserol. Gliserol disini adalah sejenis alcohol yang memiliki
3 rantai karbon yang masing-masing mengandung gugus karboksil. Senyawa lemak biasanya
disebut dengan lipid yang mempunyai beberapa ikatan polar yang berikatan dengan oksigen.
Lipid sederhana terdiri dari asam lemak dan lilin. Lipid merupakan trigliserida atau gliserida.
Struktur dari trigliserida adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Struktur trigliserida (Watson, 2015)


R1, R2, dan R3 merupakan gugus alkil dalam jumlah atom karbon 3 hingga 23. Gugus alkil
berasal dari alkil asam lemak yang merupakan asam karboksilat (Watson, 2015)
Lipid tidak larut dalam air, namun larut dalam pelarut organik seperti eter, aseton,
kloroform dan benzena.Larutan yang bisa melarutkan lemak disebut pelarut lemak. Lipid sendiri
merupakan senyawa organik hasil dehidrogenasi endotermal rangkaian hidrokarbon yang bersifat
amfilik yang artinya lipid bisa membentuk senyawa penyusun vesikel, liposom dan membran lain
dalam lingkungan basah (Hoffmeister, 2016).
Sifat fisik dan sifat kimia minyak antara lain yaitu memiliki bau amis akibat terbentuknya
trimetil amin dari kasein, tidak larut dalam air kecuali minyak jarak, titik didihnya bertambah
dengan panjangnya rantai hidrokarbon dari asam penyusunnya, massa jenis dari minyak
ditentukan pada suhu kamar.
Dalam percobaan ini dilakukan beberapa uji terhadap lipid. Berikut prinsip dari uji-uji
yang dilakukan (Ridgway,2015):
 Kelarutan lipid, yang dilakukan untuk mengetahui kelarutan dari beberapa jenis lipid
dalam berbagai jenis lipid dalam berbagai pelarut dengan cara. Berbagai asam lemak
dan lipida dilarutkan dalam air dan pelarut organik. Ditentukan pula kestabilan emulsi
dengan menambahkan air dalam tabung reaksi dan ditambah dengan minyak olive dan
dibandingkan dengan campuran lesitin dan minyak olive.
 Uji asam lemak, yang dilakukan untuk mengetahui adanya asam lemak bebas dalam
sampel secara kualitatif. Dengan cara lemak yang ditambah dengan KOH dipanaskan,
ditambah air dan HCl hingga terbentuk lapisan asam lemak dan dipisahkan. Asam
lemak dipanaskan dan ditambah basa hingga jernih. Dilakukan uji dengan HCl, NaCl,
CaCl2, Pb(CH3COO)2 dan MgCl2.
 Uji gliserol, dilakukan dengan mencampurkan beberapa tetes lipida dengan KHSO 4
dan dipanaskan. Uji ini akan mendehidrasi gliserol dalam bentuk bebas ataupun dalam
bentuk minyak/lemak.
 Penentuan angka peroksida, yang dilakukan dengan minyak/lemak dalam bentuk padat
dilarutkan dengan asetat-kloroform. Ditambah dengan KI jenuh dan ditambah akuades.
Dititrasi dengan Na2SO3 hingga warna kekuningan dan ditambah pati dan dititrasi
kembali

Analisa kuantitatif pada lipida dapat dilakukan dengan cara penentuan angka peroksida, uji
asam lemak dan TBA. Angka peroksidase mempunyai definisika sebagai jumlah meq peroksida
dalam 1000 g (1kg) minyak atau lemak. Angka ini menunjukkan kerusakan minyak atau lemak.
Prisip dari analisa ini adalah senyawa lemak akan di oksidasi oleh kalium Iodida yang dilepaskan
dititrasi oleh tiosianat (Sumbono.2019)
Asam lemak bebas adalah lemak yang sebagai asam bebas tidak terikat trigiserida. Asam
lemak bebas diproses dari hasil hidrolisis dan oksidasi yang bergabung dalam leamk netral.
Apabila kadar asam lemak yang tinggi menunjukkan bahwa kualitas minyak semakin rendah.
Penentuan kadar asam lemak bebas untuk menunjukkan kualitas minyak. Penentuan kadar asam
lemak didasarkan pada jenis lemak yang paling dominan dalam sampel. Penentuan presemtase
berprinsip pada titrasi sampel yang sudah di larutkan dalam alcohol oleh NaOh yang bertujuan
untuk menetralkan asam lemak tersebut. NaOH digunkana untuk asam lemak bebas dpat larut
dalam air dan terpisah dari lemaknya (Susito.2019)
Persentase FFA dapat dirumuskan dengan :
𝑚𝐿 (𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂ℎ 𝑥 𝐵𝑀 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘
%FFA = 𝑥 100%
𝑤 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 9𝑔) 𝑥 1000
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, gelas kimia,
neraca analitik, pipet tetes, buret, erlenmeyer, cawan, gelas arloji, dan penyaring
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Asam lemak (asam butirat, asam
stearat, dan asam oleat), lemak dan minyak: lard, mentega, margarin, minyak olive, dan
minyak ikan, fosfolipid (Lesitin telur), kolesterol, aseton, etanol, kloroform, dan eter.
Lemak hewan (mentega), larutan KOH dalam alkohol (100 g/L), asam klorida pekat,
larutan fenolftalein 1%, larutan NaOH 0,1 N, kalsium klorida (50 g/L), magnesium
klorida (50 g/L), timbal asetat (50 g/L), gliserol, KHSO 4, larutan asam asetat- kloroform (
3:2 ), larutan KI jenuh, Na2S2O3 0,1 N, larutan pati 1%, Larutan baku oksalat 0,1 N,
Indikator pp 1%, etanol 96%, jeruk nipis, tomat, larutan amilum, larutan I2 dan akuades.
3.3 Metode Percobaan
3.3.1 Analisis Kualitatif Lipida
3.3.1.1 Kelarutan Lipid
Lipid (minyak zaitun, minyak kelapa, mentega, dan minyak jelantah) dalam
tabung reaksi dilarutkan dalam aquades, aseton, etanol, dan kloroform. Kemudian
diamati perubahannya.
3.3.1.2 Uji Asam Lemak
Margarin dan mentega ditimbang 5 g. Minyak jelantah dan minyak goreng
diambil 5 mL kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Lalu ditambahkan
KOH etanolat sampai terjadi perubahan. Setelah itu, dididihkan selama 1 menit.
Kemudian ditambahkan 10 mL aquades dan dipanaskan kembali selama 4 menit.
Ditambahkan HCl pekat sampai larutan bersifat asam kemudian dipindahkan
lemak. Selanjutnya dipanaskan dan ditambahkan NaOH 0,1 N. Setelah itu,
dilakukan uji lemak dengan menambahkan larutan MgCl2, CaCl2, dan
Pb(CH3COO)2 ke dalam masing-masing tabung reaksi. Kemudian diamati
perubahannya.
3.3.1.3 Uji Gliserol
KHSO4 dipanaskan didalam cawan selama 2 menit diatas pemanas. Setelah
itu, dimasukkan asam lemak (margarin, gliserol, minyak kelapa, dan asam oleat).
Kemudian diamati perubahannya.

3.3.2 Analisis Kuantitatif Lipida


3.3.2.1 Penentuan Angka Peroksida
Minyak jelantah dan minyak goreng dalam erlenmeyer ditimbang lalu
ditambahkan 15 mL larutan asetat-kloroform (3:2) ke dalam masing-masing
erlenmeyer. Kemudian dihomogenkan dan ditambahkan 0,25 mL larutan KI jenuh
ke dalam masing-masing erlenmeyer. Setelah itu, didiamkan selama 20 menit
ditempat yang tertutup cahaya. Lalu ditambahkan 15 mL aquades dan dititrasi
dengan Na2S2O3 0,1 N sampai terjadi perubahan warna. Selanjutnya ditambahkan
0,25 mL larutan pati 1% dan dititrasi kembali dengan Na2S2O3 0,1 N sampai
terjadi perubahan warna larutan.
3.3.2.2 Penentuan Asam Lemak Bebas

Minyak kelapa, minyak zaitun, dan minyak jelantah masing-masing


diambil 10 mL kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Setelah itu,
ditambahkan 10 mL etanol 96% dan 3 tetes indikator pp 1%. Selanjutnya dititrasi
dengan NaOH 0,1 N hingga terjadi perubahan warna larutan
BAB IV

Pembahasan

4.1 Hasil
4.1.1 Analisis Kualitatif Lipid
4.1.1.1 Kelarutan Lipid

Minyak
Pelarut Minyak Zaitun Mentega Minyak Jelantah
Kelapa
(-), tidak
(-), terdapat 2 berwarna,
lapisan: terdapat 2 (-), terbentuk 2 fasa:
(-), terpisah antara
Aquades minyak zaitun lapisan: minyak diatas,
minyak dan aquades
diatas, aquades miyak diatas, aquades dibawah
dibawah aquades
dibawah
(-), terbentuk 2
(++), kuning (++), agak lapisan: minyak (++), berwarna
Aseton
agak keruh keruh diatas, aseton kuning
dibawah
(+), kuning
Etanol (+), keruh (++), kuning keruh (+), berwarna kuning
keruh
(+), berwarna kuning (+), berwarna kuning
(-), kuning (+), tidak
Kloroform dan terbentuk dan terbentuk
bening berwarna
gelembung gelembung

4.1.1.2 Uji Asam Lemak

Lipid KOH etanolat dididihkan 1 menit aquades 10 mL, dipanaskan


terbentuk 2 lapisan: margarin
Margarin sedikit cair, tidak
meleleh, sedikit larut leleh berwarna kuning diatas,
(padat, kuning) berbau
tidak berwarna dibawah
terbentuk 2 lapisan: mentega
Mentega sedikit cair, tidak
leleh, terpisah leleh berwarna kuning diatas,
(padat, kuning) berbau
putih dibawah
terbentuk 2 lapisan:
Minyak terbentuk 2 lapisan: minyak
membentuk 3 minyak kuning
Jelantah (cair, berwarna kuning diatas, putih
lapisan dibawah, tidak
kuning) dibawah
berwarna diatas
Minyak terbentuk 4 lapisan: air, minyak,
tidak terjadi perubahan
Goreng (cair, air, minyak. Terbentuk
kuning) gelembung minyak

dipanaskan Lemak dipindahkan, dipanaskan,


HCl
selama 4 menit ditambah NaOH
margarin (40 tetes); terbentuk 3
margarin leleh
lapisan: kuning pekat diatas,
diatas, endapan tidak terjadi perubahan
kuning bening ditengah, putih
putih dibawah
dibawah
mentega leleh
diatas, endapan 3 tetes; tidak terjadi perubahan tidak terjadi perubahan
putih dibawah
kuning bening 3 tetes; tidak terjadi perubahan tidak terjadi perubahan
kuning bening
diatas, endapan 3 tetes; tidak terjadi perubahan tidak terjadi perubahan
putih dibawah

Lipid MgCl2 CaCl2 Pb(CH3COO)2


putih tidak ada
Margarin keruh
keruh perubahan
putih
Mentega keruh keruh
keruh
Minyak putih tidak ada
keruh
Jelantah keruh perubahan
Minyak putih
keruh putih keruh
Goreng keruh

4.1.1.3 Uji Gliserol

Lipid KHSO4
Minyak
Kelapa sedikit larut dan menjadi sedikit kental
Margarin tidak larut dan menjadi kental
Gliserol larut, berbau amis dan kecut
Asam Oleat tidak larut, berwarna kuning, berbau amis

4.1.2 Analisis Kuantitatif Lipid


4.1.2.1 Penentuan Angka Peroksida

Lipid Larutan KI jenuh Aquades Dititrasi Larutan Dititrasi kembali


asetat- 0,25 mL, 15 mL dengan pati 1% dengan Na2S2O3 0,1
kloroform didiamkan Na2S2O3 0,25 mL N
15 mL 20 menit
(3:2)
Minyak
terbentuk terbentuk 2 lapisan
Jelantah putih terbentuk tidak
kuning 2 lapisan, dan endapan minyak
(kuning kekuningan endapan terjadi
terang Vtitrasi berwarna putih,
keruh), keruh putih perubahan
0,6 mL Vtitrasi = 0 mL
2,53 g
Minyak terbentuk 2 lapisan
terbentuk
Goreng putih terbentuk tidak dan endapan minyak
kuning 2 lapisan,
(kuning kekuningan endapan terjadi berwarna putih
terang Vtitrasi
cerah), keruh putih perubahan kekuningan, Vtitrasi
0,15 mL
2,56 g = 0,4 mL

4.1.2.2 Penentuan Asam Lemak Bebas

indikator pp
Lipid etanol 96% 10 mL dititrasi dengan NaOH 0,1 N
1% 5 tetes
Minyak Kelapa terdapat 2 fasa: Larutan berubah warna
tidak terjadi
(tidak minyak diatas, air menjadi merah muda, Vtitrasi
perubahan
berwarna) dibawah = 1,5 mL
Minyak
terdapat 2 fasa: Larutan berubah warna
Jelantah tidak terjadi
minyak diatas, air menjadi merah muda, Vtitrasi
(kuning perubahan
dibawah = 5,1 mL
kecoklatan)
Minyak Zaitun terdapat 2 fasa: Larutan berubah warna
tidak terjadi
(tidak minyak diatas, air menjadi merah muda, Vtitrasi
perubahan
berwarna) dibawah = 0,8 mL

4.2 Perhitungan
4.2.1 Penentuan Angka Peroksida
 Angka Peroksida Minyak Baru (Minyak Goreng)
𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 𝑥 𝑁 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 𝑥 1000
Angka Peroksida = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)
(0,15+ 0) 𝑚𝐿 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 1000
= 2,56 𝑔
= 2,68 mol/g

 Angka Peroksida Minyak Jelantah


𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 𝑥 𝑁 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 𝑥 1000
Angka Peroksida = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)
(0,6+ 0,4) 𝑚𝐿 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 1000
= 2,56 𝑔
= 18,14 mol/g

4.2.2 Penentuan Asam Lemak Bebas


 Minyak Kelapa
𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑀𝑟 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘
Kadar FFA = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 1000
1,5 𝑚𝐿 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 200 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 𝑥 100%
10 𝑔 𝑥 1000
= 0,3 %

 Minyak Jelantah
𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑀𝑟 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘
Kadar FFA = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 1000
0,8 𝑚𝐿 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 856 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 𝑥 100%
10 𝑔 𝑥 1000
= 0,68 %

 Minyak Zaitun
𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑀𝑟 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘
Kadar FFA = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 1000
5,1 𝑚𝐿 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 256 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 𝑥 100%
10 𝑔 𝑥 1000
= 1,3 %

4.3 Pembahasan

Uji kelarutan lipid dan asam lemak digunakan beberapa alat dan bahan yang
mempunyai fungsi. Pipet tetes untuk mengukur volume dalam jumlah yang sangat sedikit.
Tabung reaksi untuk tempat sampel (asam lemak dan lipid). Bahan-bahan yang digunakan
dalam uji ini adalah minyak kelapa, minyak jelantah, mentega, dan minyak zaitun sebagai
uji kelarutan. Akuades,aseton, etanol dan kloroform sebagai pelarut yang digunakan untuk
pengujian kelarutan.
Langkah awal yang harus dilakukan dalam praktikum ini adalah dilakukan proses
uji lipid dan lemak adalah diambil 1 mL larutan minyak zaitun dan minyak kelapa kedalam
4 tabung reaksi. Kemudian ditambahkan pelarut yang berbeda yaitu akuades, aseton, eatnol
dan kloroform dan diamati bagaimana kelarutannya. Setelah itu dimasukkan mentega dan
minyak jelantah ke dalam tabung reaksi dan di uji kelarutannya dengan ditambahkan
akuades, aseton, etonal dan kloroform.
Dari paraktikum yang dilakukan di dapatkan hasil uji kelarutan dari sampel minyak
zaitun dilarutkan dalam akuades= tidak larut , aseton=larut, etanol= larut, kloroform = tidak
larut berwarna kuning bening. Untuk minyak kelapa dilarutkan dalam akuades tidak larut,
aseton larut, etanol tidak larut, kloroform larut. Untuk mentega dilarutkan dalam akuades
tidak larut, aseton tidak larut, etanol larut dan kloroform larut. Untuk minyak jelantah
dilarutkan dilarutkan dalam akuades tidak larut, aseton larut, etanol larut dan kloroform
larut.berdasarkan litetarur (Muray. 2019) bahwa lipid larut dalam aseton, etanol dan
kloroform dan tidak larut dalam akuades. Namun dalam percobaan di ada yang sesuai dan
tidak untuk akuades sudah sesuai dengan literature karena semua lipid tidak larut. Dan pada
perobaan minyak jelantah juga sesuai dari ke 5 uji. Hal-hal yang menyebabkan tidak
kesusain dengan literature adalah adanya kontaminasi zat. Dan pada akuadest yang
menyebabkan tidak larut yaitu terdapatnya gugus hidrofobik sehingga sulit larut dalam
pelarut polar. Kemudian untuk perbedaan hasil ketidaklarutan di perngaruhi massa jenis.
Massa jenis yang lebih besar akan beradaan pada lapisan dasar atau lapisan bawah. Missal
nya Pada saat ditambahkan dengan akuades minyak jelantah baru tidak larut, air berada
pada lapisan bawah. Hal ini dikarenakan massa jenis air 1 gram/cm3 sedangkan massa jenis
minyak 0.8 gram/cm3, sehingga massa jenis air lebih besar daripada massa jenis minyak
yang menyebabkan air berada dalam lapisan pertama atau dasar.
4.3.2 Uji Asam Lemak
Pada uji asam lemak ini beberapa alat dan bahan yang pertama adalah tabung
tabung sebagai wadah tempat untuk mereaksikan asam lemak dengan reagen. Penangas air
berfungsi untuk memanaskan air saat pengujian. Neraca untuk menimbang sampel. Gelas
kimia untuk tempat air mendidih, pipet ukur untuk untuk mengambil larutan dalam volume
yang sanagt sedikit. Selian itu bahan-bahan yang digunakan adalah minyak baru, minyak
jelantah, margarin dan mentega sebagai bahan uji asam lemak. KOH dan NaOH adalah
reagen basa sehingga dapat menghidrolisis asam lemak dan terbentuknya sabun dan
gliserol. Pb, Ca, Mg berfungsi sebagai reagen untuk menguji pengaruh kesadahan air
terhadap kinerja sabun. HCl untuk uji pengendapan.
Langkah awal yang dilakukan adalah minyak baru dan minyak jelantah di ambil
sebanyak 5 mL dan di pindahkan ke tabung reaksi. Mentega dan margarin di timbang
sebanyak 5 gram dan dipindahkan ke tabung reaksi kemudian ditambahkan KOH etanolat
sebanyak 2.4 mL pada minyak jelantah akhirnya terbentuk 3 lapisan dan sangat berbau
masing-masing tabung reaksi. Kemudian di panaskan dalam penangas air selama 1 menit.
Terdapat perubahan yang terjadi minyak jelatah (2 lapisan: kuning dibawah dan diatas tidak
berwarna), minyak baru (tidak terjadi perubahan), margarin (leleh dan sedikit halus) dan
mentega (leleh dan terpisah) Ditambahkan 10 mL akuades dan dipanaskan minyak jelantah
( 2 lapisan : putihdi bawah, kuning di atas) , minyak goreng ( 4 lapisan dari dasar: air,
minyak, air minyak dan terbentuk gelembung minyak), margarin ( 2 lapisan : tidak
berwarna, margarin), mentega (2 lapisan : putih dan kuning mentega). Setelah itu di
panaskan kembali minyak jelantah terjadi perubahan warna, minyak baru terjadi perubahan
warna, margarin terdapat bendapan, mentega terdapat endapan. Kemudian di tambahkan
HCl pekat sampai larutan dapat dipisahkan antara lapisan asam lemaknya. Pemanasan
disini bertujuan untuk mempercepat reaksi. Ditambahkan NaOH 0.1 N sebanyak 5 mL
dengan fungsi reagen basa yang mampung menghidrolisis asam lemak sehingga
membentuk gliserol dan sabun. Kemudian masing – masing dibagi kembali ke 3 tabung
reaksi. Ditambahkan Mg ke tabung raksi 1,Ca dimasukkan ke tabung 2, larutan Pb ke
tabung 3. Diamati perubahan yang terjadi. Pengujian dengan reagen Mg, Ca, Pb digunakan
untuk menguji pengaruh kesadahan air terhadap kinerja sabun. Untuk hasil dari minyak
jelantah di tambah Mg putih keruh,Ca putih keruh, Pb tidak ada perubahan. Dan minyak
baru saat ada penambahan Mg keruh, Ca putih keruh, Pb putih keruh. Saat margarin di
tambahkan Mg keruh, Ca putih keruh dan Pb tidak ada perubahan. Dan mentega
ditambahkan Mg keruh, Ca putih keruh, Pb keruh. Dari hasil percobaan ada beberapa yang
sesuai dengan literature dan tidak, yang tidak sesuai dengan literature yaitu penambahan Pb
di minyak goring dan margarin. hal ini disebabkan oleh beberapa factor yaitu selain
kontaminasi yang penambahan HCl maupun saat penambahan basa karena mungkin
penambahan belum mancapai suasana yang di targetkan. Bisa di katan sesuai karena
menurut (Yuliana, 2018) pada saat uji reagen Pb, Mg, dan Ca berwarna putih keruh.

4.3.3 Uji Gliserol


Pada uji gliserol terdapat berbagai alat dan bahan yang mempunyai fungsi.
Penangas air untuk memanaskan pada proses pengujian. Cawan porselen berguna untuk
penambahan reagen atau tempat terjadinya reaksi antara reagen dengan sampel. Spatula
untuk mengambil padatan KHSO4. Bahan- bahan yang di gunakan dalam percobaan ini
adalah margarin, minyak goring dan olive oil sebagai sampel yang akan di uji. KHSO 4
sebagai reagen untuk katalisis pembentukan gliserol pada sampel yang mengandung
gliserol.
Pada awal percobaan ini di lakukan pemanasan KHSO4 di dalam cawan hingga
mencair yaitu selama 2 menit. Pemanasan bertujuan untuk mempercepat reaksi dehidrasi
gliserol dalam bentuk bebas atau dalam bentuk lemak menghasilkan akrolein aklnia yaitu
senyawa yang mempunyai bau tengik yang identifikasinya kandungan gliserol dalam
sampel. Kemudian ketika di panaskan di tambahkan dengan mentega, minyak kelapa,
gliserol, dan asam oleat. Kemudian di amati baud an perubahan yang terjadi. KHSO4
digunakan untuk untuk mengkatalisis gliserol yang mungkin ada dalam larutan senyawa
lemak.
Prinsip kerja dari percobaan ini adalah pengujian gliserol dengan cara
menggunakan reagen KHSO4 dimana jika reagen bereaksi dengan gliserol akan
menghasilkan bau. Dari percobaan yang dilakukan timbul bau dari masing-masing
sampel. Ada beberapa hasil yang di tunjukkan saat adanya penambahan, saat penambahan
mentega, mentega mulai mencair. Minyak kelapa berwarna bening. Gliserol berwarna
bening/ asam oleat berwarna kekuningan. Dan pada saat pengamatan saat KHSO4 bereaksi
dengan sampel. Berikut ini adalah perubahan yag terjadi yaitu saat penambahan minyak
kelapa sedikit larut dan tidak berubah warna dan sedkit mengental. Pada metega KHSO 4
tidak lart dan sedikit mengental dan tidak berubah warna. Pada gliserol yaitu berbau asam
sedikit amis dan tidak larut. Pada asam oleat, berbau amis menyengat dan tidak larut.
Menurut (Susilo, 2019) hanya gliserol dalam bentuk bebas atau yang terikat berupa
senyawa yang akan membentuk akrolein penyebab bau yang timbul sedangkan asam-
asam lemak tidak. Jika di bandingan dengan literature hasil nya sesuai dengan literature
yaitu di tunjukkan dengan menghasilkan bau pada asam oleat dan gliserol namun pada
ada yang tidak sesuai yaitu minyak kelapa dan mentega tidak menghasilkan bau.
Reaksi yang terjadi:
minyak, gliserol, mentega + KHSO4  akrolein aldehida + air
asam streat + KHSO4  akrolein aldehida + air
4.3.4 Penentuan Angka Peroksida
Pada penentuan angka peroksida digunakan beberapa alat yang berfungsi neraca untuk
mengetahi massa, Erlenmeyer untuk wadah sampel. pipet ukur untuk mengambil larutan
maupun sampel. Buret berfungsi untuk wadah penitran saat titrasi, pipet tetes digunakan
untuk meneteskan reagen dalam jumlah sedikit. Bahan – bahan yang digunakan adalah
minyak goring baru dan minyak jelantah yang dihitung angka peroksida. KI sebgai reagen
yang dapat membebaskan iodine. Larutan asam asetat – kloroform untuk pelarut, Na2S2O3
sebagai penitran, amilum 1% sebagai indicator.
Prosedur awal yang dilakukan pada penentuang angka peroksida yaitu minyak
goreng dan minyak jelantah di timbang 2.5 gram menggunakan neraca. Kemudian di
masukkan larutan asetat : kloroform 3:2 sebanyak 15 mL ke dalam sampel dan di kocok
hingga homogen. Kemudian di tambahkan 0.25 mL KI jenuh kedalam masing-masing
larutan dan dikocok. Penambahan KI berfungsi untuk membebaskan iodine. Didiamkan
selama 20 menit dengan sesekali di goyang. Kemudian di tambahkan 15 mL akuades
untuk mengencerka dan 1 mL amilum 1% sebagai indicator agar perubahan warna dapat
teramati. Langkah terkahir adalah dititrasi dengan Na2S2O3 hingga terjadi perubahan
warna kuning hampir hilang.
Dari hasil percobaan di dapatkan data volume titrasi pada minyak baru dan
minyak jelantah berturut turut adalah 0.15 mL dan 0.5 mL. dari volume yang di dapatkan
dapat menghitung angka peroksida dalam masing-masing sampel. angka peroksida untuk
minyak baru yaitu 2.69 mol/g. minyak jelantah 18.14 mol/g. yang dimaksud dengan
angka peroksida adalah indeks jumalh lemak atau minyak yang mengalami oksidasi. Dari
percobaan angka peroksida dari minyak jelantah lebih besar dari pada minyak baru.
Menurut literature (Ridgway, 2015) angka peroksida tinggi menunjukkan bahwa minyak
tersebut semakin tidak bagus dan tidak layak untuk di konsumsi, apabila minyak tersebut
tetap dikonsumsi maka dapat mereduksi vitamin-vitamin yang ada pada tubuh.

4.3.5 Penentuan Asam Lemak Bebas


Pada percobaan ini dibutuhkan beberapa alat dan bahan Erlenmeyer untuk wadah
larutan, neraca untuk menimbang sampel. buret untuk tempat titran, pipet ukur untuk
mengambil volume dalam jumlah yang ditentukan. Adapun beberapa bahan yaitu minyak
jelantah, minyak kelapa, minyak zaitun adalah sampel yang akan ditentukan. Etanol 96%
berfungsi untuk melarutkan minyak. Indicator PP untuk indicator yang mempermudah
pengamatan titik akhir titrasi. Dan NaOH peniter.
Prosedur awal yang di lakukan adalah dipipet 10 mL minyak jelantah, minyak
kelapa dan minyak zaitun. Kemudian di tambahkan etanol 96 % sebanyak 10 mL untuk
melarutkan minyak dan untuk menetralkan asam lemak bebas sebelum di titrasi.
Selanjutnya ditambahkan PP sekitar 5 tetes untuk indicator dan dilihat titrasi dengan
NaOH. NaOH disini untuk reaksi hidrolisis, dimana banyaknya volume NaOH sebanding
dengan asam lemak bebas ion OH- yang berhasil dihidrolisis dari suatu minyak.
Dari hasil pengujian didapatkan beberapa volume tittrasi. Volume titrasi secara
urut minyak jelantah, minyak kelapa, dan minyak zaitun adalah 0.8 mL ; 1.5 mL dan 5.1
mL. dan saat ditambahkan dengan etanol baik minyak jelantah, minyak kelapa dan minyak
zaitun terbentuk 2 fasa, fasa minyak untuk bagian atas dan fasa air untuk bagian dasar. Dan
saat di titrasi terjadi perubahan warna. Dari volume titrasi didapatkan kadar FFA minyak
jelantah, minyak kelapa dan minyak zaitun berturut-turut adalah 0.68% ; 0.3 % dan 1.3 %.
Menurut literature (Ridgway,2015) disebutkan bahwa kadar FFA yang masih di izinkan
adalah sebesar 0.3%. semakin tinggi nilai kadar FFA maka semakin rendah kadar asam
lemak bebas dari minyak maka semakin rendah meningkat kualitas dari minyak tersebut.
Sehingga pada hasil percobaan masih di bawah standart maka masih layak digunakan. Jadi
jika dibandingkan dengan literature maka minyak kelapa yang masih layak di gunakan
karena terendah dari yang lain dan 0.3 % adalah kadar FFA yang di izinkan.
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa saat uji kelarutan bahwa lipid larut
dalam aseton, etanol dan kloroform dan tidak larut dalam akuades. Namun dalam
percobaan di ada yang sesuai dan tidak untuk akuades sudah sesuai dengan literature karena
semua lipid tidak larut. Dan pada perobaan minyak jelantah juga sesuai dari ke 5 uji. tidak
ada perubahan. Untuk uji asam lemak bebas dari hasil percobaan ada beberapa yang sesuai
dengan literature dan tidak, yang tidak sesuai dengan literature yaitu penambahan Pb di
minyak goring dan margarin. hal ini disebabkan oleh beberapa factor yaitu selain
kontaminasi yang penambahan HCl maupun saat penambahan basa karena mungkin
penambahan belum mancapai suasana yang di targetkan. Bisa di katan sesuai karena
menurut literature pada saat uji reagen Pb, Mg, dan Ca berwarna putih keruh. Pada uji
gliserol gliserol dikatan bahwa dalam bentuk bebas atau yang terikat berupa senyawa yang
akan membentuk akrolein penyebab bau yang timbul sedangkan asam-asam lemak tidak.
Jika di bandingan dengan literature hasil nya sesuai dengan literature yaitu di tunjukkan
dengan menghasilkan bau pada asam oleat dan gliserol namun pada ada yang tidak sesuai
yaitu minyak kelapa dan mentega tidak menghasilkan bau. Pada uji penentuan angka
peroksida Dari hasil percobaan di dapatkan data volume titrasi pada minyak baru dan
minyak jelantah berturut turut adalah 0.15 mL dan 0.5 mL. dari volume yang di dapatkan
dapat menghitung angka peroksida dalam masing-masing sampel. angka peroksida untuk
minyak baru yaitu 2.69 mol/g. minyak jelantah 18.14 mol/g. Dari uji asam lemak bebas dari
hasil pengujian didapatkan beberapa volume tittrasi. Volume titrasi secara urut minyak
jelantah, minyak kelapa, dan minyak zaitun adalah 0.8 mL ; 1.5 mL dan 5.1 mL. Dari
volume titrasi didapatkan kadar FFA minyak jelantah, minyak kelapa dan minyak zaitun
berturut-turut adalah 0.68% ; 0.3 % dan 1.3 %.
5.2 Saran
Praktikan harus lebih teliti dan lebih berhati-hati dalam melakukan praktikum karena saat
praktikum terdapat sampel dan beberapa zat kimia yang mempengaruhi percobaan
DAFTAR PUSTAKA

Hoffmeister, Dirk. 2016. Biochemistry and Molecular Biology. Springer: USA


Ridgway, Neale. 2015. Biochemistry of Lipids, Lipoproteins and Membranes. Elsevier: USA
Sumbono, Aung. 2019. Biomolekul. Deepublish: Yogyakarta
Susilo, Agus. 2019. Dasar Teknologi Hasil Ternak. Universitas Brawijaya Press: Malang
Watson, Ronald Ross . 2015. Handbook of Lipids in Human Function: Fatty Acids. Elsevier:
USA

Anda mungkin juga menyukai