Laporan Akhir Dasar Agronomi - Iza

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN AKHIR DASAR-DASAR

AGRONOMI
BUDIDAYA TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

DISUSUN OLEH :

Nama : Iza Friasti Horipa


NPM : E1J017039
Program Studi : Agroekoteknologi
Shift : Selasa, 10.00-12.00/C1-2
Dosen :
Co-ass : Habibi

LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kacang hijau (Vigna radiate L.) merupakan salah satu komoditas yang banyak di
konsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kacang hijau dibuat makanan seperti bubur kacang hijau,
isi onde-onde dan lain-lain. Kecambahnya sering disebut dengan tauge. Tanaman ini banyak
mengandung gizi, antara lain: Amilum, Protein, Besi, Belerang, Kalsium, Minyak lemak,
Mangan, Magnesium, Niasin, Vitamin (Bi, A, dan E). Manfaat lain dari kacang hijau ini adalah
dapat melancarkan buang air besar dan berbagai pengobatan lainnya (Atman, 2008).

Meskipun tanaman kacang hijau memiliki banyak manfaat, tetapi pembudidayaan kacang
hijau kurang mendapatkan perhatian dari petani-petani. Padahal kacang hijau memiliki potensi
yang tinggi untuk dikembangkan. Kacang hijau memiliki kelebihan, antara lain: berumur genjah,
lebih toleran terhadap kekeringan, dapat ditanam dilahan yang kuarng subur dan sekaligus bisa
sebagai penyubur tanah karena mampu bersimbiosis dengan bakteri rhizobium, budidaya mudah
dan hama penyakit menyerang relative sedikit (Yugi et al.,2012).

Menurut data Badan Pusat Statistik, Produksi kacang hijau nasional tahun 2013 sebesar
209.924 ton menurun sebesar 85.980 ton dibandingkan produksi di tahun 2012 yaitu sebesar
295.904 ton. Penuruna tersebut disebabkan oleh berkurangnya luas panen. Oleh karena itu,
Untuk memenuhi kebutuhan kacang hijau , pemerintah melakukan impor dari beberapa Negara
antara lain: Myanmar, Etiopia, Thailand, Australia, dan Brasil (Lavria.D,.et al.2015).

Dalam upaya peningkatan produksi kacang hijau pada tahun 2016 ditargetkan
sebesar 295.900 ton dengan luas tanam 261.100 hektar, luas panen 248.650 hektar, dan
produktivitas 11,90 ku/ha. Sasaran tersebut dapat dicapai dengan asumsi semua faktor
pendukung berjalan sesuai dengan yang diharapkan, antara lain tersedianya sarana
produksi, sumber daya manusia, lahan, air, serta kondisi iklim yang mendukung (Dirjentan,
2016).
Kacang hijau merupakan tanaman semusim yang cukup mudah untuk
membudidayakanya. Kacang hijau dapat tumbuh disegala macam jenis tanah yang berdrainase
baik dan juga dapat hidup di daerah yang tanahnya tidak terlalu gembur. Tanaman ini dapat
ditanam didaerah dataran rendah hingga ketinggian 500 m di atas permukaan laut. Untuk dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik, kacang hijau menghendaki curah hujan optimal 50-200
mm/bulan, dengan suhunya sekitar 25-27 ºC dan kelembaban udara yang mencapai 50-80% dan
cukup untuk mendapatkan sinar matahari.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tanggal 5 Mei tahun 2014, Indonesia
mengimpor kacang hijau dari beberapa negara. Sepanjang Januari-Maret 2014, jumlah kacang
hijau yang masuk ke Indonesia mencapai 18,64 ribu ton. Indonesia mengimpor dari beberapa
negara diantaranya Myanmar, Etiopia, Thailand, Australia, dan Brasil. Impor kacang hijau pun
meningkat cukup drastis pada Maret 2014 dibandingkan bulan sebelumnya. Pada Februari, impor
kacang hijau tercatat sebanyak 6,27 ribu ton. Kemudian terjadi peningkatan yang sangat pesat
menjadi 13,96 ribu ton pada Maret.seningga Total impor kacang hijau selama 3 bulan pertama
2014 tercatat 23,45 ribu ton. Dan masih tingginya tingkat impor kacang hijau menggambarkan
masih rendahnya akan produksi kacang hijau yang ada di Indonesia karena anggapan petani
yang akan membuang waktu saja bila melakukan budidaya tanaman kacang hijau. Masih
sedikitnya petani yang sudah menggunakan pupuk anorganik dan seringkali petani menanam
kacang hijau tanpa adanya pengolahan lahan dan tanahnya serta menabur benih yang secara
acak saja. Disinyalir pada daerah bagian barat dari propinsi di Jawa Timur dimulai dari daerah
Ponorogo, Madiun, Magetan dan Ngawi banyak dipenuhi dengan adanya serangan penyakit
kuning yang timbul pada tanaman kacang-kacangan tepat pada daerah daunnya tanaman ini
serang juga oleh serangga lainnya seperti ulat (BPS, 2014).

Permasalahan utama budidaya kacang hijau di Indonesia adalah produktivitas yang masih
rendah dan lahan budidaya yang terbatas. Permasalahan ini dapat diatasi dengan
mengoptimalkan pengelolaan lahan marginal seperti tanah tanah kacang hijau untuk kegiatan
budidaya kacang hijau. Tantangan pengembangan kacang hijau dengan lahan marginal yaitu
peningkatan produktivitas dan mempertahankan kualitas lahan untuk berproduksisecara
berkelanjutan (Widiyawati et al.,2016).

Saat ini permintaan pasar terhadap kacang hijau terus mengalami peningkatan sedangkan
produksi di dalam negeri masih rendah. Sebagian besar kebutuhan kacang hijau domestik untuk
pakan atau industri pakan dan sebagian lainnya untuk pangan, dan kebutuhan industri lainnya.
Selain untuk kebutuhan dalam negeri, produksi kacang hijau nasional juga berpeluang besar
untuk memasok sebagian pasar kacang hijau dunia sehingga dapat menambah devisa Negara.
(Trustinah et al.,2014).
Mengingat perlunya adanya budidaya kacang hijau dalam rangka memenuhi kebutuhan
masyarakat, maka diperlukan upaya dan pengetahuan untuk membudidayakan kacang hijau
dengan baik dan juga benar, untuk mengetahui hal tersebut yaitu salah satunya dengan praktikum
budidaya tanaman kacang hijau agar cara budidaya yang dilakukan baik dan benar.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dalam praktikum ini yaitu:


Untuk mengetahui proses dan cara budidaya kacang hijau (Phaseolus radiatus L.)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kacang Hijau


Menurut Susanto 2008 Kacang hijau dikenal dengan beberapa nama, seperti
mungo, mung bean, green bean dan mung. Di Indonesia, kacang hijau juga memiliki
beberapa nama daerah, seperti artak (Madura), kacang wilis (Bali), buwe (Flores),
tibowang candi (Makassar). Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) Leguminosae
yang banyak jenis varietasnya. Kedudukan tanaman kacang hijau dalam taksonomi
tumbuhan dapat diklasifikasikan. Menurut Rukmana (2010) menyatakan bahwa klasifikasi
dari tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) yakni:

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Leguminales
Famili : Leguminosae
Genus : Phaseolus
Spesies : Phaseolus radiatus L.

2.1.1 Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L)

Tanaman kacang hijau lebih mudah ditanam dibanding dengan tanaman kacang- kacangan
lainnya, kacang hijau memiliki kelebihan dari segi agronomi dan ekonomis, seperti: (a) lebih
tahan terhadap kekeringan.serangan hama dan penyakit lebih sedikit, (b) dapat dipanen pada
umur 55-60 hari, (c) dapat ditanam pada tanah yang subur dan budidayanya mudah. Lahan
pertanaman kacang hijau sebaiknya di dataran yang rendah yang diairi seperti padi. Tanah yang
ideal adalah tanah ber pH5,8 dengan kandungan fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan
belerang yang cukup agar bisa maksimalkan produksi (Barus, W.A., et al. 2014).
Pupuk merupakan hasil akhir dari penguraian sisa-sisa tanaman limbah dan kotoran
ternak, seperti pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau. Pupuk organik umumnya
merupakan pupuk lengkap karena mengandung unsur hara makro dan mikro meskipun
dalam jumlah sedikit. Pupuk organik ini diolah dari bahan baku berupa kotoran ternak,
kompos, limbah alam, hormon tumbuhan dan bahan –bahan alami lainnya yang diproses
secara alamia selama kurang lebih 4 bulan. Pupuk organik selain dapat memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan juga biologi tanah membantu meningkatkan produksi tanaman,
meningkatkan produk tanaman mengurangi dan juga dapat mengurangi penggunaan pupuk
anorganik dan alternatif pengganti pupuk kandang menurut pendapat Indarkusuma (2000)
dalam Winata et al. (2012).
Hakim, L. (2008) Menyatakan tentang morfologi kacang hijau ia pendapat bahwa
Susunan tubuh tanaman (morfologi) kacang hijau terdiri atas akar, batang, daun, bunga,
buah, dan juga biji. Perakaran tanaman kacang hijau bercabang banyak dan membentuk
bintil-bintil (nodula) akar tanaman kacang hijau mempunyai ciri yang khusus tersendirinya
tanaman kacang hijau mempunyai bintil yang tidak dipunyai oleh tanaman yang lainnya.
Batang tanaman kacang hijau berukuran kecil, berbulu, berwarna hijau kecokelat-
cokelatan, atau kemerah-merahan, tumbuh tegak sampai mencapai ketinggian vegetatifnya.
Dalam upaya peningkatan produksi kacang hijau pada tahun 2016 ditargetkan
sebesar 295.900 ton dengan luas tanam 261.100 hektar, luas panen 248.650 hektar, dan
produktivitas 11,90 ku/ha. Sasaran tersebut dapat dicapai dengan asumsi semua faktor
pendukung berjalan sesuai dengan yang diharapkan, antara lain tersedianya sarana
produksi, sumber daya manusia, lahan, air, serta kondisi iklim yang mendukung (Dirjentan
2016).
Menurut Rukman (1997) dalam Liza Khairan (2008) berdasarkan indikator
didaerah sentrum produsen tersebut keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kacang hijau
dengan daerah yang rsuhunya 25oC-27oC dengan kelembaban udaranya 50%- 80%, curah
hujan antara 50 mm - 200 mm perbulan, dan cukup mendapatkan sinar matahari (pada
tempat yang terbuka). Jumlah curah hujan juga dapat mempengaruhi produksi tanaman
kacang hijau. Tanaman ini cocok ditanam pada musim kering (kemarau) yang rata-rata
curah hujan yang rendah. Didaerah curah hujan, pertanaman kacang hijau mengalami
bnyak hambatan dan gangguan, misalnya mudah rebah dan tanaman kacang hijau ini muda
untuk terserang penyakit seperti kuning pada permukaan daunnya dan bahkan tanaman ini
juga banyak terserang hama belalang dan ulat daun atau juga ulat pada polongnya sehingga
jumlah polong pada tanaman kacang hijau banyak yang bolong.

Untuk Mendapatkan hasil kacang hijau yang tinggi bisa digunakan teknologi
budidaya yang tepat,salah satunya yaitu penggunaan varietas yang unggul dan penggunaan
pupuk yang benar. Salah satu unsure makro yang dibutuhkan untuk meningkatkan produksi
kacang hijau yaitu unsur P. Salah satu upaya untuk meningkatkan ketersediaan unsure p
ialah dengan menambahkan P organik kedalam tanah (Laboratorium Tanah BPTP Sumut,
2014).

Penggunaan varietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi dalam


pengembangan produktivitas kacang hijau. Hasil produksi merupakan hasil
introduksi,persilangan, mutasi, atau varietas lokal .Hasil rata-rata varietas kacang hijau
biasanya berkisar antara 0,90-1,98 ton/ha dengan ukuran biji (bobot 100 biji) 2,5-7,8 g, dan
penen berumur 51-100 hari ( Trustinah et al.,2014).

Selain itu, posfor juga berperan sebagai pendorong pertumbuhan tunas, akar
tanaman, meningkatkan aktifitas unsure hara lain seperti nitrogen dan kalium yang
seimbang bagi kebutuhan tanaman. Pada leguminosa, fosfor berfungsi mempercepat fiksasi
N dengan mendorong pembungaan dan pembentukan biji dan buah serta mempercepat
masaknya polong (Barus,W.A,.et al. 2014).

BAB III
METODELOGI

3.1 Alat dan Bahan

Adapun Alat dan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu sebagai berikut:
3.1.1 Alat 3.2.2 Bahan
a. ATK a. Benih Kacang hijau
b. LKP b. KCL
c. Cangkul c. Pestisida Furadan
d. Sabit d. SP36
e. Parang e. Air
f. Ajir f. Pupuk UREA
g. Meteran
h. Tali rafia
i. Map plastik
j. Spidol
k. Tugal
l. Timbangan analitik
m. Caplak Tali
n. Penggaris

3.1 Prosedur Kerja


3.2.1 Persiapan Lahan
1. Membuat bedengan berukuran 3 m x 2 m dengan jarak antara satu bedeng dengan
bedengan yang lain yaitu 0,5 m. Meluruskan bedengan dengan peralatan yang
ada sehingga bedengan akan terlihat rapi.
2. Memberi tanda pojok pada bedengan dengan menggunakan ajir, menghubungkan
antara masing-masing ajir dengan tali rafia.
3. Membersihkan lahan dari gulma yang ada didalam petakan.
4. Melakukan pengolahan tanah dengan cara penggemburan tanah menggunakan alat
yaitu cangkul.
5. Meratakan permukaan tanah sehingga tinggi permukaan tanah terlihat sama rata
dengan menggunkan kayu.

3.2.2 Persiapan Tanam


1. Membuat caplak tali dengan menyiapkan 2 utas tali rafia yang berukuran 3,5 m
dan 1 utas tali berukuran 2,5 m.
2. Menyiapkan potongan tali rafia sepanjang 15 cm, untuk memudahkan dalam
melakukan penanaman, warna tali rafia sebaiknya harus dibedakan. Tali ini akan
digunakan untuk penanda pada saat melakukan penanaman.
3. Menyesuaikan ukuran tali penanda tanam dengan jarak tanam dari kacang hijau.
4. Mengambil benih yang akan ditanam dari coass.

3.2.3 Persiapan Benih


1. Menghitung jumlah benih yang dibutuhkan untuk ditanam dengan luas lahan 3 m
x 2 m dengan setiap lubang ditanam dengan 2 benih kacang hijau
2. Memilih benih yang bagus dan benih yang kurang bagus
3. Membersihkan benih dari kotoran yang lain
4. Memberikan benih kepada coass untuk direndam agar benih siap tanam
5. Membuang benih yang masih mengapung pada permukaan air sebab benih yang
mengapung kurang bagus untuk ditanam

3.2.4 Penanaman
1. Menentukan lubang tanam dengan cara merentangkan tali caplak ukuran 3,5 m
pada kedua sisi lahan, kemudian mengikatkan ujungnya pada ajir.
2. Merentangkan tali caplak ukuran 2,5 m pada sisi lahan tegak lurus dan harus
sesuai engan penanda tanam.
3. Membuat lubang tanam dengan menggunakan tugal, ukuranya tidak dalam dan
tidak dangkal agar benih kacang hijau dapat tumbuh dengan baik.
4. Memasukan dua benih pada setiap lubang tanam bersamaan dengan
memasukkan pestisida furadan, kemudian menutupnya kembali dengan
menggunkan tanah.
5. Setelah selesai menanam pada baris pertama, kemudian dilakukan memindahkan
tali rafia ukuran 2,5 m ke tanda jarak tanam berikutnya.
6. Memupupuk benih kacang hijau yang sudah ditanam dengan cara membuat alur
disisi pinggir barisan benih yang sudah ditanam.
7. Menyiram bagian petakan hingga terlihat cukup basah.
3.2.5 Menghitung Daya Tumbuh, Penjarangan dan Pengukuran Tanaman
1. Melakukan pengamatan pada komodit kacang hijau, hal yang diamati meliputi
daya tumbuh, tipe perkecambahan, dan juga populasi tanaman.
2. Jika terdapat benih yang tidak tumbuh atau tumbuhnya benih tidak normal, maka
dilakukan penyulaman pada lubang tanam tersebut.
3. Mencabut satu tanaman kacang hijau pada saat melakukan penjarangan
4. Melakukan perawatan dan penyiraman setiap hari hingga panen.

3.2.6 Pengamatan Pertumbuhan Vegetatif Tanaman


1. Menentukan tanaman yang akan dijadikan sampel pengamatan. Penentuan ini
dilakukan dengan cara acak dengan menggambil 5 sampel kacang hijau dan
menghindari mengambil sapel bagian pinggir.
2. Memasang ajir dan label dengan nomor pada setiap tanaman sampel.
3. Melakukan pengamatan pertumbuhan vegetatif tanaman sejak tanaman berumur
3 minggu setelah tanam.
4. Mengamati variabel yang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang
atau anakan, jumlah polong, jumlah bunga,dan jumlah polong yang matang.
5. Untuk pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur pangkal
batang/permukaan tanah hingga pada ujung batang yang tetinggi tertinggi.
6. Untuk penghitungan jumlah daun dilakukan dengan menghitung jumlah seluruh
daun yang telah membuka secara sempurna dan kotiledon tidak termasuk dalam
jumlah bunga.

3.2.7 Pembubunan, Pemupukan dan Pengendalian OPT


1. Melakukan pengemburan tanah disekeliling tanaman
2. Membuat tanah menjadi menjadi bumbunan pada setiap prtmukaan tanaman
agar akar tanaman tidak keluar permukaan tanah
3. Meratakan pembubunan tanah agar terlihat rapi
4. Membuat siring anatara tanaman satu dengan tanaman yang lainnya
5. Mencampur pupuk dan Melakukan pemupukan dengan meletakan pupuk keatas
permukaan tanah yang sudah dibuat siring terlebih dahulu
6. Menutup kembali siring yang sudah diberi pupuk agar pupuk tidak menguap dan
bila terjadi hujan pupuk tersebut tidak terbuang sia-sia
7. Melakukan pengendalian gulma dengan cara mencabuti gulma yang ada dilahan
setelah itu Membuang gulma sejauh mungkin gulma tersebut dari petakan

3.2.8 Panen
1. Melakukan pemanenan sampel yang sudah siap untuk di panen.
2. Mencambut semua sempel tanaman kacang hijau yang ada dilahan dan mulai
untuk melakukan pengukurannya.
3. Menimbang berat bobot segar tanaman kacang hijau yang sudah dibersihkan dari
tanah dengan menggunakan timbangan analitik.
4. Menimbang berat segar batang dana akar yang sudah dipotong.
5. Menimbang bobot akar dan bobot tajuk pada masing-masing sampel tanaman
kacang hijau.
6. Mengukur lebar daun menggunakan jangka sorong.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


DAFTAR PUSTAKA
Trustinah, Radjit, Prasetiawati dan Didik. 2014. Adopsi Varietas Kacang Hijau di Sentra Produksi.
Jurnal Iptek Tanaman Pangan. 9(1):24-38.

Widiyawat, Harjoso, Taufik. 2016. Aplikasi Pupuk Organik terhadap Hasil Kacang Hijau (Vigna
radiate L.) di Ultisol.

Atman. 2008. Teknologi Budidaya Kacang Hijau (Vigna radiata L.) di Lahan Sawah: Jurnal Ilmiah
Tambua Balai Pengkajian Taknologi Pertanian (BPTP). Sumatera Barat.4(1) : 89-95.
Lavria, Mawarni,L., Barus.A.,2015. Laju Pertumbuhan Tanaman dan Produksi Dua Varietas Kacang
Hijau (Phaseolua radiates L.) dengan Pemberian Pupuk Guano: Jurnal Online
Agroekoteknologi. Vol 3, No.3 :949-955.

Laboratorium Tanah BPTP Sumut. 2014. Hasil Analisis Tanah dan Pupuk Guano.Medan: BPTP
Sumut.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2016. Petunjuk teknis pengelolaan kacang tanah dan kacang
hijau tahun anggaran 2016. Direktorat Jenderal Petanian Tanaman Pangan. Jakarta:
Kementerian Petanian.

Barus.W.A., Khair.H, Siregar.M.A. 2014. Respon pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau
(Phaseolus radiates L.) Akibat penggunaan Pupuk Organik Cair dan Pupuk Tsp.

Yugi, A. dan Harjoso, H. 2012. Karakter Hasil Biji Kacang Hijau pada Kondisi Pemupukan P dan
Intensitas Penyiangan Berbeda. 11 (2) : 137-143.

Anda mungkin juga menyukai