G16ves PDF
G16ves PDF
G16ves PDF
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
ABSTRAK
VALDA EKA SOFIANA. Nanoenkapsulasi Ekstrak Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus)-Kitosan dengan Metode Ultrasonikasi. Dibimbing oleh
MERSI KURNIATI dan IRZAMAN.
ABSTRACT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
Pada
Departemen Fisika
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
ix
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Hipotesis 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Kitosan 2
Jamur Tiram Putih 3
Metode Ekstraksi 4
Ultrasonikasi 5
Pengeringan Semprot (spray drying) 6
Enkapsulasi 6
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) saat ini cukup populer dan banyak
digemari oleh masyarakat karena rasanya yang lezat dan juga penuh kandungan
nutrisi, tinggi protein, dan rendah lemak. Jamur tiram putih mempunyai
kemampuan meningkatkan metabolisme dan menurunkan kolesterol.1 Selain itu,
manfaat lain yang dimiliki jamur tiram adalah sebagai anti-bakterial, dan anti-
tumor sehingga jamur tiram juga banyak dimanfaatkan untuk mengobati berbagai
macam penyakit mulai dari diabetes, lever, dan lainnya. Jamur tiram juga sangat
baik dikonsumsi terutama bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan karena
memiliki kandungan serat pangan yang tinggi sehingga baik untuk kesehatan
pencernaan. Selain serat, setiap 100 gram jamur kering juga mengandung protein
10.5 – 30.4%, lemak 1.7 – 2.2%, karbohidrat 56.6%, tiamin 0.2 mg, riboflavin 4.7
– 4.9 mg, niasin 77.2 mg, kalsium 314 mg, dan kalori 367.2
Konsumsi ekstrak jamur tiram secara oral dapat mengurangi efisiensi
penyerapan dalam tubuh.3Salah satu upaya yang telah dikembangkan untuk
mengatasi permasalahan tersebut adalah penyalutan dengan metode
enkapsulasi.Salah satu penyalut yang aman digunakan adalah kitosan yang
merupakan hasil ekstraksi limbah kulit hewan golongan Crustace.Dewasa ini,
kitosan banyak dikembangkan dalam berbagai aspek bidang.Salah satunya adalah
dalam bidang medis. Produk-produk hasil teknologi kitosan salah satunya adalah
sudah mulai digunakan sebagai suatu sistem penyampaian obat herbal berupa
membran.4
Selama ini, jamur tiram putih pada kalangan masyarakat hanya dikonsumsi
sebagai lauk maupun sayur sebagai pendamping nasi, tetapi karena kandungan
nutrisi dan senyawa aktif yang diperlukan oleh tubuh menjadikan jamur tiram
putih berpotensi sebagai obat.Struktur jamur yang mudah rusak diperlukan adanya
bahan yang dapat menstabilkannya.Salah satunya menggunakan kitosan. Kitosan
mempunyai sifat yang biokompatibel, biodegradable, tidak beracun, antimikroba,
dan hydrating agen.5 Karena sifat ini, kitosan menunjukkan biokompatibilitas
yang baik dan memiliki sifat matriks dalam sistem penghantaran obat ke dalam
tubuh. Pada saat kitosan berinteraksi dengan tubuh, serbuk ekstraksi jamur tiram
putih ini akan terserap oleh tubuh secara perlahan. Di samping itu, mengolahnya
menjadi nanopartikel memungkinkan kitosan untuk menjadi penghantar senyawa
aktif atau obat yang lebih efektif. Pada sebagian besar pengobatan, khususnya
dalam bentuk dosis konvensional, hanya sebagian kecil dosis yang diberikan
mencapai sisi target, sedangkan sebagian besar obat terdistribusi pada bagian
tubuh lainnya sesuai dengan sifat fisikokimia dan biokimianya.5 Metode yang
sedang berkembang saat ini adalah metode sonokimia dengan memanfaatkan
gelombang ultrasonik yang memberikan hasil yang efektif.3 Pada penelitian kali
ini akan meninjau lebih dalam metode ultrasonikasi dengan memberi variasi
terhadap waktu serta ukuran magnetic stirrer yang akan mempengaruhi besar
ukuran partikel.
2
Tujuan Penelitian
Membuat ukuran partikel ekstrak jamur tiram tersalut kitosan TPP dengan
variasi waktu sonikasi dan ukuran magnetic stirrer dalam proses pembuatannya
serta mengetahui efisiensi penyalutannya.
Hipotesis
Semakin lama waktu sonikasi dan ukuran magnetic strirrer yang digunakan
diharapkan mendapat efisiensi penyalutan ekstrak jamur tiram lebih optimum.
TINJAUAN PUSTAKA
Kitosan
Kitosan adalah senyawa kimia yang berasal dari bahan hayati kitin, suatu
senyawa organik yang melimpah di alam ini setelah selulosa.6 Kitin ini umumnya
diperoleh dari kerangka hewan invertebrata dari kelompok Arthopoda sp, Molusca
sp, Coelenterata sp, Annelida sp, Nematoda sp, dan beberapa dari kelompok
jamur. Selain dari kerangka hewan invertebrata, juga banyak ditemukan pada
bagian insang ikan, trakea, dinding usus dan pada kulit cumi-cumi. Sebagai
sumber utamanya ialah cangkang Crustaceae sp, yaitu udang, lobster, kepiting,
dan hewan yang bercangkang lainnya, terutama asal laut. Sumber ini diutamakan
karena bertujuan untuk memberdayakan limbah udang.7 Kitosan adalah padatan
amorf putih yang tidak larut dalam alkali dan asam mineral kecuali pada keadaan
tertentu. Kitosan merupakan molekul polimer yang mempunyai berat molekul
tinggi.7 Kitosan dengan berat molekul yang tinggi didapati dengan mempunyai
viskositas yang baik dalam suasana asam. Kitosan hasil deasetilasi kitin larut
dalam asam encer seperti asam asetat, asam formiat, dll. Kitosan dapat
membentuk gel dalam n–metilmorpin n–oksida yang dapat digunakan dalam
formulasi pelepasan obat terkendali.Kandungan nitrogen dalam kitin berkisar 5–
8% tergantung pada tingkat deasetilasi sedangkan nitrogen pada kitosan
kebanyakan dalam bentuk gugus amino. Kitosan bereaksi melalui gugus amino
dalam pembentukan N–asilasi dan reaksi Schiff yang merupakan reaksi yang
penting.7
Kitosan bersifat biokompatibel artinya sebagai polimer alami sifatnya tidak
mempunyai efek samping, tidak beracun, tidak dapat dicerna, mudah diuraikan
oleh mikroba (biodegradable). Struktur yang mirip dengan selulosa dan dengan
kemampuannya membentuk gel dalam suasana asam, kitosan mempunyai sifat
seperti matriks dalam sistem penghantaran obat.9 Sifat mekanik kitosan yaitu
rapuh. Untuk menstabilkan sifat mekanik tersebut, digunakan TPP (tripolipospat)
sebagai cross-linknya.10 TPP merupakan polianion yang tidak beracun jika
diinteraksikan dengan kitosan dalam media asam serta meningkatkan sifat
adsorpsi melalui kekuatan elektrostatik ion untuk membentuk jaringan cross-link.7
3
Jamur tiram putih merupakan salah satu jenis jamur kayu. Jamur ini disebut
tiram atau “osyter mushroom” karena bentuk tudungnya sedikit membulat,
lonjong, dan melengkung seperti cangkang tiram.11 Jamur tiram putih atau dikenal
dengan nama ilmiah Pleurotus ostreatus (Jacq. Ex. Fr.) merupakan jamur dengan
famili agaricaceae yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat karena dapat
tumbuh diberbagai macam jenis substrat dan mempunyai kemampuan adaptasi
terhadap lingkungan yang tinggi.11
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan bahan makanan bernutrisi
dengan kandungan protein tinggi, kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat,
lemak dan kalori.12 Jamur ini memiliki kandungan nutrisi seperti vitamin, fosfor,
besi, kalsium, karbohidrat, dan protein. Berikut kandungan gizi jamur tiram
menurut Sumarmi, 2006 yang ditampilkan pada Tabel 1.
adalah polisakarida yang tersusun dari monomer glukosa dengan ikatan β-(1-3).14
Polisakarida ini dihasilkan oleh ragi, gandum dan bakteri.14 Kelompok bakteri
Rhizobiaceae dilaporkan menghasilkan β-(1-3) glukan, sebagai contoh adalah
Agrobacterium sp. Secara umum β-(1-3) glukan memiliki beberapa manfaat
antara lain sebagai anti infeksi terhadap mikroorganisme seperti Staphylococcus
aureus, Escherichia coli, Candida albicans, Pneumocytis carinii, Litseria
monocytogenesis, Leishmania donovani, Herpes simplex yang meliputi bakteri,
fungi, virus dan parasit. Senyawa ini juga memiliki efek anti tumor dan berpotensi
sebagai antioksidan yang melindungi makrofag darah dari serangan radikal bebas,
serta mampu menyembuhkan luka. Kekurangan jamur tiram ini adalah rasanya
yang masam dengan bau yang kurang sedap saat direbus. Salah satu cara untuk
menutupinya adalah dengan menyalut jamur tiram putih dalam nanokapsul gel
sebagai aplikasi biomedis.
Metode Ekstraksi
Kandungan kimia dari suatu tanaman atau simplisia nabati yang berkasiat
obat umumnya mempunyai sifat kepolaran yang berbeda-beda, sehingga perlu
dipisahkan secara selektif menjadi kelompok-kelompok tertentu. Prinsip dasar
ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa non-
polar dalam pelarut non-polar. Proses ekstraksi merupakan penarikan zat pokok
yang diinginkan dari bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang
dipilih dengan zat yang diinginkan larut.15
Menurut Darwis, 2008 ada beberapa metode ekstraksi senyawa yang
umum digunakan, diantaranya adalah:
1. Maserasi
Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut organik
yang digunakan pada suhu ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam
isolasi senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan
terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan di dalam
dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan
terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat
diatur lama perendaman yang digunakan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi
akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan
senyawa bahan alam pelarut tersebut.
2. Perkolasi
Perkolasi merupakan proses melewatkan pelarut organik pada sampel
sehingga pelarut akan membawa senyawa organik bersama-sama pelarut.
Efektivitas dari proses ini hanya akan lebih besar untuk senyawaorganik yang
sangat mudah larut dalam pelarut yang digunakan. Keuntungan dari metode ini
adalah tidak diperlukannya proses pemisahan ekstrak sampel, sedangkan
kerugiannya adalah selama proses tersebut, pelarut menjadi dingin sehingga tidak
melarutkan senyawa dari sampel secara efisien.
3. Sokletasi
Sokletasi merupakan proses ekstraksi yang menggunakan penyarian
berulang dan pemanasan. Penggunaan metode sokletasi adalah dengan cara
memanaskan pelarut hingga membentuk uap dan membasahi sampel. Pelarut yang
sudah membasahi sampel kemudian akan turun menuju labu pemanasan dan
5
Ultrasonikasi
partikel pada larutan sampel terlapis polimer sebagai hasil akhirnya. Salah satu
cara untuk mendapatkan kavitasi berukuran sangat kecil dan homogen adalah
memanfaatkan alat ultrasonik probe.16
Enkapsulasi
kapsul. Melalui teknik enkapsulasi, inti yang berada di dalam kapsul akan
terhindar dari pengaruh lingkungan sehingga akan terjaga dalam keadaan baik dan
inti tersebut akan dilepaskan hanya ketika persyaratan kondisi terpenuhi.
Teknik enkapsulasi yang umumnya dilakukan pada industri makanan adalah
proses pengeringan semprot.19 Enkapsulasi dengan pengering semprot dilakukan
dengan melarutkan, mengemulsifikasi dan mendispersikan zat aktif dalam larutan
pembungkus yang kemudian mengumpalkan larutan zat aktif kedalam hot
chamber sehingga dihasilkan mikrokapsul zat aktif yang telah terenkapsulasi.19
Bahan utama yang akan digunakan dalam penelitian ini adalahjamur tiram
putih segar, etanol teknis 96%, serbuk kitosan, asam asetat 2%, tween-80,
tripolifosfat (TPP) dengan kosentrasi 0.5% dan aquades. Peralatan yang
digunakan neraca analitik, magnetic stirrer, Ultrasonics Processor (Cole-Parmer
20 kHz 130 Watt), gelas ukur, sudip, pipa voltmetrik, spektroskopi Uv-Vis, FTIR,
saringan ukuran 200 mesh.
Metode Penelitian
Tubuh buah jamur tiram segar yang akan diekstraks dicuci bersih
kemudian dirajang tipis-tipis. Hasil rajangan dikeringanginkan dan dijemur
dibawah sinar matahari hingga kering krispi. Selanjutnya dimasukan oven pada
suhu 45ºC selama 2 jam. Jamur yang sudah kering kemudian dibuat tepung
dengan cara diblender sampai halus dan disaring dengan saringan halus, timbang
beratnya (± 10% berat awal).
pada suhu 4ºC selama 10 menit. Endapan yang dihasilkan yang dikeringkan
dengan freeze dryer dan dihaluskan.
Serbuk kitosan TPP hasil spry dryer dilarutkan kembali dalam 200 ml
asam asetat 2% dan 100 ml aquades kemudian stirrer dengan pemanasan 30ºC.
300 ml larutan kitosan TPP ditambahkan 2 ml ekstrak jamur tiram putih 5% yang
sudah ditambahkan tween 2% kemudian sonikasi kembali dengan variasi waktu
30 menit, 60 menit, dan 90 menit. Larutan yang sudah disonikasi kemudian
dilakukan karakteristik PSA dan spray dryer untuk menghasilkan serbuk
kemudian lakukan karakteristik lanjutan.
Larutan kitosan + 2 ml
jamur tiram 5%
Sonikasi II + tween-80
Variasi waktu: 30, 60, 90 menit
HASIL
Penyusunan Laporan
(skripsi) Pengolahan data
Pada proses pengeringan, jamur yang krispi kemudian di masukan oven sampai
benar-benar kering selama 2 jam dan di haluskan, bobot akhir yang didapat pada
pembuatan tepung jamur setelah ditimbang ± 80 gram.
Nanopartikel ekstrak jamur tiram tersalut kitosan disintesis melalui dua
variasi yaitu ukuran magnetic stirrer dan waktu sonikasi. Pada penelitian ini
variasi dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbedaan ukuran magnetic stirrer
terhadap penjalaran energi serta kehomogenan larutan kitosan pada sampel A1
dan A2. Sementara variasi waktu sonikasi selama 30 menit, 60 menit, dan 90
menit untuk mengetahui ukuran nanopartikel serta efisiensi penyalutan dengan
penambahan waktu sonikasi.
Hasil dari pengukuran size dengan PSA pada larutan kitosan sampel A1 dan
A2 didapatkan distribusi ukuran partikel sampel A2 lebih kecil. Nano partikel
yang dihasilkan melalui perlakuan magnetic stirrer rata-rata berukuran sekitar
769-1778 nm yang ditampilkan pada Gambar 3. Laju reaksi akan berbanding lurus
dengan banyaknya tumbukan molekul per detik, atau berbanding lurus dengan
frekuensi tumbukan molekul.12 Semakin cepat putaran, memperbesar intensitas
molekul pelarut untuk bersentuhan dengan kitosan, sehingga semakin besarnya
intensitas kecepatan putaran pada magnetic stirrer partikel yang dihasilkan
semakin homogen. Penambahan jumlah TPP akan menurunkan jumlah
nanopartikel kitosan. Penambahan surfaktan berfungsi untuk menstabilkan emulsi
partikel dalam larutan dengan cara mencegah timbulnya penggumpalan
(aglomerasi) antarpartikel.21 Partikel-partikel kitosan di dalam larutan terselimuti
dan terstabilkan satu dengan yang lain dengan adanya surfaktan, sehingga proses
pemecahan partikel akan semakin efektif. Partikel yang telah terpecah akan
kembali terstabilkan dalam emulsi larutannya, sehingga mencegah terjadinya
aglomerasi.
Dalam proses sonikasi terjadi resonansi, ketika frekuensi gelombang sonic
mendekati frekuensi gelembung kavitasi (f ≈ f0) yang pada waktu tertentu
dianalogikan pecah, karena pada saat itu sistem memiliki energi maksimal yang
dapat diserap oleh gelembung kavitasi. Hal inilah yang menyebabkan nanopartikel
yang terkungkung di dalamnya juga akan dapat terpisah satu sama lain sehingga
didapatkan nanosfer dengan ukuran kecil.22
A1 A2
B1 B2
B3
Hasil karakterisasi SEM nanopartikel ekstrak jamur tiram tersalut yang telah
dibuat dengan metode sonikasi diperoleh bentuk partikel berupa bulatan menyerupai
bola yang tidak simetris dengan ukuran yang beragam (Gambar 4). Ukuran partikel
dapat ditentukan dengan mengukur diameter bola tersebut. Perbesaran yang digunakan
yaitu mulai dari 1000 kali hingga 20.000 kali. Bentuk bola partikel ekstrak jamur tiram
tersalut kitosan masih bisa terlihat jelas hingga perbesaran 5.000 kali.
Secara teori semakin lama waktu sonikasi akan membuat larutan semakin
homogen dengan ukuran yang lebih kecil akan tetapi terlihat pada tabel 3 ukuran yang
paling baik ada pada sampel B1 dengan waktu sonikasi 30 menit, kemudian sampel B3
waktu sonikasi 90 menit dan yang terakhir pada sampel B2 dengan waktu sonikasi 60
menit. Dari hasil SEM terlihat pada ketiga sampel bahwa larutan yang sudah di spray
drying mengalami aglomerasi kembali, terdapat banyak kerutan dan terlihat partikel
13
satu dengan partikel lainnya saling menggumpal seperti kapas. Menurut Yuliana (2007)
keretakan nanokapsul dapat memacu tingkat pelepasan bahan aktif serta kerutan pada
partikel disebabkan oleh penguapan air yang cepat pada saat proses spray drying.23
Penggumpalan pada sampel dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti dari sifat
jamurnya sendiri memiliki kandungan lemak yang cukup tinggi, walaupun kadar air
dalam jamur sudah dihilangkan masih banyak tersisa dalam sampel. Kemudian
penambahan surfaktan yang komposisinya kurang sesuai memungkinkan partikel dapat
menyatu kembali, serta terjadi jeda waktu setelah proses spray drying sebaiknya
langsung tempatkan pada wadah yang kedap udara. Kontaminasi sampel dengan udara
luar menyebabkan sampel nano dengan cepat kembali menggumpal.
B1 B2
B3
Gambar 4 Morfologi nanopartikel ekstrak jamur tiram tersalut kitosan dengan
perbesaran 5000x; B1, B2, dan B3
β-glukan
Efisiensi Nanoenkapsulasi
Y = 5.10-6 X + 0.0624
dengan keterangan :
Y : nilai absorbansi sampel
X : nilai konsentrasi sampel
0.6 0.20
0.18
0.5
Absorbansi (%)
Absorbansi (%)
0.16
0.4
0.14
0.3
0.12
300 350 400 450 500 550 300 350 400 450 500 550
Panjang Gelombang (nm) Panjang Gelombang (nm)
(a) (b)
2.0 0.26
1.8
0.24
Absorbansi (%)
Absorbansi (%)
1.6
0.22
1.4
1.2
0.20
1.0
300 350 400 450 500 550 300 350 400 450 500 550
Panjang Gelombang (nm) Panjang Gelombang (nm)
(c) (d)
Gambar 6 Hubungan konsentrasi β-glukan dengan absorbansi (a) Ekstrak, (b) B1,
(c) B2, dan (d) B3
SIMPULAN
Waktu yang optimum digunakan dalam proses pembuatan ekstrak jamur tiram-
kitosan pada waktu 30 menit yang menghasilkan ukuran partikel 531 nm tetapi
ukuran nanopartikel yang dihasilkan hanya 63% kehomogenannya. Serta dalam
metode pengadukan stirrer menghasilkan larutan yang lebih homogen pada
ukuran magnetic stirrer 4 cm.
Ukuran nano belum dapat dipastikan memiliki nilai efisiensi lebih baik hal
ini dibuktikan pada ketiga sampel B1, B2, dan B3. Nilai efisiensi paling baik
dimiliki oleh sampel B3 dengan ukuran partikel 665 nm. Dalam dunia medis
semakin tinggi nilai efisiensi yang didapatkan akan semakin baik dalam sistem
penghantaran agar lebih optimal. Bila dilihat berdasarkan foto SEM (Gambar 4),
menunjukan partikel yang dihasilkan berbentuk bola yang tidak simetris.
Keberadaan ekstrak jamur tiram dalam penyalutan kitosan masih terdapat
senyawa β-glukan secara kasar yang dilihat melalui spektrum infra merah.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
20
0.35
0.3
0.25
Absorbansi
Y = 5.10-6x + 0,062
Ekstrak
0,453 = 5.10-6x + 0,062
x = (0,453 - 0,062) / 5.10-6
= 0,391 / 5.10-6
= 78200 ppm
%w/w = (78200/15000)x100%
= 521,3%
Sampel B1
0,189 = 5.10-6x + 0,062
x = (0,189 - 0,062) / 5.10-6
= 0,127 / 5.10-6
= 25400 ppm
%w/w = (25400/15000)x100%
= 169,3%
Sampel B2
0,968 = 5.10-6x + 0,062
x = (0,968 - 0,062) / 5.10-6
= 0,906 / 5.10-6
= 18120 ppm
Sampel B3
0,231 = 5.10-6x + 0,062
x = (0,231 - 0,062) / 5.10-6
= 0,19 / 5.10-6
= 32800 ppm
%w/w = (32800/15000)x100%
= 225,3%
RIWAYAT HIDUP