Diskusi 4 Perencanan Dan Pembiyaan Pendidikan
Diskusi 4 Perencanan Dan Pembiyaan Pendidikan
Diskusi 4 Perencanan Dan Pembiyaan Pendidikan
JAWAB:
1. Mendefinisikan Masalah perencanaan Pendidikan
Pada langkah ini, terfokus pada kebutuhan untuk merumuskan masalah, hakikat, dan arti
masalah sebagai pedoman dalam perencanaan pendidikan. Langkah ini memformulasikan
masalah perencanaan melalui 5 langkah, yakni :
a. Menggambarkan ruang lingkup permasalahan pendidikan.
Perencanaan hendaknya bertitik tolak dari definisi yang mengandung pengembangan
teori dan teknik untuk menjelaskan apakah rencana pendidikan itu berlaku untuk
perencanaan tingkat nasional, regional, atau tingkat daerah, dengan memperhatikan
karakteristik, dimensi dan kendalakendala yang dihadapi. Sekalipun demikian,
seorang perencana dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang metode ilmiah yang
komprehensif dan kemampuan menggunakannya sesuai dengan fasilitas yang ada,
nilai-nilai komparatif dan sistem nilai yang mendukung keputusan pencapaian tujuan,
serta pemahaman mengenai kontinuitas dan arah perubahan yang akan muncul.
Pemahaman terhadap kendala-kendala perencanaan biasanya terkait dengan
keterbatasan sumber daya manusia serta infrastruktur dan sumber daya lain yang
dibutuhkan padahal kebijakan politik, ekonomi dan masalah waktu merupakan hal
yang mendesak. Kendala-kendala tersebut lebih terasa pada perencanaan pendidikan
di tingkat mikro atau di bawah daripada di tingkat makro atau di atas. Secara
geografis-demografis kendala itu akan lebih terasa pada perencanaan pendidikan di
tingkat daerah daripada perencanaan pendidikan di tingkat nasional maupun regional.
Perencanaan pendidikan karenanya harus menekankan pada keputusan yang
integratif, mempertimbangkan berbagai kebijakan mulai dari kebijakan terendah
hingga kebijakan tertinggi termasuk berbagai alternatif jalan keluarnya.
b. Mempelajari sejarah dan hasil yang telah dilaksanakan.
Masa lalu adalah sejarah bagi masa kini dan masa kini kelak akan menjadi sejarah di
masa depan. Sejarah memberikan pemahaman mengenai masa lalu dan perencanaan
menentukan masa depan. Sebuah perencanaan pendidikan yang berorientasi masa
depan harus disusun dengan mempertimbangkan sejarah dari pendidikan itu. Para
penyusun rencana harus mempelajarihasil yang telah dilaksanakan dan penolakan
untuk mempelajari sejarah dapat mengakibatkan kerusakan peradaban pada masa
kini. Sejarah pendidikan telah dimulai sejak ribuan tahun sebelum masehi, kota-kota
dan gedung-gedung dibangun berdasarkan sebuah rencana pembangunan. Demikian
halnya untuk kepentingan pembangunan pendidikan menuntut pemahaman sejarah
pendidikan yang dialaminya. Dari sejarah dapat dipelajari bahwa hal yang telah
dilakukan menghasilkan kemajuan, kekuatan, dan kelemahan yang menjadi bahan
perencanaan. Secara kelembagaan pendidikan dituntut pula untuk mempelajari
perjalanan sejarah lembaganya masing-masing, memahami keadaan hari ini dan
berbuat untuk merencanakan masa depan dalam jangka waktu yang panjang.
Sesungguhnya perencana pendidikan modern selalu dihadapkan pada permasalahan
sosio-ekonomi, politik, dan karakteristik psikologis dari orang-orang yang terlibat
dalam perencanaan pendidikan.
c. Membandingkan antara harapan dengan hasil yang telah dicapai.
Permasalahan perencanaan merupakan kesenjangan antara yang ada saat ini (apa yang
telah dicapai) dibanding dengan harapan (apa yang seharusnya dicapai). Tugas
perencanaan adalah menemukan kebutuhan pokok di antara kesenjangan apa yang
telah dicapai dibanding dengan apa yang seharusnya dicapai, dan menuangkan
gagasan menjadi sebuah kenyataan sebagai jawaban atas kesenjangan tersebut.
Seorang perencana dituntut untuk mampu menemukan kebutuhan pokok,
mengaturnya menjadi sebuah rencana, dan melaksanakannya serta membedakan
mana yang dapat dan mana yang harus dilaksanakan. Apa yang telah dicapai
memperlihatkan kondisi pendidikan saat ini. Secara faktual kondisi tersebut selalu
berubah. Oleh karena itu, survei yang komprehensif dan analisis yang cermat
diperlukan. Setelah mempelajari hasil-hasil sebelumnya, fakta pendidikan biasanya
diliputi berbagai keterbatasan dan dipenuhi dengan peluang karena banyak hal yang
dipermasalahkan dan harapan yang muncul. Apa yang seharusnya dicapai
menunjukkan harapan, maksud, dan tujuan. Hal ini merupakan aspek filosofis
perencanaan pendidikan dan bahwa perencanaan selalu berorientasi pada suatu
tatanan sistem (yang lebih baik).
d. Mengidentifikasi sumber daya yang tersedia dan keterbatasannya. Sumber daya
beserta kendalanya perlu diperhitungkan agar perencanaan dapat memanfaatkannya
secara optimal dan dapat mengantisipasi kendala dari tiap-tiap sumber daya tersebut.
Sumber daya dapat berupa sumber daya manusia dan sumber daya institusi.
e. Mengembangkan komponen-komponen perencanaan dan prioritas perencanaan
pendidikan.
Perencanaan pendidikan terdiri atas dua komponen utama, yaitu proses perencanaan,
dan isi perencanaan. Sebelum membahas proses dan isi dari perencanaan pendidikan
perlu dijelaskan mengenai pendekatan sistem. Pendekatan sistem menjadi penting
karena setiap pelaksanaan perencanaan pendidikan berlangsung dalam sebuah sistem
yang komprehensif dan sistematis, berbasis pendekatan ilmiah dan data kuantitatif.
Sebuah sistem dapat beranjak dari pemikiran sistem yang sederhana hingga sebuah
sistem yang rumit.
Pada langkah ini, terfokus pada menganalisis bidang permasalahan perencanaan yang
meliputi proses:
a. Mengkaji permasalahan dan subpermasalahan perencanaan.
Dalam mengkaji permasalahan perencanaan perlu dilakukan analisis untuk
menentukan tujuan, kemudian analisis dalam berbagai sistem pendidikan yang
menyertainya. Ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menghasilkan analisis
yang dapat menjawab seluruh permasalahan sistem pendidikan, yaitu: (a) menentukan
efek potensial dari berbagai proses keputusan pada berbagai komponen dari sistem
pendidikan, (b) evaluasi metode alternatif pendidikan sehubungan dengan masalah
pendidikan tertentu yang dihadapi, (c) menentukan bidang-bidang permasalahan yang
kritis yang membutuhkan penelitian besar dan pengembangan, (d) mengevaluasi
manfaat dari biaya relative dari berbagai sistem pendidikan, dan (e) melakukan
analisis mendalam pada sistem pendidikan tertentu dan komponen-komponennya.
Sistem-sistem pendidikan yang perlu dianalisis antara lain: (a) sistem aktivitas
pendidikan, antara lain aktivitas perencanaan kurikulum, sumber daya, program dan
strategi, program komunitas di sekolah, dan seterusnya; (b) sistem komunikasi
pendidikan, antara lain sistem operasional pendidikan (murid, guru, dan seterusnya),
peralatan, perbekalan, sistem informasi, dan sistem energi pendidikan (yaitu
bagaimana mentransmisikan energi); (c) sistem fasilitas pendidikan, antara lain
mencakup kebutuhan udara, cahaya, suara, dan lingkungan yang mendukung; dan (d)
sistem pelayanan pendidikan, antara lain sistem pelayanan perpustakaan, kesehatan,
makanan, riset dan statistik, rekreasi, pelayanan audiovisual, penyediaan buku,
bimbingan dan konseling, pelayanan pendidikan, bakti sosial, dan pengawasan para
staf.
b. Mengumpulkan data.
Bidang-bidang permasalahan yang dihadapi dapat dilihat pula dari data yang tersedia.
Perencanaan pengumpulan data harus memenuhi prosedur-prosedur untuk
pengumpulan, pengaturan, dan pembaharuan data. Perencanaan tidak bisa hanya
sekadar mendaftar data-data yang diinginkan saja. Perlu diketahui bahwa data dan
informasi itu berbeda. Perspektif keilmuan memandang bahwa fakta merupakan
pernyataan, catatan, atau peristiwa yang adanya yang apabila dikumpulkan dan diolah
dapat menjadi data. Data merupakan fakta-fakta yang apabila diolah dan diuraikan
dengan mengemukakan keterangan yang jelas, lengkap, dan tepat berubah menjadi
informasi. Data merupakan kumpulan fakta yang biasanya diperoleh melalui
pengamatan, membaca, interview atau cara lainnya. Tidak dapat dikatakan informasi
sebelum dilakukan pembuktian atas reliabilitas dan validitas datanya. Ada beberapa
macam data yang dibutuhkan untuk perencanaan pendidikan (Banghart & Trull, JR,
1973), yaitu: (a) data yang terkait dengan orang atau penduduk; (b) data yang terkait
dengan tempat; (c) data yang terkait dengan mobilitas gerak; (d) data yang terkait
dengan ekonomi; dan (e) data yang terkait dengan pendidikan. Beberapa macam data
ini akan diuraikan lebih lanjut pada bagian dari proses perencanaan pendidikan
selanjutnya, yaitu dalam mentabulasi data.
c. Mentabulasi data.
Mentabulasi data merupakan kegiatan pengolahan data dan dilakukan bilamana data
berasal dari dua sumber yang berbeda untuk dikombinasikan, bila menggabungkan
dua kelompok yang berbeda dari satu lembaga untuk kemudian dibandingkan, atau
apabila hendak menganalisis data dari dua kelompok yang sama, pada satu lembaga
yang sama, dan waktu yang bersamaan tetapi untuk dua poin yang berbeda.
d. Memperkirakan perencanaan (Forecasting).
Forecasting menyangkut asumsi-asumsi mengenai suatu kondisi baik umum ataupun
khusus. Asumsi-asumsi umum mencakup faktor jumlah kelahiran, kematian, migrasi
populasi, bentuk pemerintahan, politik, ekonomi dan organisasiorganisasi sosial.
Asumsi-asumsi khusus pada dasarnya berpusat pada kondisi lokal, seperti akankah
terjadi resesi perdagangan, akankah hilangnya pengangguran menjadi sebuah
kenyataan, apakah bisnis akan selalu fluktuatif dan sebagainya. Berdasarkan variabel-
variabel tersebut maka dipilihlah yang akan dijadikan tujuan perencanaan pendidikan.
Hal lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah data observasi dan hubungan sebab
akibat atau kausalitas. Kausalitas memiliki tiga tingkatan: kausalitas deterministik
(bila suatu kejadian terjadi maka akan terjadi kejadian lainnya), kausalitas
probabilistik (bila suatu kejadian terjadi maka ada kemungkinan sesuatu yang lainnya
akan terjadi), dan korelasional (hubungan tempat suatu peristiwa terjadi dalam
kaitannya dengan terjadinya peristiwa lain namun tidak ada hubungan sebab akibat).
Pertimbangan juga harus memperhatikan berapa lama forecasting tersebut akan
dipakai dan perubahan-perubahan apa saja yang akan terjadi dan berkembang selama
periode itu. Begitu banyak metode yang dapat digunakan untuk proses forecasting, di
antaranya melalui sumbangan berbagai saran, teknik Delphi, pendapat ahli, sastra
fiksi, skenario, analogi sejarah, urutan sejarah, analisis isi, deretan waktu,
ekstrapolasi, pemetaan kontekstual, pohon relevansi, matriks keputusan, model
deterministik, model probabilistik, simulasi operasional, analisis biaya-keuntungan,
tabel input output dan sebagainya. Semua teknik ini tidak dijelaskan di sini, Anda
dipersilahkan mempelajarinya dari sumber-sumber lain; yang perlu dicatat bagi
perencana adalah hendaknya sebuah perencanaan pendidikan harus bersifat
komprehensif dan realistik. Perencanaan harus mencakup seluruh bagian yang terlibat
dalam sistem pendidikan, yaitu membimbing dan mengontrol pola pendidikan orang,
tempat-tempat, mobilitas gerak, dan ekonomi. Perencana karenanya juga harus
memiliki pemahaman mengenai pola pendidikan dan perubahan di masa lalu dan
memproyeksikannya ke masa depan.
Sumber:
1. Johar Permana, Tita Rosita, Taufani C. Kurniatun, 2019. Perencanaan dan
Pembiayaan Pendidikan, Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
2. http://repository.unib.ac.id/8045/1/B12%20Manap,%202013%20-%20BUKU
%20Perencanaan%20Pendidikan%20-%20IPB%20Press.pdf