Tugas 1 Filsafat Pendidikan Dasar
Tugas 1 Filsafat Pendidikan Dasar
Tugas 1 Filsafat Pendidikan Dasar
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. C. Rudy Prihantoro, M.Pd.
Oleh :
R Jefri Nurdin Abdul Jalil
530078691
i.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam dan segala
isinya, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurah kepada panutan kita Nabiyullah Muhammad SAW. Berkat curahan Rahmat dan kasih
sayang Allah SWT jugalah, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tugas tutorial 1
“Kebijakan Pendidikan Indonesia” telah selesai dikerjakan.
Sehubungan dengan itu, pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terima
kasih kepada Bapak Prof. Dr. C. Rudy Prihantoro, M.Pd. sebagai dosen mata kuliah Filsafat
Pendidikan Dasar, kepada keluarga dan semua pihak yang turut memberikan dukungan dan
motivasi sehingga terselesaikannya makalah ini, penyusun ucapkan terima kasih.
Makalah ini tidak terlepas dari kekurangan maupun kesalahan. Kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak sangat bermanfaat bagi penyusun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah yang telah dibuat ini dapat berguna dan menambah wawasan
bagi pembaca.
Penyusun
ii. i
DAFTAR ISI
ii. ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting untuk memajukan suatu
bangsa. Melalui pendidikan yang baik, diperoleh hal-hal baru sehingga dapat digunakan
untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Apabila suatu bangsa memiliki
sumber daya manusia yang berkualitas, tentunya mampu membangun bangsanya menjadi
lebih maju. Oleh karena itu, setiap bangsa seharusnya memiliki pendidikan yang baik dan
berkualitas.
Dalam rangka menyelamatkan pendidikan Indonesia dari dampak pandemi
Covid-19, Kemendikbud-Ristek terus berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga
terkait. Berbagai kebijakan telah dikeluarkan untuk memfasilitasi anak-anak supaya dapat
belajar dengan layak. Salah satunya adalah dengan kebijakan pembelajaran tatap muka.
Pembelajaran tatap muka menjadi pilihan terbaik berdasarkan hasil evaluasi dan penelitian
banyak pihak. Pembelajaran tatap muka sangat berpengaruh terhadap kualitas belajar
peserta didik, terlebih dalam hal pendidikan karakter. Penyelenggaraan pembelajaran tatap
muka harus berdasarkan SKB 4 Menteri. Yaitu wajib memenuhi syarat daftar periksa,
diantaranya mewajibkan ketersediaan sarana prasarana, sanitasi atau toilet sekolah yang
bersih dan layak pakai, ada sarana cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan air mengalir,
serta melakukan penyemprotan disinfektan secara berkala di sekolah.
Dalam suatu sistem pendidikan kurikulum itu sifatnya dinamis serta harus selalu
dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan dan
tantangan zaman. Meskipun demikian, perubahan dan pengembanganya harus dilakukan
secara sistematis, terarah, dan tidak asal berubah. Pengembangan kurikulum merupakan
dinamika yang dapat memberi respon terhadap tuntutan perubahan struktural pemerintahan,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maupun globalisasi. Pengembangan
kurikulum sangat dipengaruhi oleh sumber daya pendukung, yaitu SDM memiliki peran
yang sangat dominan terhadap keberhasilan pengembangan kurikulum, untuk itu
pengembangan dan pembinaan SDM harus dilakukan secara berkesinambungan, baik
melalui jalur formal maupun nonformal.
ii. 1
Selain perubahan kurikulum, pemerintah terutama kemendikbud menggalakan
program guru penggerak yang diharapkan mencetak pemimpin- pemimpin pendidikan di
masa depan yang mewujudkan generasi unggul Indonesia. Guru Penggerak akan bertugas
menggerakkan komunitas belajar untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya. Seorang
guru penggerak juga menjadi pengajar praktik bagi rekan guru lain terkait pengembangan
pembelajaran di sekolah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah pada makalah ini
sebagai berikut :
1. Apa masalah utama dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka di masa pandemi?
4. Apakah kurikulum prototipe memberi peluang bagi siswa menjadi lebih "merdeka"
dalam mengembangkan diri dan memenuhi kebutuhan belajar?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan pembahasan pada makalah ini
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui masalah utama dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka di masa
pandemi.
2. Untuk mengetahui pandangan guru mengenai kurikulum prototipe.
ii. 3
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Pembelajaran
Menurut Dimyati dan Mudjiono pembelajaran ialah kegiatan pendidik secara
terprogram melalui desain instruksional agar peserta didik bisa belajar dengan aktif dan
lebih menekankan pada sumber belajar yang telah disediakan.
Pembelajaran adalah suatu sistem atau proses membelajarkan si pembelajar yang
telah direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis supaya pembelajar
bisa mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien. Komalasari
(2013:3).
Menurut Oemar, pembelajaran ialah kombinasi yang tersusun dari segala unsur
manusiawi, fasilitas, prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan dari
pembelajaran. Selain itu, Oemar Hamalik juga mengemukakan tiga (3) rumusan yang
dianggap penting tentang pembelajaran, yaitu pembelajaran ialah usaha dalam
mengorganisasikan lingkungan pendidikan untuk menciptakan situasi dan kondisi
belajar bagi siswa, Pembelajaran adalah usaha penting untuk mempersiapkan siswa
agar menjadi warga masyarakat yang baik dan diharapkan, dan Pembelajaran adalah
suatu proses untuk membantu siswa dalam menghadapi kehidupan atau terjun di
lingkungan masyarakat.
Pembelajaran yakni sebuah sistem yang kompleks yang keberhasilannya bisa
dilihat dari dua (2) aspek yaitu aspek produk dan aspek proses. Keberhasilan
pembelajaran jika dilihat dari sisi produk yakni keberhasilan siswa mengenai hasil yang
didapat dengan mengabaikan proses pembelajaran. Sanjaya (2011:13-14).
Sedangkan menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal
1 Ayat 20 Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik
dan juga sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar.
B. Kurikulum
ii. 4
yang sudah ditentukan.
Kurikulum Menurut Beauchamp (1968) adalah dokumen tertulis yang
mengandung isi mata pelajaran yang diajar kepada peserta didik melalui berbagai mata
pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan menurut Good V. Carter Kurikulum yaitu kumpulan kursus ataupun urutan
pelajaran yang sistematik.
Pengertian Kurikulum Menurut UU No. 20 Tahun 2003 adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dalam mencapai
tujuan pendidikan nasional.
ii. 5
BAB III
PEMBAHASAN
ii. 6
Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT), diantaranya:
1. Pelanggaran prokes untuk masker, kerumunan siswa, kantin dan ketuntasan vaksinasi
guru dan siswa.
2. Terdapat banyak sekolah-sekolah yang belum bahkan tidak memenuhi standar
kesiapan fisik sekolah yang telah ditetapkan oleh Kemendikbudristek sebagai syarat
protokol kesehatan di lingkungan sekolah.
3. Kesulitan adaptasi pembelajaran 50 persen, shift dan efektifitas waktu belajar untuk
praktek di bengkel atau lab dan kegiatan pengganti ekstrakurikuler.
4. Masih rendahnya kemampuan guru-guru untuk mengajar menggunakan teknologi dan
menguasai metode pembelajaran campuran (blended learning) yang digunakan saat
ini.
5. Siswa merasa terbebani dalam situasi pembelajaran karena masih banyak para guru
yang belum menggunakan kurikulum darurat sebagai pilihan pembelajaran di masa
pandemi.
Dari kelima masalah dalam Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) di atas
yang ditemukan di sekolah adalah masih rendahnya kemampuan guru-guru untuk mengajar
menggunakan teknologi dan menguasai metode pembelajaran campuran (blended learning)
yang digunakan saat ini. Solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan cara sharing atau
berbagi pengalaman oleh guru yang sudah bisa menerapkan pembelajaran dengan
menggunakan teknologi kepada guru yang masih belum mahir menggunakan teknologi.
Bisa juga dengan cara memanfaatkan teknologi yang sudah terbiasa digunakan oleh guru
misalkan dengan menggunakan aplikasi Whatsapp, Zoom, ataupun Google Meet.
ii. 7
berbasis proyek (Project Based Learning) untuk mendukung pengembangan karakter sesuai
dengan Profil Pelajar Pancasila. Penerapan kurikulum prototipe ini nantinya akan
dilaksanakan di jenjang pendidikan TK, SD, SMP dan SMA/SMK.
Di jenjang TK, penerapan kurikulum prototipe lebih terfokus pada aktivitas
bermain siswa sebagai proses pembelajaran yang utama. Pembentukan karakter untuk
memperkuat Profil Pelajar Pancasila melalui literasi buku-buku yang digemari siswa, yang
semula pada kurikulum 13 pembelajaran siswa berbasis tema. Di jenjang SD, adanya
penggabungan mata pelajaran IPA dan IPS menjadi IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan
Sosial) untuk memahami lingkungan sekitar, yang semula terpisah di kurikulum 2013.
Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran pilihan bagi siswa dengan bertumpu pada
pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) untuk meningkatkan Profil Pelajar
Pancasila. Di jenjang SMP, kurikulum prototipe mewajibkan mata pelajaran informatika,
dimana mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran pilihan di kurikulum 2013. Mata
pelajaran informatika menjadi mata pelajaran wajib untuk menyesuaikan kemajuan
teknologi digital yang diselaraskan dengan Profil Pelajar Pancasila. Sementara di jenjang
SMA adanya penghilangan penjurusan IPA, IPS, Bahasa, dan sebagai gantinya siswa kelas
X akan mengikuti mata pelajaran yang sama dengan SMP, sementara kelas XI dan XII bisa
memiih kombinasi mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan cita-citanya.
Pada dasarnya kurikulum prototipe merupakan paradigma baru kurikulum di
Indonesia yang selaras dengan program merdeka belajar. Kurikulum ini memusatkan
pembelajaran pada siswa, di mana diberlakukan secara terbatas dan bertahap melalui
program sekolah penggerak yang saat ini sedang dijalankan oleh pemerintah. Walaupun
sekarang, kurikulum prototipe masih sebuah opsi yang kembali bisa diambil oleh setiap
satuan pendidikan, namun pada akhirnya nanti, kurikulum prototipe akan diterapkan pada
setiap satuan pendidikan yang ada diseluruh Indonesia. Karenanya setiap satuan pendidikan
hendaknya sudah harus mulai mempersiapkan diri dalam penerapan kurikulum prototipe ini
pada satuan pendidikan masing-masing.
Beberapa pihak menyatakan jika kurikulum baru ini memberi peluang bagi siswa
menjadi lebih "merdeka" dalam mengembangkan diri dan memenuhi kebutuhan belajar
mereka karena kurikulum dirancang lebih fokus dan fleksibel. Sebagian pihak mengkritik
pengembangan kurikulum jelas perlu dasar teoretik yang kuat dan naskah akademik sedang
dibuat dan menunggu uji coba kurikulum prototipe hingga jelang 2024.
Dalam rangka mensukseskan penerapan kurikulum prototipe, satuan pendidikan
harus mempersiapkan beberapa tahapan yang diantaranya adalah Sebagai berikut:
ii. 8
1. Pendaftaran dan pendataan. Hal ini dilakukan karena penerapan kurikulum prototipe
ini merupakan opsi, sejalan dengan program sekolah penggerak yang sedang berjalan.
2. Bagaimana sekolah mampu membuat Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan
(KOSP) dengan mengacu pada Profil Pelajar Pancasila, kerangka kurikulum sekolah
harus bisa mengembangkan 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) untuk dapat
meningkatkan kinerja siswa dengan pembelajaran berbasis proyek (Project Based
Learning) yang dapat disesuaikan dengan visi misi dari setiap satuan Pendidikan.
3. Kesiapan guru dalam proses pembelajaran yang lebih inovatif untuk pengembangan
karakter siswa yang berpijak pada Profil Pelajar Pancasila dengan pembelajaran
berbasis proyek (Project Based Learning).
Dampak positif dari penerapan kurikulum prototipe ini adalah pembelajaran yang
tidak hanya bertumpu pada target materi, namun pembelajaran berbasis proyek (Project
Based Learning) dengan menitikberatkan pada materi yang lebih esensial. Pembelajaran
menjadi lebih baik dengan meningkatnya karakter siswa. Potensi siswa bisa lebih tergali
dengan berbagai kesempatan belajar yang menyenangkan, dengan berjuta harapan learning
loss dapat dicegah sebagai dampak pandemi Covid-19 yang berkelanjutan.
ii. 15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelaksanaan kurikulum prototipe adalah salah satu upaya pemerintah untuk
menyempurnakan kurikulum 2013 mengingat kondisi saat ini sejak terjadinya pandemi
Covid-19 dan ketakutan adanya Learning Loss pada siswa. Kurikulum prototipe sejalan
dengan adanya guru penggerak karena guru penggerak mempunyai fungsi sebagai
teladan dan agen transformasi ekosistem Pendidikan untuk mewujudkan Profil Pelajar
Pancasila.
Penerapan kurikulum prototipe diharapkan menjadi solusi untuk mengatasi
masalah kependidikan yang terjadi saat ini. Karena beberapa pihak beranggapan bahwa
kurikulum prototipe memberi peluang banyak bagi siswa menjadi lebih "merdeka"
dalam mengembangkan diri dan memenuhi kebutuhan belajar mereka. Kurikulum
dirancang lebih fokus dan fleksibel. Keterlaksanaan kurikulum prototipe perlu didukung
oleh semua pihak, baik itu pemerintah, guru, masyarakat, serta stake holder yang peduli
terhadap Pendidikan.
B. Saran
Dalam penerapan kurikulum prototipe diperlukan adanya sosialisasi dan pelatihan
kepada guru-guru maupun pihak sekolah sehingga tidak terjadi salah pemahaman
mengenai kebijakan kurikulum tersebut. Program guru penggerak seharusnya menjadi
motivasi bagi guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
meningkatkan dan memajukan Pendidikan di Indonesia.
ii. 16
DAFTAR iPUSTAKA
Wardani, I.G.A.K., Dodi Sukmayadi., Trini Prastati. (2016). Filsafat Pendidikan Dasar.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Thabrani, Abdul Muis. (2015). FilsafatiDalam Pendidikan. Jember: IAIN Jember Press
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dra.%20Sumarsih,
%20M.Pd./Materi%20Kakubuteks%20Akuntansi.pdf
Hananta, Rafi. (2022). Pandangan Guru dan Siswa terhadap Kurikulum Prototipe.
https://www.kompasiana.com/rafihananta3443/62333be0bb44861877561053/pand
angan-guru-dan-siswa-terhadap-kurikulum-prototipe
Nurahman, Unu. (2022). Kurikukum Prototipe, Guru Penggerak, Sekolah Penggerak dan
Transformasi Pendidikan. https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/cerita/kurikukum-
prototipe-guru-penggerak-sekolah-penggerak-dan-transformasi-pendidikan/
ii. 17