Fullpapers Jpkk9aa367dfe6full

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Perbedaan Self Esteem Remaja Panti Asuhan di Surabaya Ditinjau

dari Persepsinya terhadap Pola Asuh

Nur Amaliyah
Prihastuti
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya

Abstract.
This research is aim to identify whether there is a difference between the adolescent self esteem
orphanage in Surabaya consider from their perception towards parenting. 149 research subject
are the teenage orphans in Surabaya with the age range is 12 to 18 years old. The sampling method
that used for this research is purposive sampling. Survey and quesioner were use for collecting
the datas. The measuring instrument that used is the perception of parenting measuring
devices based on the parenting theory of Baumrind (1966) and the self esteem measurement
of Rosenberg Self Esteem Scale (RSES) by Azwar (2011) which was translated into Indonesian.
Reliability for the scale was perceived authoritarian parenting is 0,702 and for the perception of
permisif parenting scale is 0,853, perceptions of authoritative parenting scale is 0,898, and for
the RSES scale is 0,778. The datas were analysed by non-parametrik statistic with the Kruskal
Wallis difference test technique by SPSS 16 software for Windows. Based on the analyzing, it
is show the significance level p = 0,197. It can be concluded that the alternative hypothesis is
rejected or no self-esteem differences in adolescent orphanage in Surabaya in terms of their
perceptions of parenting.

Keywords: Self Esteem; Adolescent; Orphanage; Parenting.

Abstrak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan self esteem remaja panti
asuhan di Surabaya ditinjau dari persepsinya terhadap pola asuh. Subjek penelitian ini
berjumlah 149 remaja panti asuhan yang berada di wilayah Surabaya dengan usia 12-18 tahun.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian adalah purposive sampling. Pengumpulan
data menggunakan metode survei dan menggunakan kuesioner. Alat ukur yang digunakan
yaitu dengan alat ukur persepi pola asuh yang berdasarkan pada teori pola asuh dari Baumrind
(1966) dan alat ukur self esteem dari Rosenberg Self Esteem Scale (RSES) dari Azwar (2011)
yang telah diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia. Reliabilitas untuk skala persepsi pola
asuh otoriter adalah 0,702, untuk skala persepsi pola asuh permisif adalah 0,853, untuk skala
persepsi pola asuh otoritatif adalah 0,898, sedangkan untuk skala RSES adalah 0,778. Analisis
data menggunakan analisis statistik non-parametrik dengan teknik uji perbedaan Kruskal
Wallis melalui bantuan perangkat lunak SPSS 16 for Windows. Berdasarkan analisis data yang
dilakukan hasil uji perbedaan pada self esteem remaja panti asuhan wilayah Surabaya ditinjau
dari persepsinya terhadap pola asuh menunjukkan taraf signifikansi p = 0,197. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa hipotesis alternatif ditolak atau tidak ada perbedaan self esteem remaja
panti asuhan wilayah Surabaya ditinjau dari persepsinya terhadap pola asuh.

Kata kunci: Self Esteem; Remaja; Panti Asuhan; Pola Asuh

Korespondensi:
Nur Amaliyah email: [email protected]
Prihastuti emal: [email protected]
Fakultas Psikologi. Universitas Airlangga, Jl. Airlangga 4-6, Surabaya - 60286

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 140


Vol. 03 No. 03, Desember 2014
Nur Amaliyah, Prihastuti

PENDAHULUAN pilihan terakhir tempat untuk mereka tinggal dan


tumbuh. Menurut Judith MC Kay RN (dalam Mc
Indonesia merupakan negara dengan Kay & Fanning, 2000 dalam Gandaputra, 2009)
jumlah penduduk terbesar nomor empat di dunia menyebutkan bahwa orangtua atau siapapun
dengan lebih dari 250 juta penduduk (Purnomo, yang turut membesarkan anak menjadi peran
2014). Berdasarkan sensus penduduk yang penting dan berpengaruh dalam kehidupan anak,
dilakukan pada tahun 2005, jumlah remaja yang salah satunya yaitu pembentukan self esteem
berusia 10-19 tahun mencapai 41 juta orang atau anak. Rosenberg mengatakan bahwa self esteem
20% dari jumlah total penduduk Indonesia dan merupakan sikap seseorang tentang bagaimana
saat ini sangat mungkin jumlah tersebut akan ia menilai dan menghargai dirinya sendiri secara
semakin bertambah (Wiguna, 2013). Di Provinsi keseluruhan baik yang berupa positif maupun
Jawa Timur sendiri untuk jumlah penduduk yang negatif (1965 dalam Mruk, 2006). Coopersmith
berusia 10 tahun ke atas dan belum menikah, (1967, dalam Gecas & Schwalbe 1986; Kernis
mencapai 27,58% dari 37 juta lebih jumlah 2000, dalam Intezar, 2009) menyatakan bahwa
keseluruan (Berdasarkan Presentasi Penduduk anak dengan self esteem yang tinggi memiliki
Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Provinsi, Jenis kedekatan dengan orangtuanya daripada mereka
Kelamin, dan Status Perkawinan, 2009-2012). yang tidak tinggal bersama orangtua sehingga
Kemudian berdasarkan data dari Badan Pusat memiliki self esteem yang rendah. Kenyataannya
Statistik (BPS) tahun 2004 menyatakan adanya tidak semua anak dapat beruntung tinggal
peningkatan permasalahan keterlantaran yang bersama keluarganya dengan lengkap sehingga
dialami oleh bayi dan anak-anak. Permasalahan mereka harus tinggal di panti asuhan.
ini semakin tampak dalam situasi terbatasnya
atau minimumnya ketersediaan sumber daya Self Esteem Remaja Panti Asuhan
yang dimiliki oleh keluarga dan masyarakat untuk Secara umum, self esteem remaja panti
mengatasi permasalahan sosial. asuhan sama seperti dengan self esteem pada
Didapatkan pula data di lapangan remaja lainnya. Hanya saja cara pembentukannya
sebanyak 3.488.309 anak terlantar dengan usia 5-18 yang berbeda dikarenakan mereka mendapatkan
tahun di 30 provinsi (Dicksan, 2009). Ditambah perlakuan yang berbeda. Self esteem dapat
lagi oleh laporan yang diluncurkan oleh Depsos diartikan sebagai evaluasi positif pada keseluruhan
RI, Save the Children dan Unicef tahun 2008 diri inidvidu (Gecas, 1982; Rosenberg, 1990;
menyebutkan jumlah panti asuhan di seluruh Rosenberg et al. 1995 dalam Burke, 2002). Self
Indonesia dapat diperkirakan sampai 5.000 hingga esteem ini yang akan mengarah pada penilaian
8.000 yang mengasuh 1,4 juta anak (Gandaputra, positif dan negatif tentang diri.
2009). Berdasarkan survei terbaru, jumlah anak Namun kita ketahui bahwa tidak
yatim di Indonesia kini telah mencapai 3,2 juta semua remaja beruntung dapat tinggal dengan
dengan jumlah terbanyak di Nusa Tenggara Timur keluarga atau orangtuanya, sehingga mereka
dan Papua. Jumlah anak yatim untuk wilayah harus tinggal di panti asuhan dan peran orangtua
Jawa Timur sendiri ada 157.621 anak dan mereka digantikan oleh pengasuh. Mereka tinggal
ditampung di 8.000-an panti asuhan (Antara dengan anak asuh lainnya yang jumlahnya lebih
News, 2013). Panti asuhan menurut Depsos banyak daripada pengasuhnya. Oleh karena itu,
(2005) berfungsi sebagai pengganti orangtua perhatian, dukungan, dan kasih sayang tidak
karena tidak semua anak beruntung dapat hidup dapat sepenuhnya untuk hanya satu inidvidu
dengan orangtua dan keluarga yang lengkap. melainkan harus dibagi dengan anak asuh
Permasalahan yang berasal dari keluarga seperti lainnya. Burns (1993, dalam Gandaputra, 2009)
meninggalnya orangtua, kesulitan ekonomi, atau sering mengkaitkan antara jumlah anggota
larangan dari keluarga untuk memelihara dan keluarga self esteem yang mereka miliki. Apabila
mempunyai anak pada usia yang dianggap terlalu dalam suatu keluarga terdapat banyak anggota,
muda dapat menjadi penyebab orangtua tidak self esteem yang dimiliki individu tersebut akan
dapat mengasuh anaknya (Gandaputra, 2009). rendah. Begitu pula sebaliknya, dan karakteristik
Makmur Sanusi dalam Gandaputra pada panti asuhan sama seperti dengan keluarga
(2009) menambahkan bahwa keluarga yang memiliki anggota yang banyak. Efeknya
merupakan lingkungan terbaik untuk anak-anak salah satunya adalah hubungan yang kurang
dapat tumbuh dan panti asuhan merupakan intensif antara anak asuh dengan pengasuh dan

Jurnal Psikologi Klnis dan Kesehatan Mental 141


Vol. 03 No. 03, Desember 2014
Perbedaan Self Esteem Remaja Panti Asuhan di Surabaya Ditinjau dari Persepsinya terhadap Pola Asuh

hal ini dapat memicu tumbuhnya self esteem yang METODE PENELITIAN
rendah pada remaja panti asuhan.
Pendekatan yang digunakan adalah
Persepsi Pola Asuh pendekatan kuantitatif dan merupakan penelitian
Kehangatan serta penerimaan remaja dalam eksplanatoris, yaitu penelitian yang bertujuan
rumah dapat mempengaruhi tinggi rendahnya untuk menjelaskan perbedaan yang ada pada
penilaian diri remaja terhadap dirinya sendiri variabel tergantung yaitu self esteem remaja panti
(Suparno, 2009). Peran orang tua yang tidak asuhan jika ditinjau dari persepsinya terhadap
bisa dimiliki oleh remaja otomatis digantikan pola asuh. Metode pengumpulan data yang
oleh pengasuh yang ada di panti asuhan. Hal ini digunakan dalam penelitian ini adalah metode
membuat pola asuh yang diberikan dapat saja survei dan alat ukur yang digunakan terdiri dari
berbeda apabila dibandingkan dengan pola asuh dua skala likert yang salah satunya dibuat oleh
yang diberikan secara langsung dari orangtua. penulis.
Berdasarkan survey yang pernah dilakukan oleh Variabel dalam penelitian ini adalah
Kristanti (2013), para pengasuh panti asuhan self esteem sebagai variabel X dan persepsi pola
mengakui bahwa anak asuh mereka kurang asuh sebagai variabel Y. Definisi operasional dari
mendapatkan perhatian. Akibatnya yaitu mereka Baumrind (1991) digunakan sebagai landasan
kurang perhatian, tidak bisa mengandalkan dalam pembuatan skala alat ukur persepsi pola
orang lain, pendiam, pemalu, tidak berani tampil asuh, sedangkan untuk skala self esteem diadaptasi
dan tidak aktif. Hal-hal tersebut tentu saja dapat dari Rosenberg Self Esteem Scale (RSES).
menjadi faktor yang membuat seseorang memiliki Subjek dalam penelitian ini adalah
self esteem yang rendah. remaja laki-laki atau perempuan usia 12-18 tahun,
Hal senada juga diungkapkan oleh Assahra tinggal di panti asuhan di Surabaya, dan memiliki
(2004, dalam Partini, 2011), peran orang tua status yatim/piatu/yatim piatu/dhuafa. Pada
yang digantikan oleh pengasuh, menimbulkan penelitian ini, skala terlebih dahulu diuji cobakan
kondisi-kondisi seperti kurangnya perhatian, ke 30 remaja panti asuhan di Surabaya. Kemudian
kurangnya fasilitas fisik, dan ketatnya aturan. diadministrasikan ke 149 remaja panti asuhan
Kondisi-kondisi ini dapat saja menjadikan remaja untuk dianalisis.
tersebut memiliki sikap yang pendiam, menarik
diri, pasif dan kurang responsif dengan orang Tabel 1.
lain. Penjelasan tersebut semakin diperkuat oleh Statistik Reliabilitas Skala Self Esteem
penelitian yang dilakukan Gandaputra (2009)
Reliability Statistics
yang menyebutkan bahwa remaja yang tinggal di
Cronbach’s Alpha Cronbach’s N of Items
panti asuhan, biasanya akan cenderung merasa
Alpha Based on
kurang diperhatikan, mendapat penerapan
Standardized
disiplin yang keras dan pola asuh yang otoriter
Items
oleh pengasuhnya.
.778 .778 10
Coopersmith (1967; Gecas & Schwalbe, 1986;
Kernis, 2000 dalam Intezar, 2009) menyatakan
Tabel 2.
bahwa anak yang memiliki kedekatan dengan
Statistik Reliabilitas Skala Pola Asuh
orangtua akan memiliki self esteem yang tinggi
dibandingkan mereka yang tidak bersama Cron-
orangtua. Pola asuh yang tepat dapat membuat bach’s
remaja mengembangkan self esteem yang Alpha
Pola Cronbach’s N of
tinggi, mereka yakin dengan dirinya, memiliki Based
Asuh Alpha Items
kepercayaan diri yang tinggi, dan tidak rendah on Stan-
diri. Jadi apabila pengasuh menerapkan pola asuh dardized
yang tidak tepat akan mengakibatkan remaja Items
Oto-
memiliki self esteem yang rendah, yaitu penilaian .702 .710 10
riter
terhadap diri yang rendah, merasa tidak mampu, Per-
.853 .855 9
dan akan mengalami keraguan akan dirinya misif
(Suparno, 2009). Otori-
.898 .889 14
tatif

142 Jurnal Psikologi Klnis dan Kesehatan Mental


Vol. 03 No. 03, Desember 2014
Nur Amaliyah, Prihastuti

Analisis data yang digunakan pada yang dilakukan oleh penulis yang variabel
penelitian ini adalah uji asumsi terlebih dahulu, bebasnya adalah pola asuh dengan 3 dimensi dan
yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. variabel terikatnya adalah self esteem.
Kemudian penulis melakukan uji signifikansi Uji hipotesis yang telah dilakukan
One-way betweem groups ANOVA. Metode menghasilkan taraf signifikansi sebesar 0,197.
alternatif lainnya untuk melakukan analisis jika Hal ini memiliki arti bahwa hasil uji analisis tidak
asumsi tersebut tidak terpenuhi adalah dengan signifikan karena lebih besar dari 0,05 ( p > 0,05)
menggunakan signifikansi non-parametrik sehingga hipotesis ditolak. Hasil dari penelitian
Kruskal-Wallis. menyebutkan bahwa tidak terdapat perbedaan
self esteem remaja panti asuhan di Surabaya
HASIL DAN BAHASAN ditinjau dari persepsinya terhadap pola asuh.
Terdapat asumsi lain terkait dengan hasil yang
tidak signifikan dalam uji hipotesis. Pertama yaitu,
Berikut merupakan hasil uji perbedaan berdasarkan hasil uji asumsi yang telah dilakukan
dari penelitian kali ini. maka penelitian ini menggunakan statistik non
parametrik karena tidak memenuhi asumsi
Tabel 3. Hasil Penghitungan Signifikansi distribusi normal. Sebaran data tidak merata
Kruskal Wallis pada self esteem sehingga mungkin saja dapat
Test Statisticsa,b mempengaruhi tidak adanya perbedaan. Hasil
totSE yang didapatkan lebih dominan pada self esteem
Chi-Square 3.250 sedang yang mencapai 90% lebih. Berdasarkan
Df 2 data tersebut jelas memang distribusi yang terjadi
Asymp. Sig. tidak normal.
.197
Asumsi lainnya yaitu berasal dari analisis
a. Kruskal Wallis Test deskripsi yang didapatkan pada penelitian.
b. Grouping Variable: PA Berdasarkan analisis jenis kelamin, tidak ada
perbedaan yang signifikan pada mean rank yang
Hasil uji perbedaan pada tabel diatas didapatkan karena antara subjek laki-laki dan
menunjukkan tidak ada perbedaan pada nilai perempuan jumlahnya hampir sama. Gandaputra
taraf signifikansi. Hal ini ditunjukkan dengan (2009) dalam penelitian menemukan hal yang
taraf signifikansi yang didapat sebesar 0,197 yaitu sama yaitu baik laki-laki maupun perempuan
lebih besar dari 0,05. Suatu nilai signifikansi memiliki self esteem yang negatif. Kemudian
dapat dikatakan terdapat perbedaan apabila jika diliat berdasarkan usia, mean rank tertinggi
lebih kecil dari 0,05 ( p < 0,05). Jadi berdasarkan pada kelompok usia 16 tahun. Mean rank pada
penghitungan signifikansi diatas, maka Ha ditolak kelompok usia lainnya juga tidak berselisih
dan Ho diterima yaitu “tidak ada perbedaan self terlalu jauh. Selanjutnya bila berdasarkan status,
esteem remaja panti asuhan di Surabaya ditinjau mean rank tertinggi pada remaja yang memiliki
dari persepsinya terhadap pola asuh”. status yatim dan bila berdasarkan pada jenjang
Penelitian ini bertujuan untuk pendidikan, mean rank tertinggi pada remaja yang
mengetahui apakah ada perbedaan self esteem berada di jenjang pendidikan SMP. Tetapi mean
remaja panti asuhan di Surabaya ditinjau dari rank pada status ataupun jenjang pendidikan di
persepsinya terhadap pola asuh. Berdasarkan hasil tiap kelompok juga tidak berselisih jauh.
uji signifikansi yang telah dilakukan oleh penulis, Self esteem berdasarkan penelitian
didapatkan hasil yang menunjukkan tidak adanya sebelumnya disebutkan bahwa tidak hanya
perbedaan self esteem ditinjau dari pola asuh. dipengaruhi oleh pola asuh, dapat pula
Uji asumsi yang sebelumnya telah dilakukan dipengaruhi oleh jenis kelamin, status sosial, dan
menunjukkan bahwa data dari self esteem tidak peers presure (Afrianda, 2009). Tetapi berdasarkan
memenuhi asumsi distribusi normal meskipun analisis deskriptif yang telah dilakukan penulis
variannya homogen. Jadi untuk melakukan uji pada saat penelitian menghasilkan data yang
analisis, penulis menggunakan uji statistik non tidak signifikan untuk jenis kelamin maupun
parametrik Kruskal Wallis Test yang biasanya status sosial. Tersisa satu asumsi lainnya yaitu
digunakan untuk 2 atau 3 variabel bebas dan 1 peer presure yang merupakan sejauh mana
variabel terikat. Hal ini sesuai dengan penelitian inidvidu daat mengembangkan ketrampilan diri

Jurnal Psikologi Klnis dan Kesehatan Mental 143


Vol. 03 No. 03, Desember 2014
Perbedaan Self Esteem Remaja Panti Asuhan di Surabaya Ditinjau dari Persepsinya terhadap Pola Asuh

dan lingkungan sosialnya bersama teman karena cenderung permisif. Tapi self esteem yang
mereka akan merasakan pengaruh yang cukup dimiliki tergolong kategori sedang dan ini perlu
besar dari teman sebayanya dalam kehidupan ditingkatkan. Misalnya dengan cara memberikan
sehari-hari (Thorne & Michaelien, 1996 dalam mereka kesempatan untuk lebih eksplorasi pada
Scaffer, 2001, Afrianda, 2009). Tapi pada penelitian bidang yang diminati dan bersosialisasi secara
ini penulis tidak mengukurnya misalnya dari lebih luas. Pengasuh juga dapat lebih berperan
jumlah teman atau sahabat yang dimiliki, dalam perkembangan anak asuh dengan lebih
sehingga tidak cukup bukti pula untuk dapat memberikan perhatian dan kasih sayang untuk
memperkuat argumen tersebut. Hasil penelitian anak asuhnya. Bagi remaja panti asuhan, dalam
yang tidak signifikan ini membuat penulis tidak penelitian ini masih didominasi memiliki self
dapat mengambil langkah lebih jauh untuk dapat esteem kategori sedang, sebaiknya dapat lebih
melakukan analisis. ditingkatkan lagi. Para remaja tersebut mungkin
dapat lebih percaya diri dengan kemampuan yang
SIMPULAN DAN SARAN dimilikinya. Selain itu juga dapat memandang
penilaian dari orang lain bukan sebagai hal yang
negatif, melainkan hal yang positif sehingga dapat
Berdasarkan hasil analisa data penelitian menjadi motivasi pada diri sendiri untuk menjadi
ini, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat lebih baik. Bagi peneliti selanjutnya, apabila akan
perbedaan self esteem remaja panti asuhan di mengukur tentang pola asuh, mungkin dapat
Surabaya ditinjau dari persepsinya terhadap pola membuat aitem alat ukur yang memiliki jumlah
asuh. Self esteem subjek penelitian cenderung yang cukup proporsional. Hal ini dapat saja
memiliki self esteem yang sedang. Selain itu mempengaruhi hasil kesimpulan yang didapatkan
dapat disimpulkan pula berdasarkan hasil analisis karena skor dari tiap dimensi dapat saja berbeda
deskriptif subjek lebih banyak mempersepsikan cukup jauh apabila memiliki jumlah aitem
pola asuh permisisf dibandingkan dengan tipe yang tidak proporsional. Selain itu, diharapkan
pola asuh lainya. dapat lebih memperhatikan faktor lainnya yang
Adapun beberapa saran yang ditujukan mungkin saja dapat mempengaruhi adanya
pada panti asuhan sebagai lembaga sosial yang perbedaan kedua variabel. Dengan harapan,
mengasuh banyak anak dengan jumlah pengasuh penelitian selanjutnya akan mendapatkan hasil
yang terbatas, rata-rata pola asuh yang diberikan yang lebih akurat.

PUSTAKA ACUAN

Afrianda, Y. (2009). Self Esteem Pada Wanita Usia Dewasa Awal Yang Berkerja Sebagai Waiters Di Bar.
Jakarta: Universitas Gunadarma.
Allik, D. P. (2005). Simultaneous Administration of the Rosenberg Self-Esteem Scale in 53 Nations:
exploring the Universal and Culture-Specific Feature of Global Self Esteem. Journal of Personality
and Social Psychology, 623-642.
Azwar, S. (2011). Dasar-Dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2011). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Burke, A. D. (2002). A Theory of Self Esteem. Social Forces, Vol. 80 No. 3, 1041-1068.
Dicksan. (2009, 24 Mei). Promosi Kunci Sukses Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial. Kemsos.go.id. Diakses
pada tanggal 10 Juni 2014 dari http://www.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=articl
e&sid=11 01
Gandaputra, A. (2009). Gambaran Self Esteem Remaja yang Tinggal di Panti Asuhan. Jurnal Psikologi,
52-70.
Intezar, M. & Farooqi, Y. N. (2009). Differences in Self-Esteem of Orphan Children and Children Living
With Their Parents. J.R.S.P., Vol. 46, No. 2, 115-130.
Kristanti. (2013). Stres Pada Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan. Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No.
02, 566-580.
Mruk, C. J. (2006). Self Esteem Research, Theory, and Practice: Toward A Positive Psychology of Self

144 Jurnal Psikologi Klnis dan Kesehatan Mental


Vol. 03 No. 03, Desember 2014
Nur Amaliyah, Prihastuti

Esteem. New York: Springer Publishing Company, Inc.


Partini. (2011). Peran Orangtua dan Pengasuh dalam Pembentukan Konsep Diri
Remaja Berprestasi di Panti Asuhan. Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah.
Purnomo, H. (2014, Maret). Negara dengan Penduduk Terbanyak di Dunia, RI Masuk 4 Besar. Detik.
com. Diakses pada tanggal 22 April 2014 dari http://finance.detik.com/read/2014/03/06/134053
/2517461/4/negara-dengan-penduduk-terbanyak-di-dunia-ri-masuk-4-besar
Suparno. (2009). Pengaruh Konsep Diri Terhadap Self Esteem Siswa Sekolah Menengah Atas
Wisnuwardhana Malang. (n.d).
Wiguna, T. (2013, 10 September). Masalah Kesehatan Mental Remaja di Era Globalisasi. Indonesian
Pediatric Society . Diakses pada tanggal 20 September 2014 dari http://idai.or.id/public-articles/
seputar-kesehatan- anak/masalah-kesehatan-mental-remaja-di-era-globalisasi.html

Jurnal Psikologi Klnis dan Kesehatan Mental 145


Vol. 03 No. 03, Desember 2014

Anda mungkin juga menyukai