Mkewirausahaan 3C

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 72

Kelompok 1

1. Farbella Firda Mutiara


2. Siti Adawiyah
3. Titin Ega Pratiwi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KERANGKA BERPIKIR WIRAUSAHA

Berdasarkan karakteristik perilaku, wirausaha (entepreneur) adalah orang yang


mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya serta
menciptakan kerja bagi orang lain dengan berswadaya. Berwirausaha melibatkan dua unsur
pokok, yaitu peluang dan kemampuan menanggapi peluang. Berdasarkan hal tersebut, definisi
kewirausahaan adalah “tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap dalam seperangkat
tindakan serta membuahkan hasil berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif dan
inovatif” (Pekerti, 1997)

Bagan 2.1. Kerangka Berpikir Kewirausahaan

Sumber:(Pekerti, 1997)

Seiring dengan pendapat di atas, Salim Siagian (1999) mendefinisikan kewirausahaan sebagai
semangat, perilaku, dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang
memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan/atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan /
masyarakat; dengan selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih banyak dan lebih
baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara
kerja yang lebih efisien, melalui keberanian mengambil risiko, kreativitas, dan inovasi, serta
kemampuan manajemen.

1. Wirausahawan Dilahirkan atau Diciptakan?


Pertanyaan ini sering menjadi fokus perdebatan. Apakah wirausahawan dilahirkan yang
menyebabkan seseorang mempunyai bakat lahiriah untuk menjadi wirausahawan atau
wirausahawan dibentuk?
Umumnya ada 2 pendekatan untuk menjawab hal ini, yaitu pendekatan klasikal menjelaskan
bahwa wirausaha dan ciri khas atau karakter seseorang merupakan pembawaan sejak lahir
(innate), sehingga menjadi wirausahawan tidak dapat dipelajari. Adapun pendekatan event
studies menjelaskan bahwa faktor-faktor lingkungan yang menghasilkan wirausaha atau
wirausaha dapat diciptakan. Sifat wirausahawan merupakan bawaan lahir sebagaimana dijelaskan
dalam pendekatan klasikal sebenarnya sudah lazim diterima sejak lama. Akan tetapi, saat ini
pengakuan tentang kewirausahaan sebagai suatu disiplin telah mendobrak mitos tersebut dan
membenarkan pendekatan event studies. Seperti juga disiplin lainnya, kewirausahaan memiliki
pola dan proses. Terlepas dari kedua pendekatan tersebut, pendapat yang lebih moderat adalah
tidak mempertentangkannya. Menjadi wirausahawan sebenarnya tidak hanya dipengaruhi bakat
(dilahirkan) ataupun hanya karena dibentuk, seseorang yang memiliki bakat berwirausaha tidak
akan mampu menjadi wirausahawan tanpa adanya tempaan melalui suatu pendidikan/pelatihan,
begitu juga sebaliknya.
Kompleksnya permasalahan dunia usaha saat ini, menuntut seseorang yang ingin menjadi
wirausahawan tidak cukup bermodalkan bakat, tetapi juga harus mengikuti pendidikan, pelatihan,
ataupun bergaul di lingkungan wirausaha, sehingga ia menyadari dan mencoba memanfaatkan
bakat yang dimilikinya.

2. Motivasi Berwirausaha
Salah satu kunci sukses seorang wirausahawan adalah motivasi yang kuat untuk
berwirausaha, apabila seseorang memiliki keyakinan bahwa bisnis yang (akan) digelutinya itu
sangat bermakna bagi hidupnya, ia akan berjuang lebih keras untuk sukses. Dalam
kewirausahaan, setidaknya terdapat enam “tingkat” motivasi dengan indikator kesuksesan yang
berbeda-beda, yaitu:

 motivasi material, mencari nafkah/memperoleh pendapatan atau kekayaan;


 motivasi rasional-intelektual, mengenali peluang dan potensi pasar, menggagas produk
atau jasa untuk meresponsnya;
 motivasi emosional-ekosistemis, menciptakan nilai tambah serta memelihara kelestarian
sumber daya lingkungan;
 motivasi emosional-sosial, menjalin hubungan dengan melayani kebutuhan sesama
manusia;
 motivasi emosional-intrapersonal(psiko-personal), aktualisasi jati diri dan/atau potensi
diri dalam wujud produk atau jasa yang layak pasar;
 motivasi spiritual, mewujudkan dan menyebarkan nilai-nilai transendental, memaknainya
sebagai modus beribadah kepada Tuhan.

Umumnya seseorang yang memulai berwirausaha termotivasi untuk mencari nafkah,


memperoleh pendapatan dan kekayaan. Motivasi ini tidak salah, tetapi jika fokus pada hal itu,
kita akan melakukan hal-hal tanpa mempertimbangkan prinsip-prinsip etika. Kita perlu sepakat
bahwa keuntungan dan kekayaan yang diraih hanyalah konsekuensi dari kemampuan kita untuk
memberikan pelayanan yang maksimal kepada stakeholders, inilah alasan kenapa motivasi
material menempati tingkatan yang terendah. Berbeda halnya jika kita memulai berwirausaha
sebagai modus beribadah kepada Tuhan, apa pun yang kita lakukan senantiasa dilandasi dengan
nilai ibadah. Dengan motivasi spiritual yang kita miliki, kita akan memaksimalkan pemanfaatan
potensi diri kita sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang diberikan, memberikan pelayanan
yang terbaik kepada seluruh stakeholders, dan memerhatikan kelestarian lingkungan. Bukankah
dengan melakukan tindakan-tindakan terbaik bagi diri kita, orang lain dan lingkungan adalah
perbuatan yang bernilai ibadah pada sisi Tuhan? Inilah mengapa motivasi spiritual ditempatkan
pada tingkatan tertinggi

3. Manfaat Berwirausaha
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh melalui berwirausaha dan tidak diperoleh jika
memilih berkarier atau bekerja di lembaga/instansi milik orang lain atau pemerintah adalah
sebagai berikut :

 Memiliki kebebasan untuk mengaktualisasikan potensi diri. Banyak wirausahawan yang


berhasil mengelola usahanya karena menjadikan keterampilan/hobinya menjadi
pekerjaannya, sehingga dia melakukannya dengan sukacita tanpa terbebani. Mereka juga
bebas menentukan nasibnya sendiri, menentukan dan mengontrol sendiri keuntungan
yang ingin dicapai, mengambil tindakan dalam melakukan perubahan tanpa kekangan
dari orang lain.
 Memiliki peluang untuk berperan bagi masyarakat. Dengan berwirausaha, kita memiliki
kesempatan untuk berperan bagi masyarakat dengan menciptakan produk (barang
dan/atau jasa) yang dibutuhkan oleh masyarakat, memberian pelayanan pada masyarakat
(konsumen) yang dilandasi dengan tanggungjawab sosial melalui penciptaan produk yang
berkualitas, sehingga dapat memperoleh pengakuan dan kepercayaan dari masyarakat
(konsumen).
 Adanya manfaat bagi diri sendiri dan masyarakat. Perlu disadari bahwa pada dasarnya
sebagian besar tindakan kita dipengaruhi oleh motivasi, bukan karena terpaksa.
Kesuksesan atau ketidaksuksesan seseorang dalam karier sangat bergantung pada
motivasinya untuk menjalankan kariernya. Jika kita menanamkan dalam hati bahwa
berwirausaha akan memberikan manfaat bagi kita dan masyarakat, maka kita akan
termotivasi menjalankannya.

B. Kewirausahaan dalam Perspektif Sejarah

Kewirausahaan (Enterpreneurship), atau yang lebih dikenal sebagai kegiatan


berwirausaha, adalah suatu kegiatan berbisnis. Menjual, membeli, memproduksi, ataupun
mendistribusi, yang dapat menciptakan keuntungan terhadap orang yang melakukan wirausaha
(wirausahawan) dan bahkan bisa menciptakan suatu lapangan kerja baru. Biasanya kegiatan ini
merujuk pada suatu ke-inovatif-an, karena seorang wirausahawan dituntut untuk selalu
menunjukan sesuatu yang lebih atau berbeda dengan wirausahawan yang lain.
Berdasarkan arti kata dalam Bahasa Indonesia, Wirausaha berasal dari kata wira berarti
pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung.
Sedangkan usaha adalah suatu perbuatan amal, bekerja, dan berbuat sesuatu.

Arti wirausaha, sudah dikenal sejak abad 18. Yaitu diperkenalkan oleh Richard Cantillon,
seorang pria peranakan Inggris-Perancis pada tahun 1755. Beberapa istilah wirausaha seperti di
Belanda dikenal dengan ondernemer, di Jerman dikenal dengan unternehmer. Pendidikan
kewirausahaan mulai dirintis sejak 1950-an di beberapa negara seperti Eropa, Amerika,  dan
Kanada. Bahkan sejak 1970-an banyak universitas yang mengajarkan kewirausahaan atau
Manajemen Usaha Kecil. Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat
memberikan pendidikan kewirausahaan. Di Indonesia, kewirausahaan baru dikenal pada akhir
abad 20, dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu
saja.Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman
kewirausahaan baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan
masyarakat pun menjadi berkembang.

C. Karakteristik Wirausahawan

Menurut McClelland, seorang ahli Psikologi dari Amerika, menuturkan bahwa karateristik
seorang wirausahawan adalah:

1. Harus memiliki keinginan untuk berprestasi


2. Selalu memikirkan tanggungjawab
3. Berani menghadapi risiko
4. Berujung pada keberhasilan
5. Mengharapkan umpan balik yang dapat dimanfaatkan dengan baik
6. Bersikap semangat dan enerjik
7. Berorientasi ke masa depan
8. Memiliki Keterampilan
9. Bijak dalam pemakaian materi
Selain point-point diatas, ciri-ciri yang harus ada dalam diri setiap wirausaha antara lain :

1. Percaya Diri
2. Selalu memikirkan keorisinilan
3. Bersikap jujur, tekun, yakin, dan optimis
4. Memiliki sikap kepemimpinan yang tegas
5. Inovatif

D. Penentuan Potensi Wirausahawan

Potensi-potensi yang dimiliki seorang wirausahawan dalam mencapai keberhasilan


diuraikan dalam point-point di bawah ini :

1. Kemampuan Inovatif
Seorang wirausahawan tidak akan mampu bersaing dengan wirausahawan lain, jika
ia tidak mampu berpikir secara inovatif dalam menciptakan suatu produk baru. Masyarakat
tentunya akan tertarik memilih dan mencoba sesuatu yang dianggapnya menarik, unik,
berbeda, dan belum pernah ada sebelumnya.

2. Toleransi terhadap hal yang tak terprediksi


Wirausahawan dituntut untuk terus bersikap optimis ketika suatu hal yang tak
disangka-sangka datang dan bukannya menyerah pada keadaan.

3. Keinginan untuk berprestasi


Tanpa adanya keinginan untuk berprestasi dan hanya mengutamakan sikap pantang
menyerah, wirausahawan mustahil akan memiliki usaha yang maju

4. Kemampuan perencanaan yang nyata


Dengan adanya perencanaan, usaha seorang wirausahawan diyakini akan terarah
dengan lurus

5. Orientasi kepemimpinan yang penuh tujuan


Sikap ini memotivasi diri sekaligus bisa memotivasi karyawan lain dalam mencapai
tujuan perusahaan

6. Obyektivitas
Wirausahawan mengumpulkan fakta-fakta yang ada, dan sikapi sesuai dengan fakta
tersebut. Bukan mengacu kepada subyek lain penyebab fakta yang terjadi

7. Tanggungjawab pribadi
Sikap kepemimpinan yang dimiliki seorang wirausahawan, secara otomatis akan
mendorongnya untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan dengan kemampuan
sendiri

8. Kemampuan beradaptasi
Salah satu tantangan dalam berwirausaha, yakni mampu beradaptasi dengan
lingkungan baru. Serta membangun hubungan yang selaras dan harmoni dengan sekitarnya

9. Kemampuan berorganisasi
Selain mampu beradaptasi, wirausahawan juga harus mampu mengorganisir
komponen-komponen yang diperlukannya, berikut juga dengan karyawan agar mampu
menyelesaikan tugas mereka masing-masing dengan baik dan benar.

E. Metode Analisa Diri Sendiri

Sebagai wirausahawan, ia hendaknya selalu memperhitungkan kebutuhan, dorongan, dan


aspirasi sebelum mengambil langkah-langkah penting. Kebutuhan seperti hal-hal yang digunakan
untuk membantu wirausahawan dalam memutuskan kesesuaian antara kepribadian diri dengan
peranan kewirausahaan. Pengidentifikasian tersebut berguna mempersiapkan mental dan materi
wirausahawan, serta meramalkan apakah usaha yang akan ia geluti dapat meraup keuntungan
atau tidak.
Menurut McClelland, ada 3 kebutuhan dasar yang mempengaruhi pencapaian tujuan ekonomi,
yaitu

1. n Ach   : Kebutuhan untuk berprestasi


2. n Afill  : Kebutuhan untuk berafiliasi (hubungan yang baik dengan orang lain)
3. n Pow    : Kebutuhan untuk berkuasa

F. Manajemen dalam Kewirusahaan


Kewirausahaan sangat berkaitan dengan inovasi. Karena inovasi merupakan dikenal
efektif dalam mengerjakan suatu hal yang baru. Tetapi suatu hal yang baru itu, belum tentu dapat
diterima dengan mudah oleh masyarakat. Hal tersebutlah yang melahirkan salah satu sikap yang
harus ada dalam diri wirausahawan, yakni berani mengambil risiko. Dalam pengambilan risiko,
wirausahawan harus memperhitungkan pengaruh risiko tersebut dalam jangka pendek dan jangka
panjang.
 
KELOMPOK 2

1. Sri Yayat Hayatinnufus


2. Tiffany Rahmaniasari
3. Tika Pertiwi Pazrin

BAB II

TINJAUAN TEORI

Pengertian kewirausahaan

Kewirausahaan adalah perilaku seseorang dan kemampuan seseorang untuk menciptakan


sesuatu yang bisa bermanfaat dan memiliki nilai jual. Seorang yang memiliki semangat, sikap
perilaku dan kemampuan kewirausahaan disebut wirausaha.

Prinsip - prinsip kewirausahaan (Entrepreneurship) menurut Dhidiek D. Machyudin, yaitu :

 Harus Optimis
 Ambisius
 Dapat membaca peluang pasar
 Sabar
 Jangan putus asa
 Jangan takut gagal
 Kegagalan pertama dan kedua itu biasa, anggaplah kegagalan adalah kesuksesan yang
tertunda

Sedangkan prinsip - prinsip kewirausahaan menurut Khafidhul Ulum :

 Passion (Semangat)
 Independent (Mandiri)
 Marketing Sensitivity (Peka terhadap pasar)
 Creative and Innovative (Kreatif dan Inovatif)
 Calculated Risk Taker (Mengambil resiko dengan penuh perhitungan)
 Persistent (Pantang menyerah)
 High Ethical Standard (Berdasar standar etika)

Jika kedua pendapat mereka digabungkan, maka akan muncul 13 prinsip kewirausahaan:

1. Jangan takut gagal


Prinsip pertama disaat kita ingin memulai untuk berwirausaha yakni jangan takut gagal,
karena gagal bukanlah sebuah akhir melainkan awal dari kesuksesan.

2. Semangat

Bersemangatlah dalam berwirausaha, pasti kedepannya akan menuai keberhasilan

3. Kreatif dan Inovatif

Kreativitas dan inovasi merupakan modal utama bagi seorang wirausaha. Kreatifitas dimiliki
oleh semua orang dan dapat ditingkatkan, oleh sebab itu harus dipupuk dan dikembangkan agar
kegiataan berusaha berjalan dengan sukses.

4. Bertindak dengan penuh perhitungan dalam mengambil resiko

Resiko selalu ada dimanapun berada. Sering kali kita menghindar dari resiko dari yang satu,
tetapi memenuhi resiko yang lainnya. Namun yang harus dipertimbangkan adalah perhitungan
dengan sebaik-baiknya sebelum memutuskan sesuatu, terutama dalam bisnis yang tingkat
resikonya tinggi, tetapi pada seberapa besar kemungkinan kita mampu menanggung resiko dan
seberapa kita mampu menanggung kerugian atas konsekuensi dari sebuah keputusan.

5. Sabar, Ulet dan Tekun

Prinsip lain yang tidak kalah penting dalam berusaha adalah kesabaran dan ketekunan
meskipun harus menghadapi berbagai bentuk permasalahan, percobaan dan kendala, bahkan
diremehkan oleh orang lain. Dengan kesabaran biasanya akan memahami dengan baik bagaimana
mengatasi permasalahan yang timbul, sehingga mampu memecahkan dan menghadpinya dengan
baik dan optimal.

6. Harus Optimis

Optimis adalah modal usaha yang cukup penting bagi usahawan, sebab kata optimis
merupakan sebuah prinsip yang dapat memotivasi kesadaran kita, sehingga apapun usaha yang
kita lakukan harus penuh optimis bahwa usaha yang kita jalankan akan sukses. Dengan optimis,
kita akan semangkin yakin bahwa yang kita kerjakan akan berhasil dengan baik.

7. Ambisius

Demikian juga prinsip ambisius, seorang wirausahawan harus berambisi, apapun jenis usaha
yang akan dikelola.
8. Pantang Menyerah

Prinsip pantang menyerah adalah bagian yang harus dilakukan kapanpun waktunya. Entah
dalam kondisi mendukung maupun kurang mendukung atau bahkan usaha kita mengalami
kemunduran, tetapi tidak boleh putus asa. Orang yang tidak mudah putus asa akan lebih menarik
dan dikagumi oleh orang-orang sekitarnya.

9. Peka terhadap pasar atau dapat baca peluang pasar

Prinsip peka terhadap pasar atau dapat membaca peluang pasar adalah prinsip mutlak yang
harus dilakukan oleh wirausahawan, baik pasar ditingkat local, regional, maupun internasional.

Peluang pasar sekecil apapun harus di identifikasi dengan baik sehingga dapat mengambil
peluang pasar tersebut dengan baik.

10. Berbisnis dengan standar etika

Prinsip bahwa setiap pebisnis harus senantiasa memegang standar etika yang berlaku secara
universal. Yang menjadi perhatian adalah apakah standar etika yang berlaku disetiap Negara
dikenali dengan baik dan disesuaikan dengan budaya bangsa yang besangkutan. Indonesia
memiliki undang-undang perlindungan konsumen yang dapat dipakai sebagai salah satu
pegangan dalam etika berbisnis.

11. Mandiri

Prinsip kemandirian harus menjadi panduan dalam berwirausaha. Mandiri dalam banyak hal
adalah kunci penting agar kita dapat menghindari ketergantungan dari pihak-pihak atau para
pemangku kepentingan atas usaha kita.

12. Jujur

Menurut pytagoras kejujuran adalah mata uang yang akan laku di mana-mana. Jadi, jujur
kepada pemasok dan pelanggan, atau kepada seluruh pemangku kepentingan perusahaan adalah
prinsip dasar yang harus di nomor satukan dalam berusaha.

13. Peduli Lingkungan

Pengusaha harus peduli juga terhadap lingkungan sekitarnya, turut menjaga kelastarian
lingkungan dimana tempat usahanya berada.

Pradigma kewirausahaan
Menurut Crown Dirgantoro yang dikutip Suherman (2008:24-25), paradigma wirausaha
dimulai dari pembuatan produk yang harus mengandung nilai yang diinginkan konsumen,
kemudian dikemas.

Paradigma wirausaha diawali dengan kegiatan produksi. kegiatan produksi. Untuk


memproduksi dibutuhkan input (bahan baku, sdm, peralatan dan perlengkapan). Kemudian input
tersebut diproses utk menghasilkan produk yg bisa dijual. Produk tersebut merupakan hasil
budidaya manusia, baik dengan bantuan teknologi (sesederhana apapun) maupun tanpa teknologi.
Beberapa Kata Konsep Kunci Kreativitas

 Kreativitas dan pola berfikir divergen.

 Kreativitas dan pola berfikir lateral.

 Kreativitas dan perubahan paradigma.

 Kreativitas dan berfikir out of the box /breakthrough thinking.

 Kreativitas dan Pola Berfikir Divergen

Salah satu hal yang penting dalam kreativitas adalah kemampuan berpikir yang
menyebar (divergent thinking).

Pada divergent thinking dirincikan dengan menghasilkan berbagai bermacam-macam


alternatif pemecahan yang luas, yang masing masing merupakan kemungkinan yang masuk akal.

Para pemikir yang menyebar (divergent) tidak terikatharapan-harapan, tidak


menghendaki jawaban yang benar, melainkan menghendaki cara berpikir yang spontan dan
bebas.

 Kreativitas dan Pola Berfikir Lateral

Adalah berpikir di luar pola-pola yang sudah umum. Mampu berpikir lateral, artinya
mampu melihat masalah tidak dengan perspektif “biasanya” sehingga mencari solusi pun “diluar
kebiasaan”,

Orang yang kemampuan berpikir lateralnya bagus, mudah memahami konsep yang
bersifat multidimensi dan Margarin umumnya dioles menggunakan pisau, orang yang berpikir
lateral mampu berinovasi mengoles margarin dengan roll on

 Kreativitas dan Paradigma

Kreativitas banyak terkait dengan bagaimana cara seseorang untuk mengembangkan apa yang
diistilahkan sebagai paradigma dalam memandang realitas. Paradigma adalah cerita tentang sudut
pandang. Kreativitas dan berfikir out of the box/ breakthrough thinking. Para pemuja budaya
instan, yang “mau makan tanpa bayar”. Orang macam ini, ingin hidup santai, nyaman, sukses dan
kaya tanpa mau bekerja keras. Orang-orang macam ini ingin cepat mendapatkan apa pun dengan
menghalalkan segala cara apa pun juga
KELOMPOK 3

1. Fitrotunnisa

2. Muhammad Sanjay Rama

3. Ukhrowiyah

4. Widya Fitri

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN KEMITRAAN USAHA

Kemitraan Usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara
pengusaha kecil dengan pengusaha menengah/besar (Perusahaan Mitra) disertai dengan
pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha besar, sehingga saling memerlukan,
menguntungkan dan memperkuat.

Kemitraan usaha akan menghasilkan efisiensi dan sinergi sumber daya yang dimiliki oleh
pihak-pihak yang bermitra dan karenanya menguntungkan semua pihak yang bermitra.Kemitraan
juga memperkuat mekanisme pasar dan persaingan usaha yang efisien dan produktif. Bagi usaha
kecil kemitraan jelas menguntungkan karena dapat turut mengambil manfaat dari pasar, modal,
teknologi, manajemen, dan kewirausahaan yang dikuasai oleh usaha besar. Usaha besar juga
dapat mengambil keuntungan dari keluwesan dan kelincahan usaha kecil.

Kemitraan hanya dapat berlangsung secara efektif dan berkesinambungan jika kemitraan
dijalankan dalam kerangka berfikir pembangunan ekonomi, dan bukan semata-mata konsep
sosial yang dilandasi motif belas kasihan atau kedermawanan.

2.2 ALASAN TERJADINYA KEMITRAAN USAHA

Kemitraan usaha haruslah berdasarkan asas sukarela dan suka sama suka. Dalam kemitraan
harus dijauhkan “kawin paksa”. Oleh karena itu, pihak-pihak yang bermitra harus sudah siap
untuk bermitra, baik kesiapan budaya maupun kesiapan ekonomi. Jika tidak, maka kemitraan
akan berakhir sebagai penguasaan yang besar terhadap yang kecil atau gagal karena tidak bisa
jalan. Artinya, harapan yang satu terhadap yang lain tidak terpenuhi, maka beberapa alasan
terjadi kemitraan dikemukakan sebagai berikut:
a. Meningkatkan profit atau sales pihak-pihak yang bermitra

b. Memperbaiki pengetahuan situasi pasar

c. Memperoleh tambahan pelanggan atau para pemasok baru

d. Meningkatkan pengembangan produk

e. Memperbaiki proses produksi

f. Memperbaiki kualitas

g. Meningkatkan akses terhadap teknologi

2.3 ANALISIS KINERJA KEMITRAAN USAHA

Kemitraan adalah suatu sikap menjalankan bisnis yang diberi ciri dengan hubungan jangka
panjang, suatu kerjasama bertingkat tinggi, saling percaya, dimana pemasok dan pelanggan
berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama. Selama ini istilah kemitraan ini
telah dikenal dengan sejumlah nama, diantaranya strategi kerjasama dengan pelanggan (strategic
customer alliance), strategi kerjasama dengan pemasok (strategic supplier alliance) dan
pemanfaatan sumber daya kemitraan (partnership sourcing). Bertolak dari hal tersebut maka
dapat di analisis kinerja kemitraan sebagai berikut:

a. Kurang transparasi dalam pelaksanaan Kepres 16

b. Realisasi gelar kemitraan masih belum memuaskan

c. Kemitraan tidak berkembang baik

d. Waralaba dalam negeri belum banyak yang bermunculan.

2.4 KENDALA KEMITRAAN USAHA

Kemitraan pada dasarnya menggabungkan aktivitas beberapa badan usaha bisnis, oleh
karena itu sangat dibutuhkan suatu organisasi yang memadai. Dengan pendekatan konsep sistem,
diketahui bahwa organisasi pada dasarnya terdiri dari sejumlah unit atau sub unit yang saling
berinteraksi dan interdepedensi. Performansi dan satu unit dapat menyebabkan kerugian pada
unit-unit lainnya. Tidak terlepas dari keterkaitan hal diatas maka akan mengalami beberapa
kendala antara lain:

a. Perbedaan yang masih besar antara Usaha Besar dan Usaha Kecil

b. Kualitas produksi belum terjamin


c. Kerja sama kurang berkembang

d. UB bersifat integrai vertical

e. Belum terjadi alih teknologi dan manajemen dari UB dan UK

f. Belum berkembangnya system dan pola kemitraan dan belum berkembangnya


unsur pendukung

Pada Negara maju, mereka melakukan kemitraan karena adanya tuntutan pasar, atas dasar
tanggung jawab bersama, mengurangi pengangguran, tumbuhnya Usaha Menengah dan Usaha
Kecil, dan dalam rangka meningkatkan daya saing nasionalnya.Pola dan system kemitraan
dikembangkan oleh suatu perusahaan hingga menjadi Good Practice. Lima jenis kemitraan yang
dikembangkan di Eropa dan dapat ditiru:

a. Buying and selling yang meliputi kegiatan suppliers dan subcontracting

b. Positive restructuring yang meliputioutsourcing, spin offs, management by-outs,


community renewal dan trade offs.

c. SME support yang meliputi start-up companies, mentoring, kerjasama penelitian


dan pengembangan (R&D) dan bantuan ekspor.

d. Training dan education, misalnya untuk supplier dan magang serta recruitment
calon pemitra

e. Local focus adalah kegiatan kemitraan dengan tujuan mengembangkan ekonomi


wilayah.

Latihan manajemen dan ketrampilan, magang, studivisit dan alih teknologi adalah salah
satu kegiatan yang dilakukan dalam rangka memodernisasi UK. Jadi, agar kesenjangan
manajemen dan teknologi antara UB dan UK tidak terlalu jauh ketinggalan, maka pengembangan
SDM harus selalu menjadi agenda kemitraan.

Kemitraan usaha bukanlah penguasaan yang satu atas yang lain, khususnya yang besar
atas yang kecil, melainkan menjamin kemandirian pihak-pihak yang bermitra, karena kemitraan
bukanlah proses merger atau akuisisi. Kemitraan usaha yang kita inginkan bukanlah kemitraan
yang bebas nilai, melainkan kemitraan yang tetap dilandasi oleh tanggung jawab moral dan etika
bisnis yang sehat, yang sesuai dengan demokrasi ekonomi. Adapun syarat-syarat kemitraan
adalah sebagai berikut:

a. Tujuan umum yang sama


b. Kesetaraan

c. Saling menghargai

d. Saling memberi kontribusi

e. Ada efek sinergi

f. Saling menguntungkan

2.5 KEBIJAKAN KEMITRAAN USAHA NASIONAL DAN IMPLEMENTASI

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997

Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan atau
dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah dan atau
Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling
menguntungkan.

Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil yang mempunyai kriteria
sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.

Usaha Menengah dan atau Usaha Besar adalah kegiatan ekonomi yang memiliki kriteria
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari pada kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan Usaha Kecil.

Menteri Teknis adalah menteri yang secara teknis bertanggung jawab untuk membina dan
mengembangkan pelaksanaan kemitraan dalam sektor kegiatan yang menjadi tugas dan tanggung
jawabnya.

Menteri adalah Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil.

Pola kemitraan adalah bentuk-bentuk kemitraan yang sudah diatur dalam Undang-undang Nomor
9 Tahun 1995.

Kemitraan merupakan salah satu instrumen yang strategis bagi pengembangan usaha kecil,
tetapi ini tidak berarti bahwa semua usaha kecil bisa segera secara efektif dikembangkan melalui
kemitraan. Bagi pengusaha informal atau yang sangat kecil skala usahanya dan belum memiliki
dasar kewirausahaan yang memadai, kemitraan dengan usaha besar belum tentu efektif karena
belum tercipta kondisi saling membutuhkan. Yang terjadi adalah usaha kecil membutuhkan usaha
besar sedangkan usaha besar tidak merasa membutuhkan usaha kecil. Usaha kecil yang demikian
barangkali perlu dipersiapkan terlebih dahulu, misalnya dengan memperkuat posisi transaksi
melalui wadah koperasi atau kelompok usaha bersama (prakoperasi) dan pembinaan
kewirausahaan.

Dengan memahami berbagai aspek kewirausahaan dan bergabung dalam wadah koperasi,
usaha-usaha yang sangat kecil atau informal tersebut secara bersama-sama akan memiliki
kedudukan dan posisi transaksi yang cukup kuat untuk menjalin kemitraan yang sejajar, saling
membutuhkan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan dengan usaha besar mitra
usahanya.

1. Sudut Pandang Sistem

Kemitraan dilihat dari sudut pandang sistem paling tidak, ada 3 tipe yaitu:

a. Vertical Backward Linkage

Adalah sitem kemitraan yang di dalamnya Usaha Besar (UB) bergerak


dalam produksi barang akhir (assembler) Usaha Kecil (UK) sebagai
pemasok komponen kepada UB.

b. Vertical Forward Linkage

Usaha Centernya/Besar menghasilkan bahan baku dan memasok untuk


diproses selanjutnya oleh Usaha Kecil

c. Horizontal Linkage

Usaha Besar sebagai trader/exporter, Usaha Kecil menghasilkan produk


yang akan dipasok ke trader.

2. Implementasi

a. Korea selatan

Lembaga penunjang bernama Small and Medium Industry Promotion


Corporation bersifat semi pemerintah dan bertugas menjadikan UK tangguh
dan dapat bermitra dengan UB serta melakukan program alih teknologi dan
investasi dari UB ke UK.

b. Jepang

Jepang mendirikan Institut for promotion of subcontracting yang tugasnya


memperkuat kedudukan UK dan teknologi UK serta menyediakan informasi.

c. Masyarakat ekonomi Eropa(MEE)


Suporting institusi dalam kemitraana yang didirikam oleh MEE :

 BC-NET, memberikan informasi kemitraaan tang computerized.

 BRITE, Bertujuaan meningkatkan kecakapan UK dalam memakai


teknologi dan mengurangi gap teknologi dengan UK .

 ESPRIT, mengembangan teknologi informasi.

d. Taiwan

Dalam mengembangkan kemitraan usaha industri di Taiwan dibuat Center


satelite system UB bertindak sebagai center dan UK dan UM sebagai satelite.
Untuk menunjang program terseut, didirikan Corporate Synergy Developtment
Center (CSD) yang dibiayai oleh pemerintah dan sektor swasta.

2.6 POLA KEMITRAAN

Banyak program pemerintah dan pola-pola kemitraan yang dibuat demi usaha kecil. Hal ini
bertujuan untuk mendorong dan menumbuhkan usaha kecil tangguh dan modern. Usaha kecil
sebagai kekuatan ekonomi rakyat dan berakar pada masyarakat dan usaha kecil yang mampu
memperkokoh struktur perekonomian nasional yang lebih efisien. Pola-pola kemitraan tersebut
antara lain:

1. Kerjasama keterkaitan antar hulu-hilir (forward linkage)

Pembangunan industri dasar dengan skala besar yang dilakukan untuk mengolah langsung
sumber daya alam termasuk sumber energi yang terdapat di suatu daerah, perlu dimanfaatkan
untuk mendorong pembangunan cabang-cabang dan jenis-jenis industri yang saling mempunyai
kaitan, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi kawasan-kawasan industri. Rangkaian
kegiatan pembangunan industri tersebut pada gilirannya akan memacu kegiatan pembangunan
sektor-sektor ekonomi lainnya beserta prasarananya antara lain yang penting adalah terminal-
terminal pelayanan jasa, daerah pemukiman baru dan daerah pertanian baru. Wilayah yang
dikembangkan dengan berpangkal tolak pada pembangunan industri dalam rangkaian yang
dipadukan dengan kondisi daerah dalam rangka mewujudkan kesatuan ekonomi nasional,
merupakan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri.

Kerjasama keterkaitan hulu hilir harus berlangsung dalam iklim yang positif dan
konstruktif, dalam arti bersifat saling membutuhkan dan saling memperkuat dan saling
menguntungkan. Dalam melakukan kerja sama antara perusahaan industri. Pemerintah
memanfaatkan peranan koperasi, Kamar Dagang dan Industri Indonesia, serta asosiasi/federasi
perusahaan-perusahaan industri sebagai wadah untuk meningkatkan pengembangan bidang usaha
industri.

2. Kerjasama keterkaitan antar hilir-hulu (backward linkage)

Pertumbuhan ataupun pemerataan ekonomi dengan penerapan kerjasama keterkaitan hilir


hulu yang tepat guna sejauh mungkin dapat menggunakan bahan-bahan dalam negeri adalah
untuk meningkatkan nilai tambah, memelihara keseimbangan antara peningkatan produksi dan
kesempatan kerja, serta pemerataan pendapatan, dalam rangka usaha memperbesar nilai tambah
sebanyak-banyaknya, maka pembangunan industri harus dilaksanakan dengan mengembangkan
keterkaitan yang berantai ke segala jurusan secara seluas-luasnya yang saling menguntungkan
kelompok industri hilir, keterkaitan antara kelompok industri hulu/dasar.

Kerjasama keterkaitan hilir hulu harus berlangsung dalam iklim yang positif dan
konstruktif, dalam arti bersifat saling membutuhkan dan saling memperkuat dan saling
menguntungkan. Dalam melakukan kerja sama antara perusahaan industri. Pemerintah
memanfaatkan peranan koperasi, Kamar Dagang dan Industri Indonesia, serta asosiasi/federasi
perusahaan-perusahaan industri sebagai wadah untuk meningkatkan pengembangan bidang usaha
industri.

3. Kerjasama dalam Pemilik Usaha

Dalam konsep kerjasama usaha melalui kemitraan ini, jalinan kerjasama yang dilakukan
antara usaha besar atau menengah dengan usaha kecil didasarkan pada kesejajaran kedudukan
atau mempunyai derajat yang sama terhadap kedua belah pihak yang bermitra. Ini berarti bahwa
hubungan kerjasama yang dilakukan antara pengusaha besar atau menengah dengan pengusaha
kecil mempunyai kedudukan yang setara dengan hak dan kewajiban timbal balik sehingga tidak
ada pihak yang dirugikan, tidak ada yang saling mengekspoitasi satu sama lain dan tumbuh
berkembangnya rasa saling percaya di antara para pihak dalam mengembangkan usahanya.
KELOMPOK 4
1. Aidini Safitri
2. Azizah Nopiani
3. Didin Fahrudin
4. Windy Meilany

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. IDENTIFIKASI PELUANG PELUANG BERKAITAN DENGAN KEWIRAUSAHAAN


Identifikasi peluang usaha dapat di lakukan dengn menyimak bidang hasil usaha pokok,
yaitu kedudukan pasar, profitabilitas, sumber daya manusia (SDM), keuangan, sarana kerja,
tanggung jawab sosial, dan pengenbangan usaha.

Paul Charlap mengemukakan sebuah rumusan tentang identifikasi peluang usaha yang
mencakup empat (4) unsur yang harus di miliki seorang wirausahawan agar mencapai sukses
dlam pekerjaannya, yaitu :

1. Kerja keras (Work hard)

2. Kerja cerdas (Work smart)

3. kegairahan (Enthusiasm)

4. Pelayanan (Service)

II. MENILAI PELUANG BAGI USAHA BARU

Ada tiga komponen penting bagi usaha baru yang berhasil

1. Peluang
Setiap peluang yang ada harus dimanfaatkan secara baik-baik. Harus diperhatikan,
bahwa peluang yang baik tidak akan datang yang kedua kalinya.Dalam memanfaatkan
peluang, diperlukan adanya persiapan yang mantap.
Dengan demikian maka feasibility study (studi kelayakan) yang mendukung akan
menjadi pedoman bagi langkah-langkah yang akan dilakukan.
Dalam upaya memanfaatkan peluang, seorang wirusahawan harus tahu secara
pasti siapa calon pelanggannya dan jenis komoditi yang diperlukan. Disamping itu,
ketepatan waktu diperlukan para pelanggan perlu diperhatikan.

2. Wirausahawan dengan tim manajemennya yang mantap


Apakah wirausahawan dan tim manajemnya memiliki pengalaman dalam industry
yang sama atau mirip dengannya.
Di samping itu apakah wirausahawan dan tim manajemennya pernah
berpengalaman dan bertanggung jawab dalam kepemimpinan suatu manajemen. Hal itu
sangat penting dalam posisinya dalam pengambil keputusan-keputusan yang membawa
keuntungan dan atau kerugian. Dalam hubungan ini ada sementara penulis yang
mengemukakan, bahwa tanpa pengalaman yang relevan, nasib tidak akan berpihak pada
pendatang baru di industry manapun
3. Sumber daya yang diperlukan.
Berbagai sumber daya ekonomi:
 Sumber daya alam
 Sumber daya manusia
 Modal
 Keahlian : Manajerial & Tehnologi

Seorang wirausahawan harus mengupayakan penggunaan sumber daya–sumber


daya yang hemat, sejalan dengan pemanfaatan peluang sebagaimana tersebut diatas,
maka studi kelayakan yang disusun harus didukung oleh suatu perencanaan yang baik
dengan memiliki sifat-sifat :

1. Memiliki unsur tepat


2. Efektif, artinya rencana yang disusun dapat direalisasikan.
3. Efisien, artinya atas dasar pengorbanan tertentu dapat memperoleh hasil yang
maksimal.

Sebagai suatu catatan, dalam menggunakan sumber daya-sumber daya yang hemat
dapat diberikan contoh bahwa tidak perlu membeli apabila dapat menyewa.

III.  STRATEGI MENANGKAP PELUANG USAHA


Membuka usaha adalah sesuatu yang sangat beresiko dan penuh ketidakpastian, namun
dibalik itu semua ada potensi yang menjanjikan bila usaha tersebut berhasil
Berikut ini poin poin yang harus kita hadapi bila usaha yang kita jalani menghadapi kemungkina
akan untung ataupun rugi
a. Pada saat usaha berpeluang untung
Keuntungan atau laba itu harus digunakan untuk menghasilkan keuntungan baru
berikutnya
b. Pada saat usaha berpeluang rugi
Saat usaha mengalami kegagalan /rugi, jangan sampai berputus asa, kegagalan
harus dapat dijadikan sebagai pengalaman yang berharga, karena dari kesalahan tersebut
kita dapat mempelajari bagaimana cara menghindari kegagalan berikutnya

IV. STRATEGI MEMILIH PELUANG USAHA


1. Pilihlah jenis usaha yang paling anda sukai (bermula adri hobi anda),seperti pendiri
bisnis jamu/kosmetika mustika ratu,diawali dengan keterampilan sejak kecil sebagai
putri keraton.
2. Sebaiknya jangan memilih bisnis yang telah besar walaupun kemampuan keuangan anda
mungkin cukup memenuhi.
3. Jangan memilih usaha yang musiman lebih baik berusaha/berdagang kecil-
kecilan,karena berusaha/berdagang kecil-kecilan akan memiliki peluang untuk
berkembang
4. Bisnis waralaba bagi calon wirausahawan yang memiliki modal dapat memilih bisnis
wirausaha dengan modal /system waralaba terutama memilih yang telah terbukti sukses
dalam jangka panjang dan bahkan tahan terhadap krisis moneter.
5. Memilih usaha tanpa modal (modal ringan).

V. UNSUR-UNSUR UTAMA BERWIRAUSAHA


1. Modal
Uang atu permodalan adalah unsure utama dan pertama,namun jangan dijadikan
sebagai penghalang untukmemulai berwirausaha
2. Lokasi
Untuk mendapatkan ikan yang besar kita harus menyediakan umpan dan alat
pancing yang baik.(tempat harus mudah dikunjungi,dihubungi dan dicari, jangan pilih
tempat usaha yang sulit dijangkau apalagi sulit dijangkau oleh kendaraan)
3. Pelanggan.
Pelanggan adalah sumber pendapatan dan keuntungan,pelanggan yang puas bukan
saja akan kembali lagi,melainkan akan membawa teman-teman atau sanak family yang
diharapkan akan menjadi pelanggan –pelanggan baru.
4. Rekan/mitra bisnis
Jika ingin mencari rekan bisnis ,carilah orang yang dipercaya(jujur).jika sekedar
kawan dekat belum mejamin dia akan setia dan tidak akan menkianati
kawannya.kepercayaan,kejujuran dan kesetiaan adalah modal untuk menjaga mitra usaha.

DAFTAR PUSTAKA
http://meytha38.blogspot.com/2015/10/identifikasi-peluang-usaha-baru_92.html

https://www.academia.edu/7558610/MAKALAH_KEWIRAUSAHAAN_STRATEGI_MENANGKAP_PELUANG
_USAHA
KELOMPOK 5:

 Reivan Supriatna
 Suciyati Nur Khofifah
 Yustika Rahayu

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KELAYAKAN USAHA

A. Studi Kelayakan Bisnis


Yang pertama kali harus dilakukan dalam memulai usaha baru adalah analisa kelayakan
bisnis tersebut. Tingginya biaya kegagalan menjadikan perlunya penelitian secara
komprehensif dan sistematis variabel strategis yang menentukan kelayakan dan
kemampuan memperoleh laba dari usaha baru tersebut dalam jangka panjang.

B. Penetapan Kelayakan Usaha Baru


Banyak dana telah dikeluarkan di dalam memulai usaha baru. Banyak pula usaha baru
yang mengalami kebangkrutan dalam satu atau dua tahun dan hanya sedikit saja yang
berhasil dalam usahanya.
Salah satu faktor yang menyebabkan kegagalan usaha baru adalah kendali wiraswastawan
Alasan utama kegagalan usaha baru adalah :
1. Pengetahuan pasar yang tidak memadai. Kelemahan ini termasuk juga kurangnya
informasi mengenai potensi permintaan untuk produk, ukuran pasar sekarang dan
masa yang akan datang, pangsa pasar yang bisa diharapkan secara realistis, dan
metode distribusi yang memadai.
2. Kinerja produk yang salah. Sering kali produk barn tidak berfungsi seperti yang
disebutkan yang disebabkan terlalu cepatnya pengembangan produksi dan uji coba
produk, atau kendali mutu yang tidak memadai.
3. Usaha pemasaran dan penjualan yang tidak efektif. Hasil yang buruk sering
menunjukkan usaha promosi yang salah arah dan tidak memadai dan kurangnya
kemampuan memecahkan masalah yang ada dalam penjualan, pelayanan, atau
kedekatan dengan pasar.
4. Tidak disadarinya tekanan persaingan. Usaha baru sering gagal karena
wiraswatawan tidak memperhitungkan reaksi yang mungkin dilakukan pesaing,
seperti potongan harga yang tinggi dan diskon khusus kepada pengecer.
5. Keusangan produk yang terlalu cepat. Daur hidup dari produk baru cenderung
menjadi semakin pendek pada banyak industri kemajuan teknologi demikian cepat
sehingga produk baru cepat menjadi usang sesudah ia diluncurkan.
6. Waktu memulai usaha baru yang tidak tepat. Pemilihan waktu yang salah untuk
meluncurkan usaha baru sering menyebabkan kegagalan komersial. Produk baru
mungkin diperkenalkan sebelum adanya keinginan riil pasar dan teknologi baru
atau produk tersebut mungkin terlambat diperkenalkan di pasar, ketika minat dari
konsumen mulai menurun.
7. Kapitalisasi yang tidak memadai, pengeluaran operasi yang tidak diprediksi,
investasi yang berlebih-lebihan pada aset tetap dan kesulitan keuangan yang
berkaitan. Masalah finansial tersbut merupakan salah satu penyebab kegagalan
usaha baru. Suatu analisis kelayakan yang komprehensif dan sistematis hendaknya
mampu mengidentifikasi ma salah di atas jika ada, dan menunjukkan cara untuk
mengendalikannya.

C. Analisis Kelayakan Teknis


Setiap gagasan kewiraswastaan, produksi barang atau penyediaan jasa mempunyai aspek
teknis yang harus dianalisis sebelum usaha implementasi gagasan dilaksanakan.
Dua langkah penting di dalam proses ini adalah :
1. identifikasi spesefikasi teknis penting dan
2. uji coba produk atau jasa untuk menemukan apakah ia memenuhi spesifikasi
kinerja.
 Identifikasi Spesifikasi Teknis Penang Evaluasi gagasan usaha baru hendaknya dimulai
dengan identifikasi persyaratan teknis yang kritis terhadap pasar dan karenanya perlu
untuk memenuhi harapan dari pelanggan potensial. Persyaratan teknis yang paling
penting adalah sebagai berikut.
1. Desain fungsional dari produk dan daya tank penampilannya.
2. Fleksibilitas, memungkinkan adanya modifikasi ciri luar dari produk untuk
memenuhi permintaan konsumen atau perubahan teknologi dan persangan.
3. Daya tahan bahan baku produk.
4. Bisa diandalkan, kinerja produk seperti yang duharapkan pada kondisi operasi
normal.
5. Keamanan produk tidak menimbulkan bahaya pada kondisi operasi normal.
6. Daya guna yang bisa diterima.
7. Kemudahan dan biaya pemeliharaan yang rendah.
8. Standarisasi melalui dihilangkannya suku cadang yang tidak perlu.
9. Kemudahan untuk diproduksi dan diproses.
10. Kemudahan untuk ditangani.
 Pengembangan dan Uji Coba Produk Pengembangan dan uji coba produk termasuk juga
studi rekayasa, uji laboratorium, evaluasi bahan baku alternatif, dan fabrikasi model dan
prototif untuk uji lapangan. Untuk setiap tahap pengujian hasil negatif dan positif harus
ditimbang dan dilakukan penyesuaian yang perlu. Langkah pertama di dalam
menetapkan kelayakan teknis gagasan usaha baru adalah identifikasi persyaratan teknis
penting dan perumusan spesifikasi kinerja. Pada tiap langkah berikutnya hasil-hasil harus
dievaluasi terhadap persyaratan dan spesifikasi tersebut. Wiraswastawan yang
mengimplementasikan gagasan dengan cara ini menetapkan kelayakan teknisnya dan
mendapatkan jaminan bahwa produk atau jasa tersebut akan bisa memenuhi gagasan
pelanggan potensial

D. Pengertian Studi Kelayakan Usaha


ialah suatu penelitian tentang layak tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan berhasil
dan menguntungkan secara kontinyu.Studi ini pada dasarnya membahas berbagai konsep
dasar yang berkaitan dengan keputusan dan proses pemilihan proyek bisnis agar mampu
memberikan manfaat ekonomis dan sosial sepanjang waktu. Dalam studi ini,
pertimbangan-pertimbangan ekonomis dan teknis sangat penting karena akan dijadikan
dasar implementasi kegiatan usaha.

E. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis antara lain :


Untuk merintis usaha baru, misalnya untuk membuka toko, membangun pabrik,
mendirikan perusahaan jasa, membuka usaha dagang, dan lain sebagainya.Untuk
mengembangkan usaha yang sudah ada, misalnya untuk menambah kapasitas pabrik,
untuk memperluas skala usaha, untuk mengganti peralatan/mesin, untuk menambah
mesin baru, untuk memperluas cakupan usaha, dan sebagainya.Untuk memilih jenis usaha
atau investasi/proyek yang paling menguntungkan, misalnya pilihan usaha dagang,
pilihan usaha barang atau jasa, pabrikasi proyek A atau proyek B, dan lain sebagainya

F. Pihak-pihak yang memerlukan berkepentingan dengan studi kelayakan usaha, di


antaranya :
Pihak Wirausaha (Pemilik Perusahaan)Studi kelayakan sangat penting dilakukan
supaya kegiatan bisnisnya tidak mengalami kegagalan dan dapat memberi keuntungan
sepanjang waktu.  Pihak Investor dan Penyandang DanaStudi kelayakan digunakan
sebagai bahan pertimbangan layak tidaknya investasi dilakukan. Apakah investasi yang
dilakukannya memberikan jaminan pengembalian investasi (return on invesment) yang
memadai atau tidak.Pihak Masyarakat dan PemerintahStudi kelayakan juga diperlukan
terutama sebagai bahan kajian apakah usaha yang didirikan atau dikembangkan
bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya atau malah merugikan. Bagaimana dampak
lingkungannya apakah positif atau negatif.
Hal-hal penting yang harus dilakukan pada saat penetapan kelayakan usaha adalah
kemampuan untuk menemukan jawaban tentang apakah peluang usaha produk misalnya
kerajinan yang ditetapkan dapat dijual, berapa biaya yang dikeluarkan serta mampukah
produk kerajinan usaha tersebut menghasilkan laba atau keuntungan
Tujuan dilakukannya studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran
penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan.
Tentu saja studi kelayakan ini akan memakan biaya, tetapi biaya tersebut relatif kecil
apabila dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi
dalam jumlah yang sangat besar.

G. Alasan Pentingnya Studi Kelayakan


Studi kelayakan telah dikenal luas oleh masyarakat terutama yang bergerak dalam
bidang usaha dan bisnis. Bermacam-macam peluang dan kesempatan yang ada dalam
kegiatan dunia usaha, menuntut perlu adanya penilaian tentang seberapa besar
kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat. Oleh sebab itu, perlu dilakukan studi
yang berhati-hati agar jangan sampai setelah terlanjur menginvestasikan dana yang sangat
besar, ternyata proyek atau usaha tersebut tidak menguntungkan
.
 Arti penting studi kelayakan usaha
Sebelum bisnis baru dimulai atau dikembangkang, harus diadakan penelitian tentang
apakah bisnis yang akan dirintis atau dikembangkan menguntungkan atau tidak. Ada dua
studi atau analisis yang dapat dilakukan untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu
bisnis untuk dimulai dan dikembangkan yaitu:
1. Studi kelayakan usaha
2. Analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.
 . Proses dan Tahap Studi Kelayakan
Studi kelayakan usaha dapat dilakukan melalui tahap-tahap berrikut:
a. Tahap panamuan ide atau perumusan gagasan
Tahap penentuan ide adalah tahap dimana wirausaha memiliki ide untuk merintis
usaha barunya. Ide tersebut kemudian dirumuskan dan diidentifikasi.misalnya
kemungkinan bisnis yang paling memberikan peluang untuk dilakukan dan
menguntungkan dalam jangka waktu panjang.Banyak kemungkinannya, misalnya
bisnis industri,perakitan, perdagangan usaha jasa, atau jenis usaha lainnya yang
dianggap paling layak.
b. Tahap formulir tujuan
Tahap ini adalah perumusan visi dan misi bisnis, seperti visi dan misi bisnis yang
hendak diemban setela bisnis tersebut diidentifikasi.apakah misalnya untuk
menciptakan barang dan jasa yang sangat diperlukan masyarakat sepanjang waktu
ataukah untuk menciptakan keuntungan yang langgeng, atau apakah Visi dan
Misi bisnis yang dapat dikembangkan tersebut benar-benar menjadi kenyataan
atau tidak? Semuanya dirumuskan dalam bentuk tujuan.
c. Tahap analisis
Tahap penelitian yaitu proses sistematis yang dilakukan untuk membuat suatu
keputusan apakah bisnis itu layak dilaksanakan atau tidak. Tahapan ini dilakukan
seperti prosedur penelitian ilmiah lainnya, yaitu dimulai dengan mengumpulkan
data, mengolah, menganalisis dan menarik kesimpulan. Kesimpulan dalam study
kelayakan usaha hanya dua,yaitu dilaksanakan atau tidak.
d. Tahap keputusan
Setelah dievaluasi, dipelajari, dianalisis, dan hasilnya meyakinkan, maka langkah
berikutnya adalah tahap pengambilan keputusan apakah bisnis tersebut layak
dilaksanakan atau tidak. Karena menyangkut keperluan untuk investasi yang
mengandung resiko, maka keputusan bisnis biasanya berdasarkan beberapa
krtiteria, seperti periode pembayaran kembali ( Pay Back Period – PBP ), nilai
sekarang bersih ( Net Presnt Value – NPV ), Tingkat pengembalian unternal
( Internal Rate of Return – IRR ), dan sebagainya.

H.  Tujuan Studi Kelayakan Usaha


Kasmir dan Jakfar (2003) mengatakan ada lima tujuan mengapa sebelum suatu usaha atau
kan perlu dilakukan studi kelayakan, yaitu:
a. Menghindari Resiko Kerugian.
Untuk mengatasi resiko kerugian pada masa yang akan datang harus ada semacam
kondisi kepastian. Kondisi ini ada yang dapat diramalkan akan terjadi atau terjadi
tanpa dapat diramalkan. Fungsi studi kelayakan adalah meminimalkan resiko yang
tidak diinginkan, baik risiko yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat
dikendalikan.
b.  Memudahkan Perencanaan
Apabila sudah dpat meramalkan yang akan terjadi pada masa yang akan datang, kita
dapat melakukan perencanaan dan hal-hal yang perlu direncakan.
c. Memudahkan Pelaksaan Pekerjaan
Berbagai rencana yang sudah disusun akan memudahkan pelaksaan usaha. Pedoman
yang telah tersusun secara sistematis, menyebabkan usaha yang dilaksanakan dapat
tepat sasaran dan sesuai dengan rencana yang sudah disusun
d. Memudahkan Pengawasan
Pelaksanaan usaha yang sesuai dengan rencana yang sudah disusun, akan
memudahkan kita untuk melakukan pengawasan terhadapa jalanya usaha.
Pengawasan ini perlu dilakukan agar tidak melenceng dari rencana yang telah
disusun.
e.  Memudahkan Pengendalian
Apabila dalam pelaksanaan telah dilakukan pengawasan, jika terjadi penyimpangan
akan mudah terdeteksi, sehingga dapat di lakukan pengendalian atas penyimpangan
tersebut. Tujuan pengendalian adalah mengendalikan agar tidak melenceng
dari rencana yang sesungguhnya, sehingga tujuan perusahaan akan tercapai.

I. Target: Pilar-pilar Keberhasilan


Cara berpikir yang tepat memberikan dasar yang kuat untuk mencapai keberhasilan.
Tetapi itu hanya bagian pertama dari strategi-strategi keberhasilan. Setelah anda
membentuk dasarnya, maka anda sudah bisa mulai membangun keberhasilan di atasnya.
Untuk meraih keberhasilan, anda harus membuat target.
-Target Wirausaha
Orang yang sukses menentukan target, dan untuk bisa memperoleh kebahagiaan
seseorang harus yakin bahwa dia mempunyai sebuah target yang penting. Dunia terbuka
lebar bagi mereka yang tahu arah yang dituju. Sesungguhnya konsep untuk mencapai
sukses dimulai dari diri anda sendiri, jelasnya dimulai dari cara anda berpikir. Jadi
mulailah dengan sikap mental yang positif.
-Target: Pilar-pilar Keberhasilan
Cara berpikir yang tepat memberikan dasar yang kuat untuk mencapai keberhasilan.
Tetapi itu hanya bagian pertama dari strategi-strategi keberhasilan. Setelah anda
membentuk dasarnya, maka anda sudah bisa mulai membangun keberhasilan di atasnya.
Untuk meraih keberhasilan, anda harus membuat target.
Berikut ini beberapa kepentingan ataupun keutamaan dalam menetapkan sebuah target.
1. Target memotivasi kita
Ketika anda sudah menentukan target-target anda, maka target-target itu akan
berjalan dengan dua arah: anda bekerja untuknya dan sebaliknya target-target itu
bekerja untuk anda. Target itu akan memberi sasaran yang jelas untuk anda capai.
Jika anda menjalankannya dan menyelesaikannya, maka anda akan mendapatkan
perasaan puas dan lea. Bagi sebagian orang, merancang target dan berusaha untuk
mencapainya bisa merupakan tantangan yang mengasyikkan. Lama kelamaan,
ketika anda terus bersemangat untuk mencapai target-target tersebut, cara anda
bekerja maupun berpikir akan berubah.

2. Target memacu keinginan

Seiring kita bertemu dengan orang yang tidak bahagia dengan kehidupannya dan
keadaan di sekelilingnya. Tahukah anda bahwa 98 dari 100 orang yang tidak puas
dengan kehidupannya ternyata tidak punya gambaran yang jelas akan kehidupan
yang mereka inginkan! Mereka tidak punya target untuk meningkatkan kualitas
kehidupan mereka. Mereka tidak punya arah yang akan dituju. Akibatnya mereka
terus saja hidup dengan keadaan yang sama tanpa ada usaha untuk merubahnya.
3. Target memacu cara kerja

Cara orang mengatasi masalah sangat tergantung pada cara mereka memandang
target mereka. Kalau mereka mempunyai target yang mereka anggap tidak
penting, maka pekerjaan yang mereka lakukan untuk menyelesaikannya pasti asal
saja. Sebaliknya, kalau target-targetnya dianggap sangat penting, maka
penyelesaiannya pasti dilakukan dengan serius. Oleh karenanya, amatlah penting
untuk menyusun target berdasarkan visi anda. Jika target dana mendorong visi
anda, maka usaha anda untuk menyelesaikan target itu semakin kuat.
4. Target membuat prioritas kita terpelihara

Salah satu pentingnya menyusun target adalah karena hal itu membatu kita untuk
menentukan prioritas kita sehari-hari. Tanpa target, kita cenderung untuk
mengerjakan hal-hal yang tidak akan menghasilkan apa-apa bagi tujuan kita.
Orang yang lupa menentukan mana yang lebih penting untuk diprioritaskan akan
segera menjadi budak. Pepatah yang mengatakan: “Kebijakan, adalah seni
memahami apa yang perlu diperhatikan”.

5. Target dapat menyalurkan dan memaksimalkan potensi kita


Untuk mencapai potensi anda, anda harus terus memfokuskan diri pada bidang
yang sesuai dengan kemampuan anda dan yang berpeluang memberikan hasil
besar. Hasil yang anda dapat dengan mencapai target anda sebenarnya menjadi
kurang berarti bila dibandingkan prestasi anda sewaktu mencapainya.

6. Target memberi kita kekuatan untuk hidup di masa kini


Orang-orang yang sukses adalah mereka yang hidup dan bekerja di masa
sekarang. Karena memang dalam masa sekaranglah mereka paling mempunyai
kekuatan untuk memenuhi target mereka. Ungkapan yang tepat untuk itu adalah
“Kalau anda berkhayal tentang masa depan atau menyesali masa lalu, maka masa
sekarang yang sedang anda jalani akan lepas begitu saja dari anda”.

7. membantu kita untuk mengevaluasi kemajuan

Masalah yang banyak dialami oleh orang-orang yang gagal adalah karena mereka
jarang mengevaluasi kemajuan. Kebanyakan dari mereka tidak sadar bahwa
evaluasi diri sendiri adalah penting, selain itu ada juga yang tidak tahu caranya
mengukur kemajuan itu.Target sangat penting untuk evaluasi. Jika target anda
sudah spesifik dan wajar, maka anda dapat mengukur seberapa jauh kemajuan
yang anda buat saat ini dengan target anda. Dengan target ini anda tidak akan
mengalami hal yang janggal.

8. Target memacu kita untuk membuat perencanaan


Orang-orang yang sukses selalu lebih menjaga kemungkinan (proaktif) dari pada
bereaksi (reaktif). Mereka selalu membuat perencanaan. Mereka tidak menunggu
sampai orang lain menyuruh apa yang akan mereka kerjakan. Mereka tidak akan
biarkan orang lain mendikte mereka. Seseorang yang tidak membuat perencanaan
tidak akan pernah maju.
Kelompok 6

Nama :

1. Ayu Savitri
2. M. Thoha H
3. Vina Sapira

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakekat pengembangan kreatif dan inovatif


Kreativitas merupakan kemampuan seseorang dalam menuangkan ide atau
gagasan melalui proses berpikir kreatif untuk menciptakan sesuatu yang menuntut
pemusatan, perhatian, kemauan, kerja keras dan ketekunan. Sedangkan yang dimaksud
dengan wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah wirausaha.
Wirausaha adalah pionir dalam bisnis, inovator, penanggung resiko yang mempunyai
penglihatan visi ke depan dan memiliki keunggulan dalam berprestasi di bidang usaha.
Sementara itu menurut Prawirokusumo wirausaha adalah mereka yang melakukan
upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide dan meramu sumber
daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup. Senada
dengan  pendapat di atas, menurut Suryana, enterpreneur atau wirausaha
adalah  seseorang yang memiliki kombinasi unsur-unsur (elemen-elemen) internal yang
meliputi kombinasi motivasi diri, visi, komunikasi, optimisme, dorongan semangat, dan
kemampuan untuk  memanfaatkan peluang usaha.
Inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreatifitas dalam rangka
pemecahan masalah dan menemukan peluang (doing new thing)[4][2] inovasi merupakan
fungsi utama dalam proses kewirausahaan. Peter Druckermengatakan inovasi memiliki
fungsi yang khas bagi wirausahawan. Dengan inovasi wirausahawan menciptakan baik
sumberdaya produksi baru maupun pengelolahan sumber daya yang ada dengan
peningkatan nilai potensi untuk menciptakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada.
Meskipun demikian, terdapat perbedaan yangsignifikan antara sebuah ide yang timbul
semata dari spekulasi dan ide yang merupakan hasil pemikiran riset pengalaman dan kerja
yang sempurna hal yang lebih penting, Wirausahawan yang prospektif harus mempunyai
keberanian untuk memberikan sebuah ide melalui tahapan pengembangan. Dengan
demikian inovasi adalah suatu kombinasi visi untuk menciptakan suatu gagasan yang
lebih baik dan keteguhan serta dedikasi untuk mempertahankan konsep melalui
implementasi.

B. Mengembangkan sikap kreatif

Kreatifitas dapat diidentifikasi menjadi 3 type:

1. Menciptakan, yaitu proses pembuatan sesuatu yang belum ada. Misalnya Wright
Brothers membuat pesawat terbang, atau Mike Zuckerberg menciptakan Facebook
yang sekarang menjadi media sosial paling populer di dunia.
2. Modifikasi, yaitu meniru sesuatu tetapi sebenarnya berbeda. Misalnya modifikasi
pada sistem operasi komputer untuk digunakan pada ponsel. Dari ide modifikasi
kreatif ini, Android, Windows Phone, iPhone, dan Blackberry muncul.
3. Menggabungkan, yaitu menggabungkan dua hal yang sebelumnya tidak berhubungan.
Contoh dari kombinasi kreatif yang brilian adalah Liga Champions Eropa, yang
merupakan kombinasi dari olahraga sepak bola dan strategi pemasaran. Kombinasi
dari dua kegiatan ini menghasilkan format bisnis baru di bidang olahraga.

Pengusaha biasanya memfokuskan ide kreatif dan inovatif mereka pada:

 Membuat produk atau layanan yang menarik bagi konsumen.


 Membuat produk atau layanan yang dapat memenangkan persaingan pasar.
 Membuat dan memanfaatkan sumber daya produksi.
 Mencegah kebosanan konsumen dalam membeli dan menggunakan produk.

Tahap Ide Kreatif

Belajar

Pembentukan ide-ide desain dimulai dengan pembelajaran dan pemahaman


mendalam tentang desain dasar yang ingin diciptakan oleh sribuddies. Pemikiran kreatif
Anda harus didukung oleh dasar pengetahuan dan kebijaksanaan yang baik mengenai tren
dan perkembangan desain. Meskipun ini bukan kondisi yang mutlak diperlukan untuk
mencapai kreativitas, tetapi dengan latar belakang yang kuat dari bidang ini, Anda akan
memiliki ide tentang bagaimana menerapkan ide-ide kreatif Anda ke bentuk nyata.

Pelatihan
Pelatihan begitu penting untuk mempelajari cara melakukan sesuatu dengan benar.
Terlepas dari kenyataan bahwa desain pakaian dengan tangannya sendiri atau dengan
menggunakan beberapa perangkat lunak desain, Anda harus sepenuhnya terlatih dalam
mengoperasikan alat, sehingga tidak mengalami hambatan dalam proses kreatif untuk
menghasilkan desain logo. Sebagai seorang desainer grafis, pelatihan sangat penting
untuk menjadi efektif dalam menyelesaikan proyek desain secara efektif.

Investigasi

Bahkan sebelum mulai membayangkan sebuah ide, sribuddies harus mendapatkan


informasi yang cukup tentang klien, termasuk bidang usaha, layanan yang ditawarkannya,
karakter perusahaan, dan sebagainya. Kesalahan terburuk dari seorang desainer grafis
adalah melompat ke tahap desain, karena sebenarnya fase investigasi ini sangat penting
untuk menghasilkan ide-ide faktual dan relevan. Dalam kebanyakan kasus, Anda akan
mendapatkan informasi ini dari klien ketika dia menjelaskan perancang yang
diinginkannya. Namun, jika klien tidak memberikan informasi yang cukup, maka beban
adalah tanggung jawab desainer sendiri untuk melakukan penyelidikan penuh terhadap
hal-hal yang relevan yang diperlukan dalam mendesain desain.

Pencerahan

Setelah pikiran Anda diisi dengan data dan informasi yang cukup dan terkait
dengan subjek, sekaranglah saatnya bagi Anda untuk menghadapi fase pencerahan di
mana ide-ide kreatif muncul di benak Anda, yang dapat Anda gunakan untuk
menyelesaikan desain. Pada tahap ini, idenya belum sepenuhnya menetas dan perlu
“diinkubasi” agar lebih matang. Paling baik jika Anda mulai mencatat hal-hal kecil dan
pemikiran yang mulai muncul, sehingga mereka dapat disatukan menjadi desain yang
lengkap.

Ideasi

Setelah melalui serangkaian fase berat, akhirnya tiba pada tahap awal untuk
mendapatkan ide-ide kreatif. Sebutkan saja ide panggung ini (ide + generasi kreatif). Di
sini, kita dapat mulai menyaring potongan-potongan kecil kreativitas yang diperoleh
Sribuddies pada tahap sebelumnya, dan mengubahnya menjadi ide-ide desain grafis yang
cocok. Proses ini melibatkan kemampuan untuk menganalisis desain yang mungkin
menarik untuk dilakukan, dan menghilangkannya satu per satu, untuk mendapatkan ide-
ide kreatif terbaik.

Eksekusi
Namun proses kreatif tidak berakhir di sana. Masih ada satu langkah lagi yang
penting dan menentukan hasil akhir dari semua fase yang telah Anda lewati. Apalagi jika
itu bukan eksekusi.

Satu kesalahpahaman umum dalam dunia desain grafis adalah bahwa, proses
kreatif berakhir ketika ide-ide cemerlang muncul. Meskipun tanpa implementasi yang
tepat, ide genius akan gagal dan kerja keras siswa akan sia-sia. Oleh karena itu, fase
eksekusi ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati.

C. Mengembangkan inovatif

Proses inovasi di mulai dengan analisis sumberdaya kesempatan yang menjadi


obyek. Inovasi beresifat konseptual dan perseptual, dapat di pahami dan dilihat inovator
harus maelihat bertanya dan mendengar orang lain dalam mencari inovasi. Mereka
berfikir keras dengan segenap kemampuan otaknya, mereka melakukan perhitungan
dengan cermat dan mendengarkan pendapat orang lain, serta memperhatikan potensi
pengguna inovasi yang di carinya untuk memenuhi harapan nilai dan kebutuhan.Inovasi
yang berhasil pada umumnya sederhan dan terfokus dan di tujukan pada aplikasi yang di
desain khas, jelas dan cermat. Inovasi lebih banyak melibatkan kerja fisik dari pada
pemikiran. Thomas Alfa Edison mengatakan ”jenius merupakan perpaduan yang terdiri
dari 1% inspirasi dan 99% kerja keras” lebih dari itu inovator pada umumnya bekerja
dalam suatu bidang, edison bekerja dalam hanya dalam bidang listrik dan menemukan
inovasi baru yang berupa bola lampu
Inovasi terdiri dari empat jenis, diantaranya penemuan, pengembangan, duplikasi
dan sintesis.
1.      Penemuan.
Kreasi suatu produk, jasa, atau proses baru yang belum pernah dilakukan
sebelumnya. Konsep ini cenderung disebut revolisioner. Ex, penemuan pesawat terbang
oleh wright bersaudara, telepon oleh alexander graham bell dll.
2.      Pengembangan.
Pengembangan suatu produk, jasa, atau proses yang sudah ada. Konsep seperti ini
menjadi aplikasi ide yang telah ada berbeda. Misalnya, pengembangan McD oleh Ray
Kroc.
3.      Duplikasi.
Peniruan suatu produk, jasa, atau proses yang telah ada. Meskipun demikian
duplikasi bukan semata meniru melainkan menambah sentuhan kreatif untuk
memperbaiki konsep agar lebih mampu memenangkan persaingan. Misalnya, duplikasi
perawatan gigi oleh Dentaland.
4.      Sintesis.
Perpaduan konsep dan faktor-faktor yang sudah ada menjadi formulasi baru.
Proses ini meliputi engambilan sejumlah ide atau produk yang sudah ditemukan dan
dibentuk sehingga menjadi produk yang dapat diaplikasikan dengan cara baru. Misal,
sintesis pada arloji oleh Casio.
Tahap Ide Inovatif

Keunggulan relatif

Keunggulan relatif merupakan sejauh mana inovasi dianggap lebih unggul dari
apa pun yang pernah ada. Ini dapat diukur dalam beberapa aspek, seperti aspek ekonomi,
prestise sosial, kenyamanan. dan kepuasan. Semakin besar manfaat relatif yang dirasakan
oleh pengadopsi. Inovasi yang lebih cepat dapat diadopsi.

Kompatibilitas

Kompatibilitas adalah sejauh mana inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai


yang berlaku, pengalaman masa lalu, dan kebutuhan pengadopsi. Misalnya, jika inovasi
tertentu atau ide baru tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, inovasi tersebut
tidak dapat dengan mudah diadopsi sebagai masalah inovasi yang kompatibel.

Kerumitan

Kompleksitas merupakan tingkat di mana inovasi dianggap sulit untuk dipahami


dan digunakan. Ada inovasi tertentu yang mudah dipahami dan digunakan oleh
pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Lebih mudah dipahami dan dipahami oleh
pengadopsi. semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi.

Kemampuan diuji cobakan

Kemampuan untuk diuji ialah sejauh mana suatu inovasi dapat diuji sampai batas
tertentu. Sebuah inovasi yang dapat diuji dalam pengaturan nyata umumnya akan lebih
cepat diadopsi. Jadi, agar bisa cepat diadopsi. suatu inovasi harus mampu
mengekspresikan keunggulannya.

Kemampuan untuk diamati

Kemampuan untuk diamati ialah sejauh mana hasil suatu inovasi dapat dilihat
oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil suatu inovasi, semakin besar
kemungkinan orang atau kelompok orang untuk mengadopsi.

D. Hubungan kreatif dan inovatif


Inovasi dan kerativitas berbeda wilayah domain yang sama,tetapi memiliki
batasan yang tegas. Kreatifitas merupakan langkah pertama menuju inovasi yang terdiri
atas berbagai tahap. Kreatifitas berkaitan dengan produksi kebaruan dan ide yang
bermanfaat sedangkan inovasi berkaitan dengan produksi atau adopsi ide yang
bermanfaat dan implementasinya.

 Wirausaha
Wirausaha adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat dan
menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber daya-sumber daya
yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat dan mengambil
keuntungan dalam rangka meraih sukses.
 Kewirausahaan
Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang
memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata
secara kreatif.

Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus


memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreatifitas tersebut sebaiknya adalah
dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang
berbeda dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar.
Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang,
bentuk ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yang memberikan
terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh
gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.
Namun,gagasan-gagasan yang baikpun, jika tidak diimplementasikan
dalam
kehidupan sehari-hari, hanya akan menjadi sebuah mimpi. Gagasan-gagasan yang
jenius umumnya membutuhkan daya inovasi yang tinggi dari wirausahawan yang
bersangkutan. Kreativitas yang tinggi tetap membutuhkan sentuhan inovasi agar
laku di pasar. Inovasi yang dibutuhkan adalah kemampuan wirausahawan dalam
menambahkan nilai guna/nilai manfaat terhadap suatu produk dan menjaga mutu
produk dengan memperhatikan “market oriented” atau apa yang sedang laku
dipasaran. Dengan bertambahnya nilai guna atau manfaat pada sebuah produk,
maka meningkat pula daya jual produk tersebut di mata konsumen, karena adanya
peningkatan nilai ekonomis bagi produk tersebut bagi konsumen.
Untuk menjadi wirausaha yang berhasil, persyaratan utama yang harus
dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak
kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, atau
kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman
usaha.
Seseorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa dan
kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi. Ia adalah seseorang yang
memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability
to create the new and different) atau kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan
kreatif dan inovatif tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan
untuk memulai usaha (start up), kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang
baru (creative), kemauan dan kemampuan untuk mencari peluang (opportunity),
kemampuan dan keberanian untuk menanggung risiko (risk bearing) dan
kemampuan untuk mengembangkan ide dan meramu sumber daya.
KELOMPOK 7
1. Nurul Aprilia
2. Rd. Ahmad Adi Hidayat
3. Wildayati

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

PEMBAHASAN
2.1 Konsep kewirausahaan
Wirausaha adalah seseorang yang bebas dan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri
dalam menjalankan kegiatan usahanya atau bisnisnya atau hidupnya. Ia bebas merancang,
menentukan mengelola, mengendalikan semua usahanya. Sedangkan kewirausahaan adalah suatu
sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan
berguna bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang
selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarsa dan bersahaja dalam berusaha dalam rangka
meningkatkan pendapatan dalam kegitan usahanya atau kiprahnya. Kewirausahaan adalah
kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari
peluang menuju sukses.
Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar
sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Acmad
Sanusi,1994). Seorang yang memiliki jiwa dan sikap wirausaha selalu tidak puas dengan apa
yang telah dicapainya. Dari waktu ke waktu, hari demi hari, minggu demi minggu selalu mencari
peluang untuk meningkatkan usaha dan kehidupannya. Ia selalu berkreasi dan berinovasi tanpa
berhenti, karena dengan berkreasi dan berinovasi lah semua peluang dapat diperolehnya.
Wirausaha adalah orang yang terampil memanfaatkan peluang dalam mengembangkan
usahanya dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupannya. Pada hakekatnya semua orang
adalah wirausaha dalam arti mampu berdiri sendiri dalam menjalankan usahanya dan
pekerjaannya guna mencapai tujuan pribadinya, keluarganya, masyarakat, bangsa dan negaranya,
akan tetapi banyak diantara kita yang tidak berkarya dan berkarsa untuk mencapai prestasi yang
lebih baik untuk masa depannya, dan ia menjadi ketergantungan pada orang lain, kelompok lain
dan bahkan bangsa dan Negara lainnya. Dari beberapa konsep yang ada di atas, ada enam
hakekat penting kewirausahaan sebagai berikut ( Suryana,2003 : 13) :

1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar
sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Acad
Sanusi,1994)

2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
( Drucker,1959)

3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan
persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (Zimmerer,1996)

4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha dan
perkembangan usaha ( Soeharto Prawiro,1997)

5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan sesuatu yang
berbeda yang bermanfaat member nilai lebih
6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan
sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan.

Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan
pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang
lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk
memberikan kepuasan baru kepada konsumen.

2.2 Karakteristik Kewirausahaan


1. Motif berprestasi tinggi
Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya
motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement motive). Menurut Gede Anggan Suhanda
(dalam Suryana, 2003 : 32) Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada
hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi. Faktor dasarnya
adalah kebutuhan yang harus dipenuhi. Menurut Teori Herzberg, ada dua faktor motivasi, yaitu:
Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang
lebih baik dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif
berprestasi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Suryana, 2003:33-34):
a. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya
b. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan
c. Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi
d. Berani menghadapi resiko dengan penuh perhitungan
e. Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang (fiftyfifty). Jika tugas yang
diembannya sangat ringan, maka wirausaha merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu
menghindari tantangan yang paling sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat
rendah.

2. Selalu perspektif
Seorang wirausahawan hendaknya seorang yang mampu menatap masa dengan dengan
lebih optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan berusaha. Usaha memanfaatkan peluang
dengan penuh perhitungan. Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki
persepktif dan pandangan kemasa depan. Karena memiliki pandangan jauh ke masa depan maka
ia akan selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya (Suryana, 2003 : 23). Kuncinya pada
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru serta berbeda dengan yang sudah ada.
Walaupun dengan risiko yang mungkin dapat terjadi, seorang yang perspektif harus tetap tabah
dalam mencari peluang tantangan demi pembaharuan masa depan. Pandangan yang jauh ke
depan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada. Karena itu ia
harus mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang

3. Memiliki Kreatifitas Tinggi


kreativitas mengandung pengertian, yaitu:
a. Kreativitas adalah menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada
b. Hasil kerjasama masa kini untuk memperbaiki masa lalu dengan cara baru
c. menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana dan lebih baik
Rahasia kewirausahaan dalam menciptakan nilai tambah barang dan jasa terletak pada penerapan
kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan meraih peluang yang dihadapi tiap hari

4.Memiliki perilaku inovatif tinggi


Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi tidaklah sesulit yang dibayangkan
banyak orang, karena setiap orang dalam belajar berwirausaha. Menurut Poppy King, wirausaha
muda dari Australia yang terjun ke bisnis sejak berusia 18 tahun, ada tiga hal yang selalu
dihadapi seorang wirausaha di bidang apapun, yakni: pertama, obstacle (hambatan); kedua,
hardship (kesulitan); ketiga, very rewarding life (imbalan atau hasil bagi kehidupan yang
memukau). Sesungguhnya kewirausahaan dalam batas tertentu adalah untuk semua orang.
Mengapa? cukup banyak alasan untuk mengatakan hal itu. Pertama, setiap orang memiliki cita-
cita, impian, atau sekurang-kurangnya harapan untuk meningkatkan kualitas hidupnya sebagai
manusia. Hal ini merupakansemacam “intuisi” yang mendorong manusia normal untuk bekerja
dan berusaha. “Intuisi” ini berkaitan dengan salah satu potensi kemanusiaan, yakni daya
imajinasi kreatif. Karena manusia merupakan satu-satunya mahluk ciptaan Tuhan yang, antara
lain, dianugerahi daya imajinasi kreatif, maka ia dapat menggunakannya untuk berpikir. Pikiran
itu dapat diarahkan ke masa lalu, masa kini, dan masa depan.

5. Selalu Komitmen dalam Pekerjaan, Memiliki Etos Kerja dan Tanggung Jawab
Seorang wirausaha harus memiliki jiwa komitmen dalam usahanya dan tekad yang bulat didalam
mencurahkan semua perhatianya pada usaha yang akan digelutinya, didalam menjalankan usaha
tersebut seorang wirausaha yang sukses terus memiliki tekad yang mengebu-gebu dan menyala-
nyala (semangat tinggi) dalam mengembangkan usahanya, ia tidak setengah-setengah dalam
berusaha, berani menanggung resiko, bekerja keras, dan tidak takut menghadapi peluang-peluang
yang ada dipasar. Tanpa usaha yang sungguhsunguh terhadap pekerjaan yang digelutinya maka
wirausaha sehebat apapun pasti menemui jalan kegagalan dalam usahanya. Oleh karena itu
penting sekali bagi seorang wirausaha untuk komit terhadap usaha dan pekerjaannya.

6. Mandiri atau Tidak Ketergantuangan


Sesuai dengan inti dari jiwa kewirausahaan yaitu kemampuan untuk menciptakan seuatu yang
baru dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk
menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup, maka seorang wirausaha harus
mempunyai kemampuan kreatif didalam mengembangkangkan ide dan pikiranya terutama
didalam menciptakan peluang usaha didalam dirinya, dia dapat mandiri menjalankan usaha yang
digelutinya tanpa harus bergantung pada orang lain, seorang wirausaha harus dituntut untuk
selalu menciptakan hal yang baru dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber yang ada
disekitarnya, mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara
baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan
jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.

7. Berani Menghadapi Risiko


Wirausaha dalam mengambil tindakan hendaknya tidak didasari oleh spekulasi, melainkan
perhitungan yang matang. Ia berani mengambil risiko terhadap pekerjaannya karena sudah
diperhitungkan. Oleh sebab itu, wirausaha selalu berani mengambil risiko yang moderat, artinya
risiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi risiko
yang didukung komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari
peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan objektif, dan merupakan
umpan balik (feedback) bagi kelancaran kegiatannya (Suryana, 2003 : 14-15). Kemauan dan
kemampuan untuk mengambil risiko merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan.

8. Selalu Mencari Peluang


Esensi kewirausahaan yaitu tanggapan yang positif terhadap peluang untuk memperoleh
keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan dan
masyarakat, cara yang etis dan produktif untuk mencapai tujuan, serta sikap mental untuk
merealisasikan tanggapan yang positif tersebut. Pengertian itu juga menampung wirausaha yang
pengusaha, yang mengejar keuntungan secara etis serta wirausaha yang bukan pengusaha,
termasuk yang mengelola organisasi nirlaba yang bertujuan untuk memberikan pelayanan yang
lebih baik bagi pelanggan/masyarakat.

9.Memiliki Jiwa Kepemimpinan


Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan dan
keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, lebih dahulu, lebih menonjol. Debgan menggunakan
kemampuan kreativitas dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang
dihasilkanya lebih cepat, lebih dahulu dan segera berada dipasar. Ia selalu menampilkan produk
dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga ia menjadi pelopor yang baik dalam proses produksi
maupun pemasaran. Ia selalu memanfaatkan perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai.
Karena itu, perbedaan bagi sesorang yang memiliki jiwa kewirausahaan merupakan sumber
pembaharuan untuk menciptakan nilai. Ia selalu ingin bergaul untuk mencari peluang, terbuka
untuk menerima kritik dan saran yang kemudian dijadikan peluang.

10.Memiliki Kemampuan Manajerial


Salah satu jiwa kewirausahaan yang harus dimiliki seorang wirausaha adalah kemampuan untuk
memanagerial usaha yang sedang digelutinya, seorang wirausaha harus memiliki kemampuan
perencanaan usaha, mengorganisasikan usaha, visualisasikan usaha, mengelola usaha dan sumber
daya manusia, mengontrol usaha, maupun kemampuan mengintergrasikan operasi perusahaanya
yang kesemuanya itu adalah merupakan kemampuan managerial yang wajib dimiliki dari seorang
wirausaha, tanpa itu semuamaka bukan keberhasilan yang diperoleh tetapi kegagalan uasaha
yang diperoleh.

2.3 Nilai-nilai kewirausahaan


Sumber : dari Meredith, et.a., dalam Suryana, 2001 : 8.
No
1 Percaya diri Keyakinan, ketidaktergantungan,individualistis, dan optimisme
2 Berorientasi pada tugas dan hasil Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan
dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energetik dan inisiatif
3 Pengambilan resiko Kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar dan suka tantangan
4 Kepemimpinan Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-
saran dan kritik
5 Keorisinilan Inovatif dan kreatif serta fleksibel
6 Berorientasi ke masa depan Pandanga ke depan, perspektif

2.4 Ciri watak kewirausahaan


Menurut Munawir Yusuf (1999), cirri kewirausahaan yaitu:
1. Motivasi berprestasi
2. Kemandirian
3. Kreativitas
4. Pengambilan resiko
5. Keuletan
6. Orientasi masa depan
7. Komunikatif dan reflektif
8. Kepemimpinan
9. Locus of contro
10. Perilaku instrumental
11. Penghargaan terhadap uang
KELOMPOK 8
1. Ade Rahmatullah
2. Anissari Rahayu
3. Siska Dewi Handayanti

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Semangat Kerja

Teori Manajemen Sumber Daya Manusia. Menurut Nitisemito semangat dan gairah

kerja adalah : “Semangat dan kegairahan kerja pada hakekatnya adalah perwujudan

moral kerja yang tinggi,bahkan ada yang mengidentifikasikan secara bebas, moral kerja

yang tinggi adalah semangat dan kegairahan kerja.”

Pada umumnya terdapat kecenderungan hubungan produktivitas yang tinggi dengan

semangat kerja dan kegairahan yang tinggi. Dibawah kondisi semangat dan kegairahan

kerja yang buruk akan mengakibatkan penurunan produktivitas kerja secara keseluruhan.

Penurunan produktivitas ini akan mempengaruhi keuntungan yang didapat oleh di masa

yang akan datang. Hal ini akan memberatkan prospek di masa yang akan datang, bila

semangat dan kegairahan kerja tersebut dibebani secara serius oleh. Semangat dan

kegairahan kerja yang tinggi tidak harus menyebabkan produktivitas yang tinggi, hal ini

hanyalah merupakan suatu pengaruh bagi produktivitas secara keseluruhan, misalnya :

sekelompok pekerja yang mempunyai semangat dan kegairahan kerja yang tinggi, tetapi

mereka hanya bersendau gurau saja tanpa menghiraukan pekerjaan pada waktu ditinggal

oleh pengawasnya.
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Semangat Kerja

Sikap para pekerja yang dapat meningkatkan semangat kerja dipengaruhi oleh bagaimana

mereka memandang beberapa faktor. Faktor-faktor itu menurut Stan Kossen (1986:228)

adalah:

1. Organisasi itu sendiri

Organisasi penting mempengaruhi sikap para pekerja terhadap pekerjaan mereka.

Umpamanya reputasi umum organisasi yang tidak menguntungkan dapat

mempengaruhi sikap para pekerja secara buruk atau perusahaan yang tidak dapat

mengantisipasi kecendrungan-kecendrungan pasar sehingga mengalami kemunduran

yang cepat akan mengakibatkan semangat kerja pekerja menurun.

2. Kegiatan-kegiatan mereka

Pekerjaan merupakan hasil dari lingkungan keseluruhan. Hubungan para pekerja

dengan keluarga dan sahabat mereka dapat mempengaruhi perilaku dan sikap mereka

tentang pekerjaan.

3. Sifat pekerjaan

Kerja cenderung menjadi semakin terspesialisasi dan rutin. Banyak jenis pekerjaan

yang menjurus kepada kejenuhan, pemikiran obsesi dan keterasingan.

4. Konsep tentang diri

Konsep diri para pekerja cederung mempengaruhi sikap mereka terhadap lingkungan

organisasi. Orang-orang yang tidak memiliki kepercayaan diri atau menderita cacat fisik

atau mental sering menimbulkan problem-problem moral. Oleh karena konsep

pekerjaan itu sendiri yaitu bagaimana mereka melihat diri sendiri sangat mempengaruhi

sikap terhadap pekerjaan.


5. Keperluan-keperluan pribadi

Terpenuhinya keperluan pribadi akan meningkatkan semangat kerja mereka.

Lingkungan kerja yang menyenangkan merupakan sumber pembentuk semangat kerja

yang tinggi.

2.3 Semangat Kerja Untuk Meningkatkan Produktivitas

1. Fokus Pada Satu Hal

Banyak orang berpikir menjadi seorang multitasking adalah hal yang luar biasa.
Membayangkan diri Anda sebagai orang yang hebat dan mampu menyelesaikan segala tugas.
Namun tak sedikit pengusaha justru dibuat berantakan dengan ambisinya menjadi seorang
yang multitasking.

Ada baiknya kerjakan satu tugas pada satu waktu. Fokus pada apa yang Anda kerjakan
memungkinkan pekerjaan cepat selesai, sehingga Anda dapat mengerjakan pekerjaan yang
lainnya. Memberikan perhatian penuh sangat penting agar pekerjaan selesai dengan hasil
maksimal.

2. Bangun Lebih Pagi

Ada pepatah mengatakan “Bangunlah lebih pagi agar rezeki tak dipatok ayam”
sebenarnya sangatlah tepat. Dengan bangun lebih pagi, maka tidak ada sedikitpun waktu
yang terbuang berada di atas kasur. Anda dapat melakukan banyak hal yang dapat
meningkatkan kualitas diri.

Di pagi hari Anda dapat olahraga, membaca berita atau kabar terhangat dan menyantap
sarapan agar tetap bertenaga selama beraktivitas. Dengan bangun lebih pagi, Anda tidak
akan terburu buru dalam melakukan sesuatu.

3. Buatlah Skala Prioritas

Semua tujuan yang ingin Anda capai pasti memiliki tingkat keutamaannya. Maka dari itu,
sedari awal susun skala prioritas agar Anda dan tim tahu apa yang harus dilakukan terlebih
dahulu dan mana yang setelah itu harus dikerjakan.
Skala prioritas ini dibuat harus berdasarkan keputusan seluruh tim. Agar saat
mengerjakan nanti tim Anda tahu mana yang harus diutamakan untuk dikerjakan dan kepada
siapa harus bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

4. Kerja Tim

Sekalipun Anda adalah pemilik usaha, bukan berarti Anda harus mengerjakan seluruh
pekerjaan yang berhubungan dengan bisnis Anda. Lebih baik pakai dana untuk investasi
dalam hal sumber daya manusia. Carilah pegawai yang menurut Anda dapat diandalkan.

Dengan berinvestasi dalam hal SDM, maka Anda dapat menggunakan pikiran dan fisik
Anda untuk memikirkan hal yang lebih baik bagi bisnis Anda. Sebagai pemilik bisnis, Anda
tetap harus fokus kepada visi dan misi dari bisnis itu.

5. Ingat dengan Tujuan Utama

Sebagai pemilik bisnis, Anda tetap harus fokus dan ingat apa yang menjadi tujuan dari
bisnis Anda, apa yang Anda harapkan dari bisnis ini. Dengan selalu ingat apa tujuan utama,
akan membantu Anda untuk melihat apa yang penting dan tidak penting untuk bisnis Anda,
sehingga lebih produktif.

6. Sertakan Hobi dalam Pekerjaan

Tak akan ada habisnya jika berbicara soal pekerjaan, apalagi tanggung jawab dalam
bisnis yang Anda jalankan. Sekalipun Anda tak menyukai tanggung jawab itu, namun tetap
saja harus dikerjakan. Namun, tak ada salahnya bahwa mengerjakan sesuatu yang kita sukai
pasti lebih baik dikerjakan.

Ketika tidak menikmati apa yang kita kerjakan, maka bisa jadi hasilnya tak akan
maksimal dan itu berarti Anda menjadi orang yang tak produktif. Maka dari itu, sesekali
selipkan hobi pada bisnis Anda. Buatlah dan nikmatilah pekerjaan Anda seakan melakukan
hobi Anda

7. Deskripsikan Tujuan

Apa yang menjadi tujuan dalam setiap perjalanan bisnis Anda, deskripsikanlah dengan
jelas. Biarkan seluruh tim, investor hingga konsumen Anda tahu apa yang menjadi tujuan dan
konsentrasi dari bisnis yang Anda dirikan.
Di tengah perjalanan bisnis, pasti ada saja perubahan tujuan dikarenakan kondisi
eksternal atau internal sebuah bisnis. Tujuan sangat dipengaruhi oleh bagaimana kondisi
pasar yang kita targetkan. Namun, tetaplah menjadikan tujuan awal sebagai patokannya.

Sesekali lakukan evaluasi terhadap tujuan Anda. Lihat apa saja yang sudah tercapai dan
apa yang belum. Lihat apa saja kendala yang ada dengan tujuan yang belum tercapai.
Evaluasi ini penting agar Anda tak selalu melihat bahwa tujuan yang Anda buat itu baik.

8. Atur Jadwal Kerja

Sekalipun Anda tergolong orang yang sangat teliti dan mudah mengingat, namun jangan
sepelekan hal dalam mengatur jadwal. Selalu catat kegiatan yang akan Anda lakukan
sehingga Anda memiliki pengingat akan tugas Anda.

Gunakan pengingat yang cukup detil seperti apa yang akan Anda kerjakan, kapan, pukul
berapa, di mana hingga dengan siapa Anda harus bertemu atau bekerjasama untuk
menyelesaikan tugas tersebut. Pasang alarm jika itu merupakan pekerjaan yang sangat
penting.

9. Buat Top 5 

Ini merupakan perpaduan antara keharusan untuk tetap fokus dan mempunyai skala
prioritas dalam mengerjakan sesuatu. Setiap pagi, tulislah 5 pekerjaan utama yang harus
Anda kerjakan dan selesaikan dalam kurun waktu satu hari.

Lima pekerjaan utama ini tidak boleh diganggu dengan apapun agar selesai sesuai
target. Sekalipun Anda memiliki tambahan pekerjaan yang lain, pastikan sebelum jam
istirahat malam, 5 pekerjaan utama yang sudah Anda catat terselesaikan dengan sebaik
mungkin.

10. Gunakan Waktu Dengan Tepat

Gunakan waktu seefisien dan sebijak mungkin. Jangan biarkan waktu Anda terbuang
percuma karena Anda tidak tahu apa yang harus Anda lakukan. Jika waktunya beristirahat,
maka beristirahatlah. Jika waktu bekerja, maka fokuslah untuk bekerja.

Jika ada sesuatu yang menghambat dan dibutuhkan waktu untuk berbicara dengan tim,
maka gantilah waktu tersebut dengan pekerjaan lain yang harus diselesaikan. Waktu yang
terbuang tidak akan bisa kembali, maka buatlah waktu bermakna setiap detiknya.
Kelompok 9 :

1. Ayu Sekarini
2. Sapnah
3. Vina Oktaviani

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. ETIKA WIRAUSAHA

Suatu kegiatan haruslah dilakukan dengan etika atau norma-norma yang berlaku di masyarakat
bisnis. Etika atau norma-norma ini digunakan agar para pengusaha tidak melanggar aturan yang
telah ditetapkan dan usaha yang telah dijalankan memperoleh simpati dari berbagai pihak. Pada
akhirnya, etika tersebut ikut membentuk pengusaha yang bersih dan dapat memajukan serta
membesarkan usaha yang dijalankan dalam waktu yang relatif lebih lama.

Dalam etika berusaha perlu ada ketentuan yang mengaturnya. Adapun ketentuan yang diatur
dalam etika wirausaha secara umum adalah sebagai berikut :

1. Sikap dan prilaku seorang pengusaha harus mengikuti norma yang berlaku dalam suatu
negara atau masyarakat.

2. Penampilan yang ditunjukan seseorang pengusaha harus selalu apik, sopan, terutama
dalam menghadapi situasi atau acara-acara tertentu.

3. Cara berpakain pengusaha juga harus sopan dan sesuai dengan tempat dan waktu yang
berlaku.

4. Cara berbicara seorang pengusaha juga mencerminkan usahanya, sopan, penuh tata
krama, tidak menyinggung atau mencela orang lain.

5. Gerak-gerik pengusaha juga dapat menyenangkan orang lain, hindarkan gerak-gerik


yang dapat mencurigakan.

Kemudian, etika atau norma yang harus ada dalam benak dan jiwa setiap pengusaha
adalah sebagai berikut :
1. Kejujuran

Seorang pengusaha harus selalu bersikap jujur, baik, dalam berbicara maupun
bertindak. Jujur ini perlu agar berbagai pihak percaya terhadap apa yang akan
dilakukan. Tanpa kejujuran, usaha tidak akan maju dan tidak di percaya konsumen
atau mitra kerjanya.

2. Bertanggung Jawab

Pengusaha harus bertangungjawab terhadap segala kegiatan yang dilakukan dalam


bidang usahanya. Kewajiban terhadap berbagai pihak harus segera diselesaikan.
Tanggung jawab tidak hanya terbatas pada kewajiban, tetapi juga kepada seluruh
karyawannya, masyarakat dan pemerintah.

3. Menepati Janji

Pengusaha dituntut untuk selalu menepati janji, misalnya dalam hal pembayaran,
pengiriman barang atau penggantian. Sekali seorang pengusaha ingkar janji hilanglah
kepercayaan pihak lain terhadapnya. Pengusaha juga harus konsisten terhadap apa
yang telah dibuat dan disepakati sebelumnya.

4. Disiplin

Pengusaha dituntut untuk selalu disiplin dalam berbagai kegiatan yang berkaitan
dengan usahanya, misalnya dalam hal waktu pembayaran atau pelaporan kegiatan
usahanya.

5. Taat Hukum

Pengusaha harus selalu patuh dan menaati hukum yang berlaku, baik yang berkaitan
dengan masyarakat ataupun pemerintah. Pelanggaran terhadap hukum dan peraturan
telah dibuatkan berakibat fatal dikemudian hari. Bahkan, hal itu akan menjadi beban
moral bagi pengusaha apabila tidak diselesaikan segera.
6. Suka Membantu

Pengusaha secara moral harus sanggup membantu berbagai pihak yang memerlukan
bantuan. Sikap ringan tangan ini dapat ditunjukan kepada masyarakat dalam berbagai
cara. Pengusaha yang terkesan pelit akan dimusuhi oleh banyak orang.

7. Komitmen dan Menghormati

Pengusaha harus komitmen dengan apa yang mereka jalankan dan menghargai
komitmen dengan pihak-pihak lain. Pengusaha yang menjungjung komitmen
terhadap apa yang telah diucapkan atau disepakati akan dihargai ol;eh berbagai
pihak.

8. Mengejar Prestasi

Pengusaha yang sukses harus selalu berusaha mengejar prestasi setinggi mungkin
tujuannya agar perusahaan dapat terus bertahan dari waktu ke waktu. Prestasi yang
berhasil dicapai perlu terus ditingkatkan. Disamping itu, perusaha juga harus tahan
mental tidak mudah putus asa terhadap berbagai kondisi dan situasi yang dihadapi.

Etika yang berlakukan oleh pengusaha terhadap berbagai pihak memiliki tujuan-tujuan tertentu.
Tujuan etika tersebut harus sejalan dengan tujuan perusahaan. Di samping memiliki tujuan, etika
juga sangat bermanfaat bagi perusahaan apabila dilakukan secara sungguh-sungguh. Berikut ini
beberapa tujuan etika yang selalu ingin dicapai oleh perusahaan :

1. Untuk persahabatan dan pergaulan

Etika dapat meningkatkan keakraban dengan karyawan, pelanggan atau pihak-pihak lain
yang berkepentingan. Suasana akrab akan berubah menjadi persahabatan dan menambah
luasnya pergaulan. Jika karyawan, pelanggan, dan masyarakat menjadi akrab, segala
urusan akan menjadi lebih mudah dan lancar.

2. Menyenangkan orang lain

Sikap menyenangkan orang lain merupakan sikap yang mulia. Jika kita ingin dihormati,
kita harus menghormati orang lain. Menyenangkan orang lain berarti membuat orang
menjadi suka dan puas terhadap pelayanan kita. Jika pelanggan merasa senang dan puas
atas pelayanan yang diberikan, diharapkan mereka akan mengulangnya kembali suatu
waktu.

3. Membujuk pelanggan

Setiap calon pelanggan memiliki karakter tersendiri. Kadang-kadang seorang calon


pelanggan perlu dibujuk agar mau menjadi pelanggan. Berbagai cara dapat dilakukan
perusahaan untuk membujuk calon pelanggan. Salah satu caranya adalah melalui etika
yang ditunjukkan seluruh karyawan perusahaan.

4. Mempertahankan pelanggan

Ada anggapan mempertahankan pelanggan jauh lebih sulit dari pada mencari pelanggan.
Anggapan ini tidak seluruhnya benar, justru mempertahankan pelanggan lebih mudah
karena mereka sudah merasakan produk atau layanan yang kita berikan. Artinya, mereka
sudah mengenal kita lebih dahulu. Melalui pelayanan etika seluruh karyawan, pelanggan
lama dapat dipertahankan karena mereka sudah merasa puas atas layanan yang
diberikan.

5. Membina dan menjaga hubungan

Hubungan yang sudah berjalan baik harus tetap dan terus dibina. Hindari adanya
perbedaan paham atau konflik. Ciptakan hubungan dalam suasana akrab. Dengan etika
hubungan yang lebih baik dan akrab pun dapat terwujud.

B. Hakikat Etika

Dari segi etimologi, istilah etika berasal dari bahasa Latin “Ethicos” yang berarti kebiasaan. Jadi
sesuatu yang dikatakan baik itu apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Kemudian
pengertian ini berubah, bahwa etika adalah suatu ilmu yang mebicarakan masalah perbuatan atau
tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai tidak baik.

Etika juga disebut ilmu normatif, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan (norma-
norma) dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Etika merupakan
cabang filsafat yang mempelajari pandangan-pandangan dan persoalan-persoalan yang
berhubungan dengan masalah kesusilaan, dan kadang-kadang orang memakai filsafat etika,
filsafat moral atau filsafat susila.

Dengan demikian dapat dikatakan, etika adalah kajian filosofis mengenai kewajiban-kewajiban
manusia dan hal-hal yang baik dan buruk. Etika tidak membahas keadaan manusia, melainkan
membahas bagaimana seharusnya manusia itu berlaku benar. Etika adalah cabang dari aksiologi,
yaitu ilmu tentang nilai, yang menitikberatkan pada pencarian salah dan benar dalam pengertian
lain tentang moral.

1. Kebiasaan

Kebiasaan adalah perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dengan pola yang


sama dan tetap karena dianggap baik. Contohnya, mengetuk pintu saat bertamu atau saat
memasuki ruangan orang lain dan memberikan sesuatu dengan tangan kanan adalah
kebiasaan dengan baik dan sopan. Sanksi yang diberikan jika melanggar kebiasaan
umumnya masih tergolong ringan, yaitu berupa sindiran atau ejekan.

Kebiasaan memang tuntunan perilaku yang tidak tertulis namun mempunyai


pengaruh yang sangat besar dalam perilaku seseorang. Artinya, kebiasaan tersebut bisa
menjadi hukum yang tidak tertulis. Hukum kebiasaan merupakan hukum yang lahir dan
timbul dari dan di dalam masyarakat melalui sikap yang berkesinambungan. Beralihnya
kebiasaan menjadi hukum kebiasaan tergantung pada keadaan.

Pada umumnya, kebiasaan berubah menjadi hukum kebiasaan apabila memenuhi empat syarat,
yaitu :

a. Harus ada serentetan sikap tindak sejenis, yang jumlahnya tergantung keadaan.

b. Kebiasaan yang lama harus dapat ditunjukkan

c. Kebiasaan yang lama itu harus merupakan kebiasaan anggota masyarakat suatu bangsa
atau golongan yang dapat mewakili bangsa atau golongan itu.

d. Kebiasaan yang lama itu harus berdasar atas kesadaran hukum.

2. Aturan
Aturan atau peraturan dapat diartikan sebagai suatu tatanan yang berisi petunjuk,
kaidahatau ketentuan yang dibuat untuk mengatur. Peraturan dibuat agar ditaati untuk
menciptakan suasana yang tertib. Bentuk-bentuk peraturan ada bermacam-macam mulai
dari peraturan yang sederhana sampai peraturan yang kompleks.

Di lingkungan keluarga ada peraturan yang harus kita taaati. Misalnya menonton televisi
tidak sampai larut malam maupun rajin membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah. Jika
kita melanggar peraturan tersebut, kita akan ditegur hingga mendapat sanksi dari orang tua kita.

Begitu juga di lingkungan sekolah ada peraturan-peraturan yang harus dipatuhi. Misalnya datang
tidak boleh terlambat, harus mengikuti upacara, harus memakai baju seragam, dan lain-lain.

Di tingkat yang lebih tinggi ada peraturan pemerintah daerah dan peraturan pemerintah pusat
yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat warga masyarakat. Jika kita melanggarnya,
maka sanksi yang akan kita terima bukan saja sanksi moral, melainkan sanksi hukum.

3. Nilai

Nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Sejalan dengan definisi
itu, maka yang dimaksud dengan hakikat dan makna nilai adalah berupa norma, etika, peraturan,
undang-undang, adat kebiasaan, aturan agama dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan
dirasakan berharga bagi seseorang. Nilai bersifat abstrak, berada dibalik fakta, memunculkan
tindakan, terdapat dalam moral seseorang, muncul sebagai ujung proses psikologis, dan
berkembang kearah yang lebih kompleks.

Kattsoff dalam Soejono Soemargono (2004: 323) mengatakan bahwa hakekat nilai dapat
dijawab dengan tiga macam cara:

¶ Nilai sepenuhnya berhakekat subyektif, tergantung kepada pengalaman manusia pemberi nilai
itu sendiri.

¶ Nilai merupakan kenyataan-kenyataan ditinjau dari segi ontology, namun tidak terdapat dalam
ruang dan waktu. Nilai-nilai tersebut merupakan esensi logis dan dapat diketahui melalui akal.

¶ Nilai-nilai merupakan unsur-unsur objektif yang menyusun kenyataan


4. Norma

Norma adalah suatu kaidah yang digunakan sebagai standar atau ukuran tentang
perbuatan manusia, mana yang benar mana yang salah, serta mana yang baik dan mana yang
buruk. Norma digunakan sebagai peraturan hidup manusia dalam pergaulan masyarakat.

Norma sebagai peraturan hidup mengikat setiap manusia. Setiap manusia harus mematuhi dan
menaati norma yang berlaku di masyarakat. Norma tidak boleh dilanggar oleh siapa pun. Apakah
ia seorang pejabat ataupun rakyat jelata tetap harus menaati norma. Siapapun yang melanggar
norma mendapatkan sanksi. Sanksi merupakan hukuman bagi pelanggar norma.

Norma memiliki dua macam isi:

1. Berisi perintah, yaitu keharusan bagi seseorang untuk melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu karena dipandang akibat-akibatnya akan berdampak baik. Contohnya,
seorang anak harus menghormati orang tuanya.

2. Berisi larangan, yaitu berupa pencegahan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
karena dipandang akibat-akibatnya akan berdampak buruk. Contohnya, larangan
merokok di tempat-tempat umum.

Dalam kehidupan masyarakat, terdapat empat macam norma:

a. Norma kesopanan adalah peraturan yang bersumber dari pergaulan hidup dalam
sekelompok manusia (masyarakat).

b. Norma kesusilaan adalah peraturan yang bersumber dari suara batin atau hati nurani
manusia yang diyakini sebagai pedoman dalam hidupnya.

c. Norma agama adalah serangkaian peraturan yang bersumber dari perintah Tuhan Yang
Maha Esa.

d. Norma hukum adalah aturan yang dibuat oleh negara yang tercantum secara jelas dalam
perundang-undangan.

5. Moral
Pengerian moral dalam kamus psikologi (Chaplin, 2006): Dituliskan bahwa moral
mengacu pada akhlak yang sesuai dengan peraturan sosial, atau menyangkut hukum atau adat
kebiasaan yang mengatur tingkah laku.

Pengertian moral dalam Hurlock (Edisi ke-6, 1990) mengatakan bahwa perilaku moral
adalah perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial. Moral sendiri berarti tata cara,
kebiasaan, dan adat. Perilaku moral dikendalikan konsep-konsep moral atau peraturan perilaku
yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.

Pengertian moral menurut Webster New word Dictionary (Wantah, 2005) bahwa moral
adalah sesuatu yang berkaitan atau ada hubungannya dengan kemampuan menentukan benar
salah dan baik buruknya tingkah laku. Jadi moral adalah pesan yang disampaikan atau pelajaran
yang bisa dipetik dari kisah atau peristiwa.

C. Etika Bisnis

A. Pengertian Etika Bisnis Menurut Para Ahli

 Etika bisnis adalah pemikiran atau refleksi kritis tentang moralitas dalam kegiatan
(Bertens)

 Etika bisnis adalah etika terapan dimana wilayah penerapan prinsip moral berada di
wilayah tindakan manusia didalam bidang bisnis ekonomi dan memiliki sasaran yang
berupa moral pembisnis itu sendiri. (Yosephus)

 Etika bisnis merupakan standar etika yang memiliki keterkaitan dengan cara dan tujuan
dalam menentukan keputusan bisnis (Steade Et Al)

Etika bisnis adalah pengetahuan mengenai tata cara yang ideal terhadap pengelolaan dan
pengaturan bisnis yang harus memperhatikan moralitas dan norma yang ada dan dikenali secara
universal. (Budi Untung).

B. Tujuan Etika Bisnis

Etika bisnis memiliki tujuan untuk memberikan dorongan terhadap kesadaran moral serta
untuk memberikan batasan-batasan bagi pengusaha ataupun pembisnis agar dapat menjalankan
bisnis dengan jujur dan adil serta menjauhkan diri dari bisnis curang yang merugikan banyak
orang atau pihak yang memiliki keterikatan.

Selain itu, etika bisnis memiliki tujuan agar bisnis dapat dijalankan dan diciptakan seadil
mungkin dan disesuaikan dengan hukum yang telah disepakati. Etika bisnis dapat memberikan
motivasi kepada para pelaku bisnis untuk terus meningkatkan kemampuan mereka.

C. Prinsip Etika Bisnis

 Prinsip Kejujuran Etika Bisnis

Pelaku bisnis diharuskan memiliki prinsip kejujuran agar mendapatkan kunci


keberhasilan yang bertahan untuk jangka waktu lama. Jika terdapat seorang pembisnis
yang berlaku tidak jujur dan curang maka kemungkinan besar tidak akan ada pelaku
bisnis yang bersedia untuk melakukan kerja sama.

Sikap kejujuran sendiri biasanya dikaitkan dengan harga barang yang telah ditwarkan.Dalam
berbisnis secara modern, kepercayaan konsumen merupakan hal yang sangat penting. Oleh sebab
itu pelaku bisnis dihimbau untuk memberikan informasi yang sebenarnya terhadap para
konsumen

 Prinsip Otonomi Etika Bisnis

Prinsip otonomi pada etika bisnis adalah kemampuan dan sikap seseorang saat
mengambil tindakan dan keputusan yang berdasarkan kesadarannya sendiri mengenai apa yang
dianggapnya baik yang bisa dilakukan.

Jika orang sadar dalam melakukan kewajibannya dalam berbisnis maka dikatan orang tersebut
sudah memiliki prinsip otonomi dalam beretika bisnis. Sebagai contoh dia paham mengenai
bidang pekerjaannya dengan situasi dan tuntutan yang akan dihadapinya dan mengetahui aturan
apa saja didalam bidang pekerjaannya.

Selain, itu seseorang yang sudah memiliki fungsi otonomi akan sadar tentang risiko dan akibat
yang akan muncul terhadap dirinya dan orang lain yang sebagai pelaku bisnis. Pada umumnya
seseorang yang memiliki prinsip otonomi akan lebih menyukai diberikan kebebasan dan
kewenangan untuk melakukan hal yang dianggapnya baik.
 Prinsip Saling Memberi Keuntungan Etika Bisnis

Pelaku bisnis harus menjalankan bisnisnya dengan sebaik mungkin agar masing-masing
pihak yang terkait mendapatkan keuntungan. Sama seperti prinsip keadilan, prinsip memberi
keuntungan juga memiliki tujuan untuk menghindarkan salah satu pihak saja yang untung.

Misalnya saja, pengusaha harus memberikan harga sebenarnya suatu barang terhadap
konsumen serta memberikan pelayanan sebaik mungkin untuk memberikan kepuasan konsumen.
Oleh karena itu prinsip saling memberikan keuntungan harus dipegang erat.

 Prinsip Keadilan Etika Bisnis

Prinsip yang satu ini mengharuskan pelaku bisnis diperlakukan secara adil dan
disesuaikan dengan kriteria rasional. selain itu pun mengharuskan seseorang agar dalam
menjalankan suatu bisnis harus memperlakukan relasi internal dan eksternal secara sama dan
memberikan hak mereka masing-masing. Hal ini bertujuan untuk menjauhkan kerugian terhadap
salah satu pihak pelaku bisnis

 Prinsip Integritas Moral Etika Bisnis

Dalam menjalankan tugasnya para pelaku bisnis harus mempertahankan nama baik
perusahaannya. Pelaku bisnis harus mengelola dan menjalankan bisnis dengan sebaik mungkin
agar kepercayaan konsumen atau pihak lain terhadap perusahaan tetap ada.

Dengan pengertian lainnya, seseorang atau pelaku bisnis harus memberikan dorongan
terhadap diri sendiri dalam berbisnis untuk memunculkan rasa bangga. Hal ini biasanya dapat
terlihat dari perilaku pembisnis diluar dan didalam perusahaan.

D. Contoh Pelanggaran Etika Bisnis

1. Pelanggaran Hukum

Contoh pelanggaran hukum dari etika bisnis adalah sebuah perusahaan yang melakukan
PHK namun tidak memberikan pesangon sama sekali. Padahal hal tersebut sudah diatur
dalam UU no 13 tahun 2003
2. Pelanggaran Transparasi

Suatu perusahaan tidak memberikan biaya tambahan suatu kreditan barang terhadap
konsumen. Tentu hal ini, para konsumen akan melakukan protes karena tidak dijelaskan
diawal.

3. Pelanggaran Kejujuran

Suatu perusahaan dapat dikatakan melakukan pelanggaran terhadap kejujuran apabila


mereka tidak memberikan harga yang sejujurnya kepada konsumen serta kualitas-kualitas
dari barang yang ditawarkannya.

4. Pelanggaran Empati

Perusahaan tidak merespon keterlamabatan seorang klien bisnis yang memiliki halangan seperti
sakit dan bahkan pihak perusahaan pun juga mengancam orang tersebut.
KELOMPOK 10 :

 ARIS RIANA
 DEDE AGIS GUMELAR
 NURUL UMAIYAH

BAB II

PEMBAHASAN

Bisnis tanpa sebuah jaringan atau networking adalah sebuah hal yang mustahil.


Kenyataannya, setiap bisnis selalu memerlukan jaringan karena sebuah bisnis tidak dapat berdiri
sendiri. Banyak manfaat yang dapat diperoleh jika sebuah perusahaan memiliki banyak jaringan 
atau networking, diantaranya mampu meningkatkan penjualan, menambah koneksi dan relasi,
menjadi solusi bagi persoalan bisnis, dapat menambah wawasan atau memperluas pengetahuan
bisnis. 

 TEMAN ADALAH ASET

Seorang teman adalah ASET, kenapa? tanpa teman kita tidak bisa berkembang,
kita butuh informasi, butuh channel atau link untuk berkembang. Semakin banyak teman,
semakin besar peluang untuk maju dan berkembang

 MEDIA SOSIAL SEBAGAI, MEDIA PEMBANGUN JEJARING


KEWIRAUSAHAAN
Pada zaman canggih ini, Gadget sudah menjadi kebutuhan sehari-hari yang harus
dibawa, oleh karena itu muncul berbagai online shop atau jual beli online yang sangat
menarik perhatian untuk semua kalangan, mulai dari ibu-ibu, anak-anak, dan remaja.
 DAN MEMBENTUK KONTAK – KONTAK DALAM RELASI KEWIRAUSAHAAN
KELOMPOK 11

1. Nurlaelasari
2. Tri Wahyuni
3. Vini Oktaviyanti

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Definisi

Menurut Departemen Kesehatan (2002) home care adalah pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di
tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau
memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat
dari penyakit, Home Health Care adalah sistem dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan
sosial diberikan di rumah kepada orang-orang yang cacat atau orang-orang yang harus
tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya (Neis dan Mc.Ewen , 2001)

 Lingkup pelayanan home care

Menurut Nuryandari (2004) menyebutkan ruang lingkup pelayanan home care adalah:

• Pelayanan medik dan asuhan keperawatan

• Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik

• Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik

• Pelayanan informasi dan rujukan

• Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan

• Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan


• Pelayanan perbaikan untuk kegiatan social

 Landasan hukum home care

1. Fungsi hukum dalam Praktik Perawat :

• Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai


dengan hukum

• Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain

• Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri

• Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan meletakkan posisi


perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.

 Konsep Model / Teori Keperawatan yang Mendukung Home Care

1. Teori Lingkungan (Florence Nightingale)

Lingkungan menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik eksternal yang


mempengaruhi proses penyembuhan dan kesehatan yang meliputi lima komponen
lingkungan terpenting dalam mempertahankan kesehatan individu yang meliputi

a. Udara bersih,

b. Air yang bersih

c. Pemeliharaan yang efisien

d. Kebersihan

e. Penerangan/pencahayaan

2. Theory of Human Caring (Watson, 1979)

Teori ini mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang
diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi
pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk
sembuh.
3. Teori Self Care (Dorothea Orem)

Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan
individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur dalam
kebutuhannya.

 Landasan hokum home care

a. UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

b. PP Nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan

c. PP Nomor 47 tahun 2006 tentang Jabatan fungsional dokter, dokter gigi, apoteker,
ass.apoteker, pranata lab.kes. epidemiologi kes, entomology kes, sanitarian, administrator
kesehatan, penyuluh kes masy, perawat gigi, nutrisionis, bidan, perawat, radiographer, perekam
medis, dan teknisi elektromedis

d. SK Menpan Nomor 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal perawat.

e. Permenkes Nomor 148 tahun 2010 tentang ijin dan penyelenggaraan praktik keperawatan.
KELOMPOK 12

1. Nadya Alviolita Novi Pangestika


2. Nunung Fitria
3. Oka Kurniawan

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFENISI

Home Care Nursing adalah pemberian asukan keperawatan yang berkualitas kepada
pasien di rumah yang diberikan secara intermittent atau partime (Rice, 2006). Homcer
adalah sisitem dimana pelayanan kesehatan dan perlayanan social diberikan di rumah
kepada orang-orang cacat atau orang-orang yang harus tinggal di rumah karena kondisi
kesehatanya (Nies, M. A and Mc Ewen, 2001).

Deperteme kesehatan RI (2002) mengatakan bahwa Home Care adalah perlayanan


kesehatan yang berkesinambungan dan komperhesif yang diberikan kepada individu dan
keluarga ditempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan mempertahankan
atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat penyakit.

Home Care merupakan pelayanan kesehatan yang diakukan oleh professional di tempat
tinggal pasien (di rumah) dengan tujuan membantu kebutuhan pasien dalam mengatasi
masalah kesehatan yang dilaksanakan oleh tim kesehatan professional dengan melibatkan
anggota keluarga sebagai penduduk didalam proses perawatan dan peembuhan pasien
sehingga keluarga bias mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan yang dialaminya.
B. MODEL DAN TEORI HOME CARE

Teroi dikembangkan dengan refleksi terhadap hidup dan pengalaman kerja yang
didikukung oleh riset, model disusun dalam konsep batasa kerja, sisitem, metode dan
model yang menggamabrkan tentang fenomena yang diamati sehingga menggamabarkan
satu proses sitematis , generalisasi hipotesis, proses dan evaluasi sehingga teroi penting
dpahami untuk :
1. Menggambarkan Batasan praktik professional.
2. Menggambarkan hubungan antara pasien den perawat.
3. Mengarakan pada cara berpikir yang sesuai dengan pengalaman yang dimiliki oleh
pasien dan perawat.
4. Sebagai pemicu dalam pelaksanaan penelitian keperawatan.
5. Memberi petunjuk tentang peran yang harus dilakukan dalam peayanan kesehatan.

Adapun Teori Atau Model Yang Mendukung Home Care Nursing Yaitu Sebagai

Berikut. :

1. Florence nightingale

Florence nightingale Sebagai peletak dasar keperawatan modern menjelaskan


bahwa sakit merupakan proses perbaikan atau reparative yang tidak selalau di ikuti
oleh suatu proses ketakutan. Nightingale menjelaskan dalam teori Environment-
nya, bahwa penyakit merupakan suatu proses ujian alam sebagai bentuk
perusahaan yang sebelumnya akan di tunjukan dalam bentuk tanda – tanda
penurunan, bukan penyakit semata.
Nightingale menjelaskan tentang pentingnya pengaruh lingkungan dan kebersihan
dalam memperbaiki kesehatan pasien dengan memperhatikan lima komponen
berikut :
a. Udara yang alami
b. Air yang sehat
c. Drainase yang baik
d. Kebersihan lingkungan
e. Cahaya yang cukup
Contoh aplikasi Florence nightingale dalam pelayanan home care nursing yaitu
sebagai dasar dalam pengendalian penyakit dan menciptakan lingkungan yang
aman dan nyaman bagi pasien seperti sebagai berikut :
a. Memilih dan mengatur ruangan perawatan di rumah
b. Menjaga kebersihan tempat tidur
c. Menjaga kebersihan lingkungan tempat perawatan pasien
d. Mengatur ventilasi
e. Mengatur pencahayaan ruangan
f. Memonitor kelancaran drainase rumah
g. Mengurangi risiko penularan penyakit

2. Science Of Unitary Human Beings

Kajian teori ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang
senantiasa berinteraksi dengan alam. Interaksi ini menghasilkan pola energy.
Berdasarkan teori Rogers, sakit timbul akibat ketidakseimbangan energy
penanganan dengan metode terapi modalitas / komplementer.

Dasar teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul manusia dalam alam semesta,
seperti antropologi, sosiologi, agama, filosofi, perkembangan sejarah, dan
mitologi. Teori Rogers berfokus pada kehidupan manusia secara utuh.

Manusia merupakan mahkluk yang memiliki kepribadian unik, antara satu dengan
yang lainnya berbeda di beberapa bagian. Selain itu masing-masing mempunyai
perbedaan sifat-sifat khusus yang signifikan. Jika dilihat dari ilmu pengetahuan,
maka memperhatikan sifat-sifat dalam sistem kehidupan manusia merupakan hal
yang tidak efektif. Asumsinya adalah individu dan lingkungan saling tukar-
menukar energy dan material satu sama lain.

Contoh aplikasi teori science of unitary human beings dalam pelayanan home care
nursing adalah :
a. Terapi komplementer alternatif berbasis biologis (herbal dan suplemen )
b. Terapi komplementer elternatif berbasis energy (prana, reiki, qi-going,
infrared).
c. Terapi komplementer alternatif berbasis body manipulasi (massage, shiatsu,
refleksi, akupresur, bekam, dan akupunture )
d. Terapi komplementer alternatif berbasis mind and body (meditasi, terapi
tertawa, yoga dan story telling )
e. Sistem terapi seperti ayur wedha atau obat tradisional cina.

3. Trancultural Nursing

Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang
adanya, perbedaan nilai – nilai cultural yang melekat dalam masyarakat dan
berasal dari disiplin ilmu atropologi konteks keperawatan.

Teori ini menekankan betapa pentingnya pemahaman budaya pasien dan keluarga
ketika melakukan pelayanan keperawatan. Terkadang perawat dihadapkan pada
dilemma antara tetap fokus menggunakan pendekatan konvensional dan
mengabaikan atau menolak budaya pasien tentang penyakit. Perawat sering
memaksakan konsep konvensional dan mengabaikan paradigma budaya pasien.

Dengan teori ini, perawat diharapkan senantiasa mempu berfikir luas dalam
mengatasi permasalahan kesehatan pasien, baik dengan pendekatan konvensional
maupun modern

Leininger beranggapan bahwa pentingnya memperhatikan keanekaragaman


budaya dan nilai – nilai dalam penerapan asuhan keperawatan. Dalam menangani
pasien jangan pernah melakukan dikotomi antara metode konvensional dan
tradisional, tetapi hendaknya menggunakan secara bijaksana karena pasien adalah
manusia yang unik sehingga penanganan harus dilakukan secara holistic guna
mencegah terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami klien ketika perawat tidak mampu beradaptasi dengan
perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini menyebabkan munculnya rasa
ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan dapat menyebabkan disorientasi.

Aplikasi transkultural nursing dalam pelayanan home care nursing pada pasien
harus memperhatikan aspek budaya yang diyakini pasien, seperti :
a. Filosofi dan keyakinan pasien
b. Pandangan hidup pasien
c. Pendidikan
d. Pekerjaan
e. Kekerabatan
f. Teknologi
g. Regulasi

4. Self -Care Deficit Theory Of Nursing

Self -care Deficit Theory of Nursing yang dikembangkan oleh Orem terdiri dari
tiga teori umum yang saling berkaitan, antara lain :

a. The theory of self care


Perawatan diri ( self-care ) adalah pelaksanaan aktivitas individu yang
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dalaam mempertahankan hidup,
kesehatan dan kesejahteraan. Jika perawatan diri dapat dilakukan dengan
efektif, maka akan membantu individu dalam mengembangkan potensi dirinya.

Kemampuan perawatan diri ( self-care agency ) adalah kemampuan individu


untuk terlibat dalam proses perawatan diri. Kemampuan individu untuk terlibat
dalam proses perawatan diri. Kemampuan ini berkaitan dengan faktor
pengkondisian perawatan diri. Faktor yang mempengaruhi perawatan diri
( basic condition factor ) adalah faktor usia, jenis kelamin, status kesehatan,
orientasi sosial, budaya, sistem perawatan kesehatan, kebiasaan keluarga, pola
hidup.

Faktor lingkungan dan keadaaan ekonomi. Terapi kebutuhan perawatan diri


( therapeutic self-care demand), yaitu tindakan yang dilakukan sebagai bantuan
untuk memenuhi syarat perawatan diri.
 
b. The theory of self-care deficit
Teori ini merupakan inti dari teori keperawatan Orem. Teori ini
menggambarkan kapan keperawatan dibutuhkan. Keperawatan diperlukan
ketika individu tidak mampu atau mengalami keterbatasan dalam memenuhi
syarat persayaratan diri yang efektif.
Keperawatan diberikan jika tingkat kemampuan perawatan lebih dari rendah
dibandingkan dengan kebutuhan perawatan diri atau kemampuan perawatan
diri seimbang dengan kebutuhan namun hubungan deficit dapat terjadi
selanjutnya akibat penurunan kemampuan, peningkatan kualitas dan
kuantitas kebutuhan atau keduanya.

Teori self care deficit diterapkan bila anak belum dewasa, kebutuhan
melebihi kemampuan perawatan, kemampuan sebanding dengan kebutuhan
tetapi diprediksi untuk masa yang akan datang, kemungkinan terjadi
penurunan kemampuan dan peningkatan kebutuhan.

Dalam pemenuhan perawatan diri sendiri serta membantu dalam proses


penyelesaian masalah, orem memiliki metode untuk proses tersebut
diantaranya adalah bertindak atau berbuat untuk orang lain, sebagai
pembimbing orang lain, memberi support baik secara fisik atau psikologis,
meningkatkan pengembangan lingkungan untuk pengembangan pribadi,
serta mengajarkan atau member pendidikan pada orang lain.
Inti dari teori ini adalah menggambarkan manusia sebagai penerima
perawatan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan dirinya dan
memiliki berbagai keterbatasan-keterbatasan dalam mencapai taraf
kesehatanya. Perawatan yang diberikan didasarkan kepada tingkat
ketergantungan, yaitu ketergantungan total atau parsial.

Difisit perawatan diri menjelaskan hubungan antara kemampuan seseorang


dalam bertindak atau beraktifitas dengan tuntunan kebutuhan tentang
perawatan diri. Sehingga bila tuntutan lebih besar dari kemampuan, maka ia
akan mengalami penurunan atau defisit perawatan diri.
 
c. The theory of nursing system

Nursing System adalah bagian dari pertimbangan praktik keperawatan yang


dilakukan oleh perawat berdasarkan koordinasi untuk mencapai kebutuhan
berdasarkan koordinasi untuk mencapai kebutuhan perawatan diri ( self-care
demand ) pasiennya dan untuk melindungi dan mengontrol latihan atau
pengembangan dari kemampuan perawatan diri pasien ( self-care agency ).

Orem mengidentifikasi  tiga klasifikasi dari sistem keperawatan berdasarkan


kemampuan pasien dalam mencapai syarat pemenuhan perawatan diri.

a. Wholly Compensatory System


Sistem penyeimbang keperawatan menyeluruh merupakan suatu
tindakan keperawatan dengan memberikan kompensasi penuh kepada
pasien disebabkan karena ketidakmampuan pasien dalam memenuhi
tindakan keperawatan secara mandiri.

Sistem penyeimbang keperawatan menyeluruh dibutuhkan ketika


perawat harus menjadi peringan bagi ketidak mampuan total seorang
pasien yang membutuhkan tindakan penyembuhan dan manipulasi.
Perawat mengambil alih pemenuhan kebutuhan self care secara
menyeluruh kepada pasien yang tidak mampu, missal : pasien koma atau
pasien bayi.
 
b. Partly Compensatory System
Sistem penyeimbang sebagian yaitu sistem keperawatan dalam
memberikan perawatan diri kepada pasien secara sebagian saja dan
ditujukan kepada pasien yang memerlukan bantuan secara minimal.

Perawat mengambil alih beberapa aktifitas yang tidak dapat dilakukan


oleh pasien dalam hal memenuhi kebutuhan self-care nya, dimana hal
tersebut di jalankan pada saat perawat, dan pasien menjalankan
intervensi perawatan atau tindakan lain yang melibatkan tugas
manipulative atau penyembuhan. Misalnya pasien usia lanjut atau pasien
stroke dengan kelumpuhan.
 
c. Supportive – Educative System
Sistem yang mendukung atau mendidik yaitu tindakan keperawatan
yang bertujuan untuk memberikan dukungan dan pendidikan agar pasien
mampu melakukan perawatan mandiri. Perawat memberikan pendidikan
kesehatan atau menjelaskan untuk memotivasi melakukan self care,
tetapi yang melakukan self care adalah pasien sendiri. Misalnya dengan
mengajarkan pasien merawat lukanya, mengajarkan bagaimana
menyuntik insulin.

Hal ini diperlukan pada situasi dimana pasien harus belajar untuk
menjalankan ketentuan yang dibutuhkan secara eksternal atau internal
yang ditujukan oleh therapeutic self care, namun tidak dapat melakukan
tanpa bantuan. Metode bantuan tersebut diantaranya tindakan, panduan,
pelajaran, dukungan, dan memberikan lingkungan yang membangun “
Tomey dan Alligood, 2006.

C. TUJUAN DAN MANFAAT


1. Tujuan
a. Umum :
Meningkatkan pelayanan kesehatan ke masyarakat secara komperhensif dan
berkesinambungan

b. Khusus :
a) meningkatkan, mempertahankan, dan memulihkan kesehatan
b) Mengoptimalkan tingkat kemandirian klien dan keluarga
c) Meminimalkan akbiat yang ditimbulkan dari masalah kesehatan yang
dialami klien.

2. Manfaat Home Care Nursing


Ada bebrapa manfaat yang bisa didapatkan oleh pasien dengan adanya layanan home
care nursing, yaitu sebagai berikut :
a. Pelayanan akan lebih sempurna, holistic dan komperhensif
b. Pelayanan lebih profesional
c. Pelayanan keperawatan mandiri bisa di aplikasikan dengan dibawah naungan
legal dan etik keperawatan.
d. Kebutuhan pasien akan dapat terpenuhi sehingga pasien akan lebih nyaman dan
puas dengan asuhan keperawatan profesional “Triwibowo,2012”.

3. Masalah yang sering terjadi :


a. Gaya hidup dan sumber-sumber kehidupan
b. Status kesehatan saat ini dan penyimpangannya
c. Pola dan pengetahuan keluarga dalam mempertahankan kesehatannya.
d. Struktur keluarga dan dinamisasinya.
D. PERAN PERAWAT DALAM HOME CARE NURSING
1. Patent Educator

Sebagai pendidik, perawat berperan dalam mendidik individu, keluarga, kelompok,


dan masyarakat serta tenaga kesehatan yang berada di bawah tanggung jawabnya.
Peran ini berupa penyuluhan kepada klien, maupun bentuk desiminasi ilmu kepada
peserta didik keperawatan.

2. Peran Perawat Sebagai Advokat Klien

Peran ini dilakukan oleh perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepada pasien,

Perawat juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang
meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya,
hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima
ganti rugi akibat kelalaian.

3. Peran Perawat Sebagai Chase Manager

Dalam hal ini perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola
pelayanan maupun pendidikan keperawatan sesuai dengan manajemen keperawatan
dalam kerangka paradigma keperawatan.

Sebagai pengelola, perawat melakukan pemantauan dan menjamin kualitas asuhan


atau pelayanan keperawatan serta mengorganisasikan dan mengendalikan sistem
pelayanan keperawatan. Secara umum, pengetahuan perawat tentang fungsi, posisi,
lingkup kewenangan, dan tanggung jawab sebagai pelaksana belum maksimal
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan
dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

4. Spiritual-Aesthetic Communer

Peran dalam pelayanan yang diberikan secara holistic baik psiko, bio spiritual perawat
dalam pelaksanaan peran ini sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien
terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

Anda mungkin juga menyukai