Nurul Izzah - Intermediate Bab 9
Nurul Izzah - Intermediate Bab 9
Nurul Izzah - Intermediate Bab 9
NIM : 1805124528
Kelas : PE-AKT’3
Matakuliah : INTERMEDIATE
Ilustrasi LCNRV
Perusahaan menilai persediaan sebesar LCNRV. Perusahaan mengestimasi nilai realisasi
neto berdasarkan bukti yang paling dapat diandalkan dari jumlah yang dapat direalisasi pada
persediaan (harga penjualan yang diharapkan, biaya penyelesaian yang diharapkan, dan biaya
penjualan yang diharapkan).
Penggunaan Penyisihan
Daripada mengkredit akun persediaan untuk penyesuaian nilai realisasi neto, perusahaan
umumnya menggunakan akun penyisihan, yang sering disebut sebagai “Penyisihan untuk
Mengurangi Persediaan ke Nilai Realisasi Neto”. Penggunaan penyisihan dalam metode Beban
Pokok Penjualan atau metode kerugian memungkinkan laporan laba rugi dan laporan posisi
keuangan untuk mencerminkan persediaan diukur.
Evaluasi Aturan
Aturan LCNRV memiliki beberapa kekurangan secara konseptual :
Perusahaan mengakui penurunan nilai aset dan membebankannya pada periode di mana
kerugian tersebut terjadi, bukan dalam periode di mana aset tersebut dijual.
Penerapan aturan LCNRV menghasilkan inkonsistensi, karena perusahaan dapat menilai
persediaan pada biaya perolehan dalam satu tahun pada nilai realisasi neto tahun
berikutnya.
LCNRV menilai persediaan dalam laporan posisi keuangan secara konservatif, tetapi
dampaknya trhadap laporan laba rugi mungkin atau tidak mungkin menjadi konservatif.
DASAR PENILAIAN
Situasi Penilaian Khusus
Pada umumnya, perusahaan mencatat persediaan pada LCNRV. Namun, ada beberapa
situasi di mana perusahaan beralih dari aturan LCNRV. Perlakuan tersebut dapat dibenarkan
dalam situasi di mana biaya sulit ditentukan, item yang mudah dipasarkan pada harga pasar
kuotasian, dan unit produk yang dapat dipertukarkan.
Pada bagian ini, kita membahas dua situasi umum di mana nilai realisasi neto menjadi aturan
umum untuk menilai persediaan :
Aset Agrikultur (termasuk aset biologis dan hasil agrikultur).
Komoditas yang dimiliki oleh pedagang-perantara (broker-trader).
Persediaan Agrikultur
Berdasarkan IFRS, pengukuran nilai realisasi neto digunakan untuk persediaan ketika
persediaan tersebut terkait dengan kegiatan agrikultur. Secara umum, kegiatan pertanian
menghasilkan dua jenis aset agrikultur : (1) aset biologis atau (2) hasil agrikultur pada saat
panen.
Aset biologis (biological asset) (diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar) adalah hewan
atau tanaman hidup, seperti domba, sapi, pohon buah-buahan, atau tanaman kapas. Hasil
agrikultur (agricultural produce) adalah produk yang dipanen dari aset biologis, seperti wol
dari domba, susu dari sapi perah, buah dari pohon buah, atau kapas dari tanaman kapas.
Akuntansi untuk aset tersebut adalah sbb :
Aset biologis diukur pada pengakuan awal dan pada setiap akhir periode pelaporan pada
nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual (nilai realisasi neto).\
Hasil agrikultur (yang dipanen dari aset biologis) diukur pada nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual (nilai realisasi neto) pada saat panen.
Komoditas Broker-Trader
Komoditas broker-trader juga umumnya mengukur persediaan mereka pada nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual (nilai realisasi neto), dengan perubahan nilai realisasi neto akan
diakui pada laporan laba rugi periode saat perubahan terjadi. Broker-trader membeli atau
menjual komoditas (seperti jagung panen, gandum, logam mulia, minyak pemanas) kepada pihak
lain atau pada akun mereka sendiri. Tujuan utama pemikiran persediaan ini adalah untuk menjual
komoditas dalam waktu dekat dan menghasilkan keuntungan dari fluktuasi harga. Dengan
demikian, nilai realisasi neto adalah pengukuran yang paling relevan dalam industri ini, karena
nilai tersebut menunjukkan jumlah yang akan diterima broker-trader dari persediaan ini di masa
depan.
Untuk menilai apakah perusahaan bertindak sebagai broker-trader membutuhkan
penilaian tertentu. Perusahaan harus mempertimbangkan lamanya waktu di mana mereka
memiliki persediaan dan seberapa besar jasa tambahan yang terkait dengan komoditas tersebut.
Penyajian Persediaan
Standar akuntansi memerlukan pengungkapan laporan keuangan dari item-item yang
berhubungan dengan persediaan berikut ini :
Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam mengukur persediaan, termasuk rumus biaya
yang digunakan.
Jumlah tercatat keseluruhan persediaan total dan jumlah tercatat dalam setiap klasifikasi.
Jumlah tercatat persediaan yang dicatat pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual.
Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan.
Jumlah setiap penurunan nilai persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode
bersangkutan, dan jumlah setiap pembalikan dari penurunan nilai yang diakui sebagai
pengurang beban pada periode yang bersangkutan.
Kondisi atau peristiwa yang menyebabkan pembalikan dari penurunan nilai persediaan.
Jumlah tercatat persediaan yang dijaminkan sebagai efek untuk liabilitas, jika ada.
Analisis Persediaan
Jumlah persediaan yang dicatat perusahaan dapat memiliki konsekuensi ekonomi yang
signifikan. Sebagai akibatnya, perusahaan harus mengelola persediaan tersebut. Namun,
manajemen persediaan adalah pedang bermata dua. Penggunaan rasio keuangan akan membantu
perusahaan untuk memetakan jalan tengah antara kedua risiko berbahaya ini. Rasio yang umum
digunakan dalam pengelolaan dan evaluasi tingkat persediaan adalah rasio perputaran persediaan
dan pengukuran yang terkait, yaitu rata-rata jumlah hari untuk menjual persediaan.