Makalah Jagung

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENGENALAN BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG DI DESA GESIKAN,


PANDAK, BANTUL, YOGYAKARTA

Disusun Oleh:
1. Niken Palupi/15881
2. Niswatun Royani/15890
3. Pangestika Chairina/15891
4. Lathifatul Khasanah/15927
5. Nendya Putri Pramiesti/15963
6. Junia Elia Putri/15997

Golongan/Kelompok: A.1.2/1

Asisten: 1. Nurul Wilda Aghni Khaqiqi


2. Titi Apsari
3. Diah Andoe Nursita

LABORATORIUM MANAJEMEN PRODUKSI TANAMAN


DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau bekerja di sektor
pertanian. Namun, sangat disayangkan karena Indonesia masih mengimpor
produk pertanian seperti padi, kedelai, dan jagung dari negara lain
(Nurhanafi, 2017). Upaya peningkatan produksi jagung dalam negeri
menghadapi berbagai masalah dan masih belum maksimal dalam memenuhi
kebutuhan nasioanl (Soerjandon, 2008. Wahyudin, 2016). Salah satu faktor
yang menyebabkan rendahnya hasil tanaman jagung adalah karena adanya
gulma. Gulma yang dibiarkan tanpa pengendalian dapat menurunkan hasil
20-80% (Bilman, 2011. Wahyudin, 2016). Tanaman jagung juga tidak akan
memberikan hasil maksimal manakala tidak cukup memperoleh unsur hara
(Pasta at al, 2015). Teknologi pasca panen para petani jagung yang masih
sederhana mengakibatkan kualitas jagung di tingkat petani tergolong rendah
sehingga harganya juga menjadi rendah. Hal ini dikarenakan budaya petani
yang langsung menjual jagungya segera setelah panen dilakukan.
Dalam upaya pengembangan jagung yang lebih kompetitif, diperlukan
efisiensi usaha tani, melalui penerapan teknologi mulai dari penentuan lokasi,
penggunaan varietas, benih bermutu, penanaman, pemeliharaan, dan
penanganan panen dan pasca panen yang tepat. Berdasarkan uraian diatas,
maka perlu dilakukan pencarian informasi dengan terjun langsung yaitu
wawancara kepada petani jagung guna mengetahui informasi secara
mendalam tentang budidaya jagung. Melalui wawancara ini, diharapkan dapat
dimanfaatkan sebagai bahan masukan dalam berkontribusi meningkatkan
produksi tanaman jagung agar angka impor jagung dapat ditekan.
1.2 Tujuan
Wawancara yang dilakukan sangat bermanfaat untuk mengetahui
tahapan budidaya jagung. Pengenalan budidaya tanaman jagung di lapangan
juga betujuan untuk mengetahui kendala dalam budidaya tanaman jagung
serta cara mengatasinya. Dengan wawancara ini, diharapkan dapat
mengetahui cara tanam petani secara langsung dan membandingkannya
dengan literatur. Pada akhirnya, diharapkan dapat mengambil tindakan
kontribusi untuk menyempurnakan cara budidaya tanaman jagung yag
berkembang di kalangan petani.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kebutuhan pangan di dunia semakin meningkat. Jumlah penduduk


dunia yang bertambah secara terus menerus disebabkan oleh berbagai
kemajuan dalam bidang kesehatan dan pertanian. Kemajuan dalam bidang
teknologi budi daya tanaman meningkatkan hasil berbagai tanaman. Sumber
daya tanah, air, dan energi esensial bagi praktik budi daya tanaman dan
konservasi sumber daya tersebut penting untuk mencukupi kebutuhan pangan
penduduk pada masa mendatang. Maka dari itu, dibutuhkan suatu strategi
untuk mencukupi kebutuhan pangan yang ada di dunia (Tohari, 2017).
Salah satu tanaman yang mencukupi kebutuhan pangan manusia ialah
jagung. Jagung merupakan bahan pangan pokok kedua setelah beras dan
bahan utama pembuatan pakan. Penelitian bertujuan untuk menetapkan
produksi, serapan hara, dan nilai ekonomis tanaman jagung. Meningkatnya
jumlah penduduk dan perkembangan industri saat ini akan langsung
berdampak pada peningkatan permintaan atau konsumsi jagung (Indrasari dan
Syukur, 2006. Hidayat et al., 2018).
Jagung dalam jumlah besar akan diimpor untuk pakan ternak, sebagai
makanan pokok manusia, bahan baku untuk produk industri seperti makanan
bayi, dan sebagai produk ekspor untuk menghasilkan mata uang asing.
Tanaman jagung telah diperkenalkan ke banyak daerah di negara ini oleh para
pengusaha asing. Tanaman jagung menunjukkan pertumbuhan vegetatif yang
tinggi dalam waktu yang singkat (Perera et al., 2014).
Klasifikasi jagung sebagai berikut: Kingdom Plantae, Divisio
Spermatophyta, Subdivisio Poales (Graminales), Famili Poaceae (Graminae),
Genus Zea, Spesies Zea mays. Sistem perakaran tanaman jagung merupakan
akar serabut dengan 3 macam akar yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar
udara. Pertumbuhan akar ini melambat setelah plumula muncul ke permukaan
tanah. Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung
mesokotil, selanjutnya berkembang dari tiap buku secara berurutan ke atas
hingga 7 sampai dengan 10 buku yang terdapat di bawah permukaan tanah.
Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan unsur hara. Akar udara
adalah akar yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah
yang berfungsi sebagai penyangga supaya tanaman jagung tidak mudah
rebah. Akar tersebut juga membantu penyerapan unsur hara dan air (Riwandi,
dkk., 2014).
Tanaman jagung menghendaki tempat terbuka dan menyukai
cahaya. Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman jagung dari 0 sampai
dengan 1300 m di atas permukaan laut. Temperatur udara yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah 23 – 27 ºC. Curah hujan yang
ideal untuk tanaman jagung pada umumnya antara 200 sampai dengan 300
mm per bulan atau yang memiliki curah hujan tahunan antara 800 sampai
dengan 1200 mm. Tingkat kemasaman tanah (pH) tanah yang optimal untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung berkisar antara 5,6 sampai
dengan 6,2. Saat tanam jagung tidak tergantung pada musim, namun
tergantung pada ketersediaan air yang cukup. Kalau pengairannya cukup,
penanaman jagung pada musim kemarau akan memberikan pertumbuhan
jagung yang lebih baik (Riwandi, dkk., 2014).
Akar tanaman perlu memiliki ruang yang sesuai dengan penyebarannya.
Pertumbuhan akar juga perlu dikondisikan dengan struktur tanah yang remah
sehingga akar mudah menembus tanah di antara partikel-partikel tanah.
Tanah yang padat membuat akar tanaman sulit berkembang. Persiapan lahan
diawali dengan pembersihan lahan dari gulma atau sisa-sisa tanaman
sebelumnya. Gulma dapat dikumpulkan, tidak dibakar karena akan
bermanfaat dalam pembuatan pupuk kompos. Pembalikan tanah diperlukan
untuk menghadapkan tanah pada sinar matahari sehingga mematikan atau
menghilangkan jasad hidup yang berpotensi pembawa penyakit yang
menyebabkan kematian pada tanaman.
Pupuk digunakan untuk mengisi kembali nutrisi yang hilang karena
pemindahan tanaman, erosi, fiksasi dan imobilisasi. Tanaman ketika diberi
bentuk, jumlah, dan keseimbangan nutrisi penting yang tepat, pada akhirnya
akan berkembang dan menunjukkan kinerja pertumbuhan yang baik yang
kemudian langsung terkait dengan produktivitasnya. Mencapai kinerja panen
yang baik untuk produksi akan mudah jika nutrisi penting disediakan. (R. C.
Canatoy, 2018). Tanaman jagung tidak akan memberikan hasil maksimal
manakala unsur hara yang diperlukan tidak cukup tersedia. Pemupukan dapat
meningkatkan hasil panen secara kuantitatif maupun kualitatif. Lingga dan
Marsono (2007) menyatakan bahwa, pupuk merupakan kunci dari kesuburan
tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang
habis diserap tanaman (Pasta, 2015).
Di antara faktor produksi, pengolahan tanah menyumbang hingga 20%
(R. C. Canatoy, 2018, cit Ahmad et al., 1996). Metode pengolahan
mempengaruhi penggunaan sumber daya tanah yang berkelanjutan melalui
pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah. Pengolahan tanah dalam memecah
lapisan tanah dengan kepadatan tinggi, meningkatkan infiltrasi air dan
pergerakan dalam tanah, meningkatkan pertumbuhan akar, pengembangan
dan meningkatkan potensi produksi tanaman. Tanah yg dikerjakan dalam
hingga 90 cm kedalaman tanah menghasilkan peningkatan hasil jagung (R. C.
Canatoy, 2018, cit Versa et al., 1997).
Untuk menghasilkan benih dengan kualitas baik, produksi benih
dirancang pada saat tidak ada hujan, agar proses pemasakan dan pengeringan
biji dapat berlangsung dengan baik. Pemberian pupuk N, P, dan K dapat
meningkatkan kualitas benih yang dihasilkan. Seperti benih lebih tahan
disimpan, bobot biji dan bobot kecambah lebih tinggi, serta integritas
membran sel biji lebih baik. Suhu ruang simpan benih juga harus diperhatikan
saat penyimpanan. Benih jagung yang telah kering hendaknya disimpan pada
kondisi kedap udara dan bebas serangga.
Pada lahan kering dengan curah hujan terbatas, penanaman jagung
harus tepat waktu agar tanaman tidak mengalami kekeringan. Pada lahan
sawah, jagung sebaiknya ditanam segera setelah panen padi pada saat kondisi
tanah masih lembab, dan sumur sebaiknya dibuat untuk menjamin ketersedian
air bagi tanaman. Selain itu, untuk mendapatkan hasil optimum, populasi
tanaman perlu diatur. Secara umum, kepadatan tanam anjuran adalah 66.667
tanaman/ha. Dengan kata lain dapat dicapai dengan jarak tanam antarbaris 75
cm, dan 20 cm dalam barisan dengan satu tanaman per rumpun, atau jarak
antarbaris 40 cm dengan dua tanaman per rumpun. Umumnya, penanaman
jagung dilakukan secara manual dengan memasukkan benih ke dalam lubang
tugal maupun alur tanam yang disiapkan dengan bajak ditarik ternak.
Pemupukan secara berimbang dan rasional merupakan kunci utama
keberhasilan peningkatan produktivitas jagung. Dalam praktek pemupukan,
yang perlu diperhatikan adalah jenis pupuk dan takaran optimum pada jenis
tanah dan lingkungan tertentu. Hasil penelitian di Maros dengan
menggunakan tiga varietas hibrida dan dua varietas komposit menunjukkan
bahwa takaran pupuk urea yang optimal untuk varietas hibrida adalah 420
kg/ha sedangkan untuk varietas komposit 350 kg/ha. Pemberian pupuk P juga
perlu dicermati karena tidak semua tanah memerlukan tambahan pupuk P.
Pada tanah berkapur, pemberian TSP dengan takaran 100-200 kg/ha masih
menunjukkan efisiensi pemupukan yang memadai. Selain pupuk P,
pemberian pupuk K juga harus dicermati, karena pemupukan K pada
umumnya kurang memberikan tanggapan, kecuali pada tanah Grumusol
dengan K-dd (K dapat ditukar) 0,24 me/100 g, tanah Aluvial dengan K-dd
0,27 me/100 g, dan tanah Podsolik dengan K-dd kurang dari 0,30 me/100 g.
Pada tanah-tanah tanggapan tersebut, pemberian 50-100 kg KCl/ha
memperlihatkan efisiensi yang tinggi, terutama pada tanah Grumusol (37,2)
dan Podsolik (16,0).
Pemberian pupuk organik memegang peranan penting untuk
meningkatkan produktivitas lahan. Pengaruh positif pemberian pupuk
kandang dan pupuk hijau dalam takaran tinggi (5-20 t/ha) telah dilaporkan
oleh sejumlah peneliti. Pada tanah Aluvial, pemberian kotoran sapi atau
pupuk hijau dari daun gamal dengan takaran 5-20 t/ha dapat menggantikan
100-200 kg pupuk urea/ha (Akil et al. 2003). Pemberian pupuk urea
sebaiknya tiga kali pada 7, 25, dan 40 hari setelah tanam (HST) atau dua kali
pada 7 dan 35 HST, ditugal 7-10 cm di samping tanaman dan ditutup dengan
tanah. Pupuk P dan K diberikan pada 7 HST. Pupuk organik diberikan pada
saat tanam sebagai penutup benih atau lubang tanam.
Tanaman jagung memang tanaman yang tidak membutuhkan banyak
air. Meskipun demikian, tanaman jagung memerlukan pengairan yang cukup
selama pertumbuhannya agar terhindar dari kekeringan. Pengairan tanaman
jagung pada musim kemarau bersumber dari air tanah yang dipompa atau dari
air permukaan dari jaringan irigasi. Agar distribusi air lebih efektif ke
tanaman, umumnya petani membuat saluran air di antara barisan tanaman
dengan menggunakan cangkul atau bajak yang ditarik ternak. Lahan irigasi
dengan sumber air terbatas dan lahan sawah tadah hujan pada musim kemarau
memerlukan pengairan hingga mencapai kapasitas lapang sebanyak empat
kali, yaitu pada umur 15, 30, 45, dan 60 hari setelah tanam.
Hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman jagung adalah bulai,
lalat bibit, dan penggerek batang. Pencegahan penyakit bulai dapat dilakukan
dengan menanam varietas secara serempak pada hamparan luas, eradikasi
tanaman sakit, dan perlakuan benih dengan fungisida berbahan aktif
metalaxyl dengan takaran 2,5 g/kg benih dicampur dengan 10 ml air yang
disuspensikan dan dicampur dengan benih secara merata pada saat tanam.
Lalat bibit dapat dikendalikan dengan aplikasi insektisida karbofuran 0,15-
0,30 kg ba/ha yang diberikan pada lubang pada saat tanam. Aplikasi
karbofuran dengan takaran 0,5-10 kg ba/ha saat tanaman berumur 7 hari
setelah tanam, dapat mengendalikan penggerek batang.
Panen merupakan tahap awal dari rangkaian penanganan pascapanen
jagung, karena berpengaruh terhadap jumlah dan mutu hasil. Terlambat panen
mengakibatkan penurunan mutu dan peningkatan kehilangan hasil.
Sebaliknya, panen terlalu awal menyebabkan jumlah butir muda banyak,
sehingga kualitas dan daya simpan rendah. Biji jagung bisa dikatakan sudah
masak apabila bagian-bagian tanaman secara keseluruhan telah menua, mulai
dari daun yang telah berwarna kecoklatan. Tanda-tanda jagung siap panen
yaitu umur tanaman mencapai maksimum, ditandai setelah pengisian biji
optimal; daun menguning dan sebagian besar mulai mengering; bagian kulit
jagung sudah kering atau kuning; bila kulit jagung dibuka, biji terlihat
mengkilap dan keras, bila ditekan dengan kuku tidak membekas pada biji;
dan kadar air biji sekitar 25-35%.
Menurut buku jagung yang diterbitkan Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan, Departemen Pertanian tahun 2007; dalam
rangka membangun kemitraan, maka pemerintah berperan penting dalam
beberapa aspek, yaitu: (a) pengembangan kelembagaan ekonomi koperasi,
terutama KUD, untuk menjadi bagian dari jaringan agribisnis; (b)
pengonsolidasian lahan untuk dapat dimiliki dan dikelola oleh petani; (c)
pembuatan perangkat hukum yang mendukung pengembangan kemitraan
usaha, terutama untuk melindungi hak individu petani dari eksploitasi
pemodal dan perusakan sumber daya alam yang menjadi basis usaha di sektor
pertanian; (d) penciptaan iklim yang kondusif, bagi pengembangan sarana
dan prasarana, pengkajian dan penerapan teknologi, kemudahan pelayanan
perkreditan, dan pengembangan sistem informasi pasar untuk produk
pertanian; dan (e) pengembangan pilot proyek, yang pada tahap awal
melibatkan BUMN dan koperasi sebagai mitra usaha petani.
Setelah pemanenan jagung akan melalui proses pengeringan.
Pengeringan adalah upaya untuk menurunkan kadar air biji jagung agar aman
disimpan. Kadar air biji yang aman untuk disimpan berkisar antara 12-14%.
Biasanya para petani mengeringkan dengan cara menjemurnya di bawah terik
matahari. Efektivitas penjemuran bahan ditentukan oleh: (a) tingkat
pengeringan, (b) lokasi penjemuran, dan (c) posisi bahan dari penyinaran
matahari (Muhlbauer, 1983).
Setelah dikeringkan, jagung dipipil bijinya. Pemipilan biji jagung
berpengaruh terhadap butir rusak, kotoran, serta membantu mempercepat
proses pengeringan. Proses pemipilan akan berlangsung dengan mudah dan
kualitas pipilan tinggi apabila tanaman sudah mencapai umur panen yang
ditentukan dan kadar air biji pada saat panen rendah (<18%). Pemipilan
jagung dapat dilakukan secara manual dengan tangan atau secara mekanis
dengan bantuan mesin. Cara pemipilan dengan tangan banyak dilakukan
untuk penyediaan benih. Kerugian dari cara ini adalah memerlukan waktu
yang lama dan membutuhkan tenaga kerja yang banyak.
Dalam proses penyimpanan, biji jagung masih mengalami proses
pernafasan dan menghasilkan karbondioksida, uap air, dan panas (Champ and
Highley, 1986). Apabila kondisi ruang simpan tidak terkontrol, akan terjadi
kenaikan konsentrasi air di udara sekitar tempat penyimpanan, sehingga
memberikan kondisi ideal bagi pertumbuhan serangga dan cendawan perusak
biji. Pengaruh lain dari kenaikan suhu dan konsentrasi uap jenuh udara adalah
meningkatnya proses respirasi sehingga berakibat makin meningkatnya suhu
udara di ruang penyimpanan yang akan mempercepat proses degradasi biji.
Penelitian menunjukkan bahwa pada suhu ruang simpan 28ºC, kelembaban
udara nisbi 70%, dan kadar air 14%, biji jagung masih mempunyai daya
tumbuh 92% setelah disimpan selama enam bulan, sedangkan pada suhu
simpan 38ºC daya tumbuh benih menurun menjadi 81%.
Tahap akhir adalah pemasaran. Pemerintah sudah menetapkan standar
kualitas untuk produk jagung, baik untuk pangan maupun pakan. Standar
Nasional Indonesia produk jagung di antaranya jagung sekurang-kurangnya
90% bijinya berwarna kuning atau berwarna putih untuk jagung putih. Selain
itu, terdapat syarat umum standar mutu jagung. Syarat-syarat tersebut antara
lain bebas dari hama penyakit; bebas bau busuk, asam, atau bau asing lainnya
(tidak berbau); bebas dari bahan kimia seperti insektisida dan fungisida; dan
memiliki suhu normal.
BAB III
PEMBAHASAN

Wawancara hasil budidaya jagung dilakukan di rumah Pak Pardini warga


kabupaten Bantul. Pak Pardini menanam jagung dengan syarat, yaitu tanah diolah
dengan baik. Penggarapan tanah disini berbeda dengan penggarapan tanah untuk
tanaman padi. Tanah yang digunakan tidak teralu basah (becek) dan tidak terlalu
kering. Tanah juga harus terbebas dari gulma. Tanah untuk tanaman jagung tidak
perlu dibajak. Bibit jagung yang dipilih haruslah bibit yang unggul. Pak Pardini
menggunakan bibit Jagung yang standar, yaitu berasal dari dinas pertanian atau
yang sudah ada label dari dinas pertanian. Ia menggunakan Varietas Jagung
Pioner 38 dengan harga Rp90.000/kg.
Penanaman diusahakan satu kotak harus sehari selesai apabila tidak sekali
tanam pertumbuhan tidak sama. Tanaman jagung harus memiliki saluran irigasi.
Apabila tidak ada irigasi, dapat menggunakan sumur bor. Jarak tanam tidak boleh
berdekatan agar jagung yang dihasilkan memiliki kualitas baik. Jarak antar
tanaman padi kurang lebih 70 cm dan jarak larikan 20 cm.
Pemupukan tanaman jagung dilakukan sebanyak tiga kali. Pada pemupukan
pertama, Urea dicairkan terlebih dahulu, kemudian disemprotkan sedikit demi
sedikit. Selain disemprotkan, pemupukan juga dapat menggunakan sendok dan
dipupuk dengan jarak 3 cm dari jarak tanam. Pemupukan pertama dilakukan
sekitar umur 14 sampai 15 hari. Urea yang digunakan sebanyak 50 kg untuk
seribu meter. Pada jarak sekitar satu minggu tanaman jagung diairi irigasi. Setelah
itu, dilakukan pembersihan gulma. Lalu, tanah dicangkul. Setelah satu bulan, sisi
kanan dari kiri tanaman jagung ditimbun agar tanaman jagung tidak mudah roboh.
Sekitar umur 40 hari dilakukan pemupukan kedua. Bahan yang digunakan untuk
pemupukan kedua adalah Urea, Ponska, dan TS dengan perbandingan 1:2:3,
kemudian dicampur. Apabila tanah kering dapat diari kembali. Setelah muncul
jagung muda, dilakukan pemupukan terakhir dengan Urea, Ponska, dan TS
dengan perbandingan 1:2:3 dan ditambah NPK. NPK bermanfaat untuk
menambah berat biji jagung. Pemupukan ketiga dilakukan setelah 25 hari dari
pemupukan kedua. Setelah itu, tiga minggu sekali tanaman jagung diari sampai
jagung akan kering.
Pengendalian hama untuk jagung jarang dilakukan. Apabila ada hama, petani
tidak menggunakan pestisida, tetapi bahan organik. Pengendalian OPT cukup
dilakukan sekali. Selain itu, tanaman jagung harus selalu diperhatikan
pertumbuhannya. Hal tersebut dilakukan secara berkala untuk memantau kualitas
jagung yang akan dihasilkan.
Setelah jagung kering, petani memetik jagung tersebut lalu dijemur. Setelah
dijemur jagung dipipil dengan tangan. Apabila hasil panen banyak, pemipilan
dapat dilakukan dengan mesin. Pemipilan dengan mesin akan merugikan petani
karena harganya mahal. Luas tanah seribu meter dapat menghasilkan lebih dari 15
kuintal jagung.
Jagung yang sudah dipanen dijual ke pengepul. Setelah dikumpulkan ke
pengepul, jagung digiling untuk campuran pakan ternak ayam. Jagung yang
ditanam petani tidak dijual dipasar karena peminatnya masih kurang sehingga
biasanya petani menjualnya ke pengepul.
Proses budidaya tanaman jagung terdapat beberapa perbedaan dengan
beberapa literatur. Petani tidak memberikan data spesifik ketinggian daerah untuk
tanaman jagung. Padahal waktu penanaman jagung yang baik haruslah
mempertimbangkan iklim serta ketinggian daerah, yaitu kisaran 0-2000 m dari
permukaan laut. Selain itu, tanah yang baik untuk budidaya jagung adalah tanah
dengan kandungan nutrisi yang baik,dilengkapi dengan bahan organic dan pH
optimal yaitu kisaran 5,8 hingga 7,0.
Pemilihan NPK untuk pupuk tambahan tepat karena menurut literatur pupuk
NPK dapat meningkatkan kualitas benih yang dihasilkan. Jarak antar baris
tanaman jagung juga sudah tepat, yaitu 75 cm dan 20 cm dalam barisan dengan
satu tanaman per rumpun. Namun, dapat ditemukan perbedaan pengolahan tanah
untuk tanaman jagung menurut petani dan buku Jagung Teknik Produksi dan
Pengembangan. Menurut petani tanah tidak perlu dibajak, sedangkan menurut
buku tersebut tanah perlu dibajak. Pemupukan tanaman jagung juga sudah
memiliki takaran yang sesuai dan tidak berlebihan. Pengairan yang dilakukan oleh
petani sudah tepat karena pengairan dilakukan menggunakan air tanah yang
dipompa atau irigasi.
Pengendalian OPT jarang dilakukan petani karena hama tanaman jagung
jumlahnya sedikit. Apabila ada hama yang menyerang tanaman jagung, petani
tidak menggunakan peptisida. Petani lebih memilih baan organik untuk
membasmi hama. Langkah tersebut tepat dilakukan untuk menjaga kualitas
tanaman jagung.
Proses pascapanen yang dilakukan petani sudah sesuai dengan tatacara
pascapanen tanaman jagung di buku Jagung Teknik Produksi dan Pengembangan.
Proses tersebut memiliki urutan yang sama dan dilakukan secara tepat. Proses
pemipilan petani memiliki kesamaan dengan literatur tersebut, yaitu manual dan
menggunakan mesin. Pemasaran hasil panen jagung belum dijual secara luas
karena hanya untuk pakan ayam saja. Namun, hasil panen yang dijual sudah
memenuhi syarat umum standar mutu jagung.
BAB IV
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Berdasarkan wawancara yang telah kami laksanakan dan hasil
perbandingan dengan literatur, dapat ditarik kesimpulan mengenai budidaya
tanaman jagung di daerah Bantul. Terdapat beberapa faktor yang secara garis
besar mempengaruhi proses budidaya tanaman jagung, diantaranya adalah
jenis pupuk, pengairan (irigasi), dan pemilihan bibit. Ketiga aspek ini akan
berpengaruh terhadap kualitas jagung yang akan dipanen. Pada pemeliharaan
budidaya tanaman jagung, Pak Pardini selaku petani jagung telah
mendapatkan pelatihan dari Kementerian Pertanian sehingga dapat mengolah
komoditas ini dengan baik.

1.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan ke Pak Pardini adalah
menambah jenis varietas unggul pada tanaman jagung, sehingga dapat
menambah nilai jual terhadap tanaman jagung. Selain itu, metode pemasaran
hasil panen tamaman jagung hendaknya dapat diubah dengan memasarkannya
secara meluas.
DAFTAR PUSTAKA

Amal Wira Nurhanafi, Didik Indradewa, dan Rohlan Rogomulyo. 2017.


Pertumbuhan dan hasil jagung ( Zea mays L. ) pada pola tanam satu
lubang dengan kedelai ( Glycine max (L.) Merrill. Vegetalika 6(4) : 2.
Balitsereal dan puslitbang tanaman pangan. 2007. Jagung Teknik Produksi
dan Pengembangan. [internet]. Tersedia di:
http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id.
Dja’far Shiddieq, Putu Sudira, Tohari. 2017. Aspek Dasar Agronomi
Berkelanjutan. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Hidayat.A, dkk. Respon tanaman jagung (Zea mays L.) terhadap system oalah
tanah pada musim tanam ketiga di tanah Gedung Meneng, Bandar
Lampung. Jurnal Agritek Tropika. 6(1) : 1.
Ikhwana Pasta, Andi Ette, Henry N.Barus. 2015. Tanggap pertumbuhan dan
hasil tanaman jagung manis ( Zea mays L. Saccharata ) pada aplikasi
berbagai pupuk organik. e-J Agrotekbis 3(2) 169.
Parera, K.T.G.K, Weerasinghe, T.K. 2014. A study on the impact of corn
cultivation (Zea mays (L.) family – poaceae) on the properties of soil.
International Journal of Scientific and Research Publications. 4(7) : 1.
Pasta, I. dkk. 2015. Tanggap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis
(Zea mays L.Saccharata) pada aplikasi berbagai pupuk organik. Jurnal
Agrotekbis 3(2) : 169
R.C. Canatoy.2018. Growth and yield response of sweet corn (Zea mays
L.var. Saccharata) as effected by tillage operations and fertilizer
applications. International Journal of Education and Research. 6(4) :
265
Riwandi, M. Handajaningsih, Hasanudin. 2014. Teknik Budidaya Jagung
dengan Sistem Organik di Lahan Marjinal. Bengkulu. Unib Press.
Wahyudin, A. Ruminta, S.A Nursaripah. 2016. Pertumbuhan dan hasil
tanaman jagung ( Zeamays L. ) toleran herbisida akibat pemberian
berbagai dosis herbisida kalium glifosat. Jurnal kultivasi 15(2) : 86-87.
Lampiran 1: Dokumentasi

Gambar 1.1 Ladang Jagung Gambar 1.2 Bunga Jagung


Sumber: Dokumentasi pribadi Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 1.3 Daun Jagung Gambar 1.4 Jagung Muda


Sumber: Dokumentasi pribadi Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 1.5 Tanaman Jagung Gambar 1.6 Pohon Jagung


Sumber: Dokumentasi pribadi Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 2.1 Tanaman Jagung Muda Gambar 2.2 Tanaman Jagung Kering
Sumber: Dokumentasi pribadi Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 2.3 Jagung Kering-1 Gambar 2.4 Jagung kering-2


Sumber: Dokumentasi pribadi Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 2.5 Jagung dipanen Gambar 2.6 Panen Jagung


Sumber: Dokumentasi pribadi Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 3.1 Menjemur Jagung Gambar 3.2 Jagung Pasca Panen
Sumber: Dokumentasi pribadi Sumber: Dokumentasi pribadi
Lampiran 2: Jurnal

Anda mungkin juga menyukai