Laporan SVP Dexamethasone

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


“Sediaan Steril Small Volume Parenteral Suspensi Injeksi
Dexamethasone Acetat 4,51659 mg/mL”

Disusun oleh:

Asri Fauziyyah
P17335117051

Dosen Pembimbing:

Siska Triapriyoanita, S.Farm

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


JURUSAN FARMASI
2019
Sediaan Steril Small Volume Parenteral Suspensi Injeksi
Dexamethasone Acetat 4,51659 mg/mL

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Melakukan preformulasi, pembuatan sediaan, parenteral dan evaluasi sediaan
steril SVP suspense injeksi Dexamethasone Acetat 4,51659 mg/mL.

II. PENDAHULUAN
Sediaan steril adalah sediaan yang harus terhindar dari kotaminan mikroba baik
viable maupun non viable. Tetapi dalam praktiknya, tidak dapat dicapai karena
sediaan tidak dapat dijamin steril. Untuk mendapatkan sediaan yang steril dapat
dilakukan dengan cara sterilisasi. Sterilisasi merupakan konsep penting dalam
persiapan steril produk farmasi. Tujuannya adalah untuk menyediakan produk aman
dan menghilangkan kemungkinan memperkenalkan infeksi (Aulton, 2013).
Alasan suatu sediaan dibuat steril karena berhubungan langsung dengan kulit
terbuka, permukaan membran mukosa atau organ bagian dalam dan darah atau cairan
tubuh. Injeksi pada aliran darah dam atau bagian steril dalam tubuh harus steril
(Aulton, 2013).
Sedangkan menurut Farmakope Indonesia Edisi V, injeksi adalah injeksi yang
dikemas dalam wadah 100 mL atau kurang. Umumnya hanya larutan obat dalam air
yang bisa diberikan secara intravena.
Small Volume Parenteral adalah injeksi volume kecil yang dikemas dalam wadah
berlabel berisi 100 mL atau kurang. Sistem penghantaran IV menyederhanakan
penghantaran untuk Small Volume Parenteral secara partikular. Keuntungan dari
sistem siap pakai ini adalah memerlukan sedikit atau tidak ada peracikan yang
spesifik untuk pasien. Dengan demikian Small Volume Parenteral adalah alternatif
yang layak untuk peracikan obat parenteral dari dosis individual atau beberapa obat
IV (Ansel, 2014).
Dexamethasone sebagai agen anti-inflamasi atau imunosupresan dalam
pengobatan berbagai penyakit termasuk alergi, dermatologi, endokrin, hematologi,
inflamasi, neoplastic, ginjal, sistem saraf, respirasi, rheumatic atau autoimun (Drug
Information Handbook, 2009) untuk memberikan efek yang cepat maka
dexamethasone dibuat menjadi sediaan parenteral dengan rute pemberian
intramuscular dam intraarticular.
III. TINJAUAN PUSTAKA

Sediaan parenteral diformulasikan sebagai larutan, suspensi, emulsi, liposom,


mikrosfer, nanosistem, dan serbuk rekonstitusi sebagai larutan. Komponen yang biasanya
digunakan dalam formulasi parenteral berfokus pada larutan dan produk beku-kering
(Remington, 2005).
Sediaan parenteral dapat dibuat dengan syarat sebagai berikut (Remington,
2005) :
1. Sediaan harus steril.
2. Sediaan harus bebas dari kontaminasi pirogen (endotoksin).
3. Sediaan injeksi harus bebas dari partikel termasuk serbuk rekonstitusi steril.
4. Sediaan harus isotonis. Isotonisitas bergantung pada rute administrasi yang
diberikan. Untuk produk yang diadministrasikan pada cairan cerebrospinal harus isotonis
begitupun sediaan optalmik. Sediaan yang penghantarannya melalui injeksi bolus dengan
rute selain IV harus isotonis atau sedikit isotonis. Infus IV harus isotonis.
5. Sediaan harus stabil secara fisika dan kimia.
Sediaan parenteral dapat di administrasikan atau disuntikkan ke hampir semua
organ atau area tubuh, termasuk sendi (intraartikular), daerah cairan sendi (intrasynovial),
tulang belakang kolom (intraspinal), cairan tulang belakang (intratekal), arteri (intra-
arteri), dan dalam keadaan darurat, bahkan jantung (intracardiac). Namun, sebagian besar
suntikan masuk ke pembuluh darah (intravena, IV), ke otot (intramuskular, IM), ke dalam
kulit (intradermal, ID; intracutaneous), atau di bawah kulit (subkutan) (Ansel, 2014).

Administrasi parenteral secara harfiah berarti metode obat apa pun administrasi
yang tidak memanfaatkan saluran gastrointestinal, seperti inhalasi atau aplikasi kulit.
Namun dalam prakteknya, administrasi parenteral umumnya dianggap sebagai pemberian
obat dengan suntikan (Aulton, 2013).

Sediaan yang termasuk kategori Small Volume Parenteral (SVP) adalah ampul
atau vial 1 ml, 2 ml, 3 ml, 5 ml dan 20 ml serta vial 2 ml, 5 ml, 10 ml, 15 ml, 20 ml, dan
30 ml. Sediaan ini dapat digunakan untuk penyuntikan secara intramuskular, intravena,
intradermal, subkutan, intraspinal, dan intrasisternal atau intratekal (Agoes, 2009).

Perhitungan Dosis

Kesetaraan dosis dexamethasone acetate 8 : 16 mg dari dexamethasone,


pemakaian berulang, jika perlu setiap 1-3 minggu. Dexamethasone acetate dapat
diberikan secara local melalui intraarticular atau injeksi jaringan lunak dengan dosis
kesetaraan 4 : 16 dari dexamethasone, jika perlu diulang 1-3 minggu (Sweetman,
2009).

Dosis dexamethasone acetate untuk dewasa : (Drug Information Handbook, 2009).

Kadar dexamethasone dalam sediaan = 4 mg/mL

8 mg
Kesetaraan dexamethasone acetate = x 4 mg/mL=2 mg
16 mg

1) Terapi ematogenik = 4 mg setiap 4 -6 jam


4 mg
 x 1 mL=2mL
2 mg

Jadi dosis dexamethasone acetate untuk terapi ematogenik = 2 mL setiap 4 -6 jam

2) Anti inflamasi = 0,75 - 9 mg/hari dosis terbagi setiap 6 - 12 jam


0,75 mg
 x 1 mL=0,375 mL
2 mg
9 mg
 x 1 mL=4,5 mL
2 mg

Jadi dosis dexamethasone acetate untuk terapi anti inflamasi = 0,375-4,5 mL/ hari
dosis terbagi setiap 6 - 12 jam

3) Intraarticular, intralesional atau jaringan lunak = 0,4 - 6 mg/hari

4 mg
Kesetaraan dexamethasone acetate = x 4 mg/mL=1 mg
16 mg

0,4 mg
 x 1 mL=0,4 mL
1 mg
6 mg
 x 1 mL=6 mL
1 mg

Jadi dosis dexamethasone acetate untuk terapi anti inflamasi = 0,4 – 6 mL/ hari.

Dosis dexamethasone acetate untuk anak : (Drug Information Handbook, 2009).

1) Anti inflamasi imunosupresan = 0,08 – 0,3 mg/kg/hari terbagi setiap 6 - 12 jam


0,08 mg
 x 1 mL=0,04 mL
2 mg
0,3 mg
 x 1 mL=0,15 mL
2 mg

Jadi dosis dexamethasone acetate untuk terapi anti inflamasi imunosupresan = 0,04 –
0,15 mL/kg/ hari dosis terbagi setiap 6 - 12 jam.

2) Extubation atau airway edema = 0,5 – 2 mg/kg/hari dosis terbagi setiap 6 jam awal
dimulai 24 jam sebelumnya untuk extubasi dan dilanjutkan 4-6 dosis setelahnya.
0,5 mg
 x 1 mL=0,25 mL
2 mg
2mg
 x 1 mL=1 mL
2mg

Jadi dosis dexamethasone acetate untuk extubation atau airway edema yaitu, 0,25 – 1
mL dosis terbagi setiap 6 jam awal dimulai 24 jam sebelumnya untuk extubasi dan
dilanjutkan 4-6 dosis setelahnya.
IV. FORMULASI
1. Dexamethasone Acetat
Bahan aktif/ Rumus kimia Dexamethasone Acetate
C22H29FO6
BM 434,5 g/mol (Martindale, 2009)
Struktur kimia

Pemerian Serbuk, bening, putih sampai hamper putih, tidak berbau


(Farmakope Indonesia V, hlm 280).
Kelarutan Mudah larut dalam metanol, dalam aseton dan dalam dioksan,
praktis tidak larut dalam air.
(Farmakope Indonesia V, hlm 280).

Stabilitas
 Panas Titik lebur suhu 225ºC disertai dekomposisi.
(The Pharmaceutical Codex, hlm 825).
 Hidrolisis Dexamethasone acetate dalam bentuk padat stabil terhadap
udara
 Cahaya (The Pharmaceutical Codex, hlm 825).
Terlindung dari cahaya.
 pH stabilitas API (The Pharmaceutical Codex, hlm 825).
5-7,5
(USP 30 – NF 25 2009, hlm 1888, pdf).
Inkompabilitas 5 – 7,5
(USP 30 – NF 25 2009, hlm 1888, pdf).
pH sediaan berdasarkan Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat tidak tembus
farmakope cahaya.
(The Pharmaceutical Codex, hlm 825).
Bentuk sediaan yang telah Injeksi IM, IV, tablet, salep
didistribusikan
Kesimpulan:
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester/lain-lain): ester
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi): suspensi
Cara sterilisasi sediaan: autoklaf, 121ºC, 15 Psi, 15 menit
Kemasan: gelas vial tipe I
Tipe administrasi sediaan injeksi (IV/IM/SC/IA/IT/lain-lain): Intramuscular
Tipe sediaan (single dose/ multiple dose): Multipledose

2. CMC-Na
Pemerian Serbuk putih sampai hampir putih, tidak berbau, tidak berasa,
higroskopis setelah pengeringan
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 118, pdf).
Kelarutan Praktis tidak larut dalam aseton, metanol, etanol (95%), eter dan
toluene. Mudah didispesikan dalam air pada berbagai suhu.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 118, pdf).
Stabilitas

 Panas Mulai berwarna coklat pada suhu 227ºC mulai gosong pada suhu
225ºC - 230ºC
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 118, pdf).
 Hidrolisi Dalam kelembapan yang tinggi dapat mengabsorbsi air dalam jumlah
s besar.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 118, pdf).
Terlindung dari cahaya
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 118, pdf).
 Cahaya 6,5 – 8,5
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 118, pdf).
 pH
Kegunaan Suspending Agent (Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 118,
pdf).
Inkompabilitas Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan larutan garam dari
besi dan logam lainnya termasuk alumunium, merkuri dan seng. Juga
inkompatibel dengan xanthan gum. Mengendap pada pH < 2 dan juga
ketika dicampur dengan etanol 95%.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 118, pdf).

3. Benzyl Alcohol

Pemerian Cairan berminyak, tidak berwarna, dengan aromatic lemah, rasa tajam.

(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 64, pdf).


Kelarutan Larut dalam air (1:25 di 25 ºC) (1:14 di 90 ºC)
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 64, pdf).
Stabilitas

 Panas Titik didih 204, 7 ºC


(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 64, pdf).
 Hidrolisi Benzyl alcohol teroksidasi perlahan di udara membentuk benzaldehid
s dan asam benzoate, tetapi tidak bereaksi dengan air.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 65, pdf).
Disimpan dalam wadah kedap udara, terlindung dari cahaya dan
kering.
 Cahaya (Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 64, pdf).
Aktivitas optimum pH di bawah 5
Aktivitas rendah pH di atas 8
 pH (Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 64, pdf).
Kegunaan Pengawet (Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 65, pdf).
Inkompabilitas Benzyl alcohol inkompatible dengan agen pengoksidasi dan asam
kuat.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 65, pdf).

4. Natrium Klorida

Pemerian Bubuk kristal putih atau kristal tak berwarna, memiliki rasa garam
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 637, pdf).
Kelarutan Sedikit larut dalam etanol, 1:10 dalam gliserin, 1:250 dalam etanol
95%, 1:2,8 dalam air, 1:2,6 dalam air pada suhu 100oC
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 639, pdf).
Stabilitas Stabil terhadap panas, dapat disterilisasi dengan autoklaf, stabil
terhadap cahaya, pH sediaan injeksi 4,5-7,0
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 639, pdf).
Kegunaan Pengisotonis (Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 639, pdf).
Inkompabilitas Dengan pengoksidator kuat (Handbook Of Pharmaceutical Excipients
hlm 639, pdf).

5. Water For Injection

Pemerian Cairan bening, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.

(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 766).


Kelarutan Larut dalam kebanyakan pelarut polar.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 766).
Stabilitas Panas : Stabil secara kimia dalam semua keadaan fisik.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients halaman 766).
pH sediaan injeksi : 5,0 – 7,0
(Farmakope Indonesia Edisi V hlm 57.pdf).
Kegunaan Sebagai pelarut .
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 766).
Inkompatibilitas Dalam formulasi sediaan farmasi, air dapat bereaksi dengan obat-
obatan dan eksipien lainnya yang rentan terhadap hidrolisis
(penguraian dengan adanya air atau kelembaban) pada suhu
lingkungan dan suhu tinggi. Air dapat bereaksi keras dengan logam
alkali dan bereaksi cepat dengan lobam basa dan oksida seperti
kalsium oksida dan magnesium oksida. Dapat bereaksi pula dengan
garam anhidrat untuk membentuk hidrat dari berbagai komposisi,
dan dengan bahan organik dan kalsium karbida tertentu.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients hlm 768).
Cara Sterilisasi Dengan metode sterilisasi panas basah menggunakan suhu 121℃ ,
Bahan tekanan 15 Psi selama 15 menit.

V. PENDEKATAN FORMULA

No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan


1. Dexamethasone Acetate 0,451659% Bahan Aktif
2. NaCl 0,5669% Pengisotonis
3. CMC-Na 0,3% Suspending Agent
4. Benzyl Alcohol 1% Pengawet
5. WFI Ad 100% Pembawa

VI. PERHITUNGAN TONISITAS, OSMOLARITAS, DAPAR, mEq/L


1. Tonisitas

1. Dexamethasone Acetat Dexamethasone Acetat 0,451659%


(weak electrolit Liso= 2)
BM 434,5 g/mol
∆Tf Dexamethasone Acetat 0,451659%
∆Tf = Liso x C
1000
=2x¿x ¿
v ( mL)
1000 mL
=2x¿x ¿
100 mL
= 2 x 0,010395
= 0,0279ºC

2. CMC-Na CMC-Na 0,3% (Non electrolit Liso=


1,9)
BM 263,2 g/mol
∆Tf CMC-Na 0,3%
∆Tf = Liso x C
1000
= 1,9 x ¿ x ¿
v ( mL)
1000 mL
= 1,9 x ¿ x ¿
100 mL
= 1,9 x 0,0114
= 0,0217ºC

3. Benzil Alkohol Benzil Alkohol 1% (Non electrolit Liso=


1,9)
BM 108,14 g/mol
∆Tf Benzil Alkohol 1%
∆Tf = Liso x C
1000
= 1,9 x ¿ x ¿
v ( mL)
1000 mL
= 1,9 x ¿ x ¿
100 mL
= 1,9 x 0,0924
= 0,1756ºC

4. NaCl Nilai ∆Tf agar isotonis = 0,52ºC-0,2252ºC


= 0,29486ºC
0,29486 ºC
NaCl = x
0,52 ᵒC
0,9%
= 0,5669%
0,5669
= x 100 mL
100 mL
= = 0,5669 gram
2. Osmolaritas

5. Dexamethasone Acetat n =1
BM = 434,5 g/mol
0,451659 g
Bobot = x 100
100 mL
mL = 0,451659 gram dalam 100 mL
g
x 1000 x n
mOsmol/L = L
BM
0,451659
x 1000 x 1
= 0,1
434,5
= 10,3950 mOsmol/L

6. NaCl Na+ + Cl-


n =2
BM = 58,5 g/mol
Bobot = 0,5669 g dalam 100
mL
g
x 1000 x n
mOsmol/L = L
BM
0,5669
x 1000 x 2
= 0,1
58,5
= 193,8119 mOsmol/L
7. CMC-Na n =2
BM = 263,2 g/mol
Bobot = 0,3 g dalam 100 mL
g
x 1000 x n
mOsmol/L = L
BM
0,3
x 1000 x 2
= 0,1
263,2
= 22,7963 mOsmol/L
4. Benzil Alkohol n =2
BM = 108,14 g/mol
Bobot = 1 g dalam 100 mL
g
x 1000 x n
mOsmol/L = L
BM
1
x 1000 x 2
= 0,1
108,14
= 184,9454 mOsmol/L
Osmolaritas Total mOsmol/L total = 411,9484 mOsmol/L
= Hipertonis
Rentang Isotonis = 270-328 mOsmol/L

VII. PENIMBANGAN
Sediaan yang dibuat 6 vial @10 mL
Dilebihkan 0,7 mL untuk setiap vial untuk memenuhi syarat penetapan volume
injeksi sediaan kental (Farmakope Indonesia Edisi V, hlm. 1044)
10 mL+ 0,7 mL = 10,7 mL
Total volume/ berat sediaan yang dibuat: 70,2 mL
Volume sediaan dilebihkan menjadi 100 mL
No. Nama Bahan Jumlah/ Jumlah yang ditimbang
konsentra
si
Dexamethasone 434,5
Acetat 0,451659 Kesetaraan = x 4 mg/mL
392,5
1. %
= 4,4803 mg/mL

Kemurnian = 97%-102%

= 4,4803 mg/mL x (2%+4,4803 mg/mL)

= 4,51659 mg/mL

= 0,451659%

0,451659
= x 100 mL = 0,451659 gram
100
2. NaCl 0,5669% 0,5669
x 100 mL = 0,5669 gram
100
3. CMC-Na 0,3 % 0,3
x 100 mL = 0,3 gram
100
4. Benzil Alkohol 1% 1
x 100 mL = 1 gram
100
5. WFI Add 100 = 100 mL – 2,275959 gram
VIII. % =97,7240 mL STERIL
ISASI
a. Alat

No Cara
Nama Alat Waktu Sterilisasi Jumlah
Sterilisasi
1 Beaker glass 100 ml Panas Kering Oven, 170˚C , 60’ 2
2 Beaker glass 50 ml Panas Kering Oven, 170˚C , 60’ 3
3 Beaker glass 250 ml Panas Kering Oven, 170˚C , 60’ 2
4 Gelas ukur 100 ml Panas Basah Autoclave, 121˚C, 15’ 1
5 Gelas ukur 10 ml Panas Basah Autoclave, 121˚C, 15’ 1
6 Erlenmayer 250 ml Panas Basah Autoclave, 121˚C, 15’ 2
7 Corong Panas Basah Autoclave, 121˚C, 15’ 2
8 Batang pengaduk Panas Kering Oven, 170˚C , 60’ 3
9 Spatel Panas Kering Oven, 170˚C , 60’ 3
10 Pipet tetes Panas Basah Autoclave, 121˚C, 15’ 4
11 Karet pipet Bahan Kimia Alkohol 70%, 24 jam 4
12 Kaca arloji Panas Kering Oven, 170˚C , 60’ 2
13 Membran filter Panas Basah Autoclave, 121˚C, 15’ 2
14 Kertas saring Panas Kering Oven, 170˚C , 60’ 4
15 Labu ukur Panas kering Oven, 170˚C , 60’ 1
b. Wadah

No. Nama alat Jumlah Cara sterilisasi


1 vial 1 Panas Kering, Oven; 170˚C , 60’
2 Tutup karet vial 1 Bahan Kimia, Alkohol 70%, 24
jam

c. Bahan

No. Nama bahan Jumlah Cara sterilisasi


1 Dexamethasone Acetate 0,451569% Panas basah, Autoclave;
(b/v) 121˚C, 15’
2 Larutan NaCl 0,5669% (b/v) Panas basah, Autoclave;
121˚C, 15’
3 CMC-Na 0,3% (b/v) Panas basah, Autoclave;
121˚C, 15’
4 Benzil Alkohol 1% (b/v) Panas basah, Autoclave;
121˚C, 15’

IX. PROSEDUR PEMBUATAN

RUANG PROSEDUR
1. Semua alat dan wadah dicuci bersih dibilas dengan aquadest,
dikeringkan
Grey Area
2. Untuk gelas kimia 250 mL dikalibrasi 100 mL lalu dikeringkan
(Ruang Sterilisasi)
3. Bagian mulut Erlenmeyer, gelas ukur, pipet tetes, botol vial, gelas
kimia, corong disumbat alumunium foil
Bahan-bahan yang dibutuhkan ditimbang dengan menggunakan
timbangan analitik yang sudah dikalibrasi,
1. Dexamethasone acetate sebanyak 0,451659 g ditimbang diatas kaca
arloji ditutup dengan alumunium foil dan diberi label nama dan
jumlah bahan penimbangan tidak langsung)
2. CMC-Na sebanyak 0,3 g ditimbang pada kaca arloji ditutup dengan
White Area alumunium foil dan diberi label nama dan jumlah bahan
Grade C (penimbangan tidak langsung)
(Ruang 3. Benzyl alcohol sebanyak 1 g ditimbang pada kaca arloji ditutup
Penimbangan) dengan alumunium foil dan diberi label nama dan jumlah bahan
(penimbangan tidak langsung)
4. Natrium klorida sebanyak 0,5669 g ditimbang pada kaca arloji
ditutup dengan alumunium foil dan diberi label nama dan jumlah
bahan (penimbangan tidak langsung)
Semua bahan yang telah ditimbang dimasukan ke dalam white area
melalu transfer box.
Bahan-bahan diambil dari passbox
Meja kerja dibagi menjadi 3 area yaitu area bersih, kerja dan kotor lalu
meja didisinfeksi dengan desinfektan.
Dikerjakan dibawah lampu natrium.
1. CMC-Na sebanyak 0,3 g dicampur dengan 6 mL WFI (yang telah
diukur dengan gelas ukur 6 mL) di dalam mortir (1) lalu digerus
kuat hingga mengembang.
2. Benzyl alkohol sebanyak 1 g dilarutkan dengan WFI sebanyak 25
mL (yang telah diukur dengan gelas ukur 100 mL) dalam gelas
kimia 50 mL, diaduk hingga larut lalu ditambahkan ke dalam
mortir (1) aduk hingga homogen. Gelas kimia dibilas dengan 2 mL
WFI lalu ditambahkan ke dalam mortar (1) diaduk hingga
homogen.
3. Natrium klorida sebanyak 0,5669 g dilarutkan dengan WFI
sebanyak 5 mL (yang telah diukur dengan gelas ukur 10 mL)
dalam gelas kimia 50 mL, diaduk hingga larut lalu ditambahkan ke
White Area
dalam mortir (1) aduk hingga homogen. Gelas kimia dibilas
(Ruang
dengan 2 mL WFI lalu ditambahkan ke dalam mortar (1) diaduk
Pencampuran)
hingga homogen.
Grade C
4. Campuran bahan dalam mortir (1) disterisasi menggunakan
autoclave dengan suhu 121 ºC tekanan 15 psi selama 15 menit
(dispensasi).
5. Dexamethasone acetate sebanyak 0,451659 g dimasukan ke dalam
gelas kimia 250 mL (gelas kimia utama) lalu ditambahkan sedikit
demi sedikit campuran bahan dalam mortir (1) yang sudah
disterilisasi, diaduk hingga homogen.
6. WFI ditambahkan hingga mencapai 80% volume sediaan yaitu
hingga 80 mL. Kemudiaan diaduk ad homogen.
7. Dilakukan pengukuran pH pada sediaan dengan menggunakan alat
pH meter stick. Jika pH belum mencapai pH target maka
mengadjust pH dengan menambahan HCl/NaOH tergantung
dengan kondisi pH sediaan.
8. Suspensi dalam gelas kimia utama dipindahkan kedalam labu ukur
100 mL menggunakan corong kaca kemudian ditambahkan sisa
WFI hingga mencapai batas.
1. Suspensi dimasukan kedalam botol vial steril yang sudah
White Area dikalibrasi menggunakan syringe steril sebanyak 10,7 ml
(Filling Sediaan) kemudian tutup dengan tutup karet dan alumunium cap
Grade A/B 2. Dilakukan sterilisasi dengan metode panas basah menggunakan
autoclave dengan suhu 121 ºC tekanan 15 psi selama 15 menit
3. Sediaan di transfer ke ruang evaluasi dengan transfer box.
1. Dilakukan proses evaluasi sediaan.
Grey Area
2. Sediaan diberi etiket dan brosur kemudian dikemas dalam wadah
(Ruang Evaluasi)
sekunder.

X. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN

No Jenis Prinsip evaluasi Jumlah Hasil Syarat


Evaluasi
Memanfaatkan sensor
Fisika
penghamburan cahaya
Tidak terdapat
dan pengumpan sample. Tidak terdapat
Bahan bahan
1 Jika tidak memenuhi 1 vial bahan partikulat
partikulat partikulat
batas yang ditetapkan, dalam sediaan
dalam injeksi dalam sediaan
maka dilakukan pengujian
(FI V, hlm.
mikroskopik
1498)
1. 6,50
Evaluasi Pengukuran pH
2. 6,51
Fisika menggunakan
3. 6,39
potensiometri (pH meter),
2 3 vial Rata rata= 5,0 – 7,5
Penetapan yang mampu mengukur
6,467 pH
pH (FI V, harga pH sampai 0,02 unit
memenuhi
hlm. 1572- pH.
syarat.
1573)
Evaluasi
Fisika 1. 10,5 mL
2. 10,5 mL
Uji 3. 10,5 mL
Isi sediaan ditungkan
penetapan Rata – rata = Volume tidak
3 kedalam gelas ukur secara 3 vial
volume 10,5 mL ± kurang dari 10 ml
langsung lalu cek volume
injeksi dalam 0,0000
wadah Memenuhi
(FI V, hlm syarat
1570)
Evaluasi
Fisika
Tidak terjadi
Dengan membalikan Tidak ada
kebocoran
4 Uji botol berisi sediaan ditas 1 vial kebocoran
Memenuhi
kebocoran kertas saring/kapas sedikitpun
syarat
(Agoes, hlm
191)
Evaluasi Menguji suatu bahan
Biologi dengan teknik inokulasi
Tidak terjadi
langsung atau filtrasi
Tidak pertumbuhan
Uji sterilitas langsung untuk melihat
5 1 vial dilakukan mikroba setelah
(FI V, hlm. ada tidaknya pertumbuhan
(disepensasi) inkubasi selama
1336) mikroba, menggunakan
14 hari.
media tioglikonat cair dan
soybean casein digest
6 Dilakukan menggunakan 1 vial Tidak Tidak lebih dari
Evaluasi lymulus amebocyte dilakukan 0,5 unit
Biologi lysate. Teknik pengujian (dispensasi) Endotoksin FI per
menggunakan jendal gel ml untuk injeksi
Uji dan fotometrik yang mengandung
endotoksin dektrosa kurang
bakteri dari 5% dan tidak
( FI V, hlm. lebih dari 10,0
406) unit
Endotoksin FI per
ml untuk injeksi
yang mengandung
dektrosa antara
5% dan 70%.

Evaluasi Pengukuran kenaikkan


Biologi suhu hewan uji setelah
Tak seekor hewan
penyuntikkan larutan uji
uji pun dari
Uji pirogen secara IV dan ditunjukkan
Tidak keseluruhan
untuk untuk sediaan yang dapat
7 1 vial dilakukan hewan uji
volume ditoleransi dengan uji
(dispensasi) menunjukkan
sekali kelinci dengan dosis
kenaikan suhu
penyuntikkan penyuntikkan tidak lebih
0,5oC atau lebih.
(FI V, hlm. dari 10 ml/ kg bb dalam
1412) jangka waktu tidak lebih
dari 10 menit
Jika NP 10 unit
Evaluasi
sediaan pertama
Kimia
tidak kurang atau
Pengukuran
Tidak sama dengan Li
Uji menggunakan metode
8 10 vial dilakukan 15%.
keseragaman keseragaman bobot
(dispensasi)
sediaan (FI karena merupakan larutan
V, hlm. dalam satuan dosis
1526)
Bakteri = koloni
Evaluasi tidak kurang dari
Biologi 1,0 log reduksi
Pengukuran dilakukan ion jumlah
Uji dalam tiap 5 wadah asli Tidak hitungan awal
9 efektivitas bila tiap volume sediaan 5 vial dilakukan pada hari ke-7,
pengawet wadah mencukupi dan (dispensasi) tidak kurang dari
antimikroba wadah sediaan dapat 30 log reduksi
(FI V, hlm. ditusuk secara aseptik dari hitungan
1356) awal pada hari ke-
14
Evaluasi
Biologi
Tidak Tidak lebih dari
Uji
10 Menggunakan metode 1 vial dilakukan 20% jumlah yang
kandungan
kromatografi gas (dispensasi) tertera pada etiket
antimikroba
(FI V, hlm.
1442)
11 Evaluasi 1 vial Tidak Gelombang
Kimia Pengukuran dilakukan dilakukan serapan
dengan spektrum serapan (dispensasi) maksimum < 239
Uji inframerah zat yang telah nm berbeda tidak
identifikasi didispersikan dalam lebih dari 3,0%
minyak mineral p,
menunjukan maksimum
hanya pada bilangan
(FI V, hlm. gelombang yang sama
272) seperti pada
Dexamethasone acetate
BPFI yang tidak
keringkan
Evaluasi
Kimia
Penetapan kadar Tidak
Rentang kadar
12 Uji dilakukan dengan cara 1 vial dilakukan
97,0 – 102 %
penetapan kromatografi cair kinerja (dispensasi)
kadar (FI V, tinggi
hlm. 858)

XI. PEMBAHASAN

Dalam praktikum kali ini, membuat sediaan parenteral steril yaitu suspensi
injeksi Dexamethasone Acetate 4,51659 mg/mL yang diberikan secara intramuskular.
Sediaan Small Volume Parenteral atau sering disingkat SVP merupakan sediaan steril
dalam sediaan parenteral volume kecil yang digunakan secara intravena,
intramuskular, intradermal, subkutan dan lainnya.

Sediaan suspensi injeksi Dexamethasone Acetate 4,51659 mg/mL disebut


dengan sediaan SVP dikarenakan jumlah volume sediaan yang akan dibuat yaitu
kurang dari 100 mL dan penggunaannya secara multiple dose.

Pada kali ini sediaan di berikan secara intramuskular atau melalui otot.
Pemberian larutan intramuscular merupakan rute pemberian cairan obat dalam jumlah
kecil yang akan terdistribusi dengan cukup lambat pada keseluruhan tubuh, hal ini
mempunyai tujuan yaitu agar obat mempunyai durasi kerja yang lama karena pada
otot terdapat lemak yang dapat menjadikan obat terdistribusi cukup lambat.

membuat sediaan parenteral steril yaitu suspensi injeksi Dexamethasone


Acetate 4,51659 mg/mL mempunyai fungsi sebagai antiinflammasi atau
imunosupresan yang pada penggunaan parenteral diberikan secara injeksi
intramuscular (Sweetman, 2009).
Bahan aktif Dexamethasone mempunyai berbagai jenis bentuk bahan aktif
seperti dalam bentuk garam, erster atau dalam bentuk basanya. Karakteristik dari
Dexamethasone sendiri mudah di absorbsi oleh saluran pencernaan dan memiliki
bioavailabilitas yaitu sebesar 77% (Sweetman, 2009). Oleh karena itu, maka zat aktif
yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu Dexamethasone dalam bentuk esternya
yaitu Dexamethason Asetat. Dimana, Dexamethasone Asetat ini mempunyai onset
time dengan respon yang cepat sebagai kortikosteroid dan dengan rute pemberian
secara intramuskular akan menyebabkan kondisi terapi kortikosteroid respon cepat
untuk penggunaan jangka panjang (Sweetman, 2009).

Dexamethasone Asetat mempunyai kelarutan yang sangat buruk didalam air,


maka dari itu sediaan yang dibuat dalam praktikum kali ini yaitu dalam bentuk
suspensi agar bahan aktif dapat terdispersi di dalam pembawa. Dalam sediaan steril
ini air atau pembawa yang digunakan adalah Water For Injection karena WFI
merupakan pembawa aqua yang tidak mengandung pirogen. Karena jika mengandung
pirogen akan menyebabkan kenaikan tubuh yang nyata, demam, sakit badan,
vasokonstriksi pada kulit dan kenaikan tekanan dalam arteri (Lachman dkk., 2008).

Sediaan injeksi suspensi steril memerlukan suspending agent sebagai alat


pembantu mendispersikan bahan aktif agar tersebar merata dan mengurangi flokulasi,
maka dalam formula ditambahkan CMC-Na sebagai suspending agent yang relatif
baik, mempunyai pH yang sesuai dan kompatibel terhadap bahan aktif. CMC-Na
sebagai suspending agent memiliki rentang penggunaan yaitu 0,01%-0,75%. Namun,
pada formulasi ditambahkan CMC-Na hanya 0,3%, karena dianggap sudah mampu
mendispersikan bahan aktif dengan baik (Rowe, 2006).

Sediaan akan diinjeksikan kedalam tubuh sebaiknya memiliki kesamaan


tonisitas dengan cairan tubuh atau sering disebut dengan isotonis (Lachman dkk.,
2008). NaCl adalah salah satu zat yang mempunyai fungsi sebagai pengisotonis yang
digunakan dalam formulasi suspensi injeksi Dexamethasone Acetate 4,51659 mg/mL
kali ini agar menjadikan sediaan ini menjadi isotonis, konsentrasi NaCl yang
digunakan dalam formula ini yaitu 0,5669% yang di dapat dari perhitungan tonisitas.
Injeksi Dexamethasone Acetate ini, mempunyai volume 10 mL setiap vial dan
digunakan secara multiple dose yang memungkinkan terjadinya penambahan
kontaminan saat setelah sediaan digunakan. Oleh karen itu, dalam formulasi
ditambahkan pengawet benzil alkohol yang efektif pada konsentrasi sampai 2%.
pemilihan pengawet ini pun dikarenakan benzil alkohol mempunyai keseuaian pH
dengan bahan aktif dan kompatibilitasnya terhadap bahan aktif. Kadar yang
digunakan pada formulasi sediaan ini yaitu 1% (Rowe, 2006).

pH stabilitas dari bahan aktif Dexamethasone Acetate ini yaitu 5-7,5 (USP,
2007). Untuk memenuhi pH yang diinginkan sediaan ditambahkan NaOH atau HCl
secukupnya sampai pH yang diinginkan terpenuhi, karena dalam formula ini NaOH
dan HCl berfungsi sebagai pengatur pH dengan NaOH yang bersifat basa dan HCl
yang bersifat asam.

Bahan aktif yang digunakan merupakan suatu senyawa yang akan mulai
terdekomposisi apabila dipanaskan pada temperatur yang tinggi yaitu pada suhu
225°C (Codex., 1994), maka dibuat dengan menggunakan metode terminal
sterilization (sterilisasi akhir) metode sterilisasi panas basah.

Sediaan injeksi suspensi steril Dexamethasone Acetat yang telah selesai dalam
proses pencampuran dengan bahan lain selanjutnya dimasukkan kedalam labu ukur
100 mL lalu di masukkan kedalam vial kaca tipe I (gelas borosilikat) berwarna coklat
sebanyak 10 mL yang telah dikalibrasi. Vial berwarna coklat digunakan karena bahan
aktif harus terlindung dari cahaya. Kemudian, ditutup segera dengan tutup karet steril,
kemudian diberi tutup alumunium untuk menghindari kontaminasi yang mungkin
masuk ke dalam vial sediaan. Digunakan gelas borosilikat karena kandungan dalam
vial tidak mudah meluruh, sehingga pada saat sterilisasi akhir dengan pemanasan
pada permukaan wadah tidak akan keluar dan tercampur dengan sediaan yang dibuat.
Sterilisasi akhir sediaan dilakukan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121C
selama 15 menit.

Vial yang telah disterilisasi kemudian dibawa ke ruang evaluasi akhir untuk
dilakukan evaluasi sediaan akhir. Pemeriksaan pada praktikum kali ini hanya
meliputi, pemeriksaan terhadap keberadaan partikulat, pemeriksaan kejernihan
sediaan serta penetapan pH sediaan. Dari hasil evaluasi sediaan untuk injeksi suspensi
steril Dexamethasone Acetat 4,51659 mg/mL didapatkan hasil bahwa pada semua
pengujian evaluasi yang dilakukan yaitu penetapan pH, penetapan volume injeksi
dalam wadah, uji kebocoran vial dan uji partikulat memenuhi syarat.

XII. KESIMPULAN
1. Formulasi yang tepat untuk sediaan injeksi steril suspensi adalah sebagai berikut:
No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan
1. Dexamethasone Acetate 0,451659% Bahan Aktif
2. NaCl 0,5669% Pengisotonis
3. CMC-Na 0,3% Suspending Agent
4. Benzyl Alcohol 1% Pengawet
5. WFI Ad 100% Pembawa

2. Jenis sterilisasi yang digunakan dalam pembuatan injeksi steril suspensi


Dexamethasone Acetate 4,51659 mg/mL adalah sterilisasi akhir dengan
menggunakan metode panas lembab menggunakan autoklaf pada suhu 121⁰C
selama 15 menit dengan tekanan 15 psi.
3. Dari evaluasi didapatkan bahwa sediaan injeksi steril suspensi Dexamethasone
Acetate 4,51659 mg/mL memenuhi syarat untuk penetapan pH, penetapan
volume injeksi dalam wadah, uji kebocoran vial dan uji partikulat memenuhi
syarat.
XIII. DAFTAR PUSTAKA

Abate, M. and Abel, S. K., 2006, Remington: The Science and Practice of Pharmacy 21 st
Edition. Lippincott Williams and Wilkins, 772, University of The Sciences,
Philadelphia.

Agoes, Goeswin. (2009). Sediaan Farmasi Likuida-Semisolida (SFI-7.,) Bandung : Penerbit ITB.

AHFS.2011.AHFS Drug Information, Bethesda: American Society of Health System


Pharmacists.
Allen L. V., Popovich N.G. and Ansel H.C., 2014, Bentuk Sediaan Farmasetis & Sistem
Penghantaran Obat diterjemahkan oleh Lucia Hendriati dan Kuncoro Foe, 9th ed.,
Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Aulton, M.E., dan Taylor K.M.G., (2013), Aulton’s Pharmaceutics: The Design and
Manufacture of Medicines, Fourth Edition, Churcihill Livingstone Elsevier
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Farmakope Indonesia. Edisi V,Jakarta:
Departemen Kesehatan.
Lachman L., Herbert, A. L. & Joseph, L. K., 2008, Teori dan Praktek Industri Farmasi Edisi III,
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Lund, Walter. (1994). The Pharmaceutical Codex, 12th edition, The Pharmaceutocal Press,
London.
Rowe, Raymond C.2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi 5. London :
Pharmaceutical Press.
Sweetman, S. 2009. Martindale 36th. The Pharmaceutical, Press, London.
U.S. Pharmacopeia. The United States Pharmacopeia, USP 30/The National Formulary, NF 25.
2007 Rockville, MD: U.S. Pharmacopeial Convention, Inc.

XIV. LAMPIRAN

Evaluasi penetapan pH Evaluasi uji kebocoran

Evaluasi uji bahan partikulat dalam injeksi


Evaluasi uji volume injeksi dalam wadah
XV. BROSUR, KEMASAN, DAN ETIKET

 Etiket

 Brosur
 Kemasan

Anda mungkin juga menyukai