Proposal PKL - Dimas Firliantoro
Proposal PKL - Dimas Firliantoro
Proposal PKL - Dimas Firliantoro
DIMAS FIRLIANTORO
DIMAS FIRLIANTORO
Usulan Kegiatan
sebagai salah satu syarat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan
pada Program Studi Ekowisata
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Tanggal Pengesahan:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
Rahmat dan Hidayahnya penulis dapat menyelesaikan laporan praktik kerja
lapangan dengan judul Pengelolaan Jalur Wisata di Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango, Provinsi Jawa Barat. Usulan kegiatan Praktik Kerja
Lapangan ini merupakan salah satu tahapan awal bagi penulis dalam memenuhi
kewajiban akademik yang harus dipenuhi dan juga sebagai syarat kelulusan bagi
mahasiswa tingkat akhir yang berpendidikan di Program Studi, Sekolah Vokasi,
Institut Pertanian Bogor.
Penulis berharap usulan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dapat
bermanfaat bagi akademisi, masyarakat luas dan keilmuan khususnya dalam
bidang Ekowisata. Penulis dengan terbuka akan menerima kritik dan saran dari
pembaca apabila terdapat kekurangan dan kekeliruan pada usulan kegiatan tugas
akhir ini.
Dimas Firliantoro
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL i
DAFTAR GAMBAR iii
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 1
C. Manfaat 1
II. KONDISI UMUM 3
A. Letak dan Luas Kawasan 3
B. Sejarah Kawasan 3
C. Kondisi Fisik Kawasan 4
D. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat 5
E. Kondisi Kepariwisataan 5
F. Aksesibilitas 6
III. METODE PENGAMBILAN DATA 7
A. Waktu dan Lokasi 7
B. Alat 7
C. Jenis Data 7
D. Metode Pengambilan Data 8
E. Analisis Data 8
DAFTAR PUSTAKA 9
i
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Jenis Data Yang Diambil 7
iii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Peta Lokasi TNGGP 3
2. Peta Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 7
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
Tugas Akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi setiap orang
baik bagi penulis, pembaca, dan masyarakat setempat. Manfaat dari Perencanaan
Ekowisata Burung di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, diantaranya:
1. Memahami dan merasakan lingkungan dunia kerja secara langsung
2. Memahami dan merasakan secara langsung pengelolaan jalur wisata di
lapangan
3. Mampu mengaplikasikan ilmu yang dipelajari saat masa perkuliahan
4. Membantu memberikan data umum terkait pengelolaan jalur wisata sebagai
pertimbangan dalam pengembangan kegiatan wisata di Provinsi Jawa Barat
2
B. Sejarah Kawasan
2. Tahun 1919 dengan Besliut van den Gouverneur General van Nederlandsch
Indie 11 Juli 1919 No. 83 staatsblad No. 392-11 menetapkan areal hutan
lindung di lereng Gunung Pangrango dekat desa Caringin sebagai Cagar
Alam Cimungkad, seluas 56 ha.
3. Sejak tahun 1925 dengan Besliut van den Gouverneur General van
Nederlandsch Indie 15 Januari 1925 No. 17 staatsblad 15 menarik kembali
berlakunya peraturan tahun 1889, menetapkan daerah puncak Gunung Gede,
Gunung Gumuruh, Gunung Pangrango, dan DAS Ciwalen Cibodas sebagai
Cagar Alam Cibodas dengan luas 1040 Ha.
4. Daerah Situgunung lereng Selatan Gunung Gede dan bagian Timur
Cimungkad ditetapkan sebagai taman wisata seluas 100 Ha, melalui SK
Menteri Pertanian No. 461/Kpts/Um/31/75 tanggal 27 November 1975.
5. Unesco pada tahun 1977 menetapkan, kompleks Gunung Gede Pangrango
dan wilayah di sekitarnya yang dibatasi jalan raya Ciawi – Sukabumi –
Cianjur sebagai Cagar Biosfer Cibodas, dengan kawasan konservasi sebagai
zona inti Cagar Biosfer Cibodas.
6. Pada tahun 1978, bagian-bagian lainnya, seperti kompleks hutan Gunung
Gede, Gunung Pangrango Utara, Cikopo, Geger Bentang, Gunung Gede
Timur, Gunung Gede Tengah, Gunung Gede Barat, dan Cisarua Selatan
ditetapkan sebagai Cagar Alam Gunung Gede Pangrango dengan luas
14.000 Ha.
7. Dengan diumumkannya lima buah taman nasional pertama di Indonesia oleh
Menteri Pertanian pada tanggal 6 Maret 1980, maka kawasan Cagar Alam
Cibodas, Cagar Alam Cimungkat, Cagar Alam Gunung Gede Pangrango,
Taman Wisata Situgunung, dan hutan alam di lereng Gunung Gede
Pangrango, berstatus sebagai TNGGP, dengan luas 15.196 Ha.
8. Melalui SK Menteri Kehutanan No. 174/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni 2003
kawasan TNGGP diperluas dengan areal hutan di sekitarnya menjadi 22.851
Ha.
9. Di awal tahun 2007, melalui SK Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-
II/2007 tanggal 01 Februari 2007, UPT Balai TNGGP ditingkatkan dari
eselon III menjadi eselon II dengan nama Balai Besar TNGGP.
1. Topografi
Gunung Gede dan Pangrango merupakan alur gunung berapi yang terbentuk
dari aktivitas lapisan kulit bumi secara terus menerus. Secara umum batuan pada
kawasan ini terdiri dari batuan vulkanik (Mota 2002). Ketinggian Gunung Gede
(2958 mdpl) dan Gunung Pangrango (3019 mdpl).
Keadaan topografi di TNGGP bervariasi mulai dari landai hingga bergunung
dengan kisaran ketinggian antara 700 m dan 3000 mu dpl. Jurang dengan
kedalaman sekitar 70 m banyak dijumpai didalam kedua kawasan tersebut.
Sebagian besar kawasan merupakan dataran tinggi tanah kering dan sebagian kecil
merupakan daerah rawa, terutama di daerah sekitar Cibeureum yaitu Rawa
Gayonggong.
5
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan zona inti dari Cagar
Biosfer Cibodas. Kawasan di sekelilingnya yang berbatasan langsung dengan TN
ini merupakan zona penyangga. Sedangkan wilayah di luarnya yang berbatasan
langsung dengan batas terluar Cagar Biosfer, yaitu jalan raya yang
menghubungkan kota Ciawi (Bogor)-Cianjur-Sukabumi merupakan zona
peralihan. Bentuk pengelolaan kawasan di zona penyangga antara lain adalah
hutan produksi, hutan lindung, Kebun Raya Cibodas, Taman Safari Indonesia,
lahan perkebunan teh, lahan pertanian padi, sayur dan buah-buahan,
perkampungan dan desa. Hampir sebagian besar penduduk yang tinggal di dalam
24 dan sekitar kawasan Cagar Biosfer ini adalah petani sayuran, buah, padi sawah,
perkebunan dan tanaman hias serta pedagang. Sebagian lainnya bermata
pencaharian terkait dengan penyediaan jasa pariwisata dan turunannya.
E. Kondisi Kepariwisataan
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan zona inti dari Cagar
Biosfer Cibodas. Kawasan di sekelilingnya yang berbatasan langsung dengan TN
ini merupakan zona penyangga. Sedangkan wilayah di luarnya yang berbatasan
langsung dengan batas terluar Cagar Biosfer, yaitu jalan raya yang
menghubungkan kota Ciawi (Bogor)-Cianjur-Sukabumi merupakan zona
peralihan. Bentuk pengelolaan kawasan di zona penyangga antara lain adalah
hutan produksi, hutan lindung, Kebun Raya Cibodas, Taman Safari Indonesia
lahan perkebunan teh, lahan pertanian padi, sayur dan buah-buahan,
perkampungan dan desa. Hampir sebagian besar penduduk yang tinggal di dalam
dan sekitar kawasan Cagar Biosfer ini adalah petani sayuran, buah, padi sawah,
perkebunan dan tanaman hias serta pedagang. Sebagian lainnya bermata
pencaharian terkait dengan penyediaan jasa pariwisata dan turunannya.
Potensi wisata andalan yang terdapat di taman nasional ini antara lain
Telaga Biru, Air Terjun Cibeureum, Air Panas, Kandang Batu, Kandang Badak,
6
F. Aksesibilitas
Jenis data yang diambil dalam kegiatan penyusunan Praktik Kerja Lapang
terdiri dari dua data (Tabel 1)
Tabel 1 Jenis Data Yang Diambil
No. Data Deskripsi Metode Pengambilan Data
1. Pengelolaan Jalur Wisata
Pengelolaan a. Pemasangan Wawancara, observasi dan studi
Sign and b. Perawatan literatur.
Label c. Perbaikan
d. Pemasangan
8
E. Analisis Data
Analisis data dilakukan agar dapat mengetahui kesimpulan dari data yang
telah dikumpulkan. Pengumpulan data dilakukan dengan mengelompokkan
berdasarkan kriteria dari data yang diperoleh. Data yang telah terkumpul akan
dianalisa secara kualitatif yaitu dengan menyajikan data dalam bentuk tabel,
diagram, grafik atau deskriptif mengenai pengelolaan jalur wisata di Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Penyajian tersebut bertujuan untuk
mempermudah dalam memahami infomrasi data yang telah dianalisa.
9
DAFTAR PUSTAKA
Mahayana IBS., Mayun IA, dan Astiningsih AAM. 2016. Perencanaan jalur
sepeda sebagai tujuan wisata desa di Kecamatan Payangan, Kabupaten
Gianyar. E-Jurnal Arsitektur Lansekap. 2 (2) : 187 – 195.
Nasution M, Patana P, dan Afifuddin Y. 2015. Perencanaan program interpretasi
lingkungan di kawasan wisata Danau Linting Kabupaten Deli Serdang.
Jurnal USU. 4 (1) : 102 – 110.
Putra AS, Sugiarta AAG, dan Yusiana LS. 2013. Perencanaan jalur interpretasi
wisata warisan sejarah budaya di pusat Kota Denpasar. E- Jurnal
Agroekoteknologi Tropika. 2 (2) : 116 – 125.