Makalah KMB 2 Kel 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KEPERAATAN MEDIKAL BEDAH II

“ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TUMOR KREATINISM”

Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Medikal Bedah II


Dosen Pengampu : Hj. Ns Endang Sri P Ningsih,M.Kep.,SpMB

Disusun Oleh :

Adiktia Yuni Saputra P07120118043


Marisa Fitriana P07120118081
Rafika Auralita P07120118106

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D III
TAHUN AJARAN 2018/2019
BANJARBARU
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-
Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul KRETINISME” tepat pada
waktunya.
Penulisan makalah ini merupakan penugasan dari mata kuliah blok Sistem Endokrin.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan sarannya
dalam pembuatan makalah ini dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan
membantu dalam pembuatan makalah ini, serta rekan- rekan lain yang membantu
pembuatan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca guna memberikan sifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna mengingat
penulis masih tahap belajar dan oleh karna itu mohon maaf apabila masih banyak kesalahan
dan kekurangan di dalam penulisan makalah ini.

Kandangan, 19 Juli 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................3
B. Tujuan Penulisan....................................................................................................3
C. Metode Penulisan....................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................4
A. Anatomi Dan Fisiologi...........................................................................................4
B. Defenisi......................................................................................................................11
C. Etiologi.....................................................................................................................11
D. Patofisiologi.............................................................................................................12
E. Klasifikasi................................................................................................................13
F. Manifestasi Klinis..................................................................................................15
G. Pemeriksaan Diagnostik.........................................................................................16
H. Penatalakasanaan.....................................................................................................16
I. Komplikasi...............................................................................................................16
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................................17
A. Asuhan Keperawatan Kretininisme.....................................................................17
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................30
A. Kesimpulan..............................................................................................................30
B. Saran ..........................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kreatnisme merupakan suatu kondisi akibat hipotiroidisme ekstrem yang
diderita selama kegidupan janin, bayi, atau kanak-kanak dan terutama ditandai
dengan agalnya pertumbuhan tubuh anak tersebut dan retardasi mental. Kreatisme
disebabkan oleh ganggan pertumbuhan kelenjar tiroid secara
kongenital( kreatinisme kongenital ), karena kelenjar tiroid gagal memproduksi
hormon tiroid akibat defisiensi genetik pada kelenjar, atau karena kurangnya
yodium pada diet ( kreatinisme endemik )

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem endokrin?
2. Apa definisi kreatnisme?
3. Apa etiologi dari kreatnisme?
4. Bagaimana patofisiologi kreatnisme?
5. Bagaimana asuhan keperawatan kreatnisme?

C. Tujuan penulisan ?
1. Mahasiswa mengetahui tentang anatomi dan fisiologi sistem endokrin
2. Mahasiswa menhgetahui definisi kreatnisme
3. Mahasiswa megetahui tentang etiologi dari kreatnisme
4. Mahasiswa mengetahui patofisiologi dari kreatnisme
5. Mahasiswa mehetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien
kreatnisme
BAB II
PEMBAHASAN

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang mengirim hasil sekresinya
langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan dan menyekresi zat kimia yang disebut
hormon. Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau
organ yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel.
Adapun fungsi kelenjar endokrin adalah sebagai berikut :
1) Menghasilkan hormon yang dialirkan kedalam darah yang yang diperlukan oleh
jaringan tubuh tertentu.
2) Mengontrol aktivitas kelenjar tubuh
3) Merangsang aktivitas kelenjar tubuh
4) Merangsang pertumbuhan jaringan
5) Mengatur metabolisme, oksidasi, meningkatkan absorbsi glukosa pada usus halus
6) Memengaruhi metabolisme lemak, protein, hidrat arang, vitamin, mineral, dan
air.
Kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama dibawah nama organ
endokrin, sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjarnya melalui satu saluran,
tetapi langsung masuk ke dalam darah yang beredar didalam jaringan kelenjar. Kata
‘’endokrin’’ berasal dari bahasa yunani yang berarti ‘’ sekresi ke dalam’’, zat aktif utama
dari sekresi interna disebut hormon, dari kata yunani yang berarti merangsang. Beberapa
organ endokrin yang menghasilkan suatu hormon tunggal, sedangkan yang lain
menghasilkan dua atau beberapa jenis hormon, misalnya klenjar hipofisis menghasilkan
beberapa jenis hormon yang mengendalikan kegiatan banyak organ lain: karnaitulah kelenjar
hipofisis dilukiskan sebagai ‘’kelenjar pimpinan tubuh’’.
1. Beberapa organ endokrin:
2. Kelenjar hipofisis, lobus anterior dan posterior
3. Kelenjar tiroid dan paratiroid
4. Kelenjar suprarenal ,korteks dan medula.
5. Kelenjar timus dan barangkali juga badan pineal.
Pembentukan sekresi interna adalah suatu fungsi penting, juga pada organ dan kelenjar
lain, seperti insulin dari kepulauan Langerhans di dalam pankreas, gastrin didalam lambung,
ustrogen dan progresteron di dalam ovarium, dan testoteron di dalam testis. Pengetahuan
tentang fungsi kelenjar-kelenjar didapati dengan mempelajari efek dari penyakit yang ada
didalamnya dan hal ini biasanya dapat diterangkan sebagai akibat produksi terlalu banyak atau
terlalu sedikit hormon yang diperlukan.
a. Hipotalamus
Hipotalamus terletak tepat dibawah talamus dean dibatasi oleh sulkus hipotalamus.
Hipotalamus berlokasi didasar diensepalon dan sebagian dinding lateral ventrikel III.
Hipotalamus meluas kebawah sebagai kelenjar hipofiseyng teletak didalam sela tusika os
sfenoid. Fungsi utamanya , antara lain:

Pusat integrasi susunan saraf otonom


a) Regulasi temperatur
b) Keseimbangan cairan dan elektrolit
c) Integrasi siklus bangun tidur
d) Mengontrol intake makanan
e) Respon tingkah laku terhadap emosi
f) Pengaturan/ pengontrolan endokrin
g) Respon seksual

b. Kelenjar Hipofisis
Kelenjar hipofisis terletak didasar tengkorak, didalam fosa hipofisis tulang sfenoid.
Kelenjar itu terdiri atas dua lobus, yaitu anterior dan posterior , dan bagian diantara kedua
lobus adalah pars intermedia. Untuk memudahkan
mempelajari fungsinya maka dipandang dua bagian, yaitu lobus anterior dan posterior.
Lobus aterior kelenjar hipofisis menghasilkan sejumlah hormon yang bekerja
sebagai zat pengendali produksi sekresi dari semua organ endokrin lain.
a. Hormon pertumbuhan (hormon somatotropik) mengendalikan pertumbuhan tubuh.
b. Hormon tirotropik mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam menghasilkan
tiroksin.
c. Hormon adrenokortikotropik (ACTH) mengendalikan kegiatan kelenjar suprarenal
dalam menghasilkan kortisol yang berasal dari korteks kelenjar suprarenal ini.
d. Hormon gonadotropik
e. Hormon perangsang polikel, (follicle –stimulating hormon-FSH) merangsang
perkembangan folikel graaff didalam ovarium dan pembentukan spermatozoa
didalam testis.
f. Luteinising hormon (LH) atau interstitial-cell-stimulating-hormon (ICSH)
mengendalikan sekresi estrogen dan progresteron didalam ovarium dan
testosteron didalam testis.
g. Hormon ke tiga dari hormon gonagotropik ini adalah leteotropin atau rolaktin,
mengendalikan sekresi air susu dan mempertahankan adanya korpus luteum
selama hamil.
Lobus posterior kelenjar hipofisis mengeluarkan sekret dua jenis hormon : hormon
antidiuretik (ADH) mengatur jumlah air yang melalui ginjal,sedangkan hormon
oksitosik merangsang kontraksi uterus sewaktu melahirkan bayi dan mengeluarkan asi
sewaktu menyusui.

c. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terdiri atas dua buah lobus Yang teletak disebelah kanan dan kiri
trakea, dan ikat bersanma oleh secarik jaringan tiroid yang disebut ismus tiroid dan melintasi
trakea disebelah depannya.
Struktur kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel yang dibatasi epitelium silinder,
mendapat persediaan darah berlimpah, dan yang disatukan jaringan ikat. Sel itu mengeluarkan
sekret cairan yang bersifat lekat yaitu koloida tiroid, yang mengandung zat senyawa
yodium; zat aktif yang utama dari senyawa yodium ini ialah hormon tiroxin. Sekret ini
mengisi vesikel dan dari sini berjalan ke aliran darah baik langsung maupun melalui saluran
limpe. Fungsi. Sekresi tiroid diatur sebuah hormon dari lobus anterior kelenjar hipopisis
yaitu hormon tirotropik. Fungsi kelenjar tiroid sangat erat bertalian dengan kegiatan
metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan, bekerja sebagai perangsang
proses oksidasi, mengatur penggunaan oksigen, dan dengan sendirinya mengatur pengeluaran
karbondioksida.
Hiposekresi (hipotiroidisma). Bila kelenjar tiroid kuramh mengeluarkan sekret pada
waktu bayi maka mengakibatkan suatu keadaan yang dikenal sebagai kreatinisme, berupa
hambatan pertumbuhan mental dan fisik. Pada orang dewasa, kekurangan sekresi
mengakibatkan mixsudema; proses metabolik mundur dan dapat kecenderungan untuk
bertambah berat, gerakannya lamban,cara berpikir dan berbicara lamban, kulit menjadi
tebal dan kering, serta rambut rontok dan menjdi jarang. Suhunbadan dibawah normal
dan denyut nadi perlahan.
Hipersekresi. Pada pembesaran kelenjar dan penambahan sekresi yang disebut
hipertiroidisma, semua simtomnya kabilikan dari mixsudema. Kecepatan metabolisme naik
dan suhu tubuh dapat lebih tinggi dari normal. Pasien turun beratnya, gelisah dan mudah
marah, kecepatan denyut nadi naik, kardiac output bertambah dan simtom kardio vaskuler
mencangkup vibrilasi atrium dan kegagalan jantung. Pada keadaan yang dikenal sebagai
penyakit Grave atau gondok eksoftalmus, tampak mata menonjol ke luar. Efek ini
disebabkan terlampau aktifnya hormon tiroid. Adakalanya tidak hilang dengan pengobatan.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon-hormon sbb :
1) Tri-iodo-tironin(T3) dan Tiroksin (T4), berguna untuk merangsang metabolisme
zat, katabolisme protein, dan lemak. Juga meningkatkan
produksi panas merangsang sekresi hormon pertumbuhan, dan mempengaruhi
perkembangan sel-sel saraf dan mental pada balita dan janin. Kedua
hormon ini biasa disebut dangan satu nama,yaitu hormon tiroid.
2) Kalsitonin : menurunkan kadar kalsium plasma, denagn meningkatkan jumlah
penumpukan kalsium pada tulang.
d. Kelenjar Paratiroid
Di setiap sisi kelenjar tiroid terdapat 2 kelenjar kecil yaitu kelenjar paratiroid,
didalam leher. Sekresi paratiroid yaitu hormon paratiroid, mengatur metabolisme
zat kapur dan mengendalikan jumlah zat kapur didalam darah dan tulang.
Fungsi kelenjar paratiroid :
1) Memelihara konsentrasi ion kalsium yang tetap dalam plasma
2) Mengontrol ekskresi kalsium dan fosfat melalui ginjal
3) Mempercepat absorbsi kalsium di intestine
4) Kalsium berkurang, hormon para tiroid menstimulasi reabsorpsi tulang sehingga
menambah kalsium dalam darah
5) Menstimulasi dan mentransport kalsium dan fosfat melalui membran sel Kelenjar
ini menghasilkan hormon yang sring disebut parathormon, yang berfungsi
meningkatkan resorpsi tulang, meningkatkan reorpsi kalsium, dan menurunkan
kadar kalsium darah.
Hipoparatiroidisma, yaitu kekurangan kalsium dalam isi darah atau hipoklasemia,
mengakibatkan keadaan yang disebut tetani, dengan gejala khas kejang dan konvulsi, khususnya
pada tangan dan kaki yang disebut karpopedal spasmus; simtom-simtom ini dapat cepat
diringankan dengan pemberiaan kalsium.
Hiperparatiroidisma atau over-aktivitas kelenjar, biasanya ada sangkutpautnya dengan
pembesaran (tumor) kelenjar. Keseimbangan distribusi kalsium terganggu, kalsium
dikeluarkan kembali dari tulang dan dimasukan kembali kedalam serum darah, dengan akibat
terjadinya penyakit tulang dengan tanda-
tanda khas beberapa bagian keropos, yang dikenal sebagai osteitis vibrosa sistik,
karena terbentuk kista pada tulang. Kalsiumnya diendapkan didalam ginjal dan
dapat menyebabkan batu ginjal dan kegaglan ginjal.

e. Kelenjar Timus
Kelenjar timus terletak didalam thorak, kira-kira pada ketinggian bifurkasi
trakea. Warnanya kemerah-merahan dan terdiri atas dua lobus. Pada bayi yang baru
lahir sangat kecil dan beratnya kira-kira 10gr atau lebih sedikit. Ukurannya bertambah,
pada masa remaja beratnya dari 30 sampai 40gr, dan kemudian mengerut lagi.
Fungsinya belum diketahui, tetapi diperkirakan ada hubungannya dengan produksi
antibodi.

f. Kelenjar Adrenal
kelenjar adrenal atau kelenjar suprarenalis terletak diatas kutub sebelah atas
setiap ginjalnya. Krlrnjar adrenal terdiri atas bagian luar yang berwarna kekuning-
kuningan yang disebut korteks dan yang menghasilkan kortisol (hidrokortisol), dengan
rumus yang mendekati kortisol, dan atas bagian medula disebelah dalam yang
menghasilkan adrenalin (epifirin) dan noradrenalin (nerepifirin).
Zat-zat tadi disekresikan dibawah pengendalian sistem persyarafansimpatis.
Swkresinya bertambah,dalam keadaan emosi,seperti marah dan takut, serta dalam
keadaaan asfiksia dan kelaparan. Pengeluaran yang bertambah itu menaikan tekanan
darah guna melewan syok yang disebabkan kegentingan ini. Noradrenalin menaikan
tekanan darah dengan jalan merangsang serabut otot didalam dinding pembulu darah
untuk berkontraksi. Adrenalin membantu metabolisme kharbohidrat dengan jalan
menambah pengeluaran glukosa dari hati. Beberapa hormon terpenting yang
disekresikan korteks adrenal adalah hidrokrtison,aldosteron, dan koltikosteron, yang
semuanya bertalian erat dengan metabolisme pertumbuhan , fungsi ginjal dan tonus
otot. Semua fungsi ini menentulkan fungsi hidup. Pada insufisiansi adrenal ( penyakit
addison) , pasien menjadi kurus dan tampak sakit dan makin lemah , terutama karena
tidaknya hormon ini, sedangkan ginjal gagal menyimpan natrium, karena mengeluarkan
natrium dalam jumlah terlampau besar. Penyakit ini diobati dengan kortison.
g. Kelenjar pinealis
Berbentuk kecil merah seperti buah cemara dan terletak dekat korpus kolosum.
Fungsinya belum terang. Kelenjar lai yang menghasilkan sekresi interna penting adalah
pankreas dan kelenjar kelamin.

h. Kelenjar Pankreas
Kelenjar ini terdapat di belakang lambung didepan vertebra lumbalis I dan II. Sebagai
kelenjar eksokrin akan menghasilkan enzim-enzim pencernaan ke dalam lumen duodenum.
Sedangkan Sebagai endokrin terdiri dari pulau-pulau Langerhans, menghasilkan hormon.
Pulau langerhans berbntuk oval dan tersebar diseluruh pankreas. Fungsi pulau
langerhans sebagai unit sekresi dalam pengeluaran homeostatik nutrisi, menghambat
sekresi insulin, glikogen dan polipeptida. Pada manusia, mengandung 4 macam sel, yaitu :
1. sel A (atau α) : menghasilkan glucagon
2. sel B (atau β) : menghasilkan insulin
3. sel D (atau γ) : menghasilkan somatostatin
4. sel F (sgt kecil) : menghasilkan polipeptida pancreas
Hormon insulin berguna untuk menurunkan gula darah, menggunakan dan menyimpan
karbohidrat. Glukagon berfungsi untuk menaikan glukosa darah dengan jalan glikolisis.
Sedangkan somatostatin berguna menurunkan glukosa darah dengan melepaskan hormon
pertumbuhan dan glukagon.

i. Kelenjar Kelamin
Dibagi menjadi 2, yaitu kelamin pria ( testis ) dan kelamin wanita ( ovarium ). Testis
terletak di skrotum dan menghasilkan hormon testosteron. Hormon ini berfungsi dalam
mengatur perkembangan ciri seks sekunder, dan merangsang pertumbuhan organ kelamin
pria.

10
Sedangkan ovarium terdapat pada samping kiri dan kanan uterus, yang menghasilkan
esterogen dan progesteron. Fungsi estrogen adalah pematangan dan fungsi siklus
haid yang normal. Sedangkan fungsi hormon progesteron adalah pemliharaan
kehamilan

B. DEFINISI
Kretinisme adalah suatu kelainan hormonal pada anak-anak yang terjadi akibat
kurangnya hormon tiroid. Penderita kelainan ini mengalami kelambatan dalam
perkembangan fisik maupun mental. Kreitinisme adalah kurangnya kelenjar pituitary
mensekresi HGH, sehingga berdampak pada fisik anak- anak. Kretinisme adalah
suatu kelainan hormonal pada anak-anak. Ini terjadi akibat kurangnya hormon
tiroid. Penderita kelainan ini mengalami kelambatan dalam perkembangan fisik
maupun mentalnya. Kretinisme dapat diderita sejak lahir atau pada awal masa kanak-
kanak (Adrian, 2011). Kretinisme yaitu perawakan pendek akibat kurangnya hormon
tiroid dalam tubuh (Qeeya, 2010).
C. ETIOLOGI
a. Kekurangan yodium
b. Kekurangan hormon tiroid
c. Pemakaian obat-obatan anti tiroid oleh ibu hamil (maternal)
d. Tiroiditis hashimoto
e. Sindroma-sindroma dengan salah satu gejala perawakan pendek misalnya sindroma
truner
f. Penyakit-penyakit kronis yang menyebabkan malnutrisi dalam
perkembangan penyakitnya. factor
di luar hormonal diatas yaitu :
a. Sindrom Acushing
b. Pseudihipoparatiroidisme
c. Perawakan pendek konstitusional
d. Perawakan pendek genetic
e. Retardasi pertumbuhan dalam janin
f. Sindroma-sindroma dengan salah satu gejala perawakan pendek misalnya sindroma
turner dll.
g. Penyakit-penyakit kronis yang menyebabkan malnutrisi dalam
perkembangan penyakitnya.
D. PATOFISIOLOG I
Kecepatan pertumbuhan tidak berlangsung secara kontinyu selama masa
pertumbuhan, demikian juga faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan. Pertumbuhan
janin, tampaknya sebagian besar tidak bergantung pada control hormon, ukuran saat
lahir terutama ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor hormon mulai
berperan penting dalam mengatur pertumbuhan setelah lahir. Faktor genetik dan
nutrisi juga sangat mempengaruhi pertumbuhan pada masa ini.
Kelenjar tiroid yang bekerja dibawah pengaruh kelenjar hipofisis, tempat
diproduksinya hormon tireotropik. Hormone ini mengatur produksi hormone tiroid,
yaitu tiroksin (T4) dan triiodo-tironin (T3). Kedua hormone tersebut dibentuk dari
monoiodo-tirosin dan diiodo-tirosin. Untuk itu diperlukan dalam proses metabolic
didalam badan, terutama dalam pemakaian oksigen. Selain itu juga merangsang sintesis
protein dan mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak dan vitamin. Hormon ini
juga diperlukan untuk mengolah karoten menjadi vitamin A. Hormone tiroid
esensial juga sangat penting untuk pertumbuhan tetapi ia sendiri tidak secara langsung
bertanggung jawab menimbulkan efek hormone pertumbuhan. Hormone ini
berperan permisif dalam mendorong pertumbuhan tulang, efek hormone pertumbuhna
akan maksimum hanya apabila terdapat hormone tiroid dalam jumlah yang adekuat.
Akibatnya, pada anak hipotiroid pertumbuhan akan terganggu, tetapi hipersekresi
hormone tiroid tidak menyebabkan pertumbuhan berlebihan. Tiroksin mengandung
banyak iodium. Kekurangan iodium dalam makanan dalam waktu panjang
mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok karena
kelenjar ini harus bekerja keras untuk membentuk tiroksin. Kekurangan tiroksin
menurunkan kecepatan metabolisme sehingga pertumbuhan lambat dan kecerdasan
menurun. Bila ini terjadi pada anak-anak mengakibatkan kretini

E. KLASIFIKASI
Kretinisme ada bermacam-macam bentuk dan stadiumnya, seperti :
1. Kretin Endemik
Kretin ini pun terbagi dalam beberapa klasifikasi :
a) Kretin Tipe Nervosa
Gambaran yang tipikal dari kretin nervosa adalah sbb: Retardasi mental yang
sangat berat: Gangguan pendengaran dan bisu-tuli. Sindroma paresis sistem
piramidalis, khususnya tungkai bawah: hipertonia, klonus, refleks plantaris.
Kadang-kadang disertai sindroma ekstrapiramidalis. Sikap berdiri dan cara
berjalan khas, spastik dan ataksik. Pada kasus yang sangat berat bahkan tidak
mampu berdiri.
b) Kretin tipe miksedematosa
Ciri-ciri klinik kretin tipe ini adalah: Retardasi mental, namun derajatnya
lebih ringan dibanding kretin nervosa. Tanda-tanda hipotiroidi klinik:
Tubuh sangat pendek (cebol), miksedema, kulit kering, rambut jarang,
perkembangan seksual terlambat. Juga terdapat gangguan neurologik seperti
spastisitas tungkai bawah, refleks plantaris, dan gangguan gaya berjalan.
Kretin jenis ini banyak terdapat di Republik Demokrat Kongo (RDK) sebab
di sana ada faktor lain yang mempengaruhi, yaitu defisiensi selenium dan
kelebihan (overload) tiosianat.
c) Kretin tipe campuran
Gambaran kliniknya adalah gabungan dari ke dua tipe di atas, yaitu adanya
retardasi mental, gangguan neuromotorik yang jelas, disertai tanda-tanda
hipotiroidi klinik. Delong dalam studi di China mendeskripsi variasi
temuan kliniknya menjadi 5 bentuk sindroma yaitu tipe tipikal (khas), postur
talamik, autistik, serebeler, dan hipotonik.
Tipe-tipe ini menggambarkan onset yang berbeda-beda dari defisiensi I
selama kehamilan, serta berat ringannya defisiensi yang terjadi.
2. Hipotiroidisme
Gangguan regulasi termal:hipotermia, sianosis perifer, ekstremitas dingin
Gangguan gastrointestinal:gangguan makan, distensi abdomen, muntah,
konstipasi. Gangguan neuromuskuler: hipotonia, letargi. Keterlambatan maturasi
skeletal: fontanela dan sutura kranialis lebar, epifisis femoral distal tak tampak.
Keterlambatan maturasi biokimiawi:ikterus. Setelah bayi berusia 3 bulan mulai
tampak gambaran- gambaran kretin sporadik klasik. Suara tangisnya berat (nada
rendah) dan parau, lidah membesar, hipoplasia hidung / nasoorbital, kulit kasar,
kering dan dingin, hernia umbilikalis. Refleks tendon menurun,dan terlambat
mencapai perkembangan sesuai umur yang diharapkan. Setelah umur 6 bulan,
anak tampak '‘bodoh'’ karena retardasi mental. Pada kurun usia berikutnya,
disamping pertumbuhan tinggi badan yang sangat terganggu (cebol), juga terdapat
gangguan neurologik, khususnya berupa tanda-tanda disfungsi serebeler. Misalnya
timbul gangguan keseimbangan, tremor, past- pointing.
disdiadokokinesis, dan disartri. Hal ini bisa dimengerti mengingat perkembangan
serebelum terjadi sejak awal trimester ke 3 kehamilan sampai masa postnatal,
di mana pada saat itu hormon tiroid janin gagal disekresi, padahal seharusnya
sudah maksimal berfungsi sebab kontribusi hormon tiroid ibu sudah berkurang
atau bahkan pada masa postnatal, tidak ada lagi.

3. Kretin Sub-klinik
Kretin subklinik bisa dipandang sebagai bentuk ringan dari kretinisme endemik
tipe nervosa, karena adanya defisiensi mental serta gangguan neuromotorik,
walaupun dalam derajat yang lebih ringan. Dengan mempelajari aspek klinik
kretin endemik yang tidak berwujud gambaran
klinik tunggal (nervosa,miksedematosa, dan campuran), maka bisa dimengerti
kalau bentuk yang ringan (subtle) mempunyai gambaran klinik yang samar, dan
cenderung tidak khas. Wangetal mengajukan 4 kriteria, yaitu retardasi mental
subklinik (IQ 50-70), defek psikomotor ringan, gangguan pendengaran subklinik,
perkembangan, fisik (tinggi badan) agak kurang, dan hipotiroidi kimiawi.
F. MANIFESTASI KLINIS
a. Gangguan perkembangan fisik (cebol)Bibir tebal
b. Lidah tebal
c. Bicara terbata-bata
d. Jarak antara kedua mata lebih besar
e. Kulit kasar dan kering
f. Warna kulit agak kekuningan dan pucat
g. Kepala besar
h. Muka bulat (moon face)
i. Pertumbuhan tulang terlambat
j. Hidung besar dan pesek
k. Tumbuh gigi terlambat
l. Pertumbuah fisik lambat, seperti TB, BB.
m. Nafsu makan bertambah tetapi BB berkurang.
n. Menurunnya kematangan hormone gonad.
o. Postur tubuh tidak proporsional.
p. Wajah lebam.
q. Hidung, bibir, dan lidah lebar.
r. Ekor mata tidak sejajar dengan telinga.
s. Rambut kepala kasar dan rapuh.
t. Biasanya terjadi penurunan IQ.
u. Susah konsentrasi.
v. Gangguan system indra.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar hormon tiroid (T3 dan T4), TSH, dan
TRH akan dapat mendiagnosis kondisi dan lokasi masalah kelenjar tiroid.
Pemeriksaan untuk mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan kadar T4
rendah dan TSH tinggi.
2. USG atau CT Scan
Tiroid menunjukkan ada tidaknya goiter
3. X – foto tengkorak
Menunjukkan kerusakan hipotalamus atau hipofisis anterior

H. PENATALAKSANAAN
Terapi yang paling baik untuk kretinisme adalah pencegahan. Pencegahan dapat
dilakukan dengan :
1. Pemberian makanan yang adekuat dengan cukup kalori dan protein
2. Mengkonsumsi makanan yang diberi garam beryodium atau pemberian suplemen
yodium untuk merangsang produksi hormon.
3. Kecukupan kebutuhan vitamin dan mineral

I. KOMPLIKASI
Koma miksedema
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa
menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga
koma. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedema), hormon tiroid bisa
diberikan secara intravena.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Nama : Xaxa
Nomor register : 82013
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 8tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Sekolah Dasar (SD)
Pekerjaan : Pelajar
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Jl.Merpati No. 65 RT 5/10 Jakarta Selatan 12345
Diagnosa medis : Kretinisme

2. Keluhan utama
a. Riwayat Penyakit
Seperti adanya factor resiko potensi penyakit yang lain, seperti tumor,
kanker, osteoporosis,dll.
b. Riwayat Trauma Kepala
Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita pasien, serta
riwayat adanya terkena radiasi
c. Sejak Kapan Keluhan dirasakan
Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita sedangkan defisiensi
gonadotropin nyata pada masa pra remaja
d. Kaji adanya keluhan yang terjadi sejak lahir
Misalnya apakah orangtua pernah membandingkan pertumbuhan fisik
anaknya dengan anak-anak sebayanya yang normal
e. Kaji TTV dasar
Untuk perbandingan dengan hasil pemeriksaan yang akan dating
f. Kaji pertumbuhan pasien
Timbang dan ukur berat badan(BB) klien saat lahir serta bandingkan
pertumbuhan tersebut dengan standar
g. Keluhan utama klien
- Pertumbuhan lambat
- Ukuran otot dan tulang kecil
- Tanda-tanda sex sekunder tidak berkembang
h. Amati bentuk dan ukuran tubuh, dan juga pertumbuhan rambut
i. Palpasi kulit, pada wanita biasanya terdapat kulit yang kering dan kasar
j. Kaji dampak perubahan fisik
Apakah klien sudah mampu dalam memenuhi kebutuhan dasarnya
sendiri

3. Faktor Resiko
Faktor resiko yang mungkin muncul:
1. Hipotiroid yang berdampak pada kekurangan yodium
2. Kelainan hipofisis, missal adanya tumor
3. Konsumsi obat tertentu tanpa petunjuk tim medis ketika hamil
4. Konsumsi obat tertentuketika anak berusia <2tahun
5. Autoimun
6. Genetic
7. Gizi buruk
8. GDS yang menurun
9. Gaya hidup bias juga pada makanan yang tidak terkontrol

4. Anamnesis
Antenatal, Natal dan Postnatal, adanya keterlambatan pertumbuhan dan
maturasi dalam keluarga(pendek, menarche), penyakit infeksi congenital, KMK
(kecil Masa Kehamilan)
5. Pemeriksaan Fisik
a) Antropometri (TB,BB, Lingkaran Kepala, Lingkaran Dada, Panjang
Lengan, Panjang Kaki)
b) Ukur TB dan BB ayah, ibu dan saudara-saudaranya
c) Head to toe
d) Pemeriksaan Neurologis
e) Pemeriksaan Pendengaran
f) Tes IQ menggunakan teori perkembangan Denver

B. DATA FOKUS

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


Klien mengatakan: 1. Anak X usia 8 tahun terlihat
1. Tinggi badan tidak sesuai dengan tinggi badan tidak sesuai dengan
teman-teman sebayanya (pendek). teman-teman sebayanya (pendek)
2. Masalah prestasi belajar yaitu 2. Setelah diperiksa kadar T3 & T4
dibawah rata-rata nilai kelas anak dibawah nilai normal
3. IQ anaknya dibawah nilai normal 3. Pengkajian riwayat ibu hamil,
anak seusianya ibu mengatakan jarang
4. Ibu Klien mengatakan jarang mengkonsumsi garam
mengkonsumsi garam beryodium beryodium sewaktu hamil
sewaktu hamil. 4. Ekor mata tidak sejajar dengan
5. Klien mengatakan susah telinga
berkonsentrasi 5. Hidung, bibir, dan lidah lebar.
6. Orangtua klien mengatakan nafsu 6. Rambut kepala kasar dan rapuh.
makan anaknya bertambah tapi BB 7. Suara parau.
tidak bertambah 8. Susah konsentrasi.
9. Kulit kering dan keriput.
10. BB : 20 Kg
TB : 100 CM
11. TTV :
a. Td : 90/60 mmHg
b. T : 37,5 c
c. Nadi : 70x/menit
d. RR : 20x/ menit

C. ANALISA DATA

DATA PROBLEM ETIOLOGI


DS:
Gangguan body perubahan
1. Orangtua klien mengatakan
image penampilan
klien tidak mau bermain dengan
teman sebayanya, dan murung
2. Klien mengatakan malu
bermain dengan temannya
3. orangtua klien mengatakan
gangguan pertumbuhan pada
anaknya
DO:
1. BB : 20 kg
TB : 100 cm
2. Tanda-tanda vital :
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 70 x/menit

Suhu : 37,5 oC
RR : 20x/ menit
3. Klien terlihat gelisah dan
mengurung diri
4. Ukuran tubuh klien terlihat
tidak proporsional
DS :
Gangguan mobilitas kelemahan sendi
a. klien mengaku mudah
fisik
lelah
b. klien mengaku malas
beraktivitas

DO:

klien tampak lemah

aktivitas klien tampak terjadi


penurunan

klien terlihat dibantu saat


beraktivitas
DS
Gangguan wicara disfungsi neurologis
Orangtua klien mengatakan
anaknya jarang berbicara DO
1. Lidah klien terlihat lebih
lebar
2. Suara klien parau

DS
Gangguan nutrisi Anoreksia
1. orangtua klien mengatakan anaknya
kurang dari kebutuhan
nafsu makan meningkat tetapi BB
tubuh
tidak bertambah
2. klien mengatakan mual

DO
1. BB : 20 Kg
TB : 100 CM
2. TTV :
Td : 90/60 mmHg
T : 37,5 c
Nadi : 70x/menit
RR : 20x/ menit
3. Badan klien terlihat tidak
proporsional

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

DIAGNOSA TANGGAL TANGGAL


KEPERAWATAN DITEMUKAN TERATASI
1. Gangguan body image Kamis, Sabtu,
b.d perubahan 13 MARET 2013 15 Maret 2013
penampilan

2. Gangguan mobilitas Jumat, Minggu,


fisik b.d kelemahan 14 MARET 2013 16 Maret 2013
sendi

3. Gangguan wicara b.d Minggu, Selasa,


disfungsi neurologis 16 MARET 2013 18 Maret 2013

4. Gangguan nutrisi Senin, Rabu,


kurang dari kebutuhan 17 MARET 2013 19 Maret 2013
tubuh b.d anoreksia

E. INTERVENSI

NO TUJUAN DAN
INTERVENSI
DX KRITERIA HASIL
1 Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
keperawatan selama 3x24 Dorong klien untuk mengungkapkan rasa
jam diharapkan : takut dan cemasnya menghadapi proses penyakit.
Klien tidak murung dan Rasional: Kondisi ini dapat membantu untuk
mau bermain dengan teman menyadari keadaan diri sejak dini.
sebayanya. Berikan support yang sesuai.
Perasaan menerima Rasional: Hal ini dapat membantu meningkatkan
kekurangan diri akan upaya menerima dirinya dan merasa dirinya
diterima oleh klien. dapat diterima orang lain dikalangan sosial.
Dorong klien untuk mandiri. Rasional:
Kemandirian membantu meningkatkan
harga diri.
Memodifikasi lingkungan sesuai dengan
kondisi klien
Rasional: Memudahkan aktivitas klien, dan
meningkatkan rasa percaya karena diperhatikan.

2 Setelah dilakukan tindakan Mandiri :


keperawatan selama 3x24 jam Anjurkan klien menggerakan ekstremitas setiap
diharapkan : 2 jam sekali.
Tidak terjadi kontraktur Rasional: Gerakan ekstremitas seacra teratur
sendi dan bertahap akan melemaskan sendi dan otot,
Bertambahnya kekuatan sehingga jika terjadi dislokasi sendi atau otot
otot akan segera terdeteksi.
Klien menunjukkan Anjurkan klien untuk banyak makan
tindakan untuk makanan yang berkalsium tinggi.
meningkatkan mobilitas Rasional: Kalsium membantu menguatkan
tulang.
Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang
sakit
Rasional: Mempercepat proses
penyembuhan agar ekstremitas dapat
kembali pulih.
Anjurkan agar klien tidak kelelahan dan
membatasi aktifitas yang berat.
Rasional: Kelelahan tulang dan otot akan
memicu terjadinya resiko tinggi terkena
cedera.
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk
latihan fisik klien
Rasional: Otot volunter akan kehilangan
tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih
untuk digerakkan.

3 Setelah dilakukan tindakan Mandiri


keperawatan selama 3x24 Berikan metode altrnatif komunikasi ,
jam diharapkan : Terciptanya misalnya gambar.
suatu komunikasi yang Rasional: klien akan tertarik dengan gambar yang
efektif dimana kebutuhan diberikan, dan akan merangsang komunikasi
klien dapatterpenuhi Klien yang lebih efektif.
dapat merespon Antisipasi kebutuhan klien saat
komunikasi dari orang lain komunikasi.
Rasional: klien akan merasa diperhatikan
saat kebutuhan komunikasinya terpenuhi.
Bicara dengan klien dengan bahasa yang
mudah dimengerti, dengan jawaban“ya” atau
“tidak”
Rasional: Agar klien memahami dan mengerti
terhadap apa yang di tanyakan. Anjurkan
kepada keluarga klien untuk
berkomunikasi setiap saat.
Rasional: Komunikasi yang teru menerus
akan meningkatkan rangsangan kepada klien
untuk berkomukasi lagi.
Hargai kemampuan klien dalam berkomunikasi.
Rasional: dengan menghargai klien, klien akan
merasa diperhatikan dan lebih merasa percaya
diri lagi.
Kolaborasi latihan
bicara dengan fisioterapis.
Rasional: Agar terjadi kesinambungan yang
terlatih antara otot mulut dan saraf otak
sehingga berjalan dengan baik.

4 Setelah dilakukan tindakan Mandiri


keperawatan selama 3x24 Pantau masukan makanan setiap hari.
jam diharapkan : Rasional : Mengidentifikasi
Berat badan mengalami kekuatan/defisiensi nutrisi.
peningkatan Dorong pasien untuk makan diet tinggi
Tidak adanya mual kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat.
Dorong penggunaan suplemen dan makan
sering/lebih sedikit yang dibagi-bagi selama
sehari.
Rasional : Kebutuhan jaringan metabolik
ditingkatkan begitu juga cairan (untuk
menghilangkan produk sisa). Suplemen dapat
memainkan peran penting dalam
mempertahankan masukan kalori dan protein
adekuat.
Kontrol faktor lingkungan (misalnya bau
kuat/tidak sedap atau kebisingan. Hindari
terlalu manis, berlemak atau makanan pedas.
Rasional : Dapat mengidentifikasi respons
mual/muntah.
Dorong penggunaan teknik relaksasi,
visualisasi, bimbingan imajinasi latihan
sedang sebelum makan.
Rasional : Dapat mencegah awitan atau
menurunkan beratnya mual, penurunan
anoreksia, dan memungkinkan pasien
meningkatkan masukan oral.
Dorong komunikasi terbuka mengenai
masalah anoreksia.
Rasional : Sering sebagai sumber distress
emosi, khususnya untuk orang terdekat yang
menginginkan untuk memberi makan pasien
dengan sering. Bila pasien menolak, orang
terdekat dapat merasakan ditolak/frustasi.

F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/ No.DX Implementasi dan Hasil Paraf


Tanggal
1 a. mendorong klien untuk mengungkapkan
rasa takut dan cemasnya menghadapi proses
penyakit.
b. memberikan support yang sesuai
c. mendorong klien untuk mandiri
d. Memodifikasi lingkungan sesuai dengan
kondisi klien
2 a. menganjurkan klien menggerakan
ekstremitas setiap 2 jam sekali.
b. menganjurkan klien untuk banyak makan
makanan yang berkalsium tinggi.
c. melakukan gerak pasif pada ekstrimitas
yang sakit
d. menganjurkan agar klien tidak kelelahan
dan membatasi aktifitas yang berat
e. berkolaborasi dengan ahli fisioterapi
untuk latihan fisik klien

3 a. memberikan metode altrnatif


komunikasi , misalnya gambar.
b. mengantisipasi kebutuhan klien saat
komunikasi.
c. Berbicara dengan klien
dengan bahasa yang
mudah dimengerti, dengan jawaban“ya”
atau “tidak”
d. menganjurkan kepada keluarga klien
untuk berkomunikasi setiap saat.
e. menghargai kemampuan klien dalam
berkomunikasi.
f. berkolaborasi latihan
bicara dengan fisioterapis.

4 a. mendorong komunikasi terbuka


mengenai masalah anoreksia.
b. mendorong penggunaan teknik relaksasi,
visualisasi, bimbingan imajinasi latihan
sedang sebelum makan.
c. mengontrol faktor lingkungan (misalnya
bau kuat/tidak sedap atau kebisingan.
Hindari terlalu manis, berlemak atau
makanan pedas.
d. mendorong pasien untuk makan diet
tinggi kaya nutrien dengan masukan
cairan adekuat. Dorong penggunaan
suplemen dan makan
sering/lebih sedikit yang dibagi-bagi selama
sehari
e. memantau masukan makanan setiap hari.

G. EVALUASI

Hari / No. DX Evaluasi Paraf


Tanggal
1 S : orangtua klien mengatakan anaknya sudah tidak
Sabtu,
murung lagi dan sudah mau bermain dengan
15 maret
teman-temannya
2013
O:
Klien terlihat sudah percaya diri

Klien terlihat sudah menerima keadaan dirinya Klien


terlihat sudah mau bermain dengan teman- temannya
A : masalah gangguan body image sudah teratasi
P : intervensi dihentikan

Minggu, 2 S : klien mengatakan mampu melaksanakan


16 maret aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya. O
2013 :

Klien sudah dapat melakukan aktivitas secara


mandiri
A : masalah gangguan mobilitas fisik sudah
teratasi
P : intervensi dihentikan
Selasa, 3 S : orangtua klien mengatakan anaknya sudah
18 maret mampu berkomunikasi O
2013 :

Klien mampu menggunakan teknik non verbal Klien


sudah mampu berkomunikasi
A : masalah gangguan wicara sudah teratasi
P : intervensi dihentikan

Rabu, 4 S : klien mengatakan sudah tidak mual


19 maret O:
2013 Muntah (-)
BB bertambah
A : masalah gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh sudah teratasi
P : intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Gigantisme adalah kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan, dengan tinggi
dan besar yang diatas normal. Gigantisme disebabkan oleh kelebihan jumlah
hormon pertumbuhan.
2. Ciri utama gigantisme adalah perawakan yang tinggi hingga mencapai 2 meter atau
lebih dengan proporsi tubuh yang normal.
3. Kretinisme adalah suatu kelainan hormonal pada anak-anak. Ini terjadi akibat
kurangnya hormon tiroid. Penderita kelainan ini mengalami kelambatan dalam
perkembangan fisik maupun mentalnya. Kretinisme dapat diderita sejak lahir
atau pada awal masa kanak-kanak.
4. Kretinisme yaitu perawakan pendek akibat kurangnya hormone tiroid dalam tubuh.
Hormone tiroid diproduksi oleh kelenjar tiroid (gondok) terutama sel folikel
tiroid. Penyebab paling sering dari kekurangan hormone tiroid adalah akibat
kurangnya bahan baku pembuat.
5. Cirin kretinisme antara lain bentuk tubuhnya pendek dengan proporsi yang tak
normal. Ciri lainnya adalah lidahnya besar dan lebar, pangkal hidungnya
datar, rambutnya kasar dan kering, kulitnya kusam, serta otot-ototnya lembek.
Anak-anak penderita kretin ini biasanya mengalami gangguan pencernaan,
pendengaran, dan kemampuan berbicara.
6. Terlepas dari postur tubuh yang cebol ataupun raksasa, mereka dapat berfungsi
dan memiliki keturunan layaknya manusia pada umumnya kecuali pada kretinisme
dengan retardasi mental yang kurang dapat berfungsi normal.
DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses
Penyakit. Jakarta: EGC.
Riska Herliafifah, hello sehat. https://hellosehat.com/parenting/nutrisi-anak/kretinisme-
adalah/ Diunggah 20 Juli 2020
Wikipedia Bahasa Indonesia, Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki/Kretinisme
Diunggah 20 Juli 2020

Anda mungkin juga menyukai