Makalah Pera S Sokiin
Makalah Pera S Sokiin
Makalah Pera S Sokiin
1. Pera sari
2. Deko jepriansyah
3. Dinmas Hamidza
4. Leksa tri indah
5. Sesilia dhea A
6. Aysiah oktari S
7. Lintria
8. Axl Dioba C
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
A. Pengertian Sistem Endokrin..................................................................3
B. Fungsi Sistem Endokrin........................................................................3
C. Karakteristik Sistem Endokrin..............................................................4
D. Klasifikasi Hormon...............................................................................5
E. Patofisiologi..........................................................................................6
F. Penggolongan Obat-obatan Sistem Endokrin........................................7
G. Efek Samping Pemberian Obat Pada Sistem Endokrin........................8
H. Bahaya Pemberian Obat pada Sistem Endokrin...................................8
I. Obat Pada Sistem Endokrin....................................................................9
BAB III PENUTUP.............................................................................................24
A. Kesimpulan...........................................................................................24
B. Saran.....................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................25
ii
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang
nengirimkan hasilsekresinya langsung ke dalam darah yang beredar dalam
jaringan kelenjar tanpa melewatiduktus atau saluran dan hasil sekresinya
disebut hormon.Secara umum sistem endokrin adalah sistem yang berfungsi
untuk memproduksihormon yang mengatur aktivitas tubuh. Terdiri atas
kelenjar tiroid, kelenjar hipofisa/putuitari,kelenjar pankreas, kelenjar kelamin,
kelenjar suprarenal, kelenjar paratiroid dan kelenjarbuntu. Beberapa dari
organ endokrin ada yang menghasilkan satu macam hormon (hormontunggal)
disamping itu juga ada yang menghasilkan lebih dari satu macam hormon
atauhormon ganda misalnya kelenjar hipofise sebagai pengatur kelenjar yang
lain.Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukanfungsi tubuh.
Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan
homeostasistubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun
dapat dibedakan dengankarakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan
kelenjar hipofise posterior yangmempunyai asal dari saraf (neural). Jika
keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsidari kedua kelenjar ini
sebagian diambil alih oleh sistem saraf. Bila sistem endokrinumumnya
bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja melalui neurotransmiter
yangdihasilkan oleh ujung-ujung saraf.Kelenjar endokrin melepaskan
sekresinya langsung ke dalam darah .
Kelenjar endokrin ini termasuk hepar, pancreas (kelenjar eksokrin dan
endokrin), payudara, dankelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya,
Kelenjar eksokrin melepaskan sekresinyakedalam duktus pada permukaan
tubuh, sepertikulit, atau organ internal, seperti lapisantraktusintestinal. Jika
kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di
dalamdarah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi
1
tubuh. Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon
harus diatur dalam batas-batas yang tepat. Tubuh perlu merasakan dari waktu
ke waktu apakah diperlukan lebihbanyak atau lebih sedikit hormon.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka diperoleh rumusan untuk
pembahasan sebagai berikut :
1. Apa saja penggolongan obat-obatan pada sistem endokrin ?
2. Apa efek samping pemberian obat pada sistem endokrin ?
3. Bahaya pemberian obat pada system endokrin ?
C. Tujuan
1. Mengetahui penggolongan obat-obatan pada sistem endokrin
2. Mengetahui efek samping pemberian obat pada sistem endokrin ?
3. Mengetahui Bahaya obat pada system endokrin ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Kelenjar endokrin ini membentuk sistem endokrin. Hormon yang
mereka hasilkan dan membantu mensekresikan untuk mengatur
perkembangan generatif, pencernaan, pertumbuhan, reproduksi dan fungsi
jaringan. Kelenjar ini termasuk tiroid, pankreas, kelenjar paratiroid, kelenjar
adrenal, badan pineal dan kelenjar reproduksi.
Sistem endokrin tidak bekerja sendiri, bekerja sama dengan sistem saraf
dan sistem kekebalan tubuh untuk dapat membentu fungsi tubuh dengan cara
yang benar. Kelenjar ialah sekelompok sel yang memproduksi dan
mengeluarkan atau melepaskan bahan kimia. Menyeleksi kelenjar dan
menghilangkan bahan dari darah ialah proses yang mereka lakukan dan
mengeluarkan produk kimia untuk digunakan di suatu tempat di tubuh.
Beberapa jenis kelenjar yang melepaskan sekresinya di daerah tertentu,
misalnya kelenjar eksokrin seperti kelenjar keringat dan ludah, melepaskan
sekresi pada kulit atau di dalam mulut. Kelenjar endokrin di sisi lain,
melepaskan lebih dari 20 hormon utama langsung ke dalam aliran darah
dimana mereka dapat diangkut ke sel-sel di bagian lain dari tubuh.
4
1. sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam.
Kortisoladalah contoh hormon diurnal. Kadar kortisol meningkat pada
pagi hari danmenurun pada malam hari.
2. Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik turun sepanjang waktu
tertentu,seperti bulanan. Estrogen adalah non siklik dengan puncak dan
lembahnyamenyebabkan siklus menstruasi.
3. Tipe sekresi hormonal yang ketiga adalah variabel dan tergantung pada
kadarsubtrat lainnya. Hormon paratiroid disekresi dalam berespons
terhadap kadarkalsium serum.
Hormon bekerja dalam sistem umpan balik, yang memungkinkan tubuh
untukdipertahankan dalam situasi lingkungan optimal. Hormon mengontrol
laju aktivitasselular. Hormon tidak mengawali perubahan biokimia, hormon
hanya mempengaruhisel-sel yang mengandung reseptor yang sesuai, yang
melakukan fungsi spesifik.Hormon mempunyai fungsi dependen dan
interdependen. Pelepasan hormondari satu kelenjar sering merangsang
pelepasan hormon dari kelenjar lainnya. Hormonsecara konstan di
reactivated oleh hepar atau mekanisme lain dan diekskresi oleh ginjal.
D. Klasifikasi Hormon
1. Hormon perkembangan : hormon yangmemegang peranan di dalam
perkembangandan pertumbuhan. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar
gonad.
2. Hormon metabolisme : proses homeostasis glukosa dalam tubuh diatur
oleh bermacammacam hormon, contoh glukokortikoid, glukagon, dan
katekolamin.
3. Hormon tropik : dihasilkan oleh struktur khusus dalam pengaturan
fungsiendokrin yakni kelenjar hipofise sebagai hormon perangsang
pertumbuhanfolikel (FSH) pada ovarium dan proses spermatogenesis
(LH).
5
4. Hormon pengatur metabolisme air dan mineral : kalsitonin dihasilkan
olehkelenjar tiroid untuk mengatur metabolisme kalsium dan fosfor.
E. Patofisiologi
Hormon berperan mengatur dan mengontrol fungsi organ. Pelepasannya
bergantung pada perangsangan atau penghambatan melalui faktor yang
spesifik.Hormon dapat bekerja di dalam sel yang menghasilkan hormone itu
sendiri (autokrin), mempengaruhi sel sekirtar (parakrin), atau mencapai sel
target di organ lain melaluidarah (endokrin).
Di sel target, hormon berikatan dengan reseptor dan memperlihatkan
pengaruhnya melalui berbagai mekanisme transduksi sinyal selular. Hal ini
biasanyamelalui penurunan faktor perangsangan dan pengaruhnya
menyebabkan berkurangnya pelepasan hormon tertentu, berarti terdapat
siklus pengaturan dengan umpan baliknegatif. Pada beberapa kasus, terdapat
umpan balik positif (jangka yang terbatas), berarti hormon menyebabkan
peningkatan aktifitas perangsangan sehinggameningkatkan pelepasannya.
Istilah pengontrolan digunakan bila pelepasan hormondipengaruhi secara
bebas dari efek hormonalnya. Beberapa rangsangan pengontrolandan
pengaturan yang bebas dapat bekerja pada kelenjar penghasil hormon.
Berkurangnya pengaruh hormone dapat disebabkan oleh gangguan
sintesisdan penyimpanan hormon.
Penyebab lain adalah gangguan transport di dalam sel yangmensintesis
atau gangguan pelepasan. Defisiensi hormon dapat juga terjadi jikakelenjar
hormon tidak cukup dirangsang untuk memenuhi kebutuhan tubuh, atau
jikasel penghasil hormon tidak cukup sensitive dalam bereaksi terhadap
rangsangan, atau jika sel panghasil hormon jumlahnya tidak cukup
(hipoplasia, aplasia).Berbagai penyebab yang mungkin adalah penginaktifan
hormon yang terlalucepat atau kecepatan pemecahannya meningkat. Pada
hormon yang berikatan dengan protein plasma, lama kerja hormon
bergantung pada perbandingan hormon yang berikatan. Dalam bentuk terikat,
6
hormon tidak dapat menunjukkan efeknya, pada sisilain, hormon akan keluar
dengan dipecah atau dieksresi melalui ginjal.Beberapa hormon mula-mula
harus diubah menjadi bentuk efektif di tempatkerjanya. Namun, jika
pengubahan ini tidak mungkin dilakukan, misalnya defek enzim,hormon tidak
akan berpengaruh. Kerja hormon dapat juga tidak terjadi karena target organ
tidak berespons (misal, akibat kerusakan pada reseptor hormone atau
kegagalantransmisi intra sel) atau ketidakmampuan fungsional dari sel atau
organ target.
Penyebab meningkatnya pengaruh hormone meliputi, yang pertama
peningkatan pelepasan hormon. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh
rangsangantunggal yang berlebihan. Peningkatan sensitivitas, atau terlau
banyak jumlah sel penghasil hormon (hyperplasia, adenoma). Kelebihan
hormon dapat juga disebabkanoleh pembentukan hormon pada sel tumor
yang tidak berdiferensiasi diluar kelenjarhormonnya (pembentukan hormon
ektopoik).
Peningkatan kerja hormon juga diduga terjadi jika hormone dipecah
ataudiinaktifkan terlalu lambat, missal pada gangguan inaktivasi organ (ginjal
atau hati).Pemecahan dapat diperlambat dengan meningkatnya hormon ke
protein plasma, tetapi bagian yang terikat dengan protein.
Golongan
1. Sulphonylrea
2. Glinide
3. Thiazolidinedi one
4. Penghambat Alfa- Glukosidase
5. Biguanide
6. Penghambat DPP-IV
7. Penghambat SGLT-2
8. Obat kombinasi tetap
7
G. Efek Samping Pemberian Obat Pada Sistem Endokrin
8
I. Obat Pada Sistem Endokrin
Tabel 4.1
Obat Yang Digunakan Dalam Gangguan Kelenjar Hipofisis
9
Thyrotropin IM, SK : 10 U, 4 Untuk mendiagnosa penyebab Hipotiroid, injksi
kali terakhir dilanjutkan dengan pemeriksaan
sehari, 1-3 hari radioiodine
Adrenocorticotropic Hormone (ACTH)
Kortikotropin IM, SC : 20 Unit, 4 Untuk defisiensi ACTH, Untuk sklerosis multiple ,
kali sehari dosis 80-120 U/hari.
IV : 10-25 U dalam 500
Obat Dosis Pertimbangan dan Pemakaian
mL D5%/8 jam
10
11
dalam proses metabolisme sel, pertumbuhan, perkembangan, dan
diferensiasi jaringan.
Beberapa penyakit manusia ada yang disebabkan oleh kelenjar
tiroid. Misalnya kelebihan hormon tiroid (hipertiroid) dapat
menimbulkan gejala hipermetabolisme (morbus basedowi), dengan
tanda-tanda meningkatnya detak jantung sehingga muncul gugup, napas
cepat dan tidak teratur, mulut menganga, dan mata melebar. Sementara
itu, apabila seseorang sebelum dewasa kekurangan hormon tiroid
(hipotiroid), tubuhnya dapat mengalami kretinisme (kerdil). Kretenisme
ditandai dengan fisik dan mental penderita yang tumbuh tidak normal.
Pada orang dewasa, kondisi hipotiroid dapat menyebabkan
miksedema. Gejala penyakit ini, adalah laju metabolisme rendah, berat
badan bertambah, bentuk badan menjadi besar, kulit kasar, dan
rambutmudah rontok. Selain penyakit-penyakit tersebut, seseorang juga
dapat mengalami pembengkakan kelenjar tiroid karena kekurangan
makanan yang mengandung yodium. Penyakit pembengkakan demikian
dinamakan gondok.
Beberapa penyakit tiroid akan mendapatkan terapi pengganti T3
dan T4. Pada pesien dengan terapi pengganti hormone thiorid, perawat
perlu menganjurkan untuk menghindari makanan yang menghambat
sekresi sekresi thyroid, yaitu strawberry, pear, kobis, bayam, kembang
kol dan kacang polong.
12
Tabel 4.2
2. Hormon Paratiroid
Kelenjar Paratiroid mensekresi hormone paratiroid (HPT) yang
berfungsi mengatur kadar kalsium dalam darah. Penurunan kalsium
dalam serum merangsang pelepasan PTH. PTH mengobati
hipoparatiroid dan kalsitonin mengobati hiperparatiroid. Hipokalsemia
dapat disebabkan oleh defisiensi PTH, defisiensi vit D, gangguan
ginjal atau terapi diuretik. Pengganti PTH dapat membantu untuk
memperbaiki kekurangan kalsium. Hiperparatiroidisme juga dapat
disebabkan keganasan kelenjar paratiroid atau sekeresi hormone PTH
ektopik dari kanker paru-paru, hipertiroidisme atau tidak bergerak
dalam jangka waktu lama, dimana kalsium hilang dari tulang.
Tabel 4.3
14
Kalsitoni SC, dosis mula 0,5 mg / Untuk penyakit paget
n hari, Rumatan : 0,25 mg/
manusia setiap 2-
3 minggu
15
Kalsitoni SC/IM , dosis mula 100 IU / Untuk penyakit paget,
n Salmon hari, Rumatan : 50-100 IU/ hiperparatiroidisme, hiperkalsemia.
setiap hari atau setiap 2 hari.
3. Adrenal
Kelenjar adrenal terdiri dari medulla dan korteks. Korteks
adrenal memproduksi dua jenis hormone atau kortikosteroid.
Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang
dihasilkan di kulit kelenjar adrenal. Hormon ini berperan pada
banyak sistem fisiologis pada tubuh, misalnya tanggapan terhadap
stres, tanggapan sistem kekebalan tubuh, dan pengaturan inflamasi,
metabolisme karbohidrat, pemecahan protein, kadar elektrolit darah,
serta tingkah laku.
Kortikosteroid dibagi menjadi 2 kelompok, yakni
glukokortikoid (contohnya kortisol) yang berperan mengendalikan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, juga bersifat anti
inflamasi dengan cara menghambat pelepasan fosfolipid, serta dapat
pula menurunkan kinerja eosinofil. Kelompok lain dari kortikosteroid
adalah mineralokortikoid (contohnya aldosteron), yang berfungsi
mengatur kadar elektrolit dan air, dengan cara penahanan garam di
ginjal.
Pemberian kortikosteroid dosis tinggi dapat menyebabkan
sindrom Cushing dengan gejala-gejala moon face, berat badan naik,
otot lemah terutama bahu dan pinggul, dll, , striae dan acne yang
dapat pulih (reversibel) bila terapi dihentikan, tetapi cara
menghentikan terapi harus dengan menurunkan dosis secara bertahap
(tappering-off) untuk menghindari terjadinya insufisiensi adrenal
akut. Pada anak, penggunaan kortikosteroid dapat menghambat
pertumbuhan dan dapat mempengaruhi perkembangan pubertas. Oleh
karena itu penting untuk menggunakan dosis efektif terrendah,
pemberian secara berselang sehari dapat membatasi efek penurunan
16
perkembangan anak.
4. Glukokortikoid
Glukokortikoid mempengaruhi metabolism karbohidrat, protein
dan lemak serta aktivitas sel darah dan otot. Kortisol, glukokortikoid
utama, memiliki efek antiinflamasi, antialegi dan anti stress.
Glukokortikoid dipakai untuk mengobati banyak penyakit dan
masalah kesehatan. Efek samping glukokortikoid antara lain diabetes
dan osteoporosis, yang berbahaya, terutama pada lanjut usia, dapat
terjadi fraktur osteoporotik pada tulang pinggul dan tulang belakang.
Selain itu, pemberian dosis tinggi dapat mengakibatkan nekrosis
avaskular pada kepala femur. Beberapa obat glukokortikoid akan
disajikan pada table dibawah ini.
Tabel 4.4
5. Minerallokortikoid
Mineralokortikoid merupakan type kedua kortikosteroid,
mensekresi aldosteron. Hormon ini mempertahankan keseimbangan
cairan dengan meningkatkan penyerapan natrium dari tubulus ginjal.
Natrium menarik air , menyebabkan retensi air. Jika terjadi
hipovolemia, sekresi aldosteron akan ditingkatkan. Dengan reabsorbsi
natrium, kalium akan dikeluarkan dan mengakibatkan terjadinya
hipokalemia. Defisiensi minerallo kortikoid biasanya terjadi dengan
defisiensi glukokortikoid, seringkali disebut defisiensi kortikosteroid.
Fludokortison merupakan suatu minerallokortikoid oral yang dapat
diberikan bersamaan dengan glukokortikoid. Obat ini dapat
menyebabkan suatu keseimbangan negative nitrogen, sehingga
biasanya diperlukan diet tinggi protein. Karena pemakaian minerallo
dan glukokortikoid terjadi ekskresi kalium, maka kadar kalium harus
dipantau.
6. Hormon Insulin
Diabetes melitus adalah suatu kelainan metabolisme kronis
yang terjadi karena berbagai penyebab, ditandai oleh konsentrasi
glukosa darah melebihi normal disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang diakibatkan oleh
kelainan sekresi hormon insulin, kelainan kerja insulin, atau kedua.
Ada 2 type Diabetes Melitus yaitu Diabetes Melitus type I atau
diabetes melitus tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes
18
Melitus/IDDM) dan type II, diabetes melitus tidak tergantung insulin
(Non Insulin Dependent Diabetes Melitus/NIDDM). Perbedaan
utama antara DM type I dan DM typeII adalah, pada DM tipe 1,
orang tidak bisa lagi memproduksi insulin, sementara itu pada DM
type II, tubuh, sel tubuh tidak dapat mereaksi insulin secara normal
lagi. sehingga glukosa tetap dalam aliran darah dan tidak dapat
masuk ke dalam sel sehingga hal tersebut menyebabkan kadar gula
darah menjadi tinggi.
Insulin dilepaskan dari sel-sel beta pulau Langerhans dalam
responnya terhadap peningkatan glukosa darah.. Pankreas secara
normal mensekresikan 40-60 unit insulin setiap harinya. Insulin
meningkatkan ambilan glukosa, asam amino, dan asam lemak dan
mengubahnya menjadi bahan-bahan yang disimpan dalam sel-sel
tubuh. Glukosa diubah menjadi glikogen untuk keperluan glukosa di
masa mendatang dalam hepar dan otot, sehingga menurunkan kadar
glukosa dalam darah. Nilai glukosa darah normal adalah 60-100
mg/Dl dan glukosa serum, 70-110 mg/Dl.
7. Insulin
Insulin suntikan diperoleh dari pankreas babi dan sapi ketika
hewan-hewan ini disembelih. Insulin tidak dapat diberikan per oral
karena sekresi gastrointestinal merusak susunan insulin. Insulin
diberikan secara subkutan, dengan sudut suntikan 45 sampai 90 o, 15
sampai 30 menit sebelum makan. Insulin harus disimpan pada tempat
yang sejuk atau di dalam lemari es. Konsentrasi insulin 40 atu 100
U/Ml (U40/Ml, U100/Ml) dan insulin dikemas dalam vial berisi 10
ml. Spuit insulin ditandai dalam unit sampai maksimum 100 U per 1
mL. Ada tiga tipe insulin :
a. Insulin kerja singkat/ insulin regular (kristalin), merupakan
larutan bening tanpa tambahan bahan untuk memperpanjang
19
kerja insulin. Onset kerjanya adalah 0,5 -1 jam, puncak kerja
timbul dalam 2 sampai 4 jam, dan lama kerja 6-8 jam.
b. Insulin kerja sedang, awitan insulin kerja sedang adalah 1-2
jam, puncak 6-12 jam, dan lama kerja 18-24 jam.
c. Insulin kerja panjang, bekerja dalam 4-8 jam, puncak 14-20
jam, dan berakhir sampai 24-36 jam.
Tabel 4.3 Insulin dan Kerjanya
20
2. Obat Anti Diabetik Oral
a. Sulfonilurea
Kerja utama sulfonilurea adalah meningkatkan sekresi
insulin sehingga efektif hanya jika masih ada aktivitas sel beta
pankreas Sulfonilurea digunakan untuk pasien yang tidak
kelebihan berat badan, atau yang tidak dapat menggunakan
metformin. Sulfonilurea dapat menyebabkan gangguan fungsi
hati, yang mungkin menyebabkan jaundice kolestatik, hepatitis
dan kegagalan fungsi hati meski jarang. Dapat terjadi reaksi
hipersensitifitas, biasanya pada minggu ke 6-8 terapi, reaksi
yang terjadi berupa alergi kulit yang jarang berkembang menjadi
eritema multiforme dan dermatitis eksfoliatif, demam dan
jaundice. Berikut ini adalah kriteria pemakaian obat hioglikemia
oral :
1) Awitan DM pada usia 40 tahun
2) Diagnosa DM kurang dari 5 tahun
3) Berat badan normal atau kelebihan berat badan
4) Gula darah puasa sama atau kurang dari 200 mg/dL
5) Memerlukan insulin kurang daro 40 U / hari
6) Fungsi ginjal dan hepar baik
21
Tabel 4.4
22
b. Biguanida
Metformin Hidrochlorida, satu-satunya golongan
biguanid yang tersedia, mempunyai mekanisme kerja yang
berbeda dengan sulfonilurea, keduanya tidak dapat
dipertukarkan. Efek utamanya adalah menurunkan
glukoneogenesis dan meningkatkan penggunaan glukosa di
jaringan. Karena kerjanya hanya bila ada insulin endogen,
maka hanya efektif bila masih ada fungsi sebagian sel islet
pankreas.
Metformin digunakan pada penderita diabetes melitus
tipe 2, terutama untuk pasien dengan berat badan berlebih
(overweight), apabila pengaturan diet dan olahraga saja tidak
dapat mengendalikan kadar gula darah. Metformin dapat
digunakan sebagai monoterapi atau dalam kombinasi dengan
obat antidiabetik lain atau insulin (pasien dewasa), atau dengan
insulin (pasien remaja dan anak >10 tahun). Sedangkan
kontraindikasi nya adalah gangguan fungsi ginjal, ketoasidosis,
hentikan bila terjadi kondisi seperti hipoksia jaringan wanita
hamil dan menyusui.
Efek Samping dapat berupa anoreksia, mual, muntah,
diare (umumnya sementara), nyeri perut, rasa logam, asidosis
laktat (jarang, bila terjadi hentikan terapi), penurunan
penyerapan vitamin B12, eritema, pruritus, urtikaria dan
hepatitis. Dosis ditentukan secara individu berdasarkan manfaat
dan tolerabilitas. Dewasa & anak > 10 tahun: dosis awal 500
mg setelah sarapan untuk sekurang-kurangnya 1 minggu,
kemudian 500 mg setelah sarapan dan makan malam untuk
sekurang-kurangnya 1 minggu, kemudian 500 mg setelah
sarapan, setelah makan siang dan setelah makan malam. Dosis
maksimum 2 g sehari dalam dosis terbagi.
23
c. Acarbose
Acarbose merupakan suatu penghambat enzim alfa
glukosidase yang terletak pada dinding usus. Enszim alfa
glukosidase adalah maltaseeeee. isomaltase, glukomaltase dan
sukrose, berfungsi untuk hidrolisis oligosakarida, trisakarida
dan disakarida pada dinding usus halus.
24
3. Obat Hiperglikemia
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukanfungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankanhomeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapatdibedakan dengan karakteristik tertentu.Sistem
endokrin memiliki fungsi untuk mempertahankan hemoestatis,
membatumensekresikan hormon-hormon yang bekerja dalam sistem
persyarafan, pengaturan pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol
perkembangan seksual dan reproduksi.
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menjadi salah satu referensi dalam
memperdalam literatur Keperawatan Jiwa terkhusus dalam materi Teori Modalitas.
Selain itu kami selaku penulis berharap agar makalah ini dapat diterapkan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan kejiwaan yang akan dibeikan kedepannya
26
DAFTAR PUSTAKA
27
28