Artikel Reaktor Kombinasi Anaerob-Aerob
Artikel Reaktor Kombinasi Anaerob-Aerob
Artikel Reaktor Kombinasi Anaerob-Aerob
Indah Rakhmayani1), Nabila Shafa Aulia, Rahmad Agung Wijaya, Dian Rahayu Jati, Isna
Apriani, Rizki Purnaini
Abstract
Keywords: Anaerob-aerob, Community Based Environmental Engineering, Waste Treatment, Tofu Waste,
Tofu Production Wastewater Treatment
Abstrak
1
ditinggal pada saat penggunaannya dapat memudahkan pengurangan parameter yang dapat merusak lingkungan
yang terdapat dalam limbah tersebut. Reaktor akan didiamkan pada debit tertentu agar dapat terus berkerja
dengan waktu tinggal. Pengolahan menggunakan reaktor yang menggunakan debit dapat dibuang langsung ke
badan air.
Kata Kunci: Anaerob-aerob, Rekayasa Lingkungan Berbasis Masyarakat, Pengolahan Limbah, Limbah Tahu,
Pengolahan Air Buangan Produksi Tahu
Pendahuluan
Air buangan industri tahu merupakan air sisa yang dibuang dari proses produksi
industri tahu. Air buangan akan memberikan dampak yang tidak baik untuk lingkungan
sekitarnya, jika dibuang langsung ke alam secara terus-menerus. Kerusakan yang akan terjadi
jika air limbah tahu dibuang ke lingkungan akan menimbulkan bau yang tidak sedap, dan
suhu limbah cair yang panas akan mempengaruhi proses pertumbuhan biota air tertentu.
Pentingnya menjaga kualitas lingkungan perlu diterapkan agar dapat selalu menjaga
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Perlunya alat dan perlakuan terhadap air buangan akan membantu mengurangi dampak yang
akan merusak lingkungan. Kurangnya penerapan pencegahan pencemaran dari limbah
buangan biasanya dikarenakan masyarakat berasumsi bahwa alat yang digunakan untuk
mendaur atau meminimalisir air buangan merupakan suatu alat yang mahal sehingga banyak
masyarakat dari tingkat rumah tangga hingga industri kecil rumahan tidak menggunakan
pengolahan pada air buangan yang akan dibuang.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran adalah
menggunakan alat pengendalian air limbah. Banyaknya industri tahu yang berbasis rumahan
merupakan alasan terbesar industri tersebut tidak menggunakan pengolahan pada air
buangannya. Umumnya, hanya industri besarlah yang menggunakan pengolahan air limbah
yang dihasilkan dari hasil produksi. Sistem pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan
sistem anaerob-aerob. Sistem anaerob dilakukan dengan metode filtrasi dan aerob dilakukan
dengan penambahan oksigen dengan alat tambahan. Alat ini dirancang dengan bahan yang
harganya terjangkau, murah, dan mudah dicari disekitar kehidupan bermasyarakat.
Industri tahu yang berada di Jalan Adi Sucipto dengan titik koordinat 0°04’04,1”S
109°22’135,0”E merupakan salah satu industri yang membuang air limbahnya secara
langsung ke lingkungan tanpa melalui proses terlebih dahulu. Pada prosesnya, industri ini
2
menghabiskan 300 kg kedelai setiap harinya dan menghasilkan limbah padat dan cair.
Limbah tersebut berupa sisa bahan baku yang tercecer, air sisa rendaman, dan abu sisa
pembakaran. Sehingga perlu diadakan pengolahan lebih lanjut untuk limbah cair untuk
mengurangi dampak dari pencemaran dan meningkatkan efisiensi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengurangi pencemaran limbah cair produksi tahu di
industri rumahan yang terletak di Adi Sucipto dengan titik koordinat 0°04’04,1”S
109°22’135,0”E
Tinjauan Pustaka
Standar Nasional Indonesia atau SNI tahun 1998 menyatakan bahwa tahu adalah
produk makanan yang memiliki bentuk padan dengan tekstur lunak yang terbuat dari kacang
kedelai atau Glycine sp dengan melalui proses pengendapan dari protein dan penambahan
bahan lain yang diizinkan. Tahu merupakan makanan padat yang dibuat dengan cara
memekatkan protein kedelai dan di cetak dengan proses pengendapan atau penggumpalan
protein pada titik isoelektrik globulin kacang kedelai yang memiliki pH 4,5.
Limbah cair tahu mengandung bahan organik berupa protein yang dapat terdegradasi
menjadi bahan anorganik. Degradasi bahan organik melalui proses oksidasi secara aerob akan
menghasilkan senyawa-senyawa yang lebih stabil. Dekomposisi bahan organik pada dasarnya
melalui dua tahap yaitu bahan organik diuraikan menjadi bahan anorganik, Bahan anorganik
yang tidak stabil mengalami oksidasi menjadi bahan anorganik yang stabil, misalnya amonia
mengalami oksidasi menjadi nitrit dan nitrat (Effendi. 2003).
Padatan tersuspensi sangat berhubungan erat dengan tingkat kekeruhan air. Kekeruhan
menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap
dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air Kekeruhan disebabkan oleh
adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut Semakin tinggi kandungan
bahan tersuspensi tersebut. maka air semakin keruh (Effendi, 2003).
3
Air limbah industri tahu sifatnya cenderung asam, pada keadaan asam ini akan
terlepas zat-zat yang mudah untuk menguap. Hal ini mengakibatkan limbah cair industri tahu
mengeluarkan bau busuk. pH sangat berpengaruh dålam proses pengolahan air limbah. Baku
mutu yang ditetapkan sebesar 6-9. Pengaruh yang terjadi apabila pH terlalu rendah adalah
penurunan oksigen terlarut. Oleh karena itu, sebelum limbah diolah diperlukan pemeriksaan
pH serta menambahkan larutan penyangga agar dicapai pH yang optimal (BPPT. 1997).
Menurut Effendi (2003), BOD adalah jumlah oksigen yang diperlukan oleh organisme
untuk memecah bahan buangan organik di dalam suatu perairan. Konsentrasi BOD yang
semakin tinggi menunjukkan semakin banyak oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi
bahan organik. Nilai BOD yang tinggi menunjukkan terdapat banyak senyawa organik dalam
limbah, sehingga banyak oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan
senyawa organik. Nilai BOD yang rendah menunjukkan terjadinya penguraian limbah
organik oleh mikroorganisme (Zulkifli dan Ami, 2001)
TSS (Total Suspended Solid) merupakan material padat termasuk organik dan
anorganik dapat berupa mikroba, kotoran manusia maupun binatang, dan limbah industri
(Mulyanto dan Dharmawan, 2017). Metode yang digunakan dalam penentuan kadar TSS
(Total Suspended Solid), yaitu metode gravimetri dengan prinsip zat padat dalam air akan
tertahan dalam saringan membran berdiameter 47mm, kemudian dipanaskan pada suhu 103–
105 oC selama minimal 1 jam hingga diperoleh berat tetap (APHA, 2017).
Proses pengolahan limbah aerobik berarti proses dimana terdapat oksigen terlarut.
Oksidasi bahan – bahan organik menggunakan molekul oksigen sebagai akseptor elektron
akhir adalah proses utama yang menghasilkan energi kimia untuk mikroorganisme dalam
proses ini. Mikroba yang menggunakan oksigen sebagai akseptor elektron akhir adalah
mikroorganisme aerobik. Pengolahan limbah dengan sistem aerobik yang banyak dipakai
antara lain dengan sistem lumpur aktif, piring biologi berputar ( Rotating Biological
Contactor = RBC ) dan selokan oksidasi ( Oxidation Ditch) (Kaswinarni, 2007).
Proses biologi anaerob merupakan sistem pengolahan air limbah tahu yang banyak
digunakan. Pertimbangan yang digunakan adalah mudah, murah dan hasilnya bagus. Proses
biologi anaerobik merupakan salah satu sistem pengolahan air limbah dengan memanfaatkan
mikroorganisme yang bekerja pada kondisi anaerob. Kumpulan mikroorganisme, umumnya
bakteri, terlibat dalam transformasi senyawa komplek organik menjadi metana. Selebihnya
4
terdapat interaksi sinergis antara bermacam – macam kelompok bakteri yang berperan dalam
penguraian limbah (Kaswinarni, 2007).
Metode Penelitian
Tempat industri tahu yang dianalisis terletak di Jalan Adi Sucipto gang sepakat yang
terletak di pinggir sungai kapuas dengan titik koordinat 0°04’04,1”S 109°22’135,0”E.
Metode penelitian yang digunakan merupakan studi literatur, , analisis deskriptif, dan
penelitian eksperimen semu (quansi experimental designs) dengan rancangan pretest-postest.
Pretest diperoleh dari pemeriksaan parameter air limbah sebelum diberikan perlakuan,
sedangkan pos-test diperoleh setelah diberikan perlakuan. Rancangan seperti observasi
ataupun pengukuran akan dilakukan sebanyak dua kali yaitu saat sebelum air limbah masuk
kedalam reaktor dan setelah melewati reaktor. Analisis deskriptif dilakukan dengan meneliti
tahapan proses produksi dengan membuat diagram alir proses yang dimana dilakukan dengan
melihat secara langsung produksi tahu di industri tahu itu sendiri. Studi literatur didapatkan
dari berbagai sumber seperti jurnal, buku dan dokumentasi. Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah, reaktor anaerob-aerob yang dirancang dan dibuat peneliti, bak
penampung, dan ph meter, sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu air
limbah tahu. Berikut merupakan diagram alir tahap penelitian :
Pencarian Literasi
Persiapan Reaktor
5
Membuang habis Air Seeding
Memulai Running
Mempresentasikan Hasil
Gambar 1 Neraca Massa Pengolahan Limbah Industri Tahu Sistem Kombinasi Anaerob -
aerob
Tabel 1. Hasil Pengujian Limbah Industri Tahu Sebelum dan Setelah Pengolahan
No. Parameter Sampel Awal (mg/L) Sampel Akhir (mg/L) Efisiensi (%) Baku Mutu*
6
3. TSS 430 254 40,93% 200
*Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No.5 Tahun 2014 Tentang Baku
Mutu Air Limbah
Efisiensi Pengolahan :
𝑚𝑔
2080 − 546,75
𝐿
BOD = x 100%
2080
BOD = 73,71 %
Efisiensi Pengolahan :
𝑚𝑔 𝑚𝑔
430 − 254
𝐿 𝐿
TSS = x 100%
430
TSS = 40,93 %
7
Republik Indonesia No.5 Tahun 2014 baku mutu BOD sebesar 150 mg/l. Efisiensi penurunan
TSS sebesar 40,93% dengan hasil akhir sebesar 254 mg/l belum memenuhi baku mutu, yang
mana menurut PerMen LH Republik Indonesia No.5 Tahun 2014 baku mutu TSS sebesar 200
mg/l.
Berdasarkan data hasil uji laboratorium nilai baku mutu air limbah tahu sebelum
dilakukannya pengolahan menunjukkan nilai BOD dengan konsentrasi 2080 mg/L. Hasil
tersebut menunjukkan air buangan limbah industri tahu masih melebihi baku mutu yang telah
ditetapkan oleh PerMen LH Republik Indonesia No.5 Tahun 2014 dengan nilai BOD sebesar
150 mg/L. Jika nilai BOD terlalu tinggi maka dapat menyebabkan biota air mati dikarenakan
asupan oksigen pada air akan diserap oleh bakteri-bakteri yang ada untuk melarutkan bahan-
bahan organik. Sehingga perlu dilakukannya upaya pengolahan air limbah yang dapat
menurunkan zat-zat yang dapat menyebabkan pencemaran pada air,
Setelah dilakukannya pengolahan air limbah industri tahu dengan sistem anaerob-
aerob, nilai BOD mengalami penurunan sehingga nilai BOD sebesar 546,75 mg/L dengan
nilai efisiensi 73,71%. Hasil akhir menunjukkan bahwa hasil masih belum memenuhi baku
mutu yang telah ditetapkan oleh PerMen LH Republik Indonesia No.5 Tahun 2014 yaitu 150
mg/L. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bernadette Nusye Parasmita (2012) dapat
dikatakan bahwa adanya pengaruh lama kontak air limbah dengan media biofilter terhadap
penurunan BOD ditunjukkan dengan semakin lama massa air limbah pada biofilter, semakin
besar pula efisiensi BOD yang dihasilkan.
Hasil pengukuran parameter TSS sebelum pengolahan nilai TSS dengan konsentrasi
sebesar 430 mg/L. Hasil tersebut menunjukkan air buangan limbah industri tahu masih
melebihi baku mutu yang telah ditetapkan oleh PerMen LH Republik Indonesia No.5 Tahun
2014 dengan nilai TSS sebesar 200 mg/L. Sehingga dilakukannya pengolahan air limbah
tahu. Hasil setelah dilakukannya pengolahan sebesar 254 mg/L dengan nilai efisiensi
mencapai 40,93%.
Hasil akhir menunjukkan bahwa air limbah masih belum memenuhi baku mutu. Hal ini
terjadi karena kurangnya waktu tinggal pada saat proses running. Penyisihan konsentrasi TSS
sehingga turun juga dapat diakibatkan terjadinya filtrasi di proses anaerob. Proses anaerob
yang menggunakan media batu kerikil dan batu koral.
8
Hasil air limbah yang telah dilakukannya pengolahan menunjukkan bahwa mengalami
penurunan pada setiap parameter, namun penurunan tersebut masih belum memenuhi baku
mutu yang telah ditetapkan. Karena, lambatnya pembentukan biofilm yang diakibatkan suhu
air limbah industri tahu dan juga dapat diakibatkan karena nilai parameter yang terlalu tinggi.
Suhu air limbah industri tahu pada umumnya lebih tinggi dari air sungai yaitu sekitar 50°C -
60°C.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah pengolahan limbah cair
Industri Tahu dengan menggunakan sistem anaerob-aerob, bermediakan batu kerikil, batu
koral dan kaldness belum mampu menurunkan BOD, TSS, dan pH sampai memenuhi baku
mutu yang telah ditetapkan. Penurunan nilai BOD limbah cair industri tahu dengan
persentase penurunan sebesar 73,31 %. Penurunan nilai TSS limbah cair industri tahu dengan
persentase penurunan sebesar 40,93 %.
Saran
Daftar Pustaka
Badan Standardisasi Nasional. 1998. Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3142- 1998
tentang Syarat Mutu Tahu. Departemen Perindustrian. Jakarta.
9
BPPT. 1997. Teknologi Pengolahan Limbah Tahu – Tempe Dengan Proses Biofilter Anaerob
Aerob. Laporan Kegiatan. Kelompok Teknologi Pengolahan Air Bersih dan Limbah
Cair. BPPT.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Penerbit : Kanisius. Yogyakarta
Herlambang, A. 2005. Penghilangan Bau Secara Biologi Dengan Biofilter Sintetik. JAI.
Vol.1, No, 1. Kelompok Teknologi Pengolahan Air Bersih Dan Limbah Cair, Pusat
Pengkajian Dan Penerapan Teknologi Lingkungan, BPPT.
Husin, A. 2003. Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu Menggunakan Biji Kelor (Moringa
oleifera) Sebagai Koagulan. Laporan penelitian Dosen Muda Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
Kafadi. 1990. Cara Pembuatan Tahu dan Manfaat Kedelai. Ganeca Exact.
Kaswinarni, F. 2007. Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat dan Cair Industri Tahu.
(Tesis). Semarang: Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro.
Kepmen LH No. KEP 51 /MENLH/10/1995, Tanggal 23 Oktober 1995 Tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri
Lavens, P. & P. Sorgeloos. 1996. Manual on the Production and Use of Live Food for
Aquaculture. FAO Fisheries Technical Paper. No. 361. Food and Agriculture
Organization of the United Nations. Rome
10
Zulkifli dan Ami, A. 2001. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Tahu dengan Rotating
Biological Contactor (RBC) pada Skala Laboratorium. Limnotek. Vol, VIII. No, 1.
:21-34.
11