Yandiana Refleksi Diri Agama

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

Refleksi diri

by: Yandiana Putri Yandrifa Sudarto


110116258
Agama Islam (B2)
Islam, ya itulah agama yang saya imani dan saya percayai. Telah 21 tahun lamanya
saya telah memeluk agama Islam, dimana agama islam adalah agama terakhir dari seluruh
kepercayaan yang ada didalam umat manusia. Agama penyempurna dan agama penyelamat
dari segala macam bentuk dan keaneragaman kepercayaan yang telah dianut oleh manusia,
akan tetapi tidak semua manusia di muka bumi ini dapat atau “mau” mempercayai kebenaran
agama Islam, karna sejatinya agama adalah nadi dan darah yang telah menyatu dengan akal,
fikiran dan juga perasaan manusia sejak manusia telah dilahirkan. Akan tetapi diluar itu
semua manusia juga telah memiliki hak dan jalan kehidupan dari masing-masing agama yang
telah mereka pilih, imani dan juga percayai. Teruntuk saya, saya sangat bersyukur kepada
Tuhan saya yaitu Allah SWT dimana saya telah dilahirkan di dunia ini melalui rahim seorang
wanita yang muslim yaitu ibu saya tersayang, dan ibu saya yang juga berasal dari keluarga
muslim. Meski dalam keluarga besar saya terdapat 2 macam kepercayaan yaitu Islam dari
keluarga ibu saya, dan Nasrani dari keluarga ayah saya, akan tetapi saya sangat bersyukur
karna kekeluargaan dan juga rasa toleransi dalam keluarga kami yang tinggi sehingga
membuat keluarga saya tetap harmonis, Namun hal tersebut tidak serta merta berjalan sesuai
dengan keinginan saya, tentunya konflik mengenai agama tetaplah ada didalam keluarga
kami dan kami telah melewatinya.
Saya sangat mensyukuri atas karunia yang telah Allah limpahkan kepada diri saya,
dimana saya memiliki darah keturunan China,Minahasa,Manado,Sulawesi Utara dari ayah
saya dan juga Jawa dari ibu saya. Papa saya adalah seorang pria berketurunan darah
Tionghoa, dahulu pada masa kecilnya papa saya dilahirkan sebagai Nasrani dan sangatlah
kuat bagi mereka sebuah iman dan kepercayaan teruntuk agama tersebut. Sungguh tidaklah
mudah bagi ibu saya untuk terus berusaha menjadikan papa saya sebagai mualaf, akan tetapi
seiring berjalannya waktu dan juga atas hidayah Allah SWT kerasnya pintu hati papa saya
telah dihancurkannya, dan papa saya memutuskan untuk menganut agama islam. Tentunya
hal ini sangatlah ditolak bagi nenek saya, dimana nenek saya adalah seorang pendeta
terkemuka disalah satu Gereja di Manado dan nenek saya sangatlah marah mengetahui papa
saya telah memeluk agama Islam dan menjadi mualaf, sebuah konflik terus bermunculan
akan tetapi papa saya tetap teguh dalam imannya sebagai pemeluk agama Islam,dan menjadi
seorang Chinese Muslim. Pada akhirnya pada saat bebrapa hari saya dilahirkan, tanpa
pemberitahuan papa dan mama saya, nenek saya telah membawa saya pergi ke Gereja dan
membaptis saya, mugkin hal ini adalah hal yang sangat sensitif dan bahkan sebuah hal yang
tidak pernah saya lupakan hingga nafas terakhir saya, bahwa saya pernah menganut 2 agama
dalam hidup saya. Hingga pada akhirnya papa dan mama kembali mengislamkan saya dengan
membacakan kembali adzan dikedua telinga saya. Tentunya hal tersebut tidak selamanya
berjalan buruk, perlahan nenek saya perlahan mulai membuka hati bagi kehadiran agama
Islam dalam kehidupannya, dan hingga saat ini nenek saya sangat menyanyangi saya dan
sangat menghargai mama saya.
Hingga pada suatu ketika adat Tionghoa mulai luntur dalam diri saya, dan saya
merasa bahwa tidak ada yang teristimewa dalam diri saya, sejak saya menduduki bangku
playgroup, TK, SD, SMP, SMA lingkungan pendidikan dan lingkungan hidup saya sangatlah
kental dengan orang-orang pribumi dan adat juga adat budaya Jawa, saya sangat menikmati
kehidupan saya sama seperti anak perempuan pada umumnya. Hingga tiba saatnya saya
menduduki bangku perguruan tinggi di sebuah Universitas Surabaya, mungkin hal lain yang
papa saya inginkan selain sistem pendidikan yang terkemuka, papa saya ingin mendekatkan
kembali kehadiran orang-orang keturunan Tionghoa dalam hidup saya, namun harapan papa
saya mungkin tidak akan berjalan dengan baik, karena saya merasa sangat berbeda dengan
teman-teman saya, saya merasa diri saya sangat jauh dari keturunan Tionghoa dan bahkan
saya tidak merasa bahwa saya adalah bagian dari mereka. Terlebih lagi agama saya adalah
Islam tentu tidaklah banyak bagi warga tionghoa memeluk agama muslim, dan sering terjadi
ketika saya dijauhi temanteman saya karna perbedaan kepercayaan diantara pertemanan
kami. Namun seiring berjalannya waktu dan hingga detik ini pada saat saya mengambil mata
kuliah Agama Islam, saya sangat belajar banyak dimana saya harus bisa menerima dan juga
menghargai kehadiran siapapun orang-orang disekeliling saya, saya lebih membuka diri
dengan kehadiran orang baru dan siapapun yang ingin berteman baik dengan saya. Saya
menikmati hari-hari saya sebagaimana saya berteman dekatan dengan semua teman-teman
dan saya tidak pernah mementingkan agama, suku, ras karena saya berteman dari hati ke hati.
Sebagaimana Allah telah mencipatakan berbagai suku dan ras manusia di dunia ini adalah
untuk saling mengasihi dan juga menerima satu sama lain. Siapapun kamu, tetaplah sama
disisi Allah, dan bagian akhir dari kisah hidup saya adalah saya adalah manusia biasa, saya
akan tetap bersikap baik bagi seluruh teman-teman dihidup saya, entah mereka akan
membalas baik atau tidaklah, saya pasrahkan kepada Allah. Karna saya sangat mempercayai
agama saya dimana orang yang baik akan selalu dipertemukan dengan teman-teman atau
golongan yang baik pula.

“Wahai Muhammad, bagaimana jika kami beribadah kepada Tuhanmu dan kalian (muslim)
juga beribadah kepada Tuhan kami. Kita bertoleransi dalam segala permasalahan agama
kita. Apabila ada sebagaian dari ajaran agamamu yang lebih baik (menurut kami) dari
tuntunan agama kami, maka kami akan amalkan hal itu. Sebaliknya, apabila ada dari ajaran
kami yang lebih baik dari tuntunan agamamu, engkau juga harus mengamalkannya.
“Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam Sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada tali yang amat Kuat
(Islam) yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S.
Al-Baqarah 256

------------------------------------SEKIAN---------------------------------------

Anda mungkin juga menyukai