Laporan Pemuliaan Kambing Nunu
Laporan Pemuliaan Kambing Nunu
Laporan Pemuliaan Kambing Nunu
teknologi ET. Hal ini menunjukkan bahwa antara ilmu reproduksi ternak dengan llmu
pemuliaan ternak adalah sangatlah erat kaitannya. Perkawinan silang antara ternak
yang secara natural sulit dilakukan, menjadi mudah dikerjakan dengan cara IB,
misalnya ternak betinanya ukuran tubuhnya jauh lebih kecil dari yang jantan atau
ini dapat diatasi dengan teknik IB atau dengan mengadakan IVF yakni pembuahan
diluar tubuh, selanjutnya janin yang dihasilkan ditransfer ke induk akseptor (Nuryadi,
2014).
Sifat kualitatif dan sifat kuantitatif memiliki fungsi yang sangat penting bagi
petani atau peternak, dapat dilihat dengan mengetahui bobot badan pada hewan
ternak hanya dengan melakukan pengukuran dimensi tubuh ternak. Pada sifat
kuantitatif diketahui bobot badan dan hasil produksi itu terjadi karena dipengaruhi
oleh lingkungan. Sifat kualitatif yaitu tidak dipengaruhi oleh lingkungan karena sifat
ini dikontrol oleh gen dan hanya dapat dilakukan dengan cara mengamati kondisi
perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linier dan komposisi tubuh. Dimensi tubuh
dan abu pada karkas (Kuswati dan Trinil, 2016). Hal inilah yang metalarbelakangi
dilakukannya Praktikum Ilmu Pemuliaan Ternak mengenai Pengukuran Dimensi
Tujuan Praktikum
tubuh ternak
Kegunaan Praktikum
2. Mahasiswa menilai sifat kualitatif dan sifat kauntitaif (dimensi tubuh) ternak
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Ternak Kambing Peranakan Etawa
Kambing merupakan jenis hewan ternak yang sangat lazim dijumpai di negeri
dibandingkan ternak lainnya. Kelebihan itu antara lain adalah daya adaptasinya yang
sangat tinggi terhadap lingkungan dan mudah dipelihara. Kelebhan lain, kambing
lebih cepat besar sehingga lebih cepat siap potong. Kambing juga mampu
mengkonversi limbah pertanian menjadi produk bernilai tinggi (daging, kulit, dan
susunya). Daging kambing pun banyak penggemarnya. Sekalipun memiliki bau khas,
daging kambing cukup lezat. Jika diolah dengan bumbu dan rempah-rempah yang
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub-filum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Sub-ordo : Ruminantia
Familia : Bovidae
Sub-familia : Caprinae
Genus : Capra
etawa (dari India) dengan kambing kacang, yang penampilannya mirip ettawa tetapi
lebih kecil. Sebagai kambing pemeliharaan, kambing peranakan ettawa memiliki dua
kegunaan, yaitu sebagai penghasil susu (perah) dan pedaging. Peranakannya yang
penampilannya mirip kacang disebut bligong atau jawa randu. Peranakan ini
digunakan untuk ternak potong. Kambing ettawa atau jumnari didatangkan dari India
ke Indonesia pada tahun 1931. Kambing ini berukuran besar, tinggi tubuh rata-rata 80
cm (jantan) dan 70 cm (betina), serta bobot dewasa rata-rata 40-45 kg. keturunannya
ettawa (PE). Kambing ini cocok untuk diternakkan sebagai penghasil susu dan daging
populasi yang cukup tinggi dan tersebar luas. Kambing kacang memiliki ukuran
tubuh yang relatif kecil, memiliki telinga yang kecil dan berdiri tegak. Kambing ini
telah beradaptasi dengan lingkungan setempat, dan memiliki keunggulan pada tingkat
kelahiran. kambing ini memiliki keterbatasan dengan rataan bobot badan dewasa
yang cukup rendah yaitu sekitar 20–25 kg, dengan tinggi pundak pada jantan dewasa
dan betina dewasa adalah 53,80 ± 2,88 cm dan 52,00 ±7,38 cm Kambing ini memiliki
tanduk baik jantan maupun betina. Secara umum warna tubuhnya adalah gelap dan
Sifat Kualitatif
Sifat kualitatif adalah sifat yang tanpak dan tidak dapat diukur dengan satuan
ukuran tertentu. Ukuran kualitatif ragamnya tidak konsisten dan terdapat kelas kelas
fenotipe yang perbedaannya jelas. Sifat kualitatif juga di kontrol oleh gen tunggal.
Karakter kualitatif dikontrol oleh beberapa gen yang berkaitan dengan struktur,
diantaranya mengenai bentuk dan susunan, rasa, warna, serta bau. Karakter kualitatif
taksonomi. Contoh dari karakter kualitatif antara lain plasentasi, bentuk daun serta
Sifat kualitatif yang tidak dapat dihitung dan hanya dapat dilakukan melalui
pengamatan karena hanya memiliki satu gen. Pengamatan yang dilakukan dengan
melihat keadaan tubuh, kesehatan kulit, kondisi kuku, warna tubuh, sikap ternak,
pandangan mata, bentuk tubuh, bentuk tanduk, jenis kelamin, warna bulu, dan
keserasian.
Sifat Kuantitatif
Sifat kuantitatif adalah sifat atau karakter individu yang diperoleh dari hasil
oleh banyak pasangan gen serta faktor lingkungan. Sifat-sifat ini diukur secara
kuantitatif dan menunjukkan nilai yang kontinu dan terdistribusi secara normal.
dimensi tubuh dapat dijadikan sebagai indicator pertumbuhan ternak. Sifat kuantitatif
pada kambing peranakan etawa dengan melakukan pengukuran dimensi tubuh pada
kambing yaitu tinggi pundak, tinggi punggung panjang badan, lingkar dada, lingkar
dada, dalam dada, lebar punggung, lebar kelangkang, lebar tulang tapis, lingkar perut,
Analisis Statik
Mean
satu populasi. Nilai ini merupakan hasil perhitungan semua nilai yang ada dalam
x 1+ x 2+ x 3+ ….+ xn
μ=
n
Keterangan:
Standar Deviasi
Standar deviasi merupakan akar dari ragam dari sampel. Satuan dari standar
deviasi sama dengan satuan ukuran sifat yang ukur, misalnya kilogram dan
s= √ s2
Keterangan;
s = Simpangan baku sampel
Koefisien Variansi
persentasi dari kata-kata. Nilai ini berguna untuk membandingkan keragaman dari
( σ x 100)
KK = %
x
Keterangan:
KK = Koefisien Keragaman
σ = Simpangan baku
x = Rata-rata populasi
Korelasi
Korelasi yaitu mengukur derajat anatara kedua sifat atau dia perubah variabel.
Nilai r berkisar antara -1,0 sampai +1,0 yang merupakan nilai abstrak yang tidak
cov xy cov xy
r= =
2 2 σx σ y
√ ( σ )( σ )
x y
Keterangan:
r = Koefisisen Korelasi
σ 2x = Ragam sifat X
σ 2y = Ragam sifat Y
METODOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Kuantitatif dilakukan pada Hari Selasa, tanggal 11 September 2018 pukul 13:00
Materi Praktikum
Bahan yang digunakan pada praktikum yaitu 2 ekor kambing peranakan
etawa.
Prosedur Kerja
Adapun prosedur praktikum pengukuran dimensi tubuh kambing dilakukan
dengan mengikat kambing dengan tali, selajutnya kambing dibuat nyaman dengan
diberi pakan. Selanjutnya mengukur keseluruhan dimensi tubuh kambing, masing-
masing dengan menggunakan alat tongkat ukur dan pita ukur sesuai dengan ketentuan
berikut dapat dilihat tabel 2.
Keterangan:
L. T = Lebar Telinga
P. E = Panjang Ekor
penjumlahan keseluruhan data dibagi banyak data yang ada, berdasarkan hasil
pengukuran dimensi tubuh kambing didapatkan hasil bahwa pada tinggi pundak
sebesar 83,1 cm, tinggi punggung 89,3 cm, pangjang badan 70,2 cm, dalam dada 33
cm, lingkar dada 91,8 cm, lingkar perut 88 cm, panjang kelangkang 20,71 cm, lebar
punggung 16,1 cm, lebar kelangkang 24,6 cm, panjang telinga 25,7 cm, lebar telinga
10,8, panjang ekor 35,6 cm, dan diameter moncong 8,7 cm.
didapatkan hasil bahwa rata-rata pada tinggi pundak sebesar 8.4 cm, tinggi punggung
8.5 cm, panjang badan 16,8 cm, dalam dada 5,5 cm, lingkar dada 3,4 cm, lingkar
perut 32,7 cm, panjang kelangkang 6,9 cm, lebar punggung 2,6 cm, lebar kelangkang
3,2 cm, panjang telinga 2,4 cm, panjang ekor 34,3 cm dan diameter moncong 3,3 cm.
didapatkan hasil pada tinggi pundak sebesar 10,1%, tinggi punggung 9,5%, panjang
badan 23,9%, dalam dada 14,4%, lingkar dada 3,7%, lingkar perut 37,1%, panjang
kelangkang 33,3%, lebar punggung 16,1%, lebar kelangkang 13%, panjang telinga
pengukuran yang telah dilakukan, maka didapatkan kolerasi sesuai dengan tabel yang
paling tinggi adalah 0.419367075 pada tinggi punggung dan lingkar dada.
Berdasarkan dari hasil pengukuran korelasi tersebut termasuk korelasi yang memiliki
nilai yang berbeda beda setiap apa dimensi tubuh. Hal ini sesuai dengan pendapat
tertinggi adalah pada lingkar dada. Besarnya respon seleksi adalah berbeda-beda pada
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUTAKA
Ahmad, Dwi F., Endang Y.S., Nono S. 2016. Hubungan Panjang Badan dan Panjang
Kelangkang dengan Persentase Karkas Sapi Bali Correlations between Body
Length and Rump Length with Dressing Percentage of Bali Cattle. Fakultas
Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung.
Anggitasari, S., Osfar, S., Irfan, H, D. 2016. Pengaruh Beberapa Jenis Pakan
Komersial Terhadap Kinerja Produksi Kuantitatif dan Kualitatif Ayam
Pedaging. Universitas Brawijaya. Malang. Vol. 40. No. 3. Hal. 187-196.
Rozak, A. 2005. Variasi Olahan Daging Kambing. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka
Utama.
DOKUMENTASI