Hipertensi Dan Gaya Hidup

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

HIPERTENSI dan GAYA HIDUP

(by: One-D Mtw)

1. Definisi Hipertensi

Sampai saat ini tidak ada kesatuan pendapat mengenai definisi hipertensi

karena tidak ada batas yang tegas membedakan antara hipertensi dan

normotensi.

Secara teoritis, hipertensi didefinisikan sebagai suatu tingkat tekanan

darah tertentu, yaitu pada tingkat tekanan darah tersebut dengan memberikan

pengobatan akan menghasilkan lebih banyak manfaat dibandingkan dengan

tidak memberikan pengobatan.

Menurut Corwin (2000: 356), hipertensi adalah tekanan darah tinggi

yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang

berbeda. Hipertensi harus bersifat spesifik-usia. Namun secara umum, seseorang

dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi daripada

140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik (ditulis 140/90).

Menurut Doengoes (1999: 39), hiperteni juga didefinisikan oleh The

Joint Nastional Committe on Detection, Evaluation and Treatment of High

Blood Pressure (JNC/DETH 1997) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari

140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai dengan derajat keparahannya,

mempunyai rentang dan tekanan darah (TD) normal tinggi sampai maligna.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hipertensi

adalah peningkatan tekanan darah di atas normal, dimana dalam 2 kali atau lebih

pemeriksaan, dalam dua atau lebih waktu kunjungan yang berbeda didapatkan

tekanan sistolik >140 mmHg dan diastolik >90 mmHg.


2. Klasifikasi Stadium Hipertensi

Pada tahun 1993 JNC/DETH membuat klasifikasi stadium atau derajat

keperawatan pada penderita tekanan. Klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel

2.1 di bawah ini:

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun ke atas.
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 130 < 85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi:
- Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99
- Stadium 2 (sedang) 160-179 100-119
- Stadium 3 (berat) 180-209 110-119
- Stasium 4 (sangat ≥ 210 ≥ 120
berat)
Sumber: JNC, Arch Intern Med, 1993 Januari 25, 153: 161, dalam Smeltzer
dan Bare (2001: 897).

Apabila tekanan sistolik dan diastolik terdapat pada kategori yang

berbeda, maka harus dipilih kategori yang tertinggi untuk mengklasifikasikan

status tekanan darah seseorang. Misalnya 160/90 mmHg harus diklasifikasikan

stadium 2, dan 180/120 mmHg harus diklasifikasikan stadium 4. Hipertensi

sistolik mandiri dinyatakan sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih

tinggi dan tekanan diastoliknya kurang dari 90 mmHg dan diklasifikasikan

dalam stadium yang sesuai (misalnya 170/85 mmHg dianggap sebagai hipertensi

sistolik mandiri).

Selain itu, untuk mengklasifikasikan stadium hipertensi berdasarkan

peringkat tekanan darah rerata, dokter harus menyebutkan ada tidaknya organ

sasaran dari penyakit dan faktor risiko tambahan, misalnya pasien dengan

diabetes dan tekanan darah 142/96 mmHg, plus hipertropi ventrikel kiri harus
diklasifikasikan sebagai “Hipertensi stadium 1 dengan penyakit organ sasaran

(hipertropi ventrikel kiri) dan dengan faktor risiko mayor lain (diabetes)”.

3. Etiologi

Mansjoer et al ( 2001: 518) mengklasifikasikan etiologi hipertensi menjadi dua

golongan, yaitu:

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus.

Banyak faktor yang mempengaruhinya diantaranya: usia, jenis kelamin, ras,

riwayat keluarga, obesitas, perokok, diet natrium yg berlebihan, peningkatan

serum lemak, alkohol, status sosial ekonomi, stress.

b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.

Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit

ginjal, hipertensi vascular renal hiperaldoteronisme primer, hipertensi yang

berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain.

4. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembyuluh darah

terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar

dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke

bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca

ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin


mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan

ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,

meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bias terjadi.

5. Manifestasi Klinis

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila

gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau

jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, mudah marah,

telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang,

dan pusing.

6. Komplikasi

Stroke, Hipertropi ventrikel, Gagal jantung, Gagal ginjal, Ensefalopati 

mengakibatkan hilangnya kesadaran atau gangguan fungsi neurologik lainnya,

Retinopati  mengakibatkan gangguan penglihatan.

7. Penatalaksanaan

Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 900), tujuan tiap program penanganan

bagi setiap penderita hipertensi adalah mencegah terjadinya morbiditas dan

mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah di

bawah 140/90 mmHg. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan

nonfarmakologis, termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium

dan tembakau, latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus

dilakukan pada setiap terapi hipertensi.


8. Perubahan Gaya Hidup pada Penderita Hipertensi

Menurut Watson (2000) gaya hidup yang sehat atau healthy lifestyle

meliputi struktur multidimensional. Gaya hidup berpengaruh pada bentuk

perilaku atau kebiasaan seseorang dalam merespon kesehatan fisik dan psikis,

lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi. Gaya hidup sehat dilakukan dengan

tujuan agar hidup lebih panjang dan menghindari berbagai macam penyakit.

Menurut Lisnawati (2001) gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku

sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan sosial

berada dalam keadaan positif. Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur, makan,

pengendalian berat badan, tidak merokok dan minum-minuman beralkohol,

berolahraga secara teratur serta terampil dalam mengelola stres yang dialami.

Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun

hanya dapat dikendalikan yaitu dengan merubah gaya hidup. Penderita

hipertensi mau tidak mau harus meninggalkan gaya hidupnya yang lama dan

menyesuaikan diri dengan gaya hidup yang lebih sehat.

Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 907), pemahaman yang menyeluruh bagi

penderita hipertensi mengenai penyakitnya, penggunaan obat dan kebiasaan gaya

hidup, dapat mengontrol hipertensi sangat penting. Konsep bahwa

penatalaksanaan hipertensi hanya untuk mengontrol bukannya untuk

menyembuhkan penting untuk dijelaskan. Daftar makanan dan minuman rendah

garam akan sangat membantu. Penderita harus dianjurkan untuk menghindari

minuman yang mengandung kafein dan alkohol karena mempunyai efek terhadap

peningkatan tekanan darah serta obat.


Sumber Pustaka :

Corwin, Elizabeth J, 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa: Penditt., Brahm. EGC.
Jakarta.

Doengoes., Marilyn E, Moorhouse., Francer., Mary, Geissler., Alice C. 2000. Rencana


Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Edisi 3. Alih bahasa: Kariasa., I Made, Sumarwati., I Made.
EGC. Jakarta.

Mansjoer., Arief, Triyanti., Kuspuji. Savitri., Rakhmi., Wardani., Wahyu, Ika, Setio,
Wulan., Wiwiek. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid Pertama.
Media Aesculapius. FKUI. Jakarta.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fudamental Keperawatan. Konsep, Proses dan
Praktek. Edisi 4. Volume 1. Alih bahasa: Asih, Yasmin, Sumarwati., IMade.
EGC. Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C, et al, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart. Volume 2, Alih bahasa: Kuncara Y, Hartono., Andry, Ester., Moniko,
Asih., Yasmin. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai