LP HT

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah
yang di sebabkan satu atau factor risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya
dan mempertahankan darah secara normal . Hipertensi berkaitan dengan kenaikan
tekanan sistolik atau tekanan keduanya .Hipertensi terjadi apabila tekanan darah lebih
dari 140/90 mmHg. Brunner & suddarth , (2013)
Hipertensi adalah salah satu penyebab utama kematian dini di seluruh dunia
karena penyakit hipertensi apabila tidak di obati dan di tanggulangi maka dalam
jangka panjang menyebabkan kerusakan arteri di dalam tubuh sampai organ yang
mendapat suplai darah dari arteri tersebut . jika pentyakit hipertensi tidak di
tanggulangi maka akan menyebabkan timbulnya penyakit lainnya seperti penyakit
gagal jantung ,jantung coroner ,resiko stroke ,dan menyebabkan kerusakan ginjal.
(Nanda, 2016).
Peran perawat sebagai petugas kesehatan memiliki peran sebagai pemberi
perawatan ,sebagai educator atau pendidik. Sebagai seorang pendidik ,perawat
membantu klien mengenal kesehatan, dan prosedur asuhan keperawatan yang perlu
mereka lakukan guna memulihkan atau memelihara kesehatan tersebut agar tidak
terjadi penyakit lainnya (Kozier,2010). Peran perawat memberikan informasi yang
benar tentang hipertensi dan menganjurkan untuk diet garam serta memberikan
informasi tentang pencegahannya dapat meningkatkan pengetahuan penderita
hipertensi untuk melaksanakan pola hidup sehat dan mencegah terjadinya penyakit
lainnya/komplikasi.
Hampir 1 milyar di seluruh dunia memiliki tekanan darah tinggi. Hipertensi
adalah salah satu penyebab utama kematian dini di seluruh dunia. Hipertensi
membunuh hampir 8 milyar setiap tahun di dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap
tahunnya di kawasan asia timur-selatan menderita hipertensi (WHO,2015).
Prevalensi hipertensi di asia tenggara sebanyak 36% dari populasi dewasa
(WHO,2013).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Hipertensi?
2. Bagaimana etiologi Hipertensi?
3. Bagaimana patofisiologi Hipertensi?
4. Bagaimana manifestasi klinis Hipertensi?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang Hipertensi?
6. Bagaimana komplikasi pada Hipertensi?
7. Bagaimana penatalaksanaan Hipertensi?
8. Bagaimana pencegahan Hipertensi?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Hipertensi
2. Mengetahui etiologi Hipertensi
3. Mengetahui patofisiologi Hipertensi
4. Mengetahui manifestasi klinis Hipertensi
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang Hipertensi
6. Mengetahui komplikasi hipertensi
7. Mengetahui penatalaksanaan Hipertensi
8. Mengetahui pencegahan Hipertensi

D. Manfaat

1
Untuk mengetahui dan memahami cara asuhan keperawatan Hipertensi
dengan cepat dan tanggap serta meningkatkan potensi diri sehubungan dengan
penanggulangannya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
 Hipertensi menurut Caraspot merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih
besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih
besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003 ).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah
diastolik >90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi.
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JIVC)
sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai
derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal
tinggi sampai hipertensi maligna.

mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya.


Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun
demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut
lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia
lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat
(selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan
tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan
dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang
lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra
glukosanya sangat tinggi).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104
mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan
hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini
berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari
peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).

B. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg
dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan
diastolik 91-94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and
Treatment of Hipertension
1.      Diastolik
a.       < 85 mmHg                 : Tekanan darah normal
b.      85 – 99                        : Tekanan darah normal tinggi

2
c.       90 -104                        : Hipertensi ringan
d.      105 – 114                    : Hipertensi sedang
e.       >115                            : Hipertensi berat
2.      Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a.       < 140 mmHg               : Tekanan darah normal
b.      140 – 159                    : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c.       > 160                           : Hipertensi sistolik teriisolasi

Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya


tekanan darah. Dibagi menjadi dua:
a.         Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat
antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau
progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai
kerusakan organ target yang progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD
yg segera dalam kurun waktu menit/jam.
b.        Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya
gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa adanya
gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu
diturunkan dalam beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun
waktu 24-48 jam (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat
(dalam hitungan jam sampai hari).

C. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik).
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan
tekanan perifer.  Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi:
a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport
Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.

Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:


a. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin
angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
b. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.

Faktor Resiko
a. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan hipertensi
b. Pria usia 35 – 55 tahun dan wanita > 50 tahun atau sesudah menopause
c. Kebanyakan mengkonsumsi garam/natrium
d. Sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis) disebabkan oleh beberapa
hal seperti merokok, kadar lipid dan kolesterol serum meningkat, caffeine,
DM, dsb.
e. Factor emosional dan tingkat stress
f. Gaya hidup yang monoton

3
g. Sensitive terhadap angiotensin
h. Kegemukan
i. Pemakaian kontrasepsi oral, seperti esterogen.

D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.

4
Pathway

·         

E. Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri
tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas,
Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :

5
a.       Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.
b.      Sakit kepala
c.       Pusing / migraine
d.      Rasa berat ditengkuk
e.       Penyempitan pembuluh darah
f.       Sukar tidur
g.      Lemah dan lelah
h.      Nokturia
i.        Azotemia
j.        Sulit bernafas saat beraktivitas

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1) Pemeriksaan yang segera seperti :
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi /
fungsi ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan
hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa (
efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi
dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM.
j. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola
regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi.
m. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
2) Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan
yang pertama):
a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT
scan.
e. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien

6
G. Komplikasi
Efek pada organ :
a. Otak
1. Pemekaran pembuluh darah
2. Perdarahan
3. Kematian sel otak : stroke
b. Ginjal
1. Malam banyak kencing
2. Kerusakan sel ginjal
3. Gagal ginjal
c. Jantung
1. Membesar
2. Sesak nafas (dyspnoe)
3. Cepat lelah
4. Gagal jantung
H. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat è Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
b. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
- Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
- Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol
e. Menghentikan merokok
f. Latihan Fisik
g. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1)   Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik
seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
2)      Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat
belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan (
Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi dengan Obat


Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita.

7
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
(JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION
AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988)
menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau
penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
1).Dosis obat pertama dinaikkan
2).Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3).Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi
3) Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter )
dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
H. Cara Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya
hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan
konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak
terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.  
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita
hipertensi berupa:
a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun
dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal
dan stabil mungkin.
c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.
d. Batasi aktivitas.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas / istirahat
Gejala :
a. Kelemahan
b. Letih
c. Napas pendek
d. Gaya hidup monoton
Tanda :
a. Frekuensi jantung meningkat
b. Perubahan irama jantung
c. Takipnea
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /   katup,
penyakit serebrovaskuler
Tanda :
a. Kenaikan TD
b. Nadi : denyutan jelas
c. Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
d. Bunyi jantung : murmur
e. Distensi vena jugularis
f. Ekstermitas

B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan tekanan jaringan serebral
b. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
c. Nausea berhubungan dengan distensi lambung

9
TGL NO. DIAGNOSIS KEPERAWATAN TUJUAN DAN RENCANA INTERVENSI TTD
DX.KEP KRITERIA HASIL NAMA
Nyeri akut Tujuan Observasi
Berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Identifikasi nyeri secara
1. Gejala terkait intervensi komprehensif meliputi
penyakit keperawatan selama (lokasi, karakteristik,
2. Agen pencedera ….x… menit/jam, dan onset, durasi,
fisiologis (mis. diharapkan tingkat frekuensi, kualitas,
inflamasi, iskemia, nyeri menurun intensitas nyeri)
neoplasma) 2. Identifikasi skala nyeri
3. Agen pencedera fisik Kriteria hasil 3. Identifikasi reaksi non
(mis. Abses, 1. Kemampuan verbal
amputasi, terbakar, melakukan 4. Identifikasi factor yang
terpotong, trauma, aktivitas memperberat dan
latihan fisik meningkat memperingan nyeri
brlebihan) 2. Keluhan nyeri 5. Monitor tanda tanda
4. Agen pencedera menurun vital
kimiawi (mis. 3. Meringis 6. ......................................
Terbakar, bahan menurun
kimia iritan) 4. Sikap protektif Terapeutik
5. Efek samping terkait menurun 1. Kontrol  lingkungan
terapi 5. Gelisah yang dapat
menurun mempengaruhi nyeri
Ditandai dengan 6. Kesulitan tidur 2. Gunakan komunikasi
Data subyektif menurun terapeutik agar klien
1. Mengeluh nyeri 7. Tanda-tanda dapat mengekspresikan
vital dalam nyeri
Data obyektif batas normal 3. Ajarkan tentang teknik
1. Grimace / meringis (membaik) nonfarmakologi
2. Skala nyeri 8. Nafsu makan (relaksasi) untuk
3. Nyeri tekan membaik mengurangi nyeri
4. Bersikap protektif 9. Perasaan 4. Ajarkan penggunaan
(mis. Waspada,posisi depresi teknik relaksasi napas
menghindari nyeri) menurun dalam
5. Gelisah 10. Pola tidur
6. Frekuensi nadi membaik Edukasi
meningkat 1. Jelaskan penyebab,
7. Gangguan tidur periode, dan pemicu
8. Tekanan darah nyeri
meningkat 2. Jelaskan strategi
9. Pola nafas berubah meredakan nyeri
10. Perubahan dalam 3. Anjurkan memonitor
nafsu makan dan nyeri secara mandiri
minum 4. Anjurkan menggunakan
11. Pasien terfokus pada analgesic secara tepat
diri sendiri 5. Ajarkan tehnik
12. Diaphoresis nonfarmakologis untuk
13. Proses berfikir mengurangi rasa nyeri
terganggu Kolaborasi
14. Menarik diri 1. Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu

10
TGL NO. DIAGNOSIS TUJUAN DAN RENCANA INTERVENSI TTD
DX.KEP KEPERAWATAN KRITERIA HASIL NAMA
Penurunan curah jantung Tujuan Monitor
Setelah dilakukan 1. Identifikasi
Berhubungan dengan: intervensi tanda/gejala primer
1. Perubahan irama keperawatan selama penurunan curah
jantung … x …. Menit/jam jantung
2. Perubahan frekuensi curah jantung 2. Monitor tekanan
jatung meningkat darah
3. Perubahan 3. Monitor intake dan
kontraktilitas kriteria hasil: ouput cairan
4. Perubahan preload 1. Kekuatan nadi 4. Monitor saturasi
5. Perubahan afterload perifer oksigen
meningkat 5. Monitor keluhan
2. Palpitasi nyeri dada
Ditandai dengan menurun 6. Monitor EKG 12
Data Subjektif : 3. Bradikardi sandapan
1. Palpitasi menurun 7. Monitor aritmia
2. Lelah 4. Takikardia 8. ...................................
3. Dispnea menurun .....
4. Batuk 5. Gambaran EKG
5. Cemas aritmia menurun Terapeutik
6. Gelisah 6. Lelah menurun 1. Posisikan pasien semi
Data Objektif : 7. Edema menurun fowler/ fowler
Perubahan 8. Dispnea dengan kaki ke
frekuensi/irama jantung menurun bawah atau posisi
1. Gambaran EKG 9. Pucat menurun nyaman
aritmia/gangguan 10.Batuk menurun 2. Fasilitasi pasien dan
konduksi 11.Suara jantung keluarga untuk
2. Bradikardi/takikardi S3, S4 menurun modifikasi gaya hidup
Perubahan after load: 12.Murmur jantung sehat
1. Tekanan darah menurun 3. Berikan oksigen
meningkat/menurun 13.Tekanan darah untuk
2. Nadi perifer teraba membaik mempertahankan
lemah 14.Pengisian kapiler saturasi oksigen > 94
3. CRT > 3 detik membaik %
4. Warna kulit pucat 4. ...................................
dan/atau sianosis .....
Perubahan preload:
1. Edema Edukasi
2. distensi vena 1. Anjurkan beraktivitas
jugularis fisik sesuai toleransi
3. Peningkatan 2. Anjurkan beraktivitas
CVP/menurun fisik sesuai bertahap
4. Hepatomegali 3. Anjurkan berhenti
5. Murmur jantung merokok
6. Berat badab 4. Anjurkan pasien dan
bertambah keluarga mengukur
Perubahan kontraktilitas: intake dan output
1. Bunyi tambahan S3, cairan harian
S4 5. ...................................
2. EF menurun .....

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian

11
antiaritmia, jika perlu

TGL NO. DIAGNOSIS TUJUAN DAN RENCANA INTERVENSI TTD


DX.KE KEPERAWATAN KRITERIA HASIL NAM
P A
Nausea Tujuan : Observasi
Berhubungan dengan Setelah 1. Identifikasi pengalaman
1. Gangguan dilakukan mual
biokimia intervensi 2. Identifikasi faktor
(uremia, keperawatan penyebab mual
ketoasidosis selama ….. X …… 3. Monitor mual pasien
diabetic) menit/Jam meliputi : frekuensi,
2. Penyakit diharapkan durasi keparahan dan
esophagus tingkat nausea factor penyebab
3. Distensi lambung menurun. 4. Identifikasi dampak
4. Iritasi lambung mual terhadap kualitas
5. Gangguan Kriteria Hasil : hidup (nafsu
pankreas 1. Perasaan makan,aktivitas,kinerja)
6. Tumor intra ingin 5. Monitor asupan nutrisi
abdomen muntah dan kalori
7. Peningkatan intra menurun 6. Identifikasi isyarat
kranial 2. Perasaan nonverbal
8. Mabuk perjalanan asam di ketidaknyamanan
9. Kehamilan mulut
10. Bau yang tidak menurun Terapeutik
menyenangkan 3. Sensasi 1. Kendalikan faktor
11. Rasa makanan / panas dan lingkungan
minuman yang dingin penyebab mual
tidak enak menurun 2. Berikan makanan
12. Stimulus 4. Diaforesis dalam jumlah kecil
penglihatan tidak menurun dan menarik
menyenangk 5. Tanda- 3. Kurangi atau
13. Factor psikologis tanda vital hilangkan keadaan
(cemas, dalam penyebab mual
ketakutan,stres) batas 4. .................................
14. Distensi Abdomen normal
15. Efek farmakologis 6. Membrane Edukasi
obat yang
mukosa 1. Anjurkan pasien
diminum untuk istirahat dan
lembab
16. Efek toksin tidur yang adekuat
7. Intake
Ditandai dengan 2. Anjurkan makanan
makanan
Data Subyektif : tinggi karbohidrat
dan
1. Mengeluh mual dan rendah lemak
minuman
2. Tidak nafsu 3. Anjurkan tehnik
oral
makan nonfarmakologis
membaik
3. Merasa ingin untuk mengatasi
8. Jumlah
muntah mual (seperti
saliva
4. Rasa asam di relaksasi,terapi
membaik
dalam mulut musik)
9. Frekuensi
5. Sensasi 4. .................................
menelan
panas/dingin
membaik
6. Sering menelan Kolaborasi
Data Obyektif : 1. Kolaborasi dengan
1. Peningkatan ahli gizi
salivasi

12
2. Porsi makan tidak perencanaan diet
dihabiskan pasien
3. Muntah 2. Kolaborasi
4. Diaforesis pemeberian obat
5. Takikardi antiemetik,jika perlu
6. Pupil dilatasi

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta,
EGC,
Hamzah, : Ensiklopedia Artikel Indonesia, Surabaya
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC,
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA,
Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford:
Oxford University Press
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika
Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta
Soeparman dkk,2007  Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta
Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang

13

Anda mungkin juga menyukai