Laporan Pendahuluan Ektopik
Laporan Pendahuluan Ektopik
Laporan Pendahuluan Ektopik
Disusun Oleh :
(20161660142)
uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan
uterus. Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan
ektopik (lebih besar dari 90 %). (Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat kehamilan
yang normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim
misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim
di tempat yang luar biasa misalnya dalam cervix, pars interstitialis tuba atau dalam tanduk
Dari kedua difinisi diatas dapat disimpulkan kehamilan ektopik adalah kehamilan
dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni
B. ETIOLOGI
dalam kavum uteri, antara lain: Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan
aglutinasi silia lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan
kantong-kantong buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga
Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas, apendisitis,
Namun ini jarang terjadi Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang
kegagalan usaha untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi Tumor yang merubah
bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan pada adneksia Penggunaan IUD
2. Faktor Fungsional
a. Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri yang
abnormal
b. Refluks menstruasi
c. Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan progesterone
e. Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.
C. KLASIFIKASI
1. Tuba Fallopii
a. Pars-interstisialis
b. Isthmus
c. Ampula
d. Infundibulum
e. Fimbrae
2. Uterus
a. Kanalis servikalis
b. Divertikulum
c. Kornu
d. Tanduk rudimenter
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominal
a. Primer
b. Sekunder
6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus.
7.
D. PATOFISIOLOGI
tersering, ismust, fimbriae, pars interstisialis, kornu uteri, ovarium, rongga abdomen,
serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada sel kolumnar tuba
maupun secara intercolumnar. Pada keadaan yang pertama, zigot melekat pada ujungatau
sisi jonjot, endosalping yang relative sedikitmendapat suplai darah, sehingga zigot mati
Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel diantara dua jonjot. Zigot yang
telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai desidua,
yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus endosalping dan
tersebut.
Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang dan perkembangannya tersebut di
pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat implantasi dan
kehamilan seperti tanda hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometriumpun berubah
Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi Arias-Stella. Karena tempat pada
implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya kehamilan, suatu
Tanda :
1. Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau perdarahan
vaginal.
2. Menstruasi abnormal.
4. Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa kehamilan, atau
tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua pada endometrium uterus.
7. Pucat
9. Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.
11. Kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangangan peritoneum oleh
kehamilan tapi pada umumnya sedikit lebih kecil dibandingkan dengan uterus pada
digoyang)
Dalam rongga panggul teraba tumor lunak kenyal yang disebabkan kumpulan darah di
Dapat diduga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba yang terganggu,
Gejala:
1. Nyeri:
Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan ektopik. Nyeri
2. Perdarahan:
Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose dan dikeluarkan
dengan perdarahan. Perdarahan ini pada umumnya sedikit, perdarahan yang banyak
3. Amenorhea:
Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang memiliki berkas
perdarahan pada saat mereka mendapatkan menstruasi, dan mereka tidak menyadari
F. PENATALAKSANAAN
demikian , beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut.
kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apakah kondisi ibu
buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik di lakukan salpingektomi. Pada kasus
kehamilan ektropik di pars ampularis tuba yang belum pecah biasanya di tangani
1. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang digunakan
2. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah
tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada obat-
pembedahan :
insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung
kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.
2. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi
4. Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar β-hCG
harapan bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi
G. Komplikasi
secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus, tergantung
lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan
kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan, infeksi, kerusakan
organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar). Selain itu ada juga
H. Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah laparotomi. Dalam tindakan
demikian , beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut.
1. Kondisi ibu pada saat itu.
2. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
3. Lokasi kehamilan ektropik.
4. Kondisi anatomis organ pelvis.
5. Kemampuan teknik bedah mikro dokter.
6. Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu di lakukan salpingektomi pada
kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apakah kondisi ibu buruk,
misalnya dalam keadaan syok, lebih baik di lakukan salpingektomi. Pada kasus kehamilan
ektropik di pars ampularis tuba yang belum pecah biasanya di tangani dengan menggunakan
kemoterapi untung menghindari tindakan pembedahan.
Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran
kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran kehamilan dapat dilakukan
melalui:
1. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang digunakan
adalah methotrexate (obat anti kanker).
2. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah
tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada obat-
obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi.
Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah pembedahan :
1. Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau
insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung
kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.
2. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi
superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
3. Operasi Laparoskopik : Salfingostomi
Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar β-hCG
rendah maka dapat diberikan injeksi methrotexatekedalam kantung gestasi dengan
harapan bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi
methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler.
Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:
1. Ukuran kantung kehamilan
2. Keadaan umum baik (“hemodynamically stabil”)
3. Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik
Keberhasilan pemberian methrotexate yang cukup baik bila :
1. Masa tuba
2. Usia kehamilan
3. Janin mati
4. Kadar β-hCG
Kontraindikasi pemberian Methrotexate :
1. Laktasi
2. Status Imunodefisiensi
3. Alkoholisme
4. Penyakit ginjal dan hepar
5. Diskrasia darah
6. Penyakit paru aktif
7. Ulkus peptikum
Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan pengukuran serum hCG setiap
minggu sampai negatif. Bila perlu lakukan “second look operation”.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Hematokrit
Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi.
Sel darah putih
Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya leukositosis. Leoukosite
15.000/mm3. Laju endap darah meningkat.
Tes kehamilan
Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan β-hCG positif.
Pada kehamilan intrauterin, peningkatan kadar β-hCG meningkat 2 kali lipat setiap
dua hari, 2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan adanya peningkatan titer serial
hCG yang abnormal, dan 1/3 sisanya menunjukkan adanya peningkatan titer hCG
yang normal. Kadar hormon yang rendah menunjukkan adanya suatu masalah
seperti kehamilan ektopik.
b. Pemeriksaan Penunjang/Khusus
Setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat
Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat menggambarkan isi
dari rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi
kehamilan seseorang, baik di rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di tempat
lain.
USG :
a. Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
b. Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
c. Adanya massa komplek di rongga panggul
Laparoskopi ─ peranan untuk menegakkan diagnosa kehamilan ektopik sudah
diganti oleh USG
Laparotomi ─ Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik terganggu
dengan gangguan hemostasis (tindakan diagnostik dan definitif).
Kuldosintesis ─ Memasukkan jarum kedalam cavum Douglassi transvaginal
untuk menentukan ada atau tidak adanya darah dalam cavum Douclassi.
Tindakan ini tak perlu dikerjakan bila diagnosa adanya perdarahan
intraabdominal sudah dapat ditegakkan dengan cara pemeriksaan lain.
J. WOC
Bernidasi di tuba
Kehamilan ektopik
Resiko Berduka
Pendarahan abnormal Kekurangan
volume cariran
cemas
A. Pengkajian
a. Identitas Klien
1. Pekerjaan :
2. Suku / bangsa :
3. Alamat :
4. Status perkawinan :
Palpasi
a. Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada UK, nyeri tekan,
perut teraba tegang, messa pada adnexa.
b. Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
Auskultasi
Pemeriksaan abdomen: perut kembung, terdapat cairan bebas darah, nyeri saat
perabaan.
e. Pemeriksaan khusus:
Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan
kiri
f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang, sedangkan
untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter dapat melakukan:
a. Laboratorium
Hematokrit
Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi.
Sel darah putih
Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya leukositosis. Leoukosite
15.000/mm3. Laju endap darah meningkat.
Tes kehamilan
Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan β-hCG positif. Pada
kehamilan intrauterin, peningkatan kadar β-hCG meningkat 2 kali lipat setiap dua hari,
2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan adanya peningkatan titer serial hCG yang
abnormal, dan 1/3 sisanya menunjukkan adanya peningkatan titer hCG yang normal.
Kadar hormon yang rendah menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan
ektopik.
b. Pemeriksaan Penunjang/Khusus
Setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
Laparoskopi
peranan untuk menegakkan diagnosa kehamilan ektopik sudah diganti oleh USG
Laparotomi
Kuldosintesis
Memasukkan jarum kedalam cavum Douglassi transvaginal untuk menentukan ada
atau tidak adanya darah dalam cavum Douclassi. Tindakan ini tak perlu dikerjakan bila
diagnosa adanya perdarahan intraabdominal sudah dapat ditegakkan dengan cara
pemeriksaan lain.
B. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:
1.Nyeri Akut b.d agen pencederahan fisik d.d mengeluh nyeri
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan trauma
3. Edukasi
Jelaskan penyebab
strategi nyeri,anjurkan
nyeri secara
mandiri,anjurkan
pemberian analgesik
secara tepat
Kolaborasi
Pemberiaan analgesik
bila perlu
Yuliaikhah, Lily S.Si. T, 2009. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. Penerbit Buku Kedokteran
ECG, Jakarta
Bandung, Padjajaran, Kedokteran, Universitas. 1974. Ilmu Kebidanan Patologi. Penerbit Elstar
Offset Eleman, Bandung
http://atenvincentskep.blogspot.com/2009/10/askep-kehamilan-ektopik-terganggu.html
http://www.koranplus.com/forum/medical-info/13867.html
FORMAT PENGAKJIAN KEPERAWATAN
1. IDENTITAS
Nama : Ny. F
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Petani
Tanggal MRS :
Alamat : jl sukapura desa sepuh gembol
Diagnosa medis : Kehamilan ektopik terganggu (KET)
Sumber informasi : Pasien dan keluarga
Tanggal Pengkajian : 07 Oktober 2020
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat keperawatan sekarang
a. Keluhan utama
Nyeri perut yang dominan di kanan bawah sejak 4 hari SMRS
b. Riwayat penyakit saat ini
Pasien dirujuk dari puskesmas dengan suspek appendisitis. Pasien G2P1A0 mengaku
hamil 1 bulan. HPHT 24 Maret 2016, perkiraan usia kehamilan 4 minggu dan taksiran
lahir berdasarkan HPHT 31 Desember 2018.
Pasien mengeluh nyeri pada perut kanan bawah sejak 4 hari SMRS, awalnya nyeri
dirasakan di perut kanan bawah hilang timbul, semakin lama nyeri terasa di seluruh
perut. Selain itu terdapat keluhan keluar darah dari kemaluan sejak 3 hari SMRS, pasien
mengganti pembalut sebanyak 2x/hari, pembalut penuh, darah berwarna merah gelap.
Terdapat juga keluhan pusing, mual muntah, BAB cair 2x/hari dan lemas. Pasien
menyangkal adanya demam, nyeri ulu hati, gangguan BAK, nyeri bahu dan nyeri saat.
Pasien cemas karena sakitnya dan pasien telah melakukan tes kehamilan dan didapatkan
hasilnya positif.
2. Riwayat keperawatan/Penyakit sebelumnya
a. Riwayat kesehatan yang lalu :
Penyakit darah tinggi, diabetes , asma, sakit jantung, alergi, dan
Masalah Keperawatan:
1. Nyeri Akut
2. Ansietas
3. Riwayat kesehatan keluarga
a. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga :
Keluarga pasien mengatakan Ayah dan kakak pasien mempunyai Riwayat Hipertensi
Lingkungan rumah dan komunitas :
Rumah pasien berada di pedesaan yang cukup tenang dan jauh dari keramaian, pasien
juga sering mengikuti kegiatan yang ada di desa
b. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Keluarga pasien mengatakan pola makannya teratur
c. Persepsi terhadap penyakit
Pasien mengatakan bila sakit langsung berobat ke puskesmas terdekat.
Masalah Keperawatan:
4. Kesadaran :
Composmentis
5. Tanda- Tanda Vital :
Suhu : 37oC
TD : 160/100 mmHg
RR : 21x/menit
Nadi : 80x/menit
6. Genogram (3 generasi)
X X
X X
X X
X
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah
3. Pola Eliminasi
Eliminasi Alvi
Sebelum sakit :
Pasien BAB 1x sehari dengan konsistensi lunak
Saat Pengkajian :
Pasien BAB selama 1x/hari
Eliminasi Uri
Sebelum sakit :
Pasien BAK 4-6x sehari
Saat pengkajian :
Pasien BAK 2-3x sehari, pasien menggunakan pampers
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah
Pola persepsi :
Pasien dapat menerima penyakit yang sedang dideritanya karena pasien sadar bahwa selama ini
tidak melakukan pola hidup yang sehat
Konsep diri
a. Gambaran diri
Pasien ingin menambah berat badannya karena pasien merasa kurus semenjak sakit
b. Harga diri
Pasien yang menjadi ibu dirumah merasa dihargai dan dihormati oleh anggota keluarganya,
setiap ada masalah pasien dapat menyelesaikannya
c. Ideal diri
Pasien mengatakan harus menyekolahkan anak-anaknya sampai perguruan tinggi dan
meskipun dalam keadaan sakit pasien tetap harus bisa menyelesaikan masalah yang sedang
terjadi
d. Peran diri
Pasien menjadi seorang ibu dari kedua anaknya, pada saat sakit pasien berharap anaknya
dapat merawat dan membantu pasien
e. Identitas diri
Pasien merupakan seorang petani dan ibu rumah tangga dengan kedua orang anaknya
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah Keperawatan
8. Pola Reproduksi Seksual
Pasien memiliki dua orang anak dan Pasien menggunakan KB suntik setiap 3 bulan sejak 4 tahun
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
Sumber pendukung
Keluarga pasien menjadi sumber pendukung
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
+ - + +
Biceps Triceps
\ \
+ +
+ +
Knee Achiles
\
+ + + +
Babinski Oppenheim
\ \
Dextra Sinistra
+ +
+ +
Chadok
Masalah Keperawatan :
Masalah Keperawatan :
1. Pemeriksaan Laboratorium
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
2. Pemeriksaan Radiologi
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
1. Nyeri Akut
2. Ansietas
3. Gangguan pola tidur
Preceptee
07 oktober 2020
Nyeri akut
09.00 1. mengidentifikasi lokasi kharakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
09.10 2. mengidentifikasi skala nyeri
09.15 3. memberikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
09.17 4. mengontrol lingkungan yang memperberat nyeri
09.20 5. menjelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri
09.20 6. mengajarkan teknik nonfamakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Ansietas
09.35 1.mengidentifikasi tehnik relaksasi yang pernah di
gunakan
09.40 2. memonitor respons terhadap terapi
09.55 relaksasi
3. memberikan informasi tertulis tentang
10.00 persiapan dan prosedur teknik relaksasi
08 oktober 2020
08.00 Nyeri akut
1. mengidentifikasi lokasi kharakteristik, durasi,
08.30 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
08.40 2. mengidentifikasi skala nyeri
3. memberikan teknik nonfarmakologis untuk
08.50 mengurangi rasa nyeri
09.10 4. mengontrol lingkungan yang memperberat nyeri
09.20 5. menjelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri
6. mengajarkan teknik nonfamakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Ansietas
09.30 1. mengidentifikasi tehnik relaksasi yang
pernah di gunakan
09.40 2. memonitor respons terhadap terapi
09.50 relaksasi
3. memberikan informasi tertulis tentang
10.00 persiapan dan prosedur teknik relaksasi
P : Intervensi di lanjutkan
1. mengidentifikasi lokasi kharakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. mengidentifikasi skala nyeri
3. mengontrol lingkungan yang memperberat
nyeri
Ansietas
S::
- Pasien mengatakan nyeri pada perut
- Pasien mengatakan nyeri hilang timbul
O:
- Pasien lemas
- Pasien tampak lemah dan tidak mempunyai
cukup energi untuk beraktivitas
P : Intervensi di lanjutkan
1.mengontrol lingkungan yang memperberat
nyeri
Ansietas
S::
- Pasien mengatakan nyeri pada perut
- Pasien mengatakan nyeri hilang timbul
O:
- Pasien lemas
- Pasien tampak lemah dan tidak mempunyai
cukup energi untuk beraktivitas