KELOMPOK 2 Fix
KELOMPOK 2 Fix
KELOMPOK 2 Fix
Disusun oleh :
KELOMPOK 2
THEO K. LAIITI
ALFANY N. TORAR
CLARA SAHEDE
CHINDY K. TAMPILANG
KALIGIS G. SARAH
A. DEFINISI
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung
akibat otot jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan
pembuluh darah koroner. Pada waktu jantung harus be kerja lebih
kerasterjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan oksigen, hal
inilah yang menyebabkan nyeri dada. Kalau pembuluh darah tersumbat
sama sekali, pemasokan darah ke jantung akan terhenti dan kejadian inilah
yang disebut dengan serangan jantung. Adanya ketidakseimbangan antara
ketersedian oksigen dan kebutuhan jantung memicu timbulnya PJK (Huon,
2002). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, secara klinis PJK
ditandai dengan nyeri dada atau terasa tidak nyaman di dada atau dada
terasa tertekan berat ketika sedang mendaki, kerja berat ataupun berjalan
terburu-buru pada saat berjalan di jalan datar atau berjalan jauh.
Pemeriksaan angiografi dan elektrokardiogram (EKG) digunakan untuk
memastikan terjadinya PJK. Hasil pemeriksaan EKG yang menunjukkan
terjadinya iskemik merupakan salah satu tanda terjadinya PJK secara klinis
(Soeharto dalam Haslindah,2015).
B. ETIOLOGI
Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan,
penyumbatan, atau kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat menghentikan aliran darah ke
otot jantung yang sering ditandai dengan nyeri. Dalam kondisi yang parah,
kemampuan jantung memompa darah dapat hilang. Hal ini dapat merusak
sistem pengontrol irama jantung dan berakhir dan berakhir dengan kematian
(Hermawatirisa, 2014).
Faktor risiko dapat berupa semua faktor penyebab (etiologi)
ditambah dengan faktor epidemiologis yang berhubungan secara
independen dengan penyakit. Faktor- faktor utama penyebab serangan
jantung yaitu perokok berat, hipertensi dan kolesterol. Faktor pendukung
lainnya meliputi obesitas, diabetes, kurang olahraga, genetik, stres, pil
kontrasepsi oral dan gout (Huon, 2002).
Faktor risiko seperti umur, keturunan, jenis kelamin, anatomi
pembuluh koroner dan faktor metabolisme adalah faktor-faktor alamiah
yang sudah tidak dapat diubah. Namun ada berbagai f aktor risiko yang
justru dapat diubah atau diperbaiki. Sangat jarang orang menyadari bahwa
faktor risiko PJK bisa lahir dari kebiasaaan hidup sehari-hari yang buruk
misalnya pola komsumsi lemak yang berlebih, perilaku merokok, kurang
olaraga atau pengelolaan stress yang buruk (Anies, 2005).
Dari faktor risiko tersebut ada yang dikenal dengan faktor risiko
mayor dan minor. Faktor risiko mayor meliputi hipertensi, hiperlipidemia,
merokok, dan obesitas sedangkan faktor risiko minor meliputi DM, stress,
kurang olaraga, riwayat keluarga, usia dan seks. Menurut D.Wang (2005)
faktor risiko PJK pada wanita meliputi : Obesitas, riwayat keluarga,
penggunaan kontrasepsi oral yang disertai dengan riwayat merokok,
diabetes mellitus, kolesterol, merokok
Menurut penelitian yang dilakukan Rosjidi dan Isro’in (2014)
Perempuan lebih rentan terserang penyakit kardiovaskular dibanding laki-
laki. Beban faktor resiko penyakit kardiovaskular perempuan lebih besar
dari laki- laki adalah tingginya LDL, tingginya TG, dan kurangnya aktivitas
fisik. Tiga faktor resiko dominan penyakit kardiovaskular pada perempuan
adalah umur,hiperetnsi dan kolesterol tinggi.
C. PATOFISIOLOGI
Perkembangan PJK dimulai dari penyumbatan pembuluh jantung
oleh plak pada pembuluh darah. Penyumbatan pembuluh darah pada
awalnya disebabkan peningkatan kadar kolesterol LDL (low-density
lipoprotein) darah berlebihan dan menumpuk pada dinding arteri sehingga
aliran darah terganggu dan juga dapat merusak pembuluh darah (Al fajar,
2015).
Penyumbatan pada pembuluh darah juga dapat disebabkan oleh
penumpukan lemak disertai klot trombosit yang diakibatkan kerusakan
dalam pembuluh darah. Kerusakan pada awalnya berupa plak fibrosa
pembuluh darah, namun selanjutnya dapat menyebabkan ulserasi dan
pendarahan di bagian dalam pembuluh darah yang menyebabkan klot darah.
Pada akhirnya, dampak akut sekaligus fatal dari PJK berupa serangan
jantung (Naga, 2012).
Pada umumnya PJK juga merupakan ketidakseimba ngan antara
penyedian dan kebutuhan oksigen miokardium. Penyediaan oksigen
miokardium bisa menurun atau kebutuhan oksigen miokardium bisa
meningkat melebihi batas cadangan perfusi koroner peningkatan kebutuhan
oksigen miokardium harus dipenuhi dengan peningkatan aliran darah.
gangguan suplai darah arteri koroner dianggap berbahaya bila terjadi
penyumbatan sebesar 70% atau lebih pada pangkal atau cabang utama arteri
koroner. Penyempitan <50% kemungkinan belum menampakkan gangguan
yang berarti. Keadaan ini tergantung kepada beratnya arteriosklerosis dan
luasnya gangguan jantung (Saparina, 2010).
Menurut Saparina (2010) gambaran klinik adanya penyakit jantung
koroner dapat berupa :
1. Angina Pectoris
Angina Pectoris merupakan gejala yang disertai kelainan morfologik
yang permanen pada miokardium. Gejala yang khas pada angina pectoris
adalah nyeri dada seperti tertekan benda berat atau terasa panas ataupun
seperti diremas. Rasa nyeri sering menjalar kelengan kiri atas atau bawah
bagian medial, keleher, daerah maksila hingga kedagu atau ke punggung,
tetapi jarang menjalar ketangan kanan. Nyeri biasanya berlangsung 1-5
menit dan rasa nyeri hilang bila penderita istirahat. Angina pectoris juga
dapat muncul akibat stres dan udara dingin. Angina pectoris terjadi
berulang- ulang. Setiap kali keseimbangan antara ketersedian oksigen
dengan kebutuhan oksigen terganggu.
2. Infark Miokardium Akut
Merupakan PJK yang sudah masuk dalam kondisi gawat. Pada
kasus ini disertai dengan nekrosis miokardium (kematian otot jantung)
akibat gangguan suplai darah yang kurang. Penderita infark miokardium
akut sering didahului oleh keluhan dada terasa tidak enak (chest discomfort)
selain itu penderita sering mengeluh rasa lemah dan kelelahan.
3. Payah Jantung
Payah jantung disebakan oleh adanya beban volume atau tekanan
darah yang berlebihan atau adanya abnormalitas dari sebagian struktur
jantung. Payah jantung kebanyakan didahului oleh kondisi penyakit lain
dan akibat yang ditimbulkan termasuk PJK. Pada kondisi payah jantung
fungsi ventrikel kiri mundur secara drastis sehingga mengakibatkan
gagalnya sistem sirkulasi darah.
4. Kematian Mendadak Penderita
Kematian mendadak terjadi pada 50% PJK yang sebelumnya tanpa
diawali dengan keluhan. Tetapi 20% diantaranya adalah berdasarkan
iskemia miokardium akut yang biasanya didahului dengan keluhan
beberapa minggu atau beberapa hari sebelumnya.
D. MANISFESTASI KLINIS
Meski kebanyakan penderita PJK mempunyai masalah pokok yang
sama, yaitu penyempitan arteri koronia, namun gejala yang timbul tidak
sama. Gejala-gejala penyakit jantung korner antara lain:
Menurut Anwar TB, (2004), manifestasi klinik yang biasa terjadi pada
kasus crnary artery disease (CAD) meliputi:
1. Nyeri Dada
Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus, terletak
dibagian bawahsternum dan perut atas, adalah gejala utama yang
biasanya muncul. Nyeri akan terasa semakin berat sampai tidak
tertahankan. Rasa nyeri yang tajam dan berat, biasamenyebar
kebahu dan lengan biasanya lengan kiri. Tidak seperti nyeri angina,
nyeriini muncul secara spontan (bukan setelah kerja berat atau
gangguan emosi) danmenetap selama beberapa jam sampai beberapa
hari dan tidak akan hilang denganistirahat maupunnitrogliserin. Pada
beberapa kasus nyeri bisa menjalar ke dagu dan leher.
2. Perubahan Pola EKG
Normal pada saat istirahat, tetapi bisa depresi pada segmen ST.
Gelombang Tinverted menunjukkan iskemia, gelombang Q
menunjukkan nekrosis. Distrimia dan Blok Jantung. Disebabkan
kondisi yang mempengaruhi sensitivitassel miokard ke impuls saraf
seperti iskemia, ketidakseimbangan elektrolit dan stimulus sarat
simpatis dapat berupa bradikardi, takikardi, premature
ventrikel,contraction (ventrikel ekstra systole), ventrikel takikardi
dan ventrikel fibrilasi
3. Sesak Nafas
Keluhan ini timbul sebagai tanda mulainya gagal jantung dimana
jantung tidakmampu memompa darah ke paru-paru sehingga
oksigen di paru-paru juga berkurang.
4. Diaphoresis
Pada fase awal infark miokard terjadi pelepasan katekolamin
yang meningkatkanstimulasi simpatis sehingga terjadi
vasokonstriksi pembuluh darah perifer sehingga kulit akan
menjadi lembab, dingin, dan berkeringat.
5. Pusing
Pusing juga merupakan salah satu tanda dimana jantung
tidak bisa memompa darahke otak sehingga suplai oksigen
ke otak berkurang.
6. Kelelahan
Kelelahan disebabkan karena jantung kekurangan oksigen
akibat penyempitan pembuluh darah.
7. Mual dan muntah
Nyeri yang dirasakan pada pasien dengan penyakit jantung
adalah di dada dan didaerah perut khususnya ulu hari
tergantung bagian jantung mana yang bermasalah. Nyeri
pada ulu hati bisa merangsang pusat muntah. Area infark
merangsang refleks vasofagal.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Mendiagnosis PJK dapat dilakukan dengan memperhatikan hasil
pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG) dan Angiografi untuk mengetahui
adanya penyumbatan pada pembuluh darah koroner (National Heart, Lung
and Bood Institute, 2014). Menurut Rilantoni Lily, 2013 pemeriksaan EKG
adalah modalitas dalam mendiagnosis PJK yang seyogyanya dikuasai oleh
para dokter dan tersedia disemua pelayanan kesehatan primer.
F. PENCEGAHAN
Menurut M. N. Bustan (2007) upaya pencegahan PJK dapat meliputi 4
tingkat upaya :
1. Pencegahan primordial, yaitu upaya pencegahan munculnya factor
predisposisi terhadap PJK dalam suatu wilayah dimana belum tampak
adanya faktor yang menjadi risiko PJK.
2. Pencegahan primer, yaitu upaya awal pencegahan PJK sebelum
seseorang menderita. Dilakukan dengan pendekatan komunitas dengan
pendekatan komuniti berupa penyuluhan faktor-faktor risiko PJK
terutama pada kelompok usia tinggi. Pencegahn primer ditujukan
kepada pencegahan terhadap berkembangnya proses artherosklerosis
secara dini, dengan demikian sasaranya adalah kelompok usia muda.
3. Pencegah sekunder, yaitu upaya pencegahan PJK yang sudah pernah
terjadi untuk berulang atau menjadi lebih berat. Pada tahap ini
diperlukan perubahan pola hidup dan kepatuhan berobat bagi mereka
yang pernah menderita PJK. Upaya peningkatan ini bertujuan untuk
mempertahankan nilai prognostik yang lebih baik dan menurunkan
mortalitas. Pencegan tersier, yaitu upaya mencegah terjadinya
komplikasi yang lebih berat atau kematian.
Konsep Asuhan Keperawatan
A. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama : Ny. I. F. L
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 59 Tahun
TTL : 7July 1961
Status : Menikah
Agama : Kristen
Suku / Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMP
Alamat : Oepoi
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. R. D. L
Usia : 60 Tahun
Alamat : Oepoi
Pekerjaan : PNS
Hub. Dengan klien: Suami
B. RIWAYAT KESEHATAN
Analisa : Didalam keluarga pasien belum pernah ada anggota keluarga yang
mengalami penyakit jantung seperti yang pasien alami pasien saat ini. Anggota
kelurga yang meninggal karena faktor usia dan sakit yang lain yaitu: bronchitis kronis
Tanda-Tanda Vital:
a. Airways:(jalannafas) Sumbatan:
(-) benda asing (-) bronscospasme
(-) darah (-) sputum -() lender
(-) lain-lain sebutkan:
b. Breathing (pernafasan)
Tidak ada sesak napas dan suara napas tambahan, irama napas teratur
Sesak saat: Aktifitas(-) Tanpa aktifitas(-) Menggunakan otot tambahan (-)
Frekuensi: 20 x/mnt
Irama : (√) teratur (-) tidak teratur
Kedalaman:(-) dalam (-) dangkal
Reflek batuk : (-) ada (√) tidak ada
Batuk:
(-) produktif (-) non produktif
c. Circulation
1) Sirkulasi perifer Nadi :120 x/menit
Irama: (√) teratur (-) tidak
Denyut nadi: (-) lemah (√) kuat (-) tidak kuat
TD: 90/70 mmHg
Ekstremitas : (√) Hangat (-) Dingin Warna Kulit : (-) cyanosis (√) Pucat (-) Kemerahan
Karakteristik nyeri dada : (- ) Menetap (- ) Menyebar keleher (√) Seperti ditusuk-tusuk (- ) Seperti ditimpah benda
berat Capillary refill : (√) < 3 detik (-) > 3 detik
Lokasi edema : (-) Muka (-) Tangan, (-) Tungkai, (-) Anasarka
2) Fluid (cairan dan elektolit)
a) Cairan
Turgor Kulit: (√) < 3 detik (-) > 3 detik (√) Baik (-) Sedang (-) Jelek
a) Mukosa Mulut: () Lembab (√) Kering
b) Kebutuhan nutrisi : Diit jantung tinggi serat
Energi: 1500 kk, Protein: 56 gram, Lemak: 33 gram, Karbohidrat: 292 gram, Oral: 1.000 cc/24 jam (air putih),
Parenteral: RL 500cc/24 jam
Eliminasi: BAB : belum 1 hari
BAK: 800cc /7jam
Jumlah: 800 cc. (√) Banyak (-) Sedikit (-) Sedang
Warna: (√) Kuning jernih (-) Kuning kental (-) Merah (-) Putih
Rasa sakit saat BAK: (-) Ya (√) Tidak
Keluhan sakit pinggang: (-) Ya (√) Tidak
BAB: 1 kali/hari
Diare :(-) Ya (√) Tidak (-) Berdarah(-) Berlendir (-) Cair
Bising Usus: 20x /menit
Pemeriksaan Abdomen :
Keluhan:
(√) I : Abdomen tampak simetris
(√) A : Bising usus 20x/ menit
(-) Pal : saat perkusi tidak teraba massa
(-) Per : saat perkusi abdomen pekak
c) Intoksikasi
(-) Makanan
(-) Gigitan Binatang
(-) Alkohol
(-) Zat kimia
(-) Obat-obatan
(-) Lain – lain : Tidak ada intoksika
d) Disability
Tingkat kesadaran :
(√ ) CM (-) Apatis (-) Somnolent (-) Sopor (-) Soporocoma (Coma) Pupil: (√) Isokor (-) Miosis (-) Anisokor (-)
Midriasis (-) Pin poin Reaksi terhadap cahaya : Kanan (√ ) Positif (-) Negatif Kiri (√ ) Positif (-) Negatif GCS:
E:4 M:5 V:6 = Jumlah : 15
(-) Fraktur
(-) Dislokasi
(-)Kekuatan Otot
5 5
4 5
Kesimpulan: Pasien disarankan bedrest, ADLs (makan, minum, personal hygiene, toileting) dibantu perawat dan
keluarga
Integumen:
(-) Vulnus
(-) Luka Bakar
Psikologis
1) Pasien merasa tegang
2) Pasien cemas
3) Kurang pengetahuan
Terapi/ Pengobatan
Pemeriksaan Penunjang
RENCANA KEPERAWATAN
Tujuan 1. Observasi
Ekspetasi meningkat lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
Kriteria hasil Identifikasi skala nyeri
Melaporkan nyeri terkontrol Identifikasi respon nyeri non verbal
Kemampuan mengenali Identifikasi faktor yang memperberat
penyebab nyeri dan memperingan nyeri
Kemampuan menggunakan 2. Terapeutik
teknik non farmakologi Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
Control lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
1. Observasi
Identifikasi karakteristik nyeri (mis.
Pencetus, pereda, kualitas, lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
Identifikasi riwayat alergi obat
Identifikasi kesesuaian jenis analgesik
(mis. Narkotika, non-narkotika, atau
NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
Monitor tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
2. Terapeutik
Dokumentasikan respon terhadap efek
analgesic dan efek yang tidak diinginkan
3. Edukasi
Jelaskan efek terapi dan efek samping
obat
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesik, sesuai indikasi
1. Observasi
Identifikasi deficit tingkat aktivitas
Identifikasi kemampuan berpartisipasi
dalam aktivitas tertentu
2. Terapeutik
Fasilitasi memilih aktivitas dan
tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten
sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan
social
Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis.
ambulansi, mobilisasi, dan perawatan diri),
sesuai kebutuhan
Libatkan kelarga dalam aktivitas, jika
perlu
Fasilitasi pasien dan keluarga
memantau kemajuannya sendiri untuk
mencapai tujuan
Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas
sehari-hari
3. Edukasi
Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-
hari, jika perlu
Ajarkan cara melakukan aktivitas yang
dipilih
Anjurkan melakukan aktivitas fisik,
social, spiritual, dan kognitif, dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
Anjurka terlibat dalam aktivitas
kelompok atau terapi, jika sesuai
Anjurkan keluarga untuk member
penguatan positif atas partisipasi dalam
aktivitas
4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan terapi okupasi
dalam merencanakan dan memonitor
program aktivitas, jika sesuai
Rujuk pada pusat atau program
aktivitas komunitas, jika perlu
4. Kolaborasi
a. Menkolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
INTOLERANSI AKTIVITAS MANAJEMEN ENERGI (I. 05178) S:
(D.0056) Pasien mengatakan merasa tidak
1. Observasi nyaman dengan alat yang terpasang
Menidentifkasi gangguan fungsi O:
tubuh yang mengakibatkan kelelahan Pasien tampak berbaring terlihat
Memonitorkelelahan fisik dan lemas
emosional Tampak sebgian besar aktivitas
Memonitor lokasi dan dibantu oleh keluarga dan perawat
ketidaknyamanan selama melakukan Pasien merasa lebih nyaman dengan
aktivitas lingkungan yang sekarang
A: Masalah belum teratasi
2. Terapeutik P: Lanjutkan Intervensi
a. Menyediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
3. Edukasi
a. Menganjurkan tirah baring
b. Menganjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
c. Menganjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Kolaborasi
a. Menkolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
5. Observasi
Mengidentifikasideficit tingkat
aktivitas
Mengidentifikasi kemampuan
berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
6. Terapeutik
Menfasilitasimemilih aktivitas dan
tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten
sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan
social
menfasilitasiaktivitas fisik rutin
(mis. ambulansi, mobilisasi, dan
perawatan diri), sesuai kebutuhan
Melibatkankeluarga dalam
aktivitas, jika perlu
Menfasilitasipasien dan keluarga
memantau kemajuannya sendiri untuk
mencapai tujuan
Menjadwalkan aktivitas dalam
rutinitas sehari-hari
7. Edukasi
Menjelaskan metode aktivitas fisik
sehari-hari, jika perlu
Mengajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
Menganjurkan melakukan aktivitas
fisik, social, spiritual, dan kognitif,
dalam menjaga fungsi dan kesehatan
Menganjurka terlibat dalam
aktivitas kelompok atau terapi, jika
sesuai
Menganjurkan keluarga untuk
member penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
8. Kolaborasi
Menkolaborasidengan terapi
okupasi dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas, jika sesuai
Merujukpada pusat atau program
aktivitas komunitas, jika perlu
CATATAN PEREKEMBANGAN
2 Selasa S: Pasien mengatakan merasa tidak nyaman dengan alat yang terpasang
01/08/2020 nyaman dengan alat yang terpasang
10.45 O:
Pasien tampak berbaring terlihat lemas
11.00 Tampak sebgian besar aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat
Pasien merasa lebih nyaman dengan lingkungan yang sekarang
11.05 A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
11.10 I : Melibatkan ps dalam aktivitas kelompok
Pasien tampak sedikit lebih nyaman dengan aktivitas yang dilakukan
11.15 E : Ps mengatakan lebih nyaman dan aman
2 Rabu 02/08/2020
09.30 S: Pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri sudah mulai menghilang
Kiri
09.35 O: - Pasien tanpak lebih rileks
P : Pada saat tiba-tiba
Q : Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk
R: Nyeri dirasakan pada bagian dada sebelah kiri
S: 1
T: Nyeri dirasakan sewaktu-waktu
09.50 A: Masalah nyeri sebagian tertasi
09.55 P: Lanjutkan intervensi
I : Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi
10.10
P : Pada saat di tekan
Q : Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri dirasakan pada bagian dada sebelah kiri
S:1
T : Nyeri dirasakan sewaktu-waktu
10.20 E : Ps mengatakan nyeri sudah muali menghilang
Rabu 02/08/2020
10.50 S: Pasien mengatakan sudah mulai terbiasa dengan alat yang terpasang
10.55 O:
Pasien tampak berbaring terlihat lemas
Tampak sebgian besar aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat
Pasien merasa lebih nyaman dengan lingkungan yang sekarang
11.15 A: Masalah sebagian teratasi
11.20 P: Lanjutkan Intervensi
11.25 I : Melibatkan pasien dalam aktivitas kelompok
Pasien tampak sedikit lebih nyaman dengan aktivitas yang dilakukan
11.35 E : Pasien mengatakan lebih nyaman dan aman
3 Kamis
03/08/2020 S : Pasien mengatakan nyeri di dada sudah menghilang
09.30 O : Wajah pasien tampak lebih rileks
P:-
Q:-
R:-
S : Skala nyari 0
T:-
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Kamis
03/08/2020 S : Pasien mengatakann keadaannya sudah lebih nyaman dari sebelumnya
10.45 O : Pasien tampak berbaring dengan keadaan yg masih sedikit lemas
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan (pasien pindah ruangan)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadsyah I, et al,.1997.Kelainan abdomen nonakut. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed Sjamsuhidajat R, Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Carpenito, Juall Lynda. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: EGC
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Hadi S,.2001.Psikosomatik pada Saluran Cerna Bagian Bawah, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi ke-3, Gaya baru,
Jakarta.
Perry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 2. Jakarta : EGC