LP Stemi
LP Stemi
LP Stemi
Oleh :
Afifah Apriliani, S. Kep
2312501010052
Infark miokard akut (IMA) adalah penyakit akibat berkurangnya pasokan darah
sumbatan arteri oleh emboli atau thrombus secara total yang membuat suplai dan
Infark miokard akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena
sumbatan pada arteri koroner. Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya aterosklerotik
pada dinding arteri koroner sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan otot jantung
(Joyce, 2014).
Infark miokard disebabkan oleh nekrosis miokardium akibat perfusi darah yang
tidak adekuat pada jaringan otot jantung. Keadaan ini menyebabkan perubahan
mikroskopis pada jantung dan pelepasan enzim jantung ke dalam aliran darah. Faktor
resiko meliputi pertambahan usia, keadaan hiperkoagulabel, vaskulitis dan faktor yang
memperhitungkan tahun 2019 sekitar 17,9 juta meninggal karena penyakit kardiovaskular
seperti jantung koroner, IMA, angina pectoris, jantung rematik maupun stroke dan
lsebagian besar kematian terjadi pada negara berpenghasilan rendah dan menengah (3).
Sementara di Indonesia, belum ada data epidemiologi khusus IMA di Indonesia, namun
laporan riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018 disebutkan angka prevalensi penyakit
B. Etiologi STEMI
IMA terjadi jika suplai oksigen yang tidak sesuai dengan kebutuhan tidak
(2016) diantaranya:
darah sebagai jalan darah mencapai sel – sel jantung. Beberapa hal yang
spasme, dan arteritis. Spasme pembuluh darah bisa juga terjadi pada
obatibatan tertentu, stress emosional atau nyeri, terpapar suhu dingin yang
ekstrim, merokok.
b) Faktor sirkulasi
keseluruh tubuh sampai kembali lagi ke jantung. Sehingga hal ini tidak
akan lepas dari faktor pemompaan dan volume darah yang dipompakan.
c) Faktor darah
darah) dan pemompaan jantung maka hal tersebut tidak cukup membantu.
Akan tetapi jika orang tersebut telah mengidap penyakit jantung, mekanisme
miokard bisa memicu terjadinya infark karena semakin banyak sel yang
harus disuplai oksigen, sedangkan asupan oksigen menurun akibat dari
C. Klasifikasi STEMI
yaitu:
a. Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus, terletak di bagian
bawah sternum dan perut atas. Nyeri akan dirasakan semakin berat dan tidak
tertahankan. Rasa nyeri yang tajam dan berat bisa menyebar ke bahu dan
lengan. Nyeri muncul secara spontan dan bertahan hingga beberapa jam
bahkan beberapa jam dan tidaka akan sembuh dengan beristirahat ataupun
nitrogliserin.
b. Nyeri sering disertai dengan napas pendek, pucat, berkeringat dingin, pusing,
dicekik dan nyeri seperti di bakar. Neri tajam dan menekan atau sangat nyeri,
lengan kiri).
Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak yang akan mengganggu absorbs nutrient
oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan
menyumbat aliran darah karna timbunan lemak menonjol ke lumen pembuluh darah.
Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan
parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen
yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan bekuan
darah, hal ini menyebabkan terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit
penyempitan lumen arteri dan penyumbatan aliran darah ke jantung. Sumbatan aliran
darah berlangsung progresif, dan suplai darah yang tidak adekuat (iskemia) yang akan
membuat sel-sel otot kekurangan komponen darah yang dibutuhkan untuk hidup. Jantung
yang mengalami kerusakan ireversibel akan mengalami degenarasi dan kemudian diganti
dengan jaringan parut. Bila kerusakan jantung sangat luas, jantung akan mengalami
kegagalan, artinya ia tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan tubuh akan darah dengan
memberikan curah jantung yang adekuat. Manifestasi klinis lain penyakit arteri koroner
dapat berupa perubahan pola EKG, anerusima ventrikel, disritmia dan akhirnya akan
1. Reaksi non-spesifik
Reaksi non-spesifik terhadap nekrosis miokrdial adalah leukosit yang miningkat dalam
2. Elektrokardiogram
Pada infark miokard transmural ketika nekrosis dialami oleh semua lapisan dinding
segmen ST. Perlu diketahui bahwa EKG tidak selalu memberikan informasi yang pasti
tentang iskemia.
3. Enzim serum
Apabila sel-sel jantung mati (nekrosis), ada enzim-enzim tertentu yang di keluarkan
kedalam darah. Enzim tersebut adalah kreatin kinase (CK), serum aspartate amino
acid dehydrogenase (LDH). Pada peningkatan enzim-enzim ini setelah serangan infark
miokard akut dapat membantu dalam menentukan diagnosis. Akan tetapi, peningkatan
enzim-enzim ini tidak terbatas pada kerusakan sel – sel miokardium, tetapi dapat juga
meningkat apabila terjadi kerusakan pada sel – sel hati, ginjal, otak, paru, vasika
urunaria, atau usus. Agar pemeriksaan enzim – enzim ini dapat spesifik, untuk sel – sel
miokardium, enzim dipecahkan atau dijadikan isoenzim. Misalnya enzim CK1 terdapat
pada otak, paru, vesika urunaria, atau usus. CK2 hanya terdapat pada sel –sel
miokardium, CK3 akan terdapat pada serum pasien dalam 48 jam setelah serangan IM
akut transmural.LDH juga dapat dipecahkan agar menjadi spesifik. Sel – sel
miokardium kaya dengan LDH1 sehingga kerusakan pada sel – sel miokardium akan
4. Kimia darah
yang membawa kolestrol dari sel perifer dan mengangkatnya ke hepar, bersifat
infark miokard akut atau setiap kondisi jantung. Natrium serum mencerminkan
c. Kalsium serum. Di pengaruhi oleh fungsi ginjal dan dapat menurunkan akibat
bahan diuretika yang sering digunakan untuk marawat gagal jantung kongestif.
d. Nitrogen urea darah. (BUN) adalah produk akhir metabolisme protein dan
diekresikan oleh ginjal. Pada psien jantung, peningkatan BUN dapat mencerminkan
penurunan perfusi ginjal (akibat penurunan curah jantung) atau kekurangan volume
e. Glukosa. Glukosa serum harus dipantau karena kebanyakan pasien jantung juga
menderita diabetes militus, glukosa serum sedikit meningkat pada keadaan stres
menjadi glukosa.
G. Penatalaksanaan
diperkecil dengan cara segera mengembalikan keseimbangan antara kebutuhan dan suplai
oksigen jantung. Terapi obat-obatan, pe,berian oksigen dan tirah baring dilakukan secara
Obat yang biasa digunakan dalam tatanan perawatan kritis untuk mengobati
penyakit kardiovaskuler:
ventrikel kiri, serta mengurangi morbiditas dan motilitas. obat fibrinolitik yang sering
dan wafarin membatasi pembentukan fibrin lebih lanjut dan membantu mencegah
tromboembolisme.
3. Terapi Inhibitor Trombosit, aspirin merupakan inhibitor trombosit yang paling luas
insiden infark miokard non fatal dan mortalitas pada pasien yang mengalami angina
stabil, angina tidak stabil, atau infark miokardium sebelumnya. Aspirin juga
diindikasikan untuk mengurangi risiko stroke nonfatal dan kematian pada pasien
yang memiliki riwayat stroke iskemik atau iskemia sementara akibat embolus
trombosit.
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
b. Identitas
Identitas pasien
b. Riwayat kesehatan
yang berat/mencekik
pemberian nitrat
- Syndrom syok
- Riwayat merokok
c. Pengkajian focus
penginderaan berarti bahwa jantung tidak mampu memompa darah yang cukup
untuk oksigenasi otak. Fungsi motorik dan tingkat kesadaran dapat diuji secara
Nyeri Dada, ada atau tidaknya nyeri dada adalah satu-satunya temuan terpenting
pada pasien dengan miokard infark akut. Pada setiap episode nyeri dada, harus
dicatat EKG dengan 12 lead. Pasien bisa juga ditanya mengenai beratnya nyeri
dengan skala angka 0 sampai 10, dimana 0 tidak nyeri dan 10 terasa nyeri paling
berat.
Frekuensi dan Irama Jantung, frekuensi dan irama jantung dipantau terus-
kenaikan dan penurunan yang tidak dapat dijelaskan; irama dipantau akan
adanya deviasi terhadap irama sinus. Bila terjadi disritmia tanpa nyeri dada,
maka parameter klinis lain selain oksigenasi yang adekuat harus dicari, seperti
kadar kalium serum terakhir. Pada beberapa kasus mungkin diperlakukan terapi
medis antidisritmia.
Bunyi Jantung, bunyi jantung harus diauskultasi dengan stetoskop yang baik.
diatas kulit dada dengan ringan, sebaliknya diafragma ditekan dengan mantap.
Catat Bunyi yang Tidak Normal, mencakup bunyi jantung tiga (S3) yang
dikenal sebagai gallop ventrikel dan bunyi jantung empat (S4), yang dikenal
sebagai gallop atrial atau presistolik. Biasanya setelah terjadi miokard infark
akan timbul bunyi S3 dihasilkan saat darah dalam ventrikel menghantam dinding
yang tidak lentur dari jantung yang rusak. Bunyi S3 merupakan tanda awal gagal
medis yang agresif dapat mencegah edema paru yang mengancam jiwa.
sebagai bunyi tambahan. Bunyi ini lebih kompleks untuk didiagnosa namun
dapat terdengar dengan mudah dan harus dilaporkan segera. Adanya murmur
yang sebelumnya tidak ada dapat menunjukkan perubahan fungsi otot miokard,
Tekanan Darah, tekanan darah diukur untuk menentukan respon terhadap nyeri
cermat. Tekanan nadi adalah perbedaan angka antara tekanan sistole dan
Denyut Nadi Perifer, denyut nadi perifer dievaluasi frekuensi dan volumenya.
menegaskan adanya disritmia seperti fibrilasi atrium. Denyut nadi perifer paling
perubahan kadar enzim serum yang dapat terjadi bila obat diinjeksikan secara
intramuscular. Maka penting sekali dipasang satu atau dua infuse intravena pada
pasien yang mengalami nyeri dada agar selalu tersedia akses untuk pemberian
obat darurat.
Warna Kulit dan Suhu, kulit dievaluasi untuk mengetahui apakah warnanya
merah muda, hangat dan kering, yang menunjukkan sirkulasi perifer yang baik.
Karna warna kulit setiap orang berbeda, maka tempat terbaik untuk memeriksa
warna kulit adalah pada kuku, selaput mukosa mulut, dan cuping telinga. Pada
gtempat tersebut akan tampak biru atau ungu pada pasien yang mengalami
terhadap terapi medis atau kolaps kardiovaskuler yang berlanjut seperti pada
syok kardiogenik.
seiring dengan adanya kesulitan napas. Gerakan napas harus teratur dan tanpa
Napas Pendek, dengan atau tanpa sesak dan batuk adalah kunci tanda klinis
yang harus diperhatikan. Batuk kering pendek sering merupakan tanda gagal
jantung. Dada diauskultasi adanya wheezing atau krekel. Wheezing diakibatkan
oleh udara yang melintasi jalan sempit, krekel terjadi apabila udara bergerak
melalui air dan bila terjadi miokard infark akut, biasanya menunjukkan gagal
jantung.
kerja jantung dengan cara mengurangi aliran darah yang diperlukan untuk
aspirasi isi lambung ke paru dapat dikurangi bila pasien hanya menelan makanan
cair. Abdomen dipalpasi adanya nyeri tekan keempat kuadran. Setiap kuadran
diauskultasi adanya bising usus. Dicatat juga ada atau tidaknya flatus. Setiap
feses yang dikeluarkan diperiksa adanya darah, khususnya pada pasien yang
dalam hubungannya dengan asupan cairan. Pada sebagian besar kasus, cairan
yang seimbang atau yang cenderung negatif akan lebih baik karena pasien
terjadinya gagal jantung. Pasien harus diperiksa adanya edema. Perawat harus
waspada terhadap berkurangnya haluaran urin (oliguria), suatu tanda awal syok
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan dalam alveoli sekunder
elektrikal.
mengingat.
3. Intervensi keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA SLKI
SIKI
(TUJUAN DAN
(INTERVENSI
KRITERIA HASIL)
Gangguan Setelah dilakukan asuhan Pemantauan respirasi
pertukaran gas keperawatan 5x24 jam Observasi
berhubungan diharapkan pertukaran gas 1. Monitor frekuensi, irama,
dengan akumulasi meningkat dengan kriteria kedalaman dan upaya
cairan dalam hasil : napas
alveoli sekunder 1. Tingkat kesadaran 2. Monitor pola napas
kegagalan fungsi meningkat 3. Monitor kemampuan
jantung. 2. Pola napas batuk efektif
membaik 4. Monitor adanya produksi
3. Suara tambahan sputum
menurun 5. Monitor adanya
4. Pusing menurun sumbatan jalan napas
5. PCO2 membaik 6. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor hasil X-ray
toraks
Terapeutik
1. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
2. Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan
Perfusi perifer Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi
tidak efektif b.d intervensi keperawatan
penurunan curah 5x24 jam, erfusi jarinagn Observasi
jantung erfer membaik:
1. Periksa sirkulasi perifer
1. Hb dalam batas (nadi perifer, edema,
normal pengisian kapiler, warna,
2. Tidak ada tanda- suhu, anklebrachial
tanda kejang index)
3. TTV dalam batas 2. Identifikasi Fetiologi
normal 3. risiko gangguan
sirkulasi (diabetes,
perokok, oramh tua,
hipertensi, dan kadar
kolesterol tinggi)
4. Monitor panas,
kemerahan, nyeri atau
bengkak pada
ekstremitas)
Terapeutik
1. Hindari pemasangan
infus atau pengambilan
darah di area
keterbatasan perfusi
2. Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
3. Hindari penekanan dan
pemasangan tourniquet
pada area yang cedera
4. Lakukan pencegahan
infeksi
5. Lakukan perawatan kaki
dan kuku
6. Lakukan hidrasi
Edukasi
1. Anjurkan berhenti
merokok
2. Anjurkan berolahraga
rutin
3. Anjurkan mengecek air
mandi untuk
menghindari kulit
terbakar
4. Anjurkan menggunakan
obat penurun tekanan
darah, antikoagulan dan
penurunan kolesterol jika
perlu
5. Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah
secara rutin
6. Anjurkan menghindari
penggunaan obat
penyekat beta
7. Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat
8. Amjurkan program
rehabilitasi vascular
9. Ajarkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi
10. Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
segera di informasikan
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri
hipoksia miokard keperawatan 5x24 jam Observasi
(oklusi arteri diharapkan nyeri akut 11. Identifikasi lokasi,
koroner) membaik dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil : frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri intensitas nyeri
menurun 12. Identifikasi skala nyeri
2. TTV dalam batas 13. Identifikasi respon nyeri
normal non verbal
3. Menyatakan rasa 14. Identifikasi faktor yang
nyaman setelah memperberat dan
nyeri berkurang memperingan nyeri
15. Monitor tanda-tanda vital
Terapeutik
3. Berikanteknik
nonfarmokologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(hypnosis, terapi
murrotal dan terapi
relaksasi)
4. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
5. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
3. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
4. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik
Penurunan curah Setelah dilakukan asuhan Perawatan Jantung
jantung b.d keperawatan 5x24 jam Observasi
perubahan laju, diharapkan curah jantung 1. Identifikati tanda/gejala
irama, dan meningkat dengan kriteria primer penurunan curah
konduksi elektrika hasil : jantung
1. Tekanan darah 2. Identifikasi tanda/gejala
normal sekunder penurunan
2. CRT membaik curah jantung
3. Palpitasi menurun 3. Monitor tekanan darah
4. Distensi vena 4. Monitor intake dan ouput
jugularis menurun cairan
5. Gambaran EKG 5. Monitor BB setiap hari
aritmia menurun pada waktu yang sama
6. Lelah berkurang 6. Monitor saturasi oksigen
7. Monitor keluhan nyeri
dada
8. Monitor EKG 12
sadapan
9. Monitor aritmia
10. Monitor nilai
laboratorium jantung
11. Monitor fungsi alat pacu
jantung
12. Periksa tekanan darah
dan frekuensi nadi
setelah beraktivitas
13. Periksa tekanan darah
dan frekuensi nadi
sebelum pemberian obat
Terapeutik
1. Posisikan pasien semi-
fowler atau fowler
dengan kaki kebawah
atau posisi nyaman
2. Berikan diet jantung
yangs esuai
3. Gunakan stocking elastis
atau pneumatic
intermiten, sesuai
indikasi
4. Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk
modifikasi gaya hidup
sehat
5. Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stress,
jika perlu
6. Berikan dukungan emosi
dan spiritual
7. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen
Edukasi
1. Anjurkan aktivitas fisik
sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
3. Anjurkan berhenti
merokok
4. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur BB
harian
5. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan output cairan
harian
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiaritmia
2. Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi
b.d tindakan keperawatan Observasi
ketidakseimbangan 5x24 jam diharapkan 1. Identifikasi gangguan
antara suplay aktivitas pasien fungsi tubuh yang
oksigen miokard meningkat, dengan mengakibatkan kelelahan
dan kebutuhan kriteria hasil: 2. Monitor kelelahan fisik
1. Kemudahan dalam dan emosional
melakukan 3. Monitor pola dan jam
aktivitas sehari- tidur
hari meningkat 4. Monitor lokasi dan
2. Kekuatan tubuh ketidaknyamanan selama
bagian atas dan melakukan aktivitas
bawah meningkat Terapeutik
3. Keluhan lelah 1. Sediakan lingkungan
berkurang nyaman dan rendah
4. Dispnea saat stimulus
aktivitas berkurang 2. Lakukan rentang gerak
pasif/atau aktif
3. Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasidengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Ansietas b.d Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
perubahan tindakan keperawatan Observasi
kesehatan dan 5x24 jam diharapkan 1. Identifikasi saat tingkat
status sosio- ansietas menurun, ansietas berubah
ekonomi dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi kemampuan
- Pasien tidak mengambil keputusan
gelisah 3. Monitor tanda-tanda
- Rasa cemas ansietas
menurun Terapeutik
1. Ciptakan suasana
terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
2. Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan
3. Pahami situasi yang
membuat ansietas
4. Dengarkan dengan penuh
perhatian
5. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
6. Tempatkan barang
pribadi yang memberikan
kenyamanan
7. Motivasi
mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
8. Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
yang akan datang
Edukasi
1. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dirasakan
2. Informasikan secara
factual mengenai
diagnosis, pengobatan
dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
4. Anjurekan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif
5. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
7. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
antiansietas
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC
Huda, Murarif, & Hardhi Kusuma, (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc (Jilid 3). Penerbit Mediaction Jogja.
Joyce, Black, M & Hawks, Jane Hokanse (2014). Medical Surgical Nursing vol 2. Jakarta:
Salemba Medika
Muttaqin, A & Sari, K. (2011). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Rendy, M.C and TH, Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Yogjakarta : 2012.
SDKI DPP PPNI, (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Edisi 1, Cetakan
III. Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
SIKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Edisi 1, Cetakan
II. Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
SLKI DPP PPNI, (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi 1, Cetakan II.
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tao. L dan Kendall. K.(2014). Sinopsis Organ System Pulmonologi. Jakarta : Karisma
Publishing Group.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa Teori
dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika