Bab 1. Matriks

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

Bab 1

Aljabar Matriks
Bab ini membahas konsep-konsep aljabar matriks. Pemahaman akan
matriks dan determinan adalah suatu keharusan dalam sistem linier. Dalam
bab ini kedua topik tersebut secara detail dijelaskan. Solusi suatu sistem
linier dapat juga ditentukan dengan metode determinan (aturan cramer) dan
metode invers matriks.

Tujuan Instruksional Umum

Setelah membahas semua topik-topik dalam bab ini diharapkan mahasiswa


mampu memahami konsep matriks dan determinan, serta memahami dan
dapat menggunakan beberapa metode untuk menyelesaikan sistem linier.

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah Perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu:


1. Menuliskan sistim linier dalam persamaan matriks.
2. Memahami dan dapat menerapkan operasi-operasi matriks.
3. Memahami dan dapat menerapkan aturan aritmatika matriks.
4. Memahami dan dapat menentukan matriks elementer
5. Menentukan determinan suatu matriks dengan metode reduksi baris.
6. Memahami sifat-sifat dan fungsi determinan.
7. Dapat menentukan solusi suatu sistim linier dengan cara determinan,
yaitu dengan menggunakan metode Cramer.
8. Dapat menentukan solusi sistem linier dengan cara invers
Bab 1. Aljabar Matriks 2

Pokok bahasan
1.1 Matriks dan operasi matriks
1.2 Determinan
1.3 Aturan Cramer
Ringkasan Bab
Soal-soal Latihan

1.1 Matriks dan operasi-operasi matriks

Matriks adalah kumpulan bilangan yang tersusun dalam baris dan kolom.
Elemen-elemen dalam matriks disebut entri. Contoh sebuah matriks adalah

 2  4 

 3 e  2
 1 
  1 2
3

Matriks di atas terdiri atas 3 baris dan 3 kolom, maka matriks itu disebut
berorde 3x3. Suatu matriks A disebut berorde mxn, maka matriks itu terdiri
atas m baris dan n kolom, dan banyaknya entri pada matriks itu adalah m.n.

Suatu matrik disimbolkan dengan suatu huruf besar, hal ini untuk
menghindari penggunaan huruf sebagai masing-masing entri suatu matriks
itu, dimana entri suatu matriks boleh menggunakan huruf kecil, contohnya
matriks A berikut.

 2 3
A
 a d

 1
 
5

Matriks secara umum dapat ditulis menggunakan huruf dengan indeks


sebagai berikut:
Bab 1. Aljabar Matriks 3

 b11 b12 . . . b1n 


 
 b12 b22 . . . b2n 
 . . . . . . 
B=  
 . . . . . . 
 . . . . . . 
 
bm1 b m2 . . . bmn 

Matriks B di atas memiliki m baris dan n kolom, dan elemen b 34 terletak


pada baris 3 dan kolom 4.

Contoh 1.1
Diberikan sebuah matriks A berikut
 2 3
A
 0 1


 1 5

Orde matriks di atas adalah 3x2, dan elemen-elemennya adalah a 11=2, a22=1,
a31=-1 dan seterusnya.

1.1.1 Matriks bujur sangkar


Matriks bujur sangkar adalah matrik dimana jumlah baris sama dengan
jumlah kolom, dengan kata lain ada n baris dan n kolom. Matriks bujur
sangkar itu disebut memiliki orde n. Elemen-elemen a 11, a22, ..., ann, adalah
diagonal utama dari matriks A.

1.1.2 Matrik sama


Dua matriks disebut sama hanya dan jika hanya kedua matrik memiliki orde
yang sama besarnya dan elemen-elemen yang bersesuaian adalah sama.


Contoh 1.2.
1 2 p r
A=   dan B=  
 1 3 q s

A = B jika dan hanya jika p=1, r=2, q=-1 dan s=3.



Bab 1. Aljabar Matriks 4

1.1.3 Operasi-operasi pada matriks:


a. Penjumlahan (+)
Jika matriks A dan B dijumlahkan, syarat yang harus dipenuhi adalah kedua
matriks harus memiliki ukuran atau orde yang sama. Dua yang matriks yang
berbeda ukuran (orde) tidak dapat dijumlahkan. Hasil penjumlahan matriks
A dan B (A+B) adalah matriks dimana elemen-elemennya adalah hasil
penjumlahan elemen-elemen A dan B yang bersesuaian.


Contoh 1.3.
Tentukan A + B dan A + C dari matriks berikut ini.

 2 1 0 3
 
A=  1 0 2 4 ,
 4 2 7 0 
 4 3 5 1 
 
B=  2 2 0  1 dan
 3 2 4 5 
 1 4
C=  
 3 2

Maka

2  (4) 1 3 05 3  1   2 4 5 4
 4  (1)    1 3
A+B =   1  2 02 20 2 2
 4  3 22 7  (4) 0  5   7 0 3 5 

Sedangkan A+C tidak terdefinisi, atau tidak dapat dilakukan penjumlahan.


b. Selisih/pengurangan (-)
Sama seperti pada penjumlahan, dua matriks dapat dilakukan pengurangan
bila ukuran matriks sama, dan pengurangan dilakukan dengan
mengurangkan elemen-elemen yang bersesuaian.

Contoh 1.4.
Dari matriks pada contoh di atas, tentukan hasil A-B.
Bab 1. Aljabar Matriks 5

A-B=
2  (4) 13 05 3 1   6 2 5 2 
   
 1  2 02 20 4  (1)   3 2 2 5 
 4  3  2  2 7  (4) 0  5   1 4 11  5

Diberikan suatu matrik A, maka –A adalah matrik negatif dari matriks A,


dimana semua elemen-elemennya dinegatifkan. Pengurangan (selisih)
matriks A dan B adalah A ditambah matriks –B, atau ditulis sebagai A-B =
A+(-B).

c. Perkalian
Perkalian pada matris ada dua jenis, yang pertama, perkalian suatu matrik
dengan sebuah skalar, dan yang kedua adalah perkalian antara dua matriks.
Jika k adalah sebuah skalar, dan A adalah sebuah matriks, maka kA adalah
perkalian matriks A dengan skalar k, dimana k dikalikan dengan semua
elemen-elemen matriks A.

Contoh 1.5.
Dari matriks C pada contoh soal 1, bila k=2, tentukanlah kC.
 1 4  2.1 2.8  2 8
kC = 2 3 2  2.  3 2.2   6 4
     

Syarat perkalian dua matriks.


Ada dua kondisi dimana dua matriks dapat dikalikan. Kondisi pertama
adalah kedua matriks sama-sama bujur sangkar dan ukurannya sama, dan
kondisi kedua adalah bahwa banyaknya kolom matriks pertama (yang
dikalikan) sama besarnya dengan banyaknya baris matriks kedua (pengali).
Untuk matriks AxB, A disebut matriks yang dikalikan dan B adalah matriks
pengali.

Sebagai ilustrasi perhatikan gambar berikut ini. Matriks A (kartu A)


memiliki orde 2x3, sedangkan matriks B (kartu B) berorde 3x4. Ukuran
kedua matriks tidak sama dan juga tidak sama-sama bujur sangkar. Kedua
matriks dapat dikalikan karena kolom matriks A (yaitu 3), sama dengan
baris matriks B (yaitu 3). Hasil perkalian adalah sebuah matriks C dengan
Bab 1. Aljabar Matriks 6

orde 2 x 4, yaitu saat kedua kartu dipertemukan maka ujung-ujungnya


adalah 2 dan 4.

A B

C=AxB

Gambar 1.1. Dua kartu A dan B yang menggambarkan matriks A dan B.

Cara mengalikan dua matriks


Hasil perkalian dua matriks adalah mengalikan elemen-elemen pada baris
matriks pertama (A) dengan elemen-elemen pada kolom matriks kolom
matriks kedua (B), kemudian menjumlahkan elemen-elemen tersebut
Perkalian ini disebut baris kali kolom. Jika baris kedua matriks A dikalikan
dengan kolom ketiga matriks B dan hasilnya adalah C, maka hasilnya adalah
c23, elemen pada baris dua, kolom 3. Dimana c23= a21.b13+a22.b23+...+a2n.bn3.

Contoh 1.6.
Diberikan dua matrik D dan E sebagai berikut:

4 1 4 3
1 2 4  
D  dan E= 0 1 3 1
2 6 0
 2 7 5 2
DxE =
1.4  2.0  4.2 1.1  2.  1  4.7 1.4  2.3  4.5 1.3  2.1  4.2 
 
2.4  6.0  0.2 2.1  6.  1  0.7 2.4  6.3  0.5 2.3  6.1  0.2
12 27 30 13
=  
8 4 26 12

Bab 1. Aljabar Matriks 7

1.1.4 Aturan-aturan Aritmatika Matriks


Misalkan bahwa ukuran matriks sedemikian jika operasi-operasi berikut
dapat dilakukan, maka berikut ini adalah aturan-aturan operasi pada matriks:

(a) Hukum Komutatif pada penjumlahan


A+B = B+A

(b) Hukum Asosiatif pada penjumlahan


A+(B+C) = (A+B) + C

(c) Hukum Asosiatif pada perkalian


A(BC) = (AB)C

(d) Hukum distributif (A, B, C = matriks dan a,b,c = entri)


A(B+C) = AB + AC
(B+C)A = BA + CA
A(B-C) = AB-AC
(B-C)A = BA-CA
a(B+C) = aB+aC
a(B-C) = aB-aC
(a+b)C = aC+bC
(a-b)C = aC-bC
(ab)C = a(bC)
a(BC) = (aB)C = B(aC)

1.1.5 Matrik nol (0)


Matriks nol adalah matriks dimana semua elemen-elemennya adalah nol.
Ukuran matriks nol bergantung kepada matriks mana dia dioperasikan dan
operasi apa yang dilakukan.
Operasi-operasi pada matriks nol:
(a) A+0 = 0+A = A
(b) A-A = 0
(c) 0-A = -A
(d) A.0 = 0 dan 0A = 0.]
Bab 1. Aljabar Matriks 8

1.1.6 Matriks identitas(I)


Matriks identitas dikenal dan sangat penting pada operasi perkalian. Matriks
identitas adalah matriks yang tidak mengubah nilai matriks yang dikalikan
kepadanya:

A.I = I.A = A

Matriks I haruslah bujursangkar dimana semua elemen-elemen diagonal


utamanya adalah satu dan elemen-elemen yang lain adalah nol.

Contoh 1.7.

a a12 a13 
A   11 ,
a21 a22 a23 

maka
IA=

1 0  a11 a12 a13  1.a11  0.a21 1.a12  0.a22 1.a13  0.a23 


   
0 1  a21 a22 a23  0.a11  1.a21 0.a12  1.a22 0.a13  1.a23 
 a11 a12 a13 
=  =A
a21 a22 a23 

1.1.7 Matriks invers


Suatu matriks bujur sangkar A dan B, Jika AB = I, maka B disebut matriks
invers dari matriks A. Jika suatu matriks A memiliki matriks B sedemikian
hingga didapat hubungan AB = I, maka matriks disebut invertible
(memiliki invers). Jika matriks B dan C keduanya adalah matriks A, maka
B=C. Invers dari matriks A disimbolkan dengan A-1, sehingga:

A.A-1 = A-1.A = I


Contoh 1.8.
Periksalah apakah matriks B berikut adalah matriks invers dari matriks A.
Bab 1. Aljabar Matriks 9

3 5 2  5
A  dan B 
1 3  1 3 

Jawab:

 2  5 3 5 1 0
A.B     I
 1 3  1 2 0 1

3 5  2  5 1 0
B.A     I
1 2   1 3  0 1


Contoh 1.9.
Periksalah apakah matriks A berikut adalah invertible (mempunyai invers)?.

1 4 0
 
A  2 5 0
3 6 0 

Untuk membuktikan apakah invertible atau tidak, maka dimisalkan suatu


matriks B sebagai;

b11 b12 b13 


 
B  b21 b22 b23 
b31 b23 b33 

Jika kolom ketiga matriks A dikalikan dengan B maka diperoleh:

b11 b12 b13  0  0 


     
B.A= b 21 b 22 b23  0  = 0 
b 31 b23 b33  0  0 

Sehingga

1 0 0
 
BA  I = 0 1 0
0 0 1 
Bab 1. Aljabar Matriks 10



Contoh 1.10.
a b
Misalkan matriks A=   jika ad-c0, maka
c d

 d b 
 
1  d  b 
  ad  bc ad  bc 
A-1 =   c a 
ad  bc  c a   
 ad  bc ad  bc 

Karena A-1.A = I.

Jika A dan B adalah matriks yang invertible dengan ukuran yang sama,
maka:
(a) A.B adalah invertible
(b) (A.B)-1 = B-1.A-1

Dengan kalimat prinsip di atas dapat ditulis: Hasil kali matriks-matriks yang
invertible adalah invertible dan inverse dari hasil kali itu adalah hasil kali
dari matriks invers dengan urutan dibalik.

Bukti untuk (a) dapat dilakukan dengan mudah dengan menerapkan aturan
komutatif untuk penjumlahan, sbb:

A.B.A-1.B-1= A.A-1.B.B-1 = I.

Atau

A-1.B-1.A.B= A-1.A.B-1.B = I.

1.1.8 Matriks elementer.


Sebuah matrik A nxn disebut matriks elementer jika dapat diperole h matrik
identitas nxn dengan melalakukan satu operasi baris elementer tunggal.

Contoh 1.11.
Matrik matriks berikut adalah matriks elementer:
Bab 1. Aljabar Matriks 11

1 0 
 
0  3

dapat diperoleh I dengan membagi baris kedua dengan –3.

1 0 0 0
 
0 0 0 1
0 0 1 0
 
0 1 0 0

dapat diperoleh I dengan menukar baris 2 dan 4.

1 0 3
 
0 1 0
0 0 1 

dapat diperoleh I dengan mengeliminasi 3 pada baris pertama menggunakan


baris ketiga.

1 0 
 
0  1

dapat diperoleh I dengan mengalikan baris ketiga dengan –1.

Jika matriks elementer E dihasilkan dari operasi tertentu pada matriks


identitas Im dan jika A adalah matriks nxm, maka hasil kali EA adalah
matriks yang dihasilkan bilamana operasi baris yang sama dilakukan pada
A.


Contoh 1.12.
Perhatikan matriks

1 0 2 3
 
A= 2 1 3 6
1 4 4 0 

Dan misalkan matriks elementer


Bab 1. Aljabar Matriks 12

1 0 0
 
E= 0 1 0
3 0 1 

Yang dihasilkan dari mengeliminasi 3 pada baris ketiga dengan baris


pertama. Maka matriks hasil kali A dan E adalah

1 0 2 3
 
EA= 2 1 3 6
 4 4 10 9

Yaitu matriks yang sama dengan A dengan menambahkan 3 kali baris


pertama dengan baris ketiga.

Setiap matriks elementer adalah invertible, dan inversenya juga matriks


elementer. Misalkan Eo adalah invers dari matriks elementer E, maka E o.E =
I dan E.Eo=I.

Jika A adalah matriks nxn, maka pernyataan berikut semuanya atau


semuanya salah:
(a) A adalah invertible
(b) AX = 0 memiliki hanya solusi trivial
(c) A adalah ekuivalen baris dengan Im.
Pembuktian:

Jika AX=0 adalah matriks dalam bentuk

a11 x1  x12 x 2  ...  a1n x n  0


a21 x1  a22 x 2  ...  a2n x n  0
.
.
.
an1 x1  an2 x 2  ...  ann x n  0

dan dianggap bahwa sistim itu hanya memiliki solusi trivial. Maka jika
dilakukan eliminasi Gauss-Jordan, maka sistim itu akan seperti:
Bab 1. Aljabar Matriks 13

x1 0
x2 0
.
.
.
xn 0

sehingga matriks augmented adalah

a11 a12 . . . a1n 0


 
a12 a22 . . . a2n 0
 . . . . . . .
 
 . . . . . . .
 . . . . . . .
 
an1 a n2 . . . ann 0 

matriks ini dapat direduksi menjadi matriks


1 0 . . . 0 0
 
0 1 . . . 0 0
. . . . . . .
 
. . . . . . .
. . . . . . .
 
0 0 . . . 1 0 

1.1.9 Menentukan matriks invers


Suatu matriks bujur sangkar yang invertible dapat ditentukan inversnya
dengan metode eliminasi, yaitu dengan tahapan-tahapan operasi baris yang
membuat A mendekati In dan akhirnya In menjadi A-1.


Contoh 1.13.
Tentukan invers matriks

1 2 3
 
A  2 5 3
1 0 8
Bab 1. Aljabar Matriks 14

Kita mereduksi A menjadi matriks identitas dengan operasi-operasi baris


dan secara simultan menerapkan operasi-operasi ini menghasilkan I dan
akhirnya A-1.

1 2 3 1 0 0
 
2 5 3 0 1 0
1 0 8 0 0 1
 

Matriks A dan I dijadikan matriks augmented. Angka 2 leading pada baris


kedua dan angka 1 leading pada baris ketiga dieliminasi menggunakan baris
pertama.

1 2 3 1 0 0
 
0 1 3 2 1 0
0 2 5 1 0 1
 

Langkah kedua, angka –2 leading pada baris ketiga dieliminasi


menggunakan baris kedua.

1 2 3 1 0 0
 
0 1 3 2 1 0
0 0 1 5 2 1
 

Langkah ketiga angka –1 leading pada baris ketiga dijadikan positif dengan
mengalikan –1.

1 2 3 1 0 0 
 
0 1 3 2 1 0 
0 0 1 5 2  1
 

Kemudian angka –3 pada baris kedua dan angka 3 pada baris pertama
dieliminasi menggunakan baris ketiga.

1 2 0 14 6 3 
 
0 1 0 13 5  3
0 0 1 5 2  1
 
Bab 1. Aljabar Matriks 15

Dan akhirnya angka 2 pada baris pertama dieliminasi menggunakan baris


kedua.

1 0 0  40 16 9 
 
0 1 0 13 5  3
0 0 1 5 2  1
 

Sehingga hasil pada sebelah kanan adalah invers dari A.

 40 16 9 
 
A =  13
-1 5  3
 5 2  1 

Karena matriks A adalah invertibel maka sistim persamaan homogen yang


dibentuk dari matriks tersebut memiliki hanya solusi trivial.
x1  2 x 2  3 x 3  0
2 x1  5 x 2  3 x 3  0
x1  8x 3  0

Sering tidak diketahui dengan mudah apakah suatu matriks yang akan dicari
inversnya adalah invertibel. Dengan prosedur seperti di atas, bila tidak
mungkin membentuk I pada bagian sebelah kiri matriks augmented itu,
maka matriks A tidak invertible.


Contoh 1.14.
Misalkan matriks A sebagai berikut:

1 6 4 
 
A   2 4  1
 1 2 5 

Dengan menerapkan prosedur seperti di atas akan didapat hasil-hasil berikut:

 1 6 4 1 0 0
 
2 4 1 0 1 0
 1 2 5 0 0 1
 
Bab 1. Aljabar Matriks 16

1 6 4 1 0 0
 
0 8 9 2 1 0
0 8 9 1 0 1
 

1 6 4 1 0 0
 
0 8 9 2 1 0
0 0 0 1 1 1
 

Dilihat bahwa tidak mungkin menjadikan bagian kiri menjadi I, sehingga


matriks A di atas tidak invertible.

1.2 Determinan dan Sifat-sifatnya

Kita akan mendefinisikan determinan dari matriks A orde n x n (bujur


sangkar), yang disimbolkan dengan det(A).

Definisi:
Misalkan A adalah nxn.
(a) minor (i,j) dari A, dinyatakan sebagai M ij, adalah determinan dari matriks
(n-1)x(n-1) yang dibentuk dengan menghapus baris ke i dan kolom ke j
dari A.
(b) Kofaktor (i,j) dari A, dinyatakan sebagai Aij, adalah (-1)i+jMij.
(c) Determinan dari matriks A 1x1, A=[a], det(A) = a.
(d) Determinan dari matriks nxn didefinisikan sebagai:
n
det(A)=   A 1 j A1 j
j 1

Tanda <A>1j berarti elemen matriks A pada aris 1 kolom j, sedangkan A ij


adalah kofaktor elemen(i,j).

Catat bahwa tanda (-1)i+j dalam definisi kofaktor membentuk matriks seperti
berikut:
   ...
 
   ...
   ...
 
. . . ...


Bab 1. Aljabar Matriks 17

Contoh 1.15.
Tentukan determinan dari matriks A 2x2 yang diberikan seperti berikut ini.

a a12 
A   11 
a21 a22 

Maka dari definisi:

Det(A) =a11A11+a12A12
=a11det(a22)-a12det(a21)
=a11a22-a12a21


Contoh 1.16.
Tentukan determinan dari matriks A 3x3 seperti berikut.

 a11 a12 a13 


 
A  a21 a22 a23 
a31 a32 a33 

Dari definisi diperoleh:

Det(A) =a11A11+a12A12+a13A13
a22 a23 a a23 a a22
= a11  a12 21  a13 21
a32 a33 a31 a33 a31 a32
=a11(a22a33-a23a32)-a12(a21a33-a23a31)+a13(a21a32-a22a31)
=a11a22a33-a11a23a32-a12a21a33+a12a23a31+a13a21a32-a13a22a31
Misalkan matriks A adalah:

2 1 3 
 
A  1 2  1
2 1 3 

Maka
det(A) = 2(2.3-(-1)(-1))-1(1.3-(-1).2)+3(1(-1)-2.2)
=2(6-1)-1(3+2)+3(-1-4)= 10-5-15 = -10.

1.2.1 Sifat-sifat dasar determinan


Bab 1. Aljabar Matriks 18

Di atas diberikan definisi determinan untuk matriks 3x3, yaitu bahwa baris
pertama memegang peranan penting untuk menentukan determinan, dimana
determinan ditentukan dari hasil kali masing-masing entri baris pertama
dengan kofaktor-kofaktornya. Namun hal ini tidak berlaku hanya pada entri
baris pertama, ini juga berlaku bagi entri baris atau kolom kedua dan ketiga.
Inilah sifat pertama dari determinan.

Det(A) =a21A21+a22A22+a23A23
=a11A11+a21A21+a31A31
=a13A13+a23A23+a33A33, dst.

Pernyataan di atas dapat dituliskan sebagai:

n n
Det(A) =   A rj A rj    A is A is
j 1 i 1

untuk semua r dan s.

1.2.2 Beberapa sifat-sifat determinan:


1. det A = det At

2. Jika sembarang baris atau kolom dari A sama dengan 0 maka

det A = 0.

3. Untuk setiap bilangan c dan untuk matriks A nxn, maka

det(cA) = cn det(A)

4. Jika A memiliki dua baris (atau kolom) yang sama, maka

det A = 0.

5. Jika A dan B sama kecuali untuk kemungkinan elemen baris (kolom) ke-i,
dan jika C didefinisikan sebagai matriks yang sama dengan A dan B
kecuali baris (kolom) ke-i tersebut adalah jumlah dari baris (kolom) ke-i
dari A dan B, maka:

det C = det A + det B


Bab 1. Aljabar Matriks 19

Contoh 1.17.
Diberikan matriks A sebagai berikut:

 1 2 7
 
 4 8 5
 2 4 3

Det A =1(8)(3)+(-2)(5)(2)+7(-4)(-4)-7(8)(2)-1(5)(-4)-(-2)(-4)(3)
= 24-20+112-112+20-24=0

Dilihat bahwa jika dua kolom sama atau proporsional, maka determinman
dari matriks tersebut adalah 0.


Contoh 1.18.
Perhatikan matriks
3 1 15 5
A=   dan B=  
2 2 10 10 
Dapat dilihat bahwa: B = 5.A
Dan det A = 4, det B = 100, sehingga jika A dan B matriks 2x2, dan jika B
= 5A, maka det B = 52.det A.

Namun tidak ada hubungan sederhana antara det(A), det(B) dan det(A+B)
secara umum.


Contoh 1.19.
Hitunglah determinan dari matriks:

1 0 0 3 
 
2 7 0 6 
A= 
0 6 3 0 
 
7 3 1  5

Sebelum menentukan determinan dari matriks A, lebih baik melakukan


operasi baris elementer sehingga diperoleh bentuk eselon baris, dengan
demikian determinannya hanya ditentukan oleh elemen-elemen diagonalnya.
Cara yang paling gampang adalah dengan mengalikan kolom satu dengan –3
dan menambahkannya dengan kolom keempat, sehingga diperoleh matriks:
Bab 1. Aljabar Matriks 20

1 0 0 0 
 
2 7 0 0 
A= 
0 6 3 0 
 
7 3 1  26 

Maka det(A)=1(7)(3)(-26)=-546

Misalkan A, A’, A’’ adalah matriks nxn yang berbeda hanya dalan satu baris
saja, katakan baris ke-r, dan anggap bahwa baris ke-r dari A’’ dapat
diperoleh dengan menamahkan elemen-elemen yang berhubungan dalam
baris ke-r matriks A dan A’, maka det(A’’)=det(A)+det(A’)


Contoh 1.20.

 1 7 5  1 7 5 1 7 5 
     
det  2 0 3  =det 2 0 3 +det 2 0 3 
1  0 4  1 7  ( 1)  1 4 7  0 1  1

Jika A dan B adalah matriks bujursangkar berukuran sama, maka:


Det(A.B)= det(A).det(B)


Contoh 1.21.
Perhatikan matriks-matriks berikut:

3 1  1 3 2 17 
A=  B=  dan AB= 
2 1
 5 8
 3 14 

Det(AB)=Det(A).Det(B)

atau
28-51=(3-2)(-8-15)=1(-23)
-23=-23

Matriks A adalah invertibel (memiliki invers) jika dan hanya jika det(A)0.
Jika A invertibel maka
Bab 1. Aljabar Matriks 21

1
Det(A-1)=
det( A)


Contoh 1.22.
Karena baris pertama dan baris ketiga dari matriks

1 2 3
 
1 0 1
2 4 6 

adalah proporsional, maka det(A)=0, maka A tidak invertibel.


Jika A adalah matriks nxn dan Cij adalah kofaktor dari aij, maka matriks:

 C11 C12 . . . C1n 


 
C 21 C 22 . . . C 2n 
 . . . . . . 
 
 . . . . . . 
 . . . . . . 
 
 C n1 C n2 . . . C nn 

disebut matriks bentuk kofaktor A. Transpos dari matriks ini disebut adjoint
dari A, dinyatakan dengan adj(A).

Jika A adalah matriks yang invertibel, maka:

1
A-1 = adj(A)
det( A)


Contoh 1.23.
Misalkan matriks A:
Bab 1. Aljabar Matriks 22

3 2  1
 
1 6 3 
2 4 0 

Kofaktor dari A adalah C11=12, C12=6, C13=-16, C21=4, C22=2, C23=16,


C31=12, C32=-10 dan C33=16, maka matriks kofaktor dari A adalah:

12 6  16 
 
4 2 16 
12  10 16 

dan adjoint dari A adalah:

 12 4 12 
 
adj(A)=  6 2  10 
 16 16 16 

Maka inverse dari matriks A adalah:

1
A-1= adj(A)
det( A)

 12 4 12 
1  
= 6 2  10 
64 
 16 16 16 

 12 4 12 
 64 64 64 
 6 2 10 
=  
 64 64 64 
 16 16 16 
 64 64 64 


Bab 1. Aljabar Matriks 23

1.3 Aturan Cramer

Jika AX=B adalah sebuah sistim linier-n dengan n variabel tidak diketahui
sehingga det(A)0, maka sistim itu memiliki solusi yang unik. Solusinya
adalah:

det(A1 )
x1  ,
det(A)

det( A 2 )
x2  , ... dan
det(A)

det(A n )
xn 
det( A )

dimana Aj adalah matriks yang diperoleh dengan menggantikan semua


elemen-elemen dalam kolom ke-j dari matriks A dengan elemen-elemen
dalam matriks

 b1 
 
b2 
 . 
B=  
 . 
 . 
 
bn 

Contoh 1.24.
Gunakan aturan Cramer untuk menentukan solusi dari sistim linier berikut:

x1  2 x 3  6
 3x1  4 x 2  6 x 3  30
 x1  2 x 2  3x 3  8

Solusi:
 1 0 2 6 0 2
   
A=  3 4 6 , A1= 30 4 6 ,
  1 2 3  8 2 3
Bab 1. Aljabar Matriks 24

 1 6 2  1 0 6
   
A2=  3 30 6 , A3=  3 4 30 
  1 8 3   1 2 8 

Sehingga

det(A1 ) 40 10


x1  = 
det(A) 44 11

det(A 2 ) 72 18
x2  = 
det(A) 44 11
dan
det(A 3 ) 152 38
x3  = 
det( A) 44 11

Ringkasan Bab

 Jika A adalah matriks bujursangkar, fungsi determinan dinyatakan dengan


det(A) adalah jumlah dari semua hasil haki tanda elementer dari A.

 Jika A adalah sembarang matriks bujursangkar yang berisi sebuah baris


yang elemen-elemennya adalah nol, maka det(A)=0.

 Jika A adalah matriks segitiga nxn, maka det(A) adalah hasil kali dari
elemen-elemen diagonal utamanya, yaitu det(A)=a11a22...ann.

 Jika A adalah matriks nxn, maka jika A’ adalah matriks yang dihasilkan
bilamana A dikalikan dengan konstanta k, maka det(A’)= kdet(A). Jika
A’ adalah matriks yang dihasilkan jika dua baris A dipertukarkan, maka
det(A’)=-det(A). Jika A’ adalah matriks yang dihasilkan jika perkalian
dari satu baris ditambahkan kepada baris lain, maka det(A’)=det(A).

 Jika At adalah matriks transpose dari A, maka det(A)=det(At).

 Matriks bujursangkar A adalah invertibel (dapat ditentukan inversnya)


jika dan hanya jika det(A)0.
Bab 1. Aljabar Matriks 25

 Determinan dari matriks A yang nxn dapat dihitung dengan mengalikan


entri-entri dalam sembarang aris (atau kolom) dengan kofaktor-
kofaktornya dan menjumlahkan semua hasil kali itu, yaitu untuk masing-
masing 1in dan 1jn, atau det(A)= a1jC1j+ a2jC2j+ ...+anjCnj, dalam hal
ekspansi kofaktor sepanjang kolom ke-j.

Soal-soal latihan 1.1


1. Misalkan A dan B adalah matriks 4x4 dan C,D dan E secara berurutan
adalah matriks beorde 5x2, 4x2, dan 5x4. Tentukan yang mana dari
pernyataan berikut ini terdedinisi (dapat dikerjakan). Bagi yang dapat
dikerjakan tentukan orde matrik yang dihasilkan.

(a) BA (b) AC+D


(c) AE+B (d) AB+B
(e) E(A+B) (f) E(AC)

2. Tentukan solusi dari matriks berikut ini untuk variabel a, b, c dan d.

 ab b  c  8 1
3d  c 
 2a  4d 7 6

3. Diberikan matriks-matriks berikut. Jawablah pertanyaan (a) hingga (f).

 3 0
4  1
A
 1 2
; B=  ;
0 2 


 1 1

 1 5 2
1 2  1
4
C=  ; D=   1 0 ;
3 1 5
 
 3 2 4

 6 1 3
 2
E=  1 1 

 4 1 3

(a) AB (b) D+E


(c) D-E (d) DE
(e) ED (f) –7B

4. Menggunakan matriks pada soal 3, jawablah pertanyaan berikut.


Bab 1. Aljabar Matriks 26

(a) 3C-D (b) (3E)D


(c) (AB)C (d) A(BC)
(e) (4B)C+2B (f) D+E2 (dimana E2=E.E)

Soal latihan 1.2.

1. Diberikan matriks

 1 3 2 
 
A=  3 1  1 ,
 2 2  1

tentukanlah:
(a) Minor M11, M13, M22, M31 dan M33.
(b) Kofaktor A12, A21, A23 dan A32.
(c) Det(A).

2. Evaluasilah determinan dari matriks berikut:


4  6
(a)   (b) [3]
2  3
1 1 2 
0 0  
(c)   (d) 2 1 3 
0 0
0 2  1

3. Evaluasilah determinan dari matriks

2 0 3 
 
10 1 17 
 7 12  4 

4. Buktikan bahwa determinan dari matriks identitas nxn adalah 1 untuk


semua n.

5. Tunjukkan bahwa determinan dari matriks segitiga bawah L sama dengan


hasil kali dari entri diagonal utamanya.

6. Buktikan bahwa det(AB)=det(A).det(B) untuk matriks A dan B berikut


Bab 1. Aljabar Matriks 27

2 1 0 1 1 3
   
A= 3 4 0 dan B= 7 1 2
0 0 2  5 0 1 

7. Tentukan apakah matriks A hingga D berikut invertibel atau tidak


1 0 0   2 1  4 
 7   2 
A= 3 6  B=  1 1 

0 8  1
 
 3 1 6 

7 2 1 0 7 5 
 1  
C= 7 2  D= 0 1  1

3 6 6
 
0 3 2 

8. Misalkan det(A) = 5 dimana

a b c
 
A= d e f

g h i

Tentukanlah:
(a) det(3A) (b) det(2A-1)
(c) det((2A)-1) (d) det(At)

9. Tanpa mengevaluasi secara langsung, tunjukkan bahwa untuk x=0 dan


x=2, maka:

x 2 x 2 
 
det  2 1 1  =0
0 0  5
 

10. Tanpa menghitung secara langsung, tunjukkan bahwa:

b  c ca b  a
 c  =0
det  a b
 1 1 1 

11. Untuk harga k berapakah matriks A berikut tidak invertibel?


Bab 1. Aljabar Matriks 28

1 2 4
k  3 2  
(a) A=  (b) A= 3 1 6
 2 k  2



k 3 2

12.Evaluasilah determinan dari matrik-matriks berikut dengan melakukan


ekspansi sepanjang baris atau kolom yang anda pilih.

0 6 0  1 3 7 
 8  2  8
A= 8 6 , B=  0 ,

3 2 2
 
  1  3 4 

1 1 1 k  1 2 3 
 k   2  
C=  k k D=  k 3 4 
k 2 k2 k 2   3 4 k  4 
4 3 1 9 2
4 4 0 4  0
1 3 2 4 2 
1 0  1 
E=  F= 0 3 4 6 4
3 0 3 1   
  1 1 2 2 2
6 14 3 6 
0 0 3 3 3

13.Evaluasilah invers dari semua matriks pada soal nomor 12.

Soal-soal latihan 1.3

1. Gunakan metode Cramer untuk menentukan solusi sistim linier berikut:


4 x  5y  2
2x 1  4x 2  5
(a) (b) 11x  y  2z  3
2x 1  x 2  4 x  5y  2z  1
x  y  2z  1 x 1  3x 2  x 3  4
(c) x  y  z  2
2 (d) 2x 1  x 2  2
x  2y  4z  4 4x 1  3x 3  0

2w  x  y  4z  32
7w  2x  9 y  z  14
(e) 3w  x  y  z  11
w  x  4 y  2z  4

2. Gunakan aturan Cramer untuk mencari solusi untuk z tanpa menghitung


x,y dan w.
Bab 1. Aljabar Matriks 29

4x  y  z  w  6
3x  7y  z  w  1
7x  3y  5z  8w  3
x  y  z  2w  3

3. Misalkan AX=B adalah sistim pada persamaan soal 1.


(a) Tentukan solusinya dengan metode Cramer.
(b) Tentukan solusinya dengan cara invers.
(c) Yang mana dari metode di atas yang mempunyai komputasi
paling sedikit?

Anda mungkin juga menyukai