Bab Ii
Bab Ii
Bab Ii
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Media Pembelajaran
siswa agar dapat berinteraksi dengan berbagai sumber pembelajaran yang tersedia.
Media pembelajaran merupakan sebuah alat bantu bagi guru dan siswa dalam
nyata, memberi motivasi kepada siswa, dan memudahkan pemahaman serta daya
Media berasal dari bahasa latin yaitu medius secara harfiah memiliki arti
yaitu perantara, tengah atau pengantar. Media memiliki arti sebagai perantara atau
pengantar sumber pesan dengan menerima pesan (Indriana, 2011: 13). Media
13
14
pembelajaran. Penggunaan alat bantu dapat memacu alat indra yang dimiliki siswa
sehingga dapat mendorong semangat belajar siswa. Guru memiliki peran dalam
dari guru kepada siswa sehingga menstimulus pikiran, perhatian, perasaan, minat
serta kemauan siswa sehingga proses belajar terjadi dan dapat mencapai tujuan
untuk menyampaikan pesan dari guru kepada siswa sehingga dapat merangsang
pikiran dan perhatian siswa sehingga proses belajar dapat terjadi. Media
Media pembelajaran dalam arti sempit yaitu meliputi media yang dapat
digunakan secara efektif dalam proses belajar mengajar yang telah terencana,
sedangkan media pembelajaran dalam arti luas tidak sekedar media sebagai alat
komunikasi elektronik yang komplek saja akan tetapi mencakup berbagai alat
kunjungan ke luar sekolah. Sesuai dengan pandangan ini, guru juga dianggap
sebagai media penyampai atau penyaji informasi selain televisi dan radio sebab
siswa. Akan tetapi, guru memiliki peran lainnya yaitu menyusun rencana
15
Media pembelajaran tidak sekedar berupa bahan atau alat saja yang
digunakan dalam proses pembelajaran, akan tetapi mencakup hal lain yang
media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan
terencana sehingga dapat tercipta lingkungan belajar yang kondusif dan penerima
pesan dapat melakukan proses belajar secara efektif dan efesien. Media
pembelajaran bukan hanya alat sebagai perantara saja, namun juga meliputi
manusia sebagai sumber belajar dan peraga serta kegiatan yang dikhususkan untuk
memperkaya wawasan dan pengetahuan, serta dapat memperbaiki sikap siswa atau
sebagai perantara penyampaian informasi, pesan, dan pengetahuan dari guru kepada
siswa sehingga dapat mendorong pikiran, perhatian, perasaan, dan minat siswa
membentuk sikap siswa menjadi lebih baik lagi dalam segala hal yang berguna
pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan menarik bagi peserta didik.
16
kondisi lingkungan belajar dan peserta didik di lapangan. Fungsi dan manfaat media
pembelajaran ini sesuai dengan jenis media pembelajaran yang hendak digunakan
karena masing-masing jenis media pembelajaran memiliki fungsi dan manfaat yang
berbeda-beda.
siswa untuk menerima pesan tersebut. Penyampaian informasi ini akan lebih mudah
apabila dikaitkan dengan pengalaman yang dialami oleh siswa itu sendiri.
waktu dan perencanaan saja yang dapat menjadi kendala, melainkan terdapat
beberapa pengalaman yang tidak dapat dipelajari secara langsung oleh siswa. Oleh
akan merubah hal yang bersifat abstrak bisa menjadi lebih konkret.
beberapa fungsi dan peran antara lain: (1) merekam suatu objek langka atau
tertentu, dan (3) meningkatkan semangat dan motivasi belajar siswa. Suatu objek
Memanipulasi objek, peristiwa, atau keadaan tertentu yang semula bersifat abstrak
menjadi lebih konkret. Guru dapat menampilkan materi pembelajaran yang bersifat
abstrak menjadi konkret. Misalnya bahan materi pelajaran tentang sistem peredaran
darah yang dimiliki oleh manusia dapat ditunjukkan melalui film. Media
Fungsi dari media pembelajaran khususnya media berbasis visual yaitu antara lain:
(1) fungsi atensi; (2) fungsi afektif; (3) fungsi kognitif; serta (4) fungsi
kompensantoris. Fungsi atensi mengarah pada konsentrasi siswa agar fokus pada
pembelajaran. Fungsi afektif yaitu untuk memancing sikap serta emosi yang
dimiliki oleh siswa terhadap media pembelajaran yang ditampilkan. Fungsi kognitif
Siswa akan lebih mudah mengingat dan memahami informasi yang ditunjukkan
mendorong siswa yang lambat dan lemah dalam menerima informasi yang
disampaikan secara verbal. Menurut Sadiman (1986: 16) secara umum media
pembelajaran pada pendidikan memiliki beberapa kegunaan, yaitu antara lain: (1)
meminimalisir keterbatasan daya indera siswa, ruang, serta waktu; (3) media
pembelajaran yang digunakan secara tepat serta bervariasi dapat menjadi jalan
keluar untuk mengatasi sikap pasif siswa; (4) dapat mengatasi berbagai
Menurut Sudjana (1991: 2) media berfungsi tidak sekedar sebagai alat bantu
diperoleh dari penggunaan media pembelajaran antara lain: (1) proses belajar
motivasi belajar; (2) materi pembelajaran akan memiliki makna yang lebih jelas
sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa, dan siswa dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang lebih baik; (3) metode pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak
hanya komunikasi verbal melalui penyampaian informasi oleh guru, sehingga siswa
tidak mudah bosan dan guru tidak kehabisan tenaga untuk mengajar pada waktu
selanjutnya; (4) siswa lebih aktif melakukan kegiatan belajar, karena tidak hanya
mendengarkan penjelasan dari guru, akan tetapi juga melakukan aktivitas lain
belajar dapat membangun minat dan keinginan siswa yang lebih baik, membangun
motivasi dan stimulus kegiatan belajar serta memberi pengaruh terhadap psikologis
yang dimiliki siswa. Selain membangun motivasi dan minat siswa, media
Pendapat dari para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa media
pembelajaran yang lebih menarik, interaktif, dapat berjalan dengan efektif. Selain
itu dapat menciptakan rasa semangat belajar dalam diri siswa, menciptakan
bagi siswa, guru maupun pihak sekolah, sehingga pendidikan yang dilaksanakan
menghasilkan siswa yang berwawasan luas dan siap menghadapi tantangan global.
jenis dan kriteria media pembelajaran yang akan digunakan. Pemilihan jenis media
sekolah serta siswa, karena tidak semua jenis media pembelajaran sesuai untuk
digunakan pada seluruh kondisi sekolah beserta siswa di dalamnya. Beberapa jenis
kemampuan yang dimiliki media tersebut untuk memberi stimulus pada indera
beberapa jenis media pembelajaran yang perlu diketahui untuk digunakan dalam
Jenis media pembelajaran menurut Wati (2016: 4-7) antara lain: (1) media
visual, (2) audio visual, (3) komputer, (4) microsoft power point, (5) internet, (6)
multimedia. Media visual dapat ditunjukkan dengan dua bentuk yang mendukung
yaitu visual gambar diam dan visual gambar bergerak. Audiovisual, merupakan
20
media yang dapat menampilkan unsur gambar diiringgi suara yang mendukung
gambar tersebut. Media audio visual dapat menggambarkan objek dan kejadian
Microsoft power point merupakan salah satu aplikasi atau perangkat lunak
pada komputer maupun laptop yang diciptakan untuk membuat sebuah rancangan
presentasi grafis dengan mudah dan cepat. Internet merupakan media komunikasi
pemikiran yang kritis, perhatian atau konsentrasi terhadap suatu hal, dan kemauan
belajar siswa.
Menurut Sanjaya (2011: 172) berdasarkan sifat dan cara penggunaan media
pembelajaran dapat dibedakan menjadi tiga macam, antara lain: (1) media auditif,
(2) media visual, (3) media audiovisual. Media auditif yaitu media yang digunakan
hanya dengan unsur suara, dimanfaatkan dengan pendengaran saja. Misalnya: radio
dan rekaman suara. Media visual yaitu media yang digunakan dengan
memanfaatkan penglihatan tanpa diiringi dengan unsur suara. Media visual berupa
gambar, patung, lukisan, foto, dan berbagai bentuk yang dicetak. Media audiovisual
yaitu jenis media yang digunakan dengan cara dilihat dan di dengar, mengandung
21
unsur gambar sekaligus diiringi dengan unsur suara. Media audiovisual ini memiliki
karena memanfaatkan kedua unsur jenis media (audio dan visual) video diperjelas
dengan adanya suara. Misalnya: rekaman video, slide bersuara, dan berbagai film
pembelajaran.
Menurut Sadiman (1986: 28) jenis-jenis media yang dapat digunakan dalam
proses belajar mengajar, antara lain: (1) media grafis, (2) media audio, dan (3)
media proyeksi diam. Media grafis termasuk ke dalam jenis media visual, pesan
indera pendengaran, pesan yang termuat disampaikan baik verbal (ke dalam
Pendapat dari para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa jenis-jenis
pembelajaran antara lain: (1) media audio, (2) media visual, dan (3) media audio
pembelajaran.
Beberapa media yang dapat digunakan dalam pembelajaran antara lain: (1)
media berbasis visual, (2) media berbasis audio visual, dan (3) media auditif. Ketiga
22
lingkungan belajar. Penelitian ini menggunakan media berbasis visual karena sesuai
dengan kondisi lingkungan belajar yang sarana dan prasarana belum memadai
untuk menggunakan media berbasis audio visual maupun auditif serta dapat
cara dilihat saja, tidak mengandung unsur suara dalam penggunaannya. Media
berbasis visual merupakan jenis media yang memiliki unsur utama berupa bentuk
nyata, tekstur, dan warna dalam penyajiannya. Penyajian media visual yang
Media visual dapat dimanfaatkan dengan baik oleh siswa dengan menggunakan
indera penglihatan. Media visual dapat ditunjukkan dalam dua bentuk. Bentuk
pertama yaitu media visual yang menampilkan gambar diam seperti gambar,
lukisan, patung, slide, dan berbagai benda yang dibuat dengan cara mencetak.
Bentuk kedua yaitu menampilkan gambar atau simbol yang bergerak atau seperti
alat peraga tengkorak manusia, alat peraga arus listrik, dll (Dananjaya, 2013: 75).
Menurut Djamarah (2002: 144) media berbasis visual adalah media yang
hanya menggunakan fungsi dari indra penglihatan. Media berbasis visual memiliki
peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Media visual dapat
pembelajaran. Media visual dapat memberi gambaran yang antara isi materi
belajar siswa. Menurut Asriyati (2016: 13) media pembelajaran berbasis visual
belajar yang kondusif yang dapat mendorong siswa agar dapat melakukan proses
Beberapa pendapat para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa media
pembelajaran visual adalah suatu alat atau bahan yang digunakan dalam
siswa. begitu pula dengan media pembelajaran berbasis visual memiliki kelemahan
dari media yang digunakan tersebut dapat mendorong guru untuk lebih kreatif dan
menyusun strategi agar kelemahan dari media yang digunakan tidak menjadi
pembelajaran dengan baik. Setelah melakukan pemilihan media yang tepat dan
baik.
tersebut yatu: (1) memiliki sifat konkret, (2) mengatasi ruang dan waktu, (3)
menjelaskan suatu masalah, (4) murah dan mudah, (5) meminimalis keterbatasan
pengamatan mata. Bersifat konkret artinya gambar atau foto yang ditampilkan
dalam media visual dapat digunakan oleh peserta didik dengan jelas dan nyata yang
menunjukkan materi atau pesan disampaikan. Mengatasi ruang dan waktu yang
yang berada jauh dari lokasi sekolah. Media visual dapat menjelaskan suatu
dipahami secara sama. Media visual ini dapat dibuat sendiri dengan biaya yang
maksudnya untuk menerangkan objek tertentu yang sulit disajikan secara nyata
Menurut Wati (2016: 43) kelebihan dari media pembelajaran berbasis visual
tujuan pembelajaran dengan bahan visual; (2) media visual memperlancar proses
pembelajaran sehingga siswa dapat dengan mudah dan cepat menerima materi
pembelajaran; (3) media visual menciptakan adanya interaksi antara siswa dengan
25
daripada hanya tampilan verbal; (5) media visual membantu mengatasi keterbatasan
Menurut Arsyad (2011: 49-50) kelebihan dari media visual yaitu: (1) tahan
lama, (2) analisa lebih tajam, (3) melengkapi pengalaman dasar siswa, (4)
pengalaman yang dimiliki oleh siswa. Tahan lama dimaksudkan media dapat
Analisa lebih tajam dimaksudkan dapat membuat siswa memahami isi berita
dengan analisa yang lebih mendalam serta dapat membuat siswa berfikir lebih kritis
pemahaman dan memperkuat ingatan. Kelebihan media visual ini tidak menjadi
tolak ukur bagi semua media pembelajaran berbasis visual, tergantung dari
Adanya kelebihan dari media yang digunakan dapat membantu guru melaksanakan
tersebut dapat mendorong guru untuk lebih kreatif dan menyusun strategi
pembelajaran agar kekurangan dari media yang digunakan tidak menjadi masalah
berbasis visual antara lain: (1) media visual terkadang kurang praktis dan
memerlukan waktu pembuatan yang lama; (2) media visual tidak diikuti oleh audio,
memerlukan bahan pembuatan dan desain media yang bagus dan praktis, agar
media visual dapat bertahan lama, sehingga proses pembuatannya cukup rumit; (4)
apabila terjadi kesalahan dalam media terebut, maka sulit untuk diperbaiki. Bisa
jadi membongkar dan membuat mulai dari awal lagi media tersebut.”
kekurangan dibanding dengan jenis media yang lain. Kekurangan tersebut yaitu: (1)
menekankan persepsi visual saja, (2) ukurannya sangat terbatas untuk digunakan
pada kelompok belajar siswa, dan (3) apabila benda/objek yang ditampilkan
bersifat kompleks, media tersebut akan menjadi kurang efektif. Menurut Arsyad
(2011: 49-50) kekurangan media pembelajaran berbasis visual yaitu: (1) biaya
pembuatan media cukup mahal, (2) tidak adanya audio, (3) visual yang terbatas, (4)
kurang praktis dan lambat dalam penggunaan, dan (5) tidak selalu sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan belajar yang diharapkan sehingga perlu dirancang khusus
27
untuk kebutuhan tertentu. Tidak adanya audio dimaksudkan bahwa media visual
hanya berbentuk tulisan tanpa adanya suara yang mendukung, sehingga kurang
pembelajaran berbasis visual yaitu: media visual tidak diikuti oleh audio sehingga
kesalahan pada pembuatan media visual akan sulit untuk diperbaiki, ukuran
media visual ini tidak menjadi tolak ukur bagi semua media pembelajaran berbasis
pembelajaran tersebut.
dapat mendorong guru untuk lebih kreatif dan menyusun strategi agar kelemahan
dari media yang digunakan tidak menjadi masalah selama proses belajar
membantu proses pembelajaran. Salah satu media berbasis visual yang dapat
f. Media Galissawa
Media Galissawa berasal dari singkatan garis tulis aksara Jawa. Media ini
berbentuk papan dengan ukuran 60cm x 70cm yang didalamnya terdapat tulisan
aksara Jawa nglegena diikuti dengan garis penulisan atau pola tulis aksara Jawa
28
dalam melukis, pada teknik menghuruf tegak, dan teknik menghuruf condong, pada
teknik ini membentuk suatu huruf dengan mengikuti garisan-garisan tertentu yang
ditandai dengan anak panah mengikuti susunan bentuk huruf tersebut. Namun
dalam media Galissawa ini menggunakan pola penghurufan melalui sebuah titik-
titik dan garis tulis pada buku. Teknik menggaris dalam membentuk huruf ini
mendapatkan bentuk huruf yang benar. Selain membentuk huruf yang benar jika
permulaan.
Media Galissawa dibuat dengan memperhatikan berbagai hal antara lain: (1)
Karakteristik siswa, (2) Kompetensi Dasar, (3) Indikator, (4) Analisis kebutuhan di
kelas III, (5) Susunan warna media. Berbagai hal tersebut sebagai dasar pembuatan
media Galissawa, agar media yang dibuat dapat memikat daya tarik siswa terhadap
masing dalam proses pembelajaran. Media Galissawa terdiri dari berbagai warna
a) Warna coklat pada papan bagian dalam dan luar media. Warna coklat memiliki
arti stabilitas, percaya diri, ketenangan, dan kejujuran. Warna coklat pada media
Galissawa ini menggambarkan sifat siswa yang percaya diri, tenang dalam
b) Warna hitam pada tulisan aksara Jawa nglegena. Warna hitam memiliki arti
disiplin dan bekerja keras. Warna hitam pada media Galissawa ini
29
pembelajaran dan bekerja keras dalam mencapai hasil belajar yang maksimal.
c) Warna kuning pada tulisan latin aksara Jawa. Warna kuning memiliki arti
keceriaan, bahagia, dan semangat. Warna kuning pada media Galissawa ini
hati dan sifat siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media
Galissawa.
itu, media Galissawa yang telah dikembangkan ini disusun dengan beberapa
kelebihan yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Kelebihan dari media
Galissawa tersebut antara lain: (1) penulisan aksara Jawa nglegena pada media
menggunakan kaidah penulisan aksara Jawa sehingga tebal tipis huruf aksara Jawa
sesuai dengan kaidah penulisan yang ada, (2) terdapat garis penulisan aksara Jawa
sehingga siswa memahami cara penulisan aksara Jawa pada buku tulis dengan
benar, (3) terdapat pola penulisan aksara Jawa, sehingga siswa dapat memahami
cara penulisan aksara Jawa dengan baik dan benar, (4) terdapat kartu menulis kata
sebagai wadah siswa untuk belajar menulis kata sederhana dari aksara Jawa, (5)
30
bentuk media Galissawa berupa papan yang dapat dilipat memberi kemudahan
pembelajaran yang aktif dan inovatif. Selain memiliki kelebihan, media Galissawa
kekurangan yang terdapat dalam media tersebut dapat dijadikan guru sebagai
pembelajaran untuk lebih kreatif dan inovatif lagi dalam memanfaatkan benda-
Kekurangan yang terdapat dalam media Galissawa antara lain: (1) media
Galissawa terbuat dari bahan kayu jati dengan ukuran 60x70cm, sehingga terlalu
berat untuk dibawa sendiri oleh siswa kelas III SD tanpa bantuan atau pengawasan
dari guru, (2) penempatan media Galissawa harus benar-benar tepat, karena media
Galissawa berat sehingga memerlukan pengait pada tembok atau papan tulis yang
benar-benar kuat, (3) kartu sebagai wadah latihan siswa menulis kata menggunakan
yang memuat pola penulisan aksara Jawa nglegena. Media ini digunakan dengan
cara siswa memperhatikan dan mengikuti garis tulis pada aksara Jawa nglegena.
31
Garis tulis pada aksara Jawa ini dimaksudkan supaya siswa memahami penulisan
aksara jawa dengan benar serta mempermudah siswa dalam belajar menulis aksara
aksara Jawa di SD. Pembelajaran bahasa Jawa khususnya materi aksara Jawa di SD
memerlukan sebuah media supaya materi aksara Jawa dapat mudah dipahami oleh
Nasional Pasal 37 Ayat (1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib
memuat muatan lokal. Mata pelajaran bahasa Jawa merupakan bagian dari mata
masingmasing daerah. Bahasa Jawa merupakan salah satu muatan lokal pada
Timur menjadi muatan lokal wajib di semua sekolah sesuai dengan PERGUB
JATIM No.19 Tahun 2014 tentang Mata Pelajaran Bahasa Daerah sebagai Muatan
setelah keluarga. Sekolah Dasar ikut andil besar dalam perkembangan siswa, di
sekolah ini pula siswa akan dibentuk karakternya sesuai dengan nilai-nilai budaya
luhur. PERGUB JATIM No.19 Tahun 2014 Ayat 1 Tentang Mata Pelajaran Bahasa
Pendidikan estetika, etika, moral dan spiritual tersebut yang menjadi sebuah
masyarakat Jawa diajarkan secara tidak langsung dalam pendidikan formal maupun
kasusastran Jawa, pewayangan, dan aksara Jawa. Menurut Aqib (2009: 107)
tujuan pembelajaran bahasa Jawa antara lain: (1) mengenalkan dan menjadikan
siswa lebih mengenal lingkungan sosial, budaya, dan alam di daerahnya; (2)
bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku
berbicara, dan menyimak. Keempat aspek tersebut saling berkaitan dan mendukung
isi bacaan dan makna suatu bacaan yang ditentukan oleh situasi dan isi dari bacaan
tersebut. Kegiatan menyimak sama dengan kegiatan membaca, namun pada aspek
gagasan, ide, pendapat, pesan, dan perasaan secara tertulis. Sedangkan kegiatan
pesan, informasi, dan perasaan secara lisan dengan menggunakan bahasa Jawa.
berlangsung tidak sekedar meaning getting (mendapatkan arti), tetapi berupa proses
lokal wajib bagi sekolah/madrasah, hal ini sesuai dengan Pergub Jatim No.19 Tahun
2014 ayat 1 tentang mata pelajaran bahasa daerah sebagai muatan lokal wajib di
berbicara, dan menulis. Tujuan dari pembelajaran bahasa Jawa ini untuk mengenal
yaitu membaca, menyimak, berbicara, dan menulis. Salah satu aspek yang sesuai
digunakan untuk pembelajaran aksara Jawa yaitu aspek menulis. Hal ini karena
mengenal aksara Jawa perlu adanya proses latihan menulis aksara Jawa.
Pembelajaran menulis aksara Jawa pada kelas III SD ini sangat penting karena
sebagai kunci untuk pembelajaran aksara Jawa pada tingkat kelas selanjutnya.
Menurut Endraswara (2009: 86-87) ada beberapa prinsip belajar aksara Jawa
yang perlu diperhatikan oleh guru dalam proses pembelajaran antara lain: (1)
34
imitatting, (2) remembering, (3) reformulating, (4) creating, dan (5) justitying.
Imitatting menunjukkan belajar aksara Jawa dengan cara menirukan dari contoh
yang diberikan oleh guru, buku, dan lainnya yang memuat aksara Jawa.
Pemahaman siswa akan diuji dengan menirukan cara membaca aksara Jawa, baik
membaca tulisan jejeg (tegak) maupun dhoyong (miring). Oleh sebab itu, guru
perlu memberikan contoh membaca dan menulis aksara Jawa yang benar dan tepat.
ingat siswa. Daya ingat adalah faktor yang sangat penting untuk mencapai
mengingat bentuk-bentuk huruf aksara Jawa dan bunyinya supaya dapat membaca
aksara Jawa tersebut. Reformulating adalah tahap belajar aksara Jawa dengan
mencoba atau berlatih menulis ulang tulisan yang pernah dilihat dan diingat apa
yang telah dicontohkan. Creating adalah langkah mencipta aksara Jawa. Siswa
belajar secara mandiri untuk menulis aksara Jawa. Justifying adalah tahap menilai
menulis aksara Jawa, maka guru perlu memperhatikan prinsip imitatting dan
remembering. Dua prinsip inilah yang melandasi guru dalam mengajar menulis
aksara Jawa pasa siswa. Selain memahami cara mengajarkan menulis aksara Jawa
permulaan, guru juga perlu memperhatikan cakupan materi yang akan diajarakan.
aksara Jawa yaitu: (1) imitatting, (2) remembering, (3) reformulating, (4) creating,
menulis aksara Jawa yang perlu diperhatikan guru adalah prinsip imitatting dan
35
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran aksara Jawa kelas
Tabel 2.1 KI dan KD Mulok Bahasa Jawa kelas III di Jawa Timur
KOMPETENSI INTI KOMPETENDI DASAR
2. memahami pengetahuan faktual dengan cara 3.7 mengenal dan memhami semua bentuk
mengamati dan mencoba (mendengar, aksara nglegena/aksara ghajang
melihat, membaca) serta menanya
berdasarkan rasa ingin tahu secara kritis
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat
bermain.
3. menyajikan pengetahuan faktual dalam 4.7 menulis kata dengan aksara
bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, nglegena/aksara ghajang sesuai dengan
dalam karya yang estetis dalam gerakan yang kaidah
mencerminkan anak sehat dan dalam
tindakan yang mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia.
dengan aksara Jawa nglegena sesuai dengan kaidah. Aksara Jawa sendiri memiliki
b. Aksara Jawa
Budaya Jawa selain terkenal dengan tata krama, sopan santun, dan tata
bahasa yang sangat lembut juga memiliki huruf atau aksara Jawa. Aksara Jawa
tersebut tidak terbentuk dengan sendirinya, namun tersimpan banyak sejarah yang
Aksara Jawa terdiri dari 20 huruf tidak terbentuk begitu saja. Sejarah
terbentuknya aksara Jawa sudah ada sejak dulu dan tetap di pegang teguh hingga
adalah Aji Saka. Huruf Jawa ini diciptakan untuk mengenang utusan Aji Saka yang
Sang Aji Saka. Dua utusan Aji Saka bernama Dora dan Sembada. Suatu hari, Aji
Saka akan pergi bersama Dora untuk memenuhi suatu keperluan. Sembada
diperintahkan untuk menunggu pusaka, tidak boleh ada satu orang pun yang boleh
mengambil selain Aji Saka sendiri. Ketika akan berperang dengan Dewata
Cengkar, Aji Saka memerintahkan Dora untuk mengambil pusaka miliknya pada
Dora dan Sembada saling mempertahankan perintah Aji Saka yang mereka
terima, kemudia kedua utusan berkelahi hingga titik darah penghabisan. Dora dan
sampai titik darah penghabisan. Dora dan Sembada meninggal dunia bersama-sama
karena memperebutkan pusaka yang di titipkan oleh Aji Saka. Lama menunggu
pusaka yang diambil oleh Dora tak kunjung datang, akhirnya Aji Saka kembali ke
tempat Sembada menjaga pusakanya. Aji Saka terkejut melihat dua utusannya
tergeletak penuh dengan darah diseluruh tubuhnya. Aji Saka sangat menyesal
= ada utusan
37
= saling bertarung
Aksara Jawa tersebut hingga saat ini tetap digunnakan untuk pelajaran pada
pokok materi yaitu aksara nglegena, sandhangan, dan pasangan, namun dalam
penelitian ini hanya akan membahas tentang aksara Jawa nglegena saja sesuai
dengan kompetensi dasar mulok bahasa Jawa di kelas III SD. Aksara Jawa nglegena
(Jawa: “wuda”) yaitu aksara pokok yang belum mendapat tambahan sandhangan.
(huruf vokal a, i, u, e,o) tetapi sudah bisa dibaca dengan konsonan “a”. Menurut
Suryadipura (2008: 10) huruf Jawa nglegena memiliki arti aksara Jawa yang
ha na ca ra ka
da ta sa wa la
pa dha ja ya nya
ma ga ba tha nga
38
sebelumnya sebagai tolak ukur dalam pelaksanaan penelitian, oleh sebab itu
penelitian yang dilakukan ini tidak terlepas dari penelitian sebelumnya. Peninjauan
terhadap penelitian lain sangat penting sebab dapat digunakan untuk mengetahui
relevansi penelitian yang telah lampau dengan penelitian yang akan dilakukan atau
Menulis Aksara Jawa Nglegena melalui Media Kartu Aksara Jawa Stensil”.
92,9%. Penerapan media KAJS ini membuat siswa memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi serta menciptakan ketertarikan pada siswa untuk belajar menulis aksara
Jawa.
penelitian ini terletak pada subjek penelitian yaitu siswa kelas III SD dengan
materi yang sama menulis aksara Jawa nglegena. Perbedaan dengan penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) denga media pembelajaran berupa kartu aksara
(Galissawa).
Jawa pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar”. Hasil penelitian ini menunjukkan
positif siswa dari kelompok kecil sebesar 99,2%, dan respon positif siswa dari
dilakukan oleh Lestari (2014) dengan penelitian ini terletak pada subjek
penelitian yaitu siswa kelas III SD dengan materi yang sama aksara Jawa hanya
pada aksara Jawa nglegena. Perbedaan yang mendasari yaitu penelitian oleh
Lestari ini menggunakan media bingo aksara Jawa (Birawa) yang dilakukan
menggunakan media garis tulis aksara Jawa (Galissawa) yang digunakan sebagai
alat bantu dalam menjelaskan materi oleh guru pada proses belajar mengajar.
Menulis Aksara Jawa Melalui Modeling The Way dengan Media Flashcard pada
skripsi ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar klasikal siswa meningkat dari
sebesar 61,1% menjadi 83,3%. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian
ini adalah penerapan Modeling The Way dengan media flashcard dapat
Semarang.
penelitian ini terletak pada mata pelajaran yang diambil adalah bahasa jawa
dengan materi menulis aksara Jawa untuk siswa SD. Perbedaan dengan
penelitian ini terletak pada jenis penelitian yang digunakan. Penelitian yang
mengembangkan suatu produk yang digunakan sebagai alat bantu siswa kelas III
dalam belajar menulis aksara Jawa dengan cakupan materi hanya aksara Jawa
nglegena.
dalam proses belajar mengajar menulis aksara Jawa mampu meningkatkan motivasi
dan keterampilan menulis aksara Jawa siswa, oleh sebab itu dalam penelitian ini
peneliti mencoba menggunakan media Galissawa (Garis Tulis Aksara Jawa) pada
C. Kerangka Pikir
untuk siswa kelas III SDN Sumurup 2 Bendungan Trenggalek dapat dijabarkan
Analisis Kebutuhan:
Diperlukan media pembelajaran mengenal dan menulis akasara Jawa yang valid, efektif, dan
menarik untuk menciptakan pembelajaran yang mendorong antusias siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran bahasa Jawa.
Pengembangan Media
Hasil Akhir
Pengembangkan media Galissawa pada pembelajaran menulis aksara Jawa siswa kelas III
SD yang valid, efektif, dan menarik.
Galissawa pada pembelajaran menulis aksara Jawa siswa kelas III SD yang
dijelaskan dalam sebuah kera5ngka pikir. Penjabaran dari kerangka pikir tersebut
yaitu pembelajaran aksara Jawa yang dilaksanakan di kelas III diharapkan dapat
aktif mengikuti pembelajaran mengenal dan menulis aksara Jawa. Akan tetapi,
kondisi nyata dilapangan setelah dilakukannya observasi awal pada kelas III di
media pembelajaran menulis aksara Jawa yang valid, efektif, dan menarik untuk
mendorong antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran bahasa Jawa, oleh
pengembangan ADDIE yang terdiri dari lima tahapan yaitu analisis (analysis),
dan evaluasi (evaluation). Hasil akhir yang diharapkan dalam penelitian yang telah
menulis aksara Jawa siswa kelas III SD yang valid, efektif, dan menarik digunakan