Jumilah Samiaji (17021236)
Jumilah Samiaji (17021236)
Jumilah Samiaji (17021236)
Abstract
One of the most health problem who finds in Indonesia is less of
nutrient. Factor that influent the nutrient of individu is dietary
habits. Dietary habits closely related with kind, quantity and
composition of the food we consume every day. The purpose of this
research is to analyze the correlation between dietary habits to
the nutritional status of preschool children in Tunas Rama
Kindergarten. This study was used cross sectional study approach.
The population in this study is preschool children ( 3 – 6 year ) in
Tunas Rama Kindergarten as amount 78 childern taken as a
whole or use the sampling technique total sampling. Data
collection using Food Frequency Questioner (FFQ) and mechanical
measurement. The result of this study used Chi-Square statistic
test with significant level α=0,05 . The analyze result is ρ = 0,015 <
Mery Sambo, etal, Correlation between Dietary Habits and Nutritional Status of Preschool Childern,
jiksh Vol.11 No.1 Juni 2020
α = 0,05. So that means there was correlation between dietary
habits and nutritional status of preschool children in Tunas Rama
Kindergarten. Based on this study is expected so that mothers pay
more attention to their childs nutritional satus by providing foods
that contain good nutrients to children.
Keyword: Coresponden author:
pola makan; Email: [email protected]
status gizi
anak
prasekolah; artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi BCC BY NC ND-4.0
Pendahuluan
Masalah gizi merupakan masalah kesehatan utama di dunia termasuk negara Indonesia
(Subarkah dalam Nasution, etal, 2016). Indonesia merupakan negara berkembang yang
masih menghadapi masalah kekurangan gizi yang cukup besar. Permasalahn gizi secara
nasional saat ini adalah balita dengan gizi kurang dan balita dengan gizi buruk.
Prasetyawati dalam (Sarlis, etal 2018) mengatakan bahwa gizi buruk dan gizi kurang
merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian karena dapat menimbulkan the lost
generation. Kualitas masa depan bangsa sangat dipengaruhi oleh status gizi pada saat ini
terutama pada balita.
Terkait dengan pembangunan anak pada tahun 2030 pemerintah akan mencapai target
Sustainable Development Goals atau SGD’S. Pemerintah menyusun berbagai strategi baik
ditingkat nasional maupun di daerah untuk mencapai target yang sudah ditentukan. Salah
satu target yang akan dicapai adalah menghapus kemiskina. Kemiskinan pada anak harus
mempertimbangkan berbagai dimensi kehidupan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan mereka seperti tempat tinggal, pendidikan dan legalitas status. Dengan
adanya penghapusan kemiskinan anak maka tidak akan ada lagi anak yang mengalami
kurang gizi dan meninggal karena penyakit yang bisa diobati, menciptakan lingkungan
yang ramah terhadap anak, memenuhi pendidikan anak khususnya pendidikan di usia dini
(Profil Kesehatan Anak, 2018).
Jumlah balita dengan gizi kurang dan balita dengan gizi buruk di Indonesia menurut hasil
pemantauan status gizi (PSG) tahun 2017 dinilai dengan menggunakan tiga indeks. Balita
usia 0-59 bulan yang mengalami gizi buruk yang dinilai berdasarkan indeks BB/U sebesar
3,8%, gizi kurang sebesar 14% dan gizi lebih sebesar 1,8%. Provinsi Sulawesi Selatan pada
tahun 2017 memiliki persentase balita dengan gizi buruk 4,9%, gizi kurang 17,9% dan gizi
lebih 1,2%. Balita usia 0-59 bulan yang mengalami status gizi sangat pendek yang dinilai
berdasarkan TB/U sebesar 9,8% dan balita dengan status gizi pendek sebesar 19,8%.
Persentase balita dengan status gizi sangat pendek sebesar 10,2% dan status gizi pendek
sebesar 24,6%. Balita usia 0-59 bulan yang mengalami gizi buruk yang dinilai
berdasarakan indeks BB/TB sebesar 2,8% dan gizi kurang sebesar 6,7% (Kemenkes RI,
2018)
Meski persentase gizi buruk dan gizi kurang di Indonesia mengalami penurunan, saat ini
masih menjadi masalah kesehatan. Persentase balita dengan gizi kurang dan balita gizi
buruk pada balita 0-59 bulan di Sulawesi Selatan tahun 2018 masih berada pada urutan
ke 25 dari 34 provinsi yang ada di Indonesia. Persentase balita dengan gizi buruk di
Sulawesi Selatan sebesar 2,5% dan persentase balita dengan gizi kurang sebesar 7,5%
(Profil Kesehatan Indonesia, 2018).
Anak usia prasekolah merupakan masa dimana pertumbuhan fisik dan psikologis
bertumbuh dengan pesat. Pola makan pada anak usia prasekolah berperan penting dalam
proses pertumbuahn dan perkembangan, Karena itu diperlukan makanan yang banyak
mengandung zat gizi. Jika pola makan anak tidak tercapai dengan baik maka pertumbuhan
dan perkembangan akan terhambat . Tahapan perkembangan anak usia pra sekolah
merupakan consumer pasif, anak akan menerima asupan makan dari apa yang disediakan
oleh ibunya atau pengasuhnya. Pola pemberian makan orang tua mempengaruhi status
kesehatan anak usia prasekolah (Hockenberry, etal 2011). Pola makan yang kurang tepat
menyebabkan kegemukan, keparahan penyakit, gangguan kecerdasan intelektual (Waber,
et al 2014), anemia perawakan pendek peningkatan risiko angka kematian dan angka
kesakitan pada anak (Anticona dan Sebastian dalam Ernawati, 2015).
Beberapa penelitian tentang pola makan anak salah satunya adalah penelitian (Sa’diya,
2015) tentang hubungan pola makan dengan status gizi anak prasekolah di PAUD Tunas
Mulia Claket Kecamatan Pacet Mojokerto menemukan 35,3% dari 17 anak usia prasekolah
yang pola makannya kurang baik dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa nilai p
value 0,038 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pola makan
dengan status gizi anak usia prasekolah di PAUD Tunas Mulia Desa Claket Kecamatan
Pacet Mojokerto.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan September
2019 di Taman Kanak-Kanak (TK) Kristen Tunas Rama terdapat 78 anak. Di sekolah
tersebut anak tampak terlihat kurus dan pendek. Saat jam istirahat semua anak di TK
tersebut makan bekal yang dibawa dari rumah masing-masing. Tampak beberapa anak
membawa bekal yang berisi bubur dicampur telur rebus. Sebagian anak membawa bekal
berisi nasi dengan perkadel jagung dan sayur-sayuran dicampur mie. Rata-rata anak
menghabiskan ½ porsi makanan yang disiapkan. Sedangkan diusia tersebut anak
memerlukan gizi yang baik untuk proses tumbuh kembangnya.
Hasil wawancara dengan beberapa orang tua mengatakan anak makan tiga kali sampai
lima kali dalam sehari dengan jumlah yang sedikit. Setiap hari anak diberikan nasi, lauk
pauk, sayur-sayuran dan buah-buahan yang diolah sendiri oleh orang tua anak. Selain itu
anak juga sering mengonsumsi makan ringan. Kebanyakan orang tua mengeluh anaknya
bosan dengan makanan yang disiapkan dan malas makan karena anak sibuk bermain
dengan teman-temannya. Namun ada juga anak yang malas makan karena sering
mengalami sakit. Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui
hubungan pola makan dengan status gizi pada anak usia prasekolah di Taman Kanak-
Kanak (TK) Kristen Tunas Rama. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan
pola makan dengan status gizi pada anak usia prasekolah di Taman Kanak-Kanak (TK)
Kristen Tunas Rama.
Metode
Penelitian ini menggunakan desain observasinal analitik, dengan pendekatan cross
sectional study yaitu waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan
dependen diukur bersamaan pada waktu yang sama (Hidayat, 2014). Penelitian ini telah
dilaksanakan di Taman Kanak-kanak (TK) Kristen Tunas Rama Kota Makassar pada
tanggal 14 sampai 24 Januari 2020. Populasi dalam penelitian ini anak usia pra sekolah (3
– 6 tahun) yang ada di Taman Kanak-kanak (TK) Kristen Tunas Rama yang berjumlah 78
anak dan semua populasi tersebut dijadikan sampel (total sampling). Pengumpulan data
menggunakan instrument, untuk mengukur pola makan anak menggunakan Food
Frequency Questioner (FFQ). Sebelum alat ukur digunakan dalam penelitian ini dilakukan
uji coba terlebih dahulu terhadap kuesioner.
Uji coba dilakukan pada 57 anak usia prasekolah yang terdiri dari 43 item pertanyaan.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh 15 item yang gugur dan 28 item yang valid.
Validitas item bergerak dari 0,265-0,787 diatas nilai r hitung dengan realibilitas sebesar
0,863. Untuk menilai status gizi anak dilakukan pengukuran mekanikal dengan
menimbang berat badan anak yang selanjutnya dibandingkan dengan skala pengukuran
antropometri BB/U) dengan skala rasio (Kemenkes RI 2018, n.d.). Gizi buruk: jika nilai Z-
score < - 3 SD, Gizi kurang : jika nilai Z-score - 3,0 SD s/d < - 2,0 SD, Gizi baik: jika nilai Z-
score - 2,0 SD s/d 2,0 SD, Gizi lebih: jika nilai Z-score >2,0 SD. Selanjutnya dilakukan
analisis univariat pada masing-masing variabel yang diteliti, yaitu pola makan dan status
gizi dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi dan presentasi dari tiap variabel yang
diteliti. Analisis bivariat menggunakan uji statistic chi-square dengan tingkat kemaknaan
α=0,05 untuk mengetahui hubungan pola makan dengan status gizi anak usia pra sekolah,
dengan menggunakan sistem computerisasi
Hasil analisis hubungan pola makan dengan status gizi pada anak usia prasekolah di TK
Kristen Tunas Rama kota Makassar, peneliti menggunakan uji Chi Square dengan uji
alternatif Kolmogorov-Smirnov dan diperoleh nilai ρ=0,015. Hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak,
dengan demikian ada hubungan antara pola makan dengan status gizi pada anak usia
prasekolah di TK Kristen Tunas Rama Kota Makassar.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa dari 78 responden yang diteliti terdapat
64 (82,1%) responden dengan kategori pola makan baik dengan status gizi kategori baik.
Menurut Sulistyoningsih dalam (Nasution et al., 2016) mengatakan bahwa pola makan
adalah gambaran mengenai macam, jumlah, dan komposisi bahan makanan yang dimakan
tiap hari oleh satu orang yang merupakan ciri khas dari suatu kelompok masyarakat
tertentu. Pola makan yang terbentuk sangat erat kaitannya dengan kebiasaan makan
seseorang. Menurut Damaiyanti dalam (Nasution et al., 2016) bahwa mengkonsumsi
makanan yang baik akan memungkinkan untuk mencapai kondisi kesehatan dan kondisi
gizi yang baik.
Orang tua yang menyadari betapa pentingnya kesehatan dalam keluarga akan
mengajarkan kebiasaan makan yang baik pada anak dengan pola makan yang teratur 3x
sehari dan selalu memperhatikan kandungan gizinya yang mengacu pada gizi seimbang.
Selain itu pola makan anak juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua, dimana
dalam penelitian ditemukan orang tua anak rata-rata berpendidikan lulusan SMA dan
sarjana. Sehingga orang tua mampu untuk memilih dan mengolah makanan yang tepat
yang akan diberikan kepada anaknya agar kebutuhan gizi anak tercapai dengan baik.
Menurut Sulistyoningsih dalam (Nasution et al., 2016) faktor lain yang mempengaruhi
terbentuknya pola makan adalah faktor ekonomi, faktor sisoal budaya, agama, pendidikan
dan lingkungan.
Namun dalam penelitian ini juga didapatkan bahwa dari 78 responden yang diteliti
terdapat 8 (10,3%) responden yang memiliki pola makan kategori baik dengan status gizi
kategori lebih. Menurut Suhardjo dalam (Cahyaputra, 2016) status gizi lebih terjadi
apabila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam sejumlah berlebihan, sehingga menimbulkan
efek toksis atau membahayakan.
Anak di TK Kristen Tunas Rama Kota Makassar juga ditemukan mempunyai pola makan
kategori baik dengan status gizi kategori lebih, hal ini disebabkan karena berdasarkan
wawancara dengan orang tua anak lebih sering makan dengan porsi yang banyak. Pada
waktu melakukan penelitian tampak anak yang memiliki berat badan lebih tidak bermain
dengan teman-temannya sehingga aktivitas anak kurang dibandingkan dengan anak yang
memiliki status gizi baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sa’diya,
2015) yang mangatakan bahwa aktivitas anak yang kurang sehingga menyebabkan kalori
yang masuk lebih banyak daripada yang dikeluarkan sehingga menyebabkan anak menjadi
gemuk. Menurut (Rahma et al., 2019) faktor risiko paling berpengaruh terhadap kejadian
gizi lebih pada anak prasekolah adalah aktivitas fisik dan lingkungan keluarga. Anak yang
memiliki aktivitas fisik kurang aktif berisiko 6,16 kali mengalami gizi lebih.
Hasil penelitian selanjutnya didapatkan dari 78 responden yang menyatakan bahwa pola
makan kategori kurang dengan status gizi kategori baik terdapat 2 (2,6%) responden.
Berdasarkan wawancara dengan orang tua pola makan anak disebabkan karena cara
peberian makan tidak sesuai dengan seharusnya (kurang dari 3 x sehari), hal ini
disebabkan karena anak lebih sering bermain dengan teman-temannya sehingga lupa
untuk makan. Akan tetapi, berdasarkan pengakuan orang tua setiap makan anak selalu
mengkonsumsi nasi, lauk, sayur-sayuran dan buah-buahan. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Sari, etal, 2016) yang mengatakan bahwa anak dengan
status gizi normal, namun mempunyai pola makan yang tidak baik disebabkan karena cara
pemberian makan pada anak tidak sesuai dengan yang seharusnya, namun jumlah asupan
kalori yang dikonsumsi sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) nya masing-masing,
sehingga menghasilkan status gizi normal.
Untuk pola makan kategori kurang dengan status gizi kategori kurang terdapat 4 (5,1%)
responden. Menurut Damaiyanti dalam (Nasution et al., 2016) mengatakan bahwa pola
makan merupakan faktor yang berhubungan langsung dengan status gizi sehingga dengan
mengkonsumsi makanan yang rendah gizi mengakibatkan kondisi atau keadaan gizi
kurang.
Oleh karena itu peneliti berasumsi bahwa anak yang pola makannya kurang karena orang
tua tidak mengetahui kandungan gizi yang terdapat dalam setiap makanan yang diberikan
kepada anaknya. Hal ini terlihat pada saat makan siang disekolah tampak bekal yang
dibawah oleh anak seperti nasi dengan mie goreng. Selain itu berdasarkan wawancara
dengan orang tua anak juga sering sakit diare dan demam sehingga anak malas untuk
makan. Menurut WHO dalam (Apriliana, etal, 2017) mengatakan bahwa masalah gizi
kurang disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor diantaranya terbagi menjadi dua
yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung status gizi yaitu asupan
makanan dan penyakit infeksi.
Menurut Widodo dalam (Sa’diya, 2015) menyatakan bahwa anak yang pola makannya
kurang karena pola makan yang salah. Ketidaktahuan dapat menyebabkan kesalahan
dalam memilih bahan makanan dan cara pemberian makanan kepada anak. Adapun
menurut Ermaningsih dalam (Apriliana,etal, 2017) faktor lain yang mempengaruhi pola
makan dengan status gizi yaitu pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
maka semakin mudah diberikan pengertian mengenai suatu informasi dan semakin
mudah untuk mengimplementasikan pengetahuannya dalam perilaku khususnya dalam
hal kesehatan dan gizi.
Daftar Rujukan
Aidina, C. N., Lubis, Z., & Ardiani, F. (2015). Pola Makan,Kecukupan Gizi, dan Status Gizi
Balita pada Keluarga Miskin, Kalurahan Kenangan Baru. Departemen Gizi
Kesehatan Masyarakat FKM USU, 1–8.
Aisyah. (2016). Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Konsumsi Makanan Berserat Pada
Siswa SMK Negeri 6 Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.
Apriliana, W. F., & Rakhma, L. R. (2017). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Status
Gizi Balita Yang Mengikuti Tfc di Kabupaten Sukoharjo The Factors That Are
Correlated With Nutritional Status Of Toddlers Who Joined Tfc In, Sukoharjo.
15(1), 1–9.
Arifin, Z. (2016). Gambaran Pola Makan Anak Usia 3-5 Tahun Dengan Gizi Kurang Di
Pondok Bersalin Tri Sakti Balong Tani Kecamatan Jabon–
Sidoarjo.Midwiferia,1(1),16.https://doi.org/10.2100/mid.v1i.345
Cahyaputra, E. (2016). Hubungan Antara Pola Makan, Status Gizi, dan Tingkat Kebugaran
Jasmani Siswa Kelas Atas SD Rejosari 3 Semin Gunung kidul. Pendidikan Jasmani
Kesehatan Dan Rekreasi, 6(2), 135.Retrieved from
http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/pj kr/article/view/5920/5658
Handayani, R. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Pada Anak
Balita.Jurnal Endurance,2(2),217.https://doi.org/10.2 2216/jen.v2i2.1742
Harjatmo, T. P., Par’i, H. M., & Wiyono, S. (2017). Penilaian Status Gizi.
Hidayat, A. A. A. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. 1, pp. 6–8.
Hidayat, A. A. A. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. In
Salemba Medika : Jakarta. Jakarta: Salemba Medika.
Karaki, K. B., Kundre, R., & Karundeng, M. (2016). Hubungan Pola Asuh Ibu dengan
Perilaku Sulit Makan pada Anak Usia Prasekolah (3-5 Tahun) di Taman Kanak-
Kanak Desa Palelon Kec. Modoinding Minahasa Selatan. Ejournal Keperawatan, 4
(1),1–217.
https:// doi.org /https://doi.org/10.3929/ethz-b-000238666
Kemenkes RI. (2018). Hasil Pemantauan Status Gizi, 2017 (2018 Kemenkes RI, Ed.).
Khairiyah, E. V. I. L. (2016). Pola makan mahasiswa fakultas kedokteran dan ilmu
kesehatan (fkik) uin syarif hidayatullah jakarta tahun 2016.
Majestika Septikasari.(2018). Status Gizi Anak dan Faktor Yang Mempen garuhi (p. 74). p.
74. Yogyakarta: UNY Press.
Nasution, H. S., Siagian, M., & Sibagariang, E. E. (2016). Hubungan Pola Makan dengan
Status Gizi pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal di
Lingkungan XIII Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal tahun 2018. 4002,
63–69.
Profil Kesehatan Anak, 2018. (2018). Profil Anak Indonesia, 2018.
Profil Kesehatan Indonesia, 2018. (2018). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia
Health Profile 2018].
Retrieved from http:// www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf
Proverawati, Atikah dan Kusumawati, E. (2011). Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi
Kesehatan. Jakarta: Nuha Medika jakarta.
Rahma, N. D., Ardiaria, M., & Dieny, F. F. (2019). Pola Asuh Aktivitas Fisik Terhadap Resiko
Kejadian Gizi Lebih pada Anak Prasekolah di Kecamatan Ngesret dan Tembalang,
Semarang. 42(1), 1–10.
Ratnawati, R. (2016). Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Balita Desa Sumber Gando
Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun. 1, 1–14.
Romadhon, A., & Purnomo, A. S. (2016). Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan
Status Gizi Balita Menggunakan Metode Fuzzy Inferensi Sugeno (Berdasarkan
Metode Antropometri). Informatics Journal, 1(3), 78–87.Retrieved from https
://jurnal .unej .ac.id/index. php/INFORMAL/article/view/3138
Rosmalina, H. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Margototo Kecamatan Metro Kibang Kabupaten
Lmapung Timur. 233–242.
Sa’diya, L.K. (2015).Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi Anak Pra Sekolah Di Paud
Tunas Mulia Claket Kecamatan Pacet Mojokerto. Midwiferia,1(2).Retrieved from
http://journal.umsida.ac.id/files/2. Lida_Khalimatus.pdf
Sari, G., Lubis, G., & Edison. (2016). Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Usia 3-
5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang 2014. Jurnal Kesehatan
Andalas, 5(2), 391–394.
Sarlis, N.,& Ivanna, C .N. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Deng an Status Gizi
Balita Di Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru Tahun 2016.Jurnal
Endurance,3(1),146.https://doi.org/10.22216/jen.v3i1.20 74
Septikasari, M. (2018). Status Gizi Anak dan Faktor yang Mempengaruhi. Yogyakarta: UNY
Press.
Setyawati, V. A. V., & Hartini, E. (2018). Buku Ajar Dasar Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat
(p. 6). p. 6. Deepublish.
Sirajuddin, Surmita, & Astuti, T. (2018). Survey Konsumsi Pangan.
Sutomo, B., & Anggraini, D. Y. (2010). Menu Sehat Alami Utuk Batita dan Balita. Jakarta:
Demedia.
Suzanna, S., Budiastutik, I., & Marlenywati, M. (2017). Analisis Faktor Yang Berhubungan
Dengan Status Gizi Anak Usia 6-59 Bulan. Jurnal Vokasi Kesehatan, 3(1), 35.
https://doi.org/10.30602/jvk.v3i1.103
World Health Organization. (2007). Child Growth Standards.
Yuliastati. (2015). Modul Keperawatan Anak 1 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Serta Upaya Mencapai Tumbuh Kembang Optimal.
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
ISSN: 2528-4002 (media online)
ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/Kesehatan_Masyarakat
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK BALITA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL DI LINGKUNGAN XIII
KELURAHAN SUNGGAL KECAMATAN MEDAN SUNGGAL
TAHUN 2018
1
Henna Sultana Nasution, 2Masryna Siagian, 3Eva Ellya Sibagariang
1
Mahasiswa Unipersitas Prima Indonesia,
2,3
Dosen Universitas Prima Indonesia
[email protected], [email protected],
[email protected]
ABSTRAK
Berdasarkan Data pada Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2016, dari 1.099.868 balita
yang timbang diketahui tercatat 15.245 balita (1,39%), sedangkan yang menderita gizi
buruk sebanyak 1.424 balita (0,13%). Pada Lingkungan XIII Kelurahan Sunggal
Kecamatan Medan Sunggal terdapat anak balita yang mengalami masalah status gizi yaitu
gizi kurang sebanyak 5 orang dan gizi buruk sebanyak 5 orang. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan pola makan dengan status gizi pada anak balita di Lingkungan
XIII Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal. Jenis penelitian ini yaitu deskriptif
analitik dengan desain dengan desain penelitian Cross Sectional dimana variabel
independen dan variabel dependen diteliti secara langsung dalam waktu bersamaan.
Populasi dalam penelitian yaitu ibu yang mempunyai balita sebanyak 34 ibu dan sampel
sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 34 ibu yang mempunyai anak balita. Metode analisa
data menggunakan uji Chi-square untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan
antara jumlah makanan, jenis makanan dan pola makan dengan status gizi pada anak balita.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah makanan dengan p Value = 0,000 (p Value <
0,05), jenis makanan dengan p Value = 0,000 (p Value < 0,05) dan pola makan dengan p
Value = 0,021 (p Value < 0,05). Dapat di interprestasikan bahwa ada hubungan jumlah
makanan dengan status gizi pada anak balita, ada hubungan jenis makanan dengan status
gizi pada anak balita, bahwa ada hubungan pola makan dengan status gizi pada anak balita.
Disarankan kepada ibu dari anak balita sampel di Lingkungan XIII Kelurahan Sunggal
Kecamatan Medan Sunggal agar diberi bekal pengetahuan dan ketrampilan antara lain di
Pos Yandu, terutama mengenai jumlah makanan, jenis makanan dan pola makan yang baik
untuk anak balita.
Kata Kunci : Jumlah Makanan, Jenis Makanan, Pola Makan dan Status Gizi
48
ABSTRACT
The data from the Health Profile of Districts/Towns in 2016 revealed that of
1,099,868 balita (under five year-old children), 15,245 of them (1.39%) were weighed and
1,424 of them (0.13%) suffered from malnutrition. There are 5 balita who suffered from
nutritional deficiency and 5 balita suffered from malnutrition at Kelurahan Sunggal,
Medan Sunggal Subdistrict. The objective of the research was to find out the correlation
between eating pattern and nutritional status of balita at Lingkungan XIII, Kelurahan
Sunggal. The research used descriptive analytic method with cross sectional design.
Independent variables and dependent variable were analyzed directly at the same time. The
population was 34 women who had balita with inclusion criteria, and all of them were used
as the samples. The data were analyzed by using chi square test to find out whether there
was significant correlation of the amount of food, the types of food, and eating pattern with
nutritional status in balita. The result of the research showed that the amount of food was
p-value=0.000 (p<0.05), the types of food was p-value=0.000 (p<0.05), and eating pattern
was p-value=0.021 (p<0.05) which indicated that there was the correlation of the three
variables with nutritional status in balita. It is recommended that women who have balita
at Lingkungan XIII be provided with knowledge and skill at posyandu (Integrated Health
Post), especially about the amount of food, the types of food, and eating pattern.
A
N
A
L
I
S
I
S
U
N
I
V
A
R
I
A
T
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pada Anak
Balita Berdasarkan Jumlah
Makanan, Jenis Makanan,
Pola Makan dan Status Gizi
di Lingkungan XIII
Kelurahan Sunggal
Kecamatan Medan Sunggal
53
Total 34 100,0
Pada Tabel diatas dapat dilihat bahwa kategori baik sebanyak 12 orang (35,3%).
berdasarkan jumlah makanan pada anak Berdasarkan pola makan pada anak balita,
balita, mayoritas dengan jumlah makanan mayoritas dengan pola makan tidak baik
kategori baik sebanyak 12 orang (35,3%), sebanyak 22 orang (64,7%) dan minoritas
minoritas dengan jumlah makanan kategori dengan pola makan baik sebanyak 12 orang
kurang sebanyak 5 orang (14,7%). (35,3%). Berdasarkan status gizi pada anak
Berdasarkan Jenis makanan pada anak balita, mayoritas dengan status gizi baik
balita, mayoritas dengan jenis makanan sebanyak 24 orang (70,6%) dan minoritas
kategori tidak baik sebanyak 22 orang dengan gizi kurang dan gizi buruk sebanyak
(64,7%), minoritas dengan jenis makanan 5 orang (14,7%).
ANALISIS BIVARIAT
Tabel 2 Hubungan Jumlah Makanan dengan Status Gizi Pada Anak Balita di
Lingkungan XIII Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
Tabel 3 Hubungan Jenis Makanan dengan Status Gizi Pada Anak Balita di Lingkungan
XIII Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui (41,7%) dan minoritas mengalami gizi baik
dari 22 anak balita yang jenis makanan yaitu sebanyak 2 orang (16,7%). Sehingga
beragam seluruhnya mengalami status gizi dapat diperoleh p value = 0,000 (p value <
baik yaitu sebanyak 22 orang (100%). Dari 0,05), artinya Ho ditolak yang berarti ada
12 anak balita dengan jenis makanan tidak hubungan antara jenis makanan dengan
beragam, mayoritas mengalami status gizi status gizi pada anak balita.
kurang dan buruk yaitu sebanyak 5 orang
Tabel 4 Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Pada Anak Balita di Lingkungan XIII
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
Pada Tabel 4.6 dapat diketahui dari 12 anak gizi kurang dan gizi buruk yaitu masing-
balita dengan pola makan baik seluruhnya masing sebanyak 5 orang (22,7%). Sehingga
mengalami status gizi baik yaitu sebanyak dapat diperoleh p value = 0,021 (p value <
12 orang (100%). Dari 22 anak balita 0,05), artinya Ho ditolak yang berarti ada
dengan pola makan tidak baik, mayoritas hubungan antara pola makan dengan status
mengalami status gizi baik yaitu sebanyak gizi pada anak balita.
12 orang (54,5%) dan minoritas mengalami
ABSTRACT
One of the health and social problems facing in Indonesia is the low nutritional status of the The
health and social problems in Indonesia is the low nutritional status of the community. Nutrients have
strong relationship with health and intelligence as well as development of the children. If the dietary
habit is not reached perfectly, it can disturb the future growth. This study was aimed to determine the
relationship between dietary habits to the nutritional status of pre-school children in PAUD Tunas
Mulya Claket Village Pacet Mojokerto.This study was used correlation analytic design with cross
sectional approach. The populations were all mothers and preschool children in PAUD Tunas
MulyaClaket Village Pacet Mojokerto as amount 17 children. The sampling technique was used total
sampling. The results of this study were suggested that most of preschoolers had good dietary habits
those were11 children (64.7% of respondents), and almost all preschool children had normal
nutritional status those were13 children (76.4% of respondents).From 6 respondentswho had not
good dietary habits, no one (0%) had overweight nutritional status, and9 respondents (81.8%) had
good dietaryhabits, they had normal nutritional status.The data analysis was used Spearman's rho
test with ρ value (0.038) <α (0.05) so that H0 rejected and H1 accepted means that there was
relationship between dietary habits and nutritional status of preschool children in PAUD Tunas
Mulya Claket Village Pacet Mojokerto. Nutritional status was determined by the adequacy of the food
and the ability of the body that contain the nutrients necessary for health so that needed good diet to
get the normal nutritional status. Health workers must monitor children's nutrition through IHC.
ABSTRAK
Masalah kesehatan dan sosial yang dihadapi Indonesia adalah rendahnya status gizi masyarakat. Zat
gizi memiliki keterkaitan yang erat hubungan dengan kesehatan dan kecerdasan dan juga tumbuh
kembang anak. Jika pola makan tidak tercapai dengan baik maka masa pertumbuhan akan terganggu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan dengan status gizi anak pra sekolah
di PAUD Tunas Mulia Desa Claket Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto. Penelitian ini
menggunakan desain analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasinya adalah semua
ibu dan anak prasekolah di Paud Tunas Mulia yang berjumlah 17 orang. Teknik sampling yang
digunakan adalah total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak usia prasekolah
mempunyai pola makan baik yaitu 11 anak (64,7% responden) dan status gizi normal yaitu 13 anak
(76,4% responden). Dari 6 responden yang mempunyai pola makan kurang baik, tidak satupun (0%)
responden yang status gizinya gemuk dan 9 responden (81,8%) yang mempunyai pola makan baik,
status gizinya normal. Analisis data yang digunakan adalah uji Spearman’s rho dengan ρ value
(0,038) < α (0,05) artinya ada hubungan antara pola makan dengan status gizi anak usia prasekolah di
PAUD Tunas Mulia Desa Claket Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto. Status gizi ditentukan oleh
kecukupan makanan dan kemampuan tubuh yang mengandung zat gizi untuk kesehatan sehingga
diperlukan pola makan yang baik untuk mendapatkan status gizi normal. Tenaga kesehatan harus
melakukan pemantauan gizi anak melalui posyandu.
Orang tua yang sibuk dengan Tinggi rendahnya status gizi, khususnya
pekerjaannya sering melupakan pola gizi anak usia prasekolah (0 – 60 bulan)
makan bagi anaknya. Pola makan pada erat hubungannya dengan permasalahan
anak usia prasekolah berperan penting gizi secara umum. Salah satu penyebab
dalam proses pertumbuhan pada anak usia dari kekurangan gizi pada anak usia
prasekolah,karena dalam makanan banyak prasekolah adalah pola makan yang
mengandung zat gizi. Zat gizi memiliki salah. Ketidaktahuan dapat menyebabkan
keterkaitan yang erat hubungan dengan kesalahan dalam memilih bahan makanan
kesehatan dan kecerdasan dan juga tumbuh dan cara pemberian makanan kepada anak
kembang anak. Jika pola makan tidak usia prasekolah. Dampak yang lebih serius
tercapai dengan baik pada anak usia dari kekurangan gizi adalah timbulnya
prasekolah maka masa pertumbuhan akan kecacatan, tingginya angka kesakitan dan
terganggu. Sehingga dapat menyebabkan terjadinya percepatan kematian. Angka
tubuh kurus, pendek, bahkan bisa terjadi kematian anak usia prasekolah yang
gizi buruk pada anak usia prasekolah disebabkan oleh kekurangan gizi sedang
(Proverawati, 2009). dan ringan justru jauh lebih besar yaitu
46% secara total lebih separuh kematian
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan anak anak usia prasekolah disebabkan oleh
keseimbangan dalam bentuk variabel faktor kekurangan gizi (Widodo, 2010).
tertentu atau perwujutan dari nutriture
dalam bentuk variabel tertentu. Contoh Data WHO menunjukkan bahwa kasus
gondok endemik merupakan keadaan tidak anak usia prasekolah underweight di dunia
seimbangnya pemasukan dan pengeluaran sebesar 15,7% dan anak usia prasekolah
yodium dalam tubuh (Supariasa,2012). overweight sebanyak 6,6% (WHO, 2013).
Status gizi anak usia prasekolah Secara nasional, prevalensi berat-kurang
merupakan hal penting yang harus pada tahun 2013 adalah 19,6%, terdiri dari
diketahui oleh setiap orang tua. Tumbuh 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang
kembang anak prasekolah perlu (Kemenkes, 2013). Pada tahun 2013,
diperhatikan karena fakta kurang gizi prevalensi gizi buruk-kurang pada anak
yang terjadi pada masa emas ini, bersifat usia prasekolah di Jawa Timur sedikit
(
N
I
S
)
d
e
n
g
a
n
N
i
l
a
i
M
e
d
Midwiferia / Vol. 1 ; NO.2 / Oktober 2015 72
i g
a k
n u
t
B a
a n
k ,
u
h
R a
u s
j i
u l
k n
a y
n a
( d
N i
M b
B a
R g
) i
p d
a e
d n
a g
a
u n
m
u N
r i
l
y a
a i
n Simpang Baku analisis yaitu uji
g Rujukan (NSBR). Spearmans’ rho.
Untuk
b menganalisis HASIL
PENELITIAN
e hubungan pola
r makan dengan 1. Kondisi Kesehatan
s status gizi anak Anak
a prasekolah
n menggunakan uji Tabel 1. Distribusi
Frekuens
Midwiferia / Vol. 1 ; NO.2 / Oktober 2015 73
Kondi Sebagian besar mempunyai
si responden pola makan
mempunyai
Keseh kurang baik,
atan pola makan
tidak satupun
Anak yang baik
(0%)
yaitu 11 orang
No Kondisi Kesehatan(64,7%). responden
1. Sehat yang status
2. Sakit 4. Status Gizi gizinya
gemuk.
Jumlah Tabel 4. Sedangkan
Hampir Dist dari 11
ribu responden
seluruh si yang pola
Frek makannya
responden
uens baik sebagian
i besar yaitu 9
dalam kondisi
Stat responden
sehat yaitu 14
us
orang (82,6%).
Gizi
Ana
k
No Status Gizi
1. Sangat Kurus
2. Kurus
3. Normal
4. Gemuk
Jumlah
Hampir
seluruh
responden
mempunyai
status gizi
normal yaitu
13 orang
(76,4%)
Tabulasi
silang pola
makan dengan
status gizi
anak
menunjukkan
bahwa dari 6
responden
yang
Midwiferia / Vol. 1 ; NO.2 / Oktober 2015 74
(81,8%) yang mempunyai status gizi signifikasi ά = 0,05 artinya ada hubungan
normal, 2 responden status gizinya gemuk antara pola makan dengan status gizi anak
dan tidak ada (0%) responden yang status usia prasekolah di PAUD Tunas Mulia
gizinya kurus. Desa Claket Kecamatan Pacet Kabupaten
Mojokerto.
Dari hasil uji statistic Spearman’s rho
di dapatkan p value = 0,038 dengan tingkat
5. Hubungan
Status
StatusGizi
Gizi Anak Jumlah
No Pola Makan Kurus Normal Gemuk
Usia Prasekolah f %
f % f % f %
1. Kurang Baik 2 33,3 4 Tabel 5.
66,7 0 0 6 100
2. Baik 0 0 9 81,8 2 18,2 11 100
Jumlah 2 11,8 13 Tabulasi
76,4 2silang 11,8 17 100
Pola Makan dengan
PEMBAHASAN organisme
menggunakan
1. Pola Makan makanan yang
Anak Usia
dikonsumsi melalui
Prasekolah
Hasil penelitian proses digesti,
menunjukkan absorbsi,
bahwa hampir transportasi,
seluruh responden penyimpanan,
mempunyai pola metabolisme dan
makan baik yaitu pengeluaran zat-zat
sebanyak 11 anak yang tidak
(65,4%). Pola digunakan untuk
makan sehat tidak mempertahankan
terlepas dari kehidupan,
masukan gizi yang pertumbuhan dan
merupakan proses fungsi normal
Midwiferia / Vol. 1 ; NO.2 / Oktober 2015 73
organ-organ, terganggu,stat makan yang
serta us gizi yang baik pada
menghasilkan terganggu anak sejak
energi. Pola pada anak kecil. Sedini
makan prasekolah mungkin
seseorang atau usia emas diajarkan
dipengaruhi oleh ini sangat kepada anak
faktor budaya, mempengarui tentang
agama/kepercay perkembanga kebiasaan
aan, status sosial nya. Pola makan yang
ekonomi, makan yang baik dapat
personal buruk terbawa
preference, rasa menyebabkan sampai
lapar, nafsu status gizi mereka
makan, rasa menjadi dewasa dan
kenyang, dan buruk, status dapat
kesehatan gizi yang mempengaruh
(Baliwati, buruk i kualitas
2009). menyebabkan hidupnya.
banyak Untuk anak
Pola makan usia
yang tidak baik gangguan
perkembanga prasekolah
dan tidak dapat
seimbang bagi n bagi anak
usia mengikuti
anak pra sekolah pola makan
dapat prasekolah
yang keluarga serta
menyebabkan bentuk dan
menyebabkan
keterlambatan kebutuhanya
pertumbuhan harus diatur.
dan gangguan Orang tua
perkembanga cenderung
n anak usia mengatur pola
prasekolah makan
(Sediaoetama, anaknya
2008).
Pola makan
yang baik
pada
responden
disebabkan
karena orang
tua telah
mengajarkan
kebiasaan
Artikel Penelitian
Abstrak
Status gizi yang buruk merupakan salah satu penyebab kematian pada anak. Jumlah anak dengan status gizi
kurang dari tahun 2011 ke tahun 2012 di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo mengalami peningkatan. Tujuan
penelitian ini adalah menentukan hubungan pola makan dengan status gizi pada anak usia 3-5 tahun di wilayah kerja
Puskesmas Nanggalo. Desain penelitian ini adalah cross sectional study dengan pola makan sebagai variabel
independen dan status gizi sebagai variabel dependen. Populasi penelitian ini adalah semua anak usia 3-5 tahun yang
berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo. Pengambilan subjek menggunakan teknik simple random sampling
yang dibuat secara proporsional. Analisis data menggunakan uji Fisher. Hasil penelitian yang didapatkan 68% anak
dengan pola makan yang baik mempunyai status gizi normal, dan 11% anak dengan pola makan tidak baik mengalami
kekurusan. Hasil uji statistik menunjukkan pola makan mempunyai hubungan dengan status gizi (p=0,000). Dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang antara pola makan dengan status gizi. Penerapan pola makan yang baik
pada anak maka status gizi anak akan menjadi baik.
Kata kunci: pola makan, status gizi, anak usia 3-5 tahun
Abstract
Malnutrition is one of the cause of childhood deaths. The year of 2011 until 2012, the cases of children with
malnutrition in area of Nanggalo Health Center was increased. The objective of this study was to determine the
correlation diet on nutritional status in children aged 3-5 years old in area of Nanggalo Health Center. This research
used cross-sectional study, the diet as the independent variable and nutritional status as the dependent variable. The
population was all of children aged 3-5 years in area of Nanggalo Health Center. Subjects was taken by using simple
random sampling technique with proportionally. The data analysis was Fisher test. The results of the study found 68%
of children with a good diet have normal nutritional status, and 11% of children with a bad diet have a stunting. The
Statistic results showed that diet has a relationship on nutritional status (p = 0.000).
Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi usia 3-5 tahun mempunyai pola makan yang baik, tapi
mempunyai status gizi yang sangat kurus. Hal ini
Tabel 5 dibawah ini menjelaskan hubungan
dapat terjadi karena penilaian konsumsi asupan kalori
pola makan dengan status gizi.
dengan metode food recall 24 jam mempunyai
Tabel 5. Hubungan pola makan dengan status gizi keterbatasan, dimana metode ini tidak dapat
KESIMPULAN
PEMBAHASAN
Terdapat hubungan yang signifikan antara pola
Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi
makan dengan status gizi.
Analisis dengan uji Fisher menunjukkan
terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan
dengan status gizi. Hasil ini sesuai dengan penelitian
DAFTAR PUSTAKA :
Waladow et al dengan hasil yang menunjukkan nilai 1. Almatsier S. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT
signifikan p (0,00) yang berarti ada hubungan yang Gramedia Pustaka Utama; 2004.
bermakna antara pola makan dengan status gizi.6 2. Departemen Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar
Pola makan yang baik terdiri dari konsumsi 2013. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI;
yang sehat dan bervariasi, serta konsumsi makanan 3. Dinas Kesehatan Kota Padang. Profil kesehatan
yang cukup dari segi kuantitas diikuti dengan tahun 2012. Padang: Dinas Kesehatan Kota
menerapkan perilaku makan yang benar. Jika hal ini Padang; 2013.
diterapkan, makan akan menghasilkan status gizi anak 4. Barness LA, John SC. Nutrisi: ilmu kesehatan anak
Pada penelitian ini ditemukan (20%) anak 5. Kementerian Kesehatan. Kerangka kebijakan
dengan status gizi normal, namun mempunyai pola gerakan sadar gizi dalam rangka 1000 HPK.
makan yang tidak baik. Berdasarkan hasil wawancara, Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2012.
cara pemberian makan pada anak-anak ini tidak 6. Waladow G, Sarah MW, Julia VR. Hubungan pola
makan dengan status gizi pada anak usia 3-5
Geiby Waladow
Sarah M. Warouw
Juli a V. Rottie
Abstract : Based on the data, there is a lack of nutritional status in children aged 3-5 years in
districh health centers Tompaso. Diet is an efforts to improve/increase the nutritional status
by fulfill the needs of a child’s nutritional status. The purpose on this study, to determine the
relationship of diet and nutritional status in children aged 3-5 yers in districh health centers
Tompaso. The study design is a cross sectional it is a study where the diet (type of food,
frequency of meals, and method) as an independent variable and nutritional status as the
dependent variable at once in the same time. The population is all the children aged 3-5 years,
who li ve in Tompaso area with 150 respondent as the samples. The data was collected by
questionnaire and calculation of nutritional status as measured by weight/age (W/A). Data
analysis using SPSS programe by using the chi-square at a significance level of α = 0,05. The
result of the study are 51 respondents who have a good diet with good nutritional status, 4
respondents have a good diet with less nutritional status, 8 respondents did not have a good
diet with good nutritional status, and 87 respondents did not have a good diet with less
nutritional status. The conclusion there is a strong between the diet and nutritional status on
children 3-5 years old with p (0,000).
Keywords : diet, nutritional status, children 3-5 years old.
Abstrak : Berdasarkan data yang diperoleh, masih banyak terdapat status gizi kurang pada
anak usia 3-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Tompaso. Pola makan merupakan salah satu
upaya perbaikan/peningkatan status gizi dengan memenuhi kebutuhan status gizi anak.
Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui hubungan pola makan dengan status gizi pada anak
usia 3-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Tompaso. Desain penelitian yang digunakan
adalah penelitian cross sectional yaitu suatu penelitian dimana pola makan (jenis makanan,
frekuensi makan dan cara pemberian makanan) sebagai variabel independen dan status gizi
sebagai variabel dependen diobservasi sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Populasi yang
diambil adalah semua anak usia 3-5 tahun yang berdomisili diwilayah kerja Puskesmas
Tompaso dengan sampel sebanyak 150 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan
bantuan kuesioner dan perhitungan status gizi yang diukur menurut berat badan/umur
(BB/U). Analisis data menggunakan program SPSS dengan menggunakan chi-square pada
tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian yaitu 51 responden yang mempunyai pola
makan baik dengan status gizi baik, 4 responden mempunyai pola makan baik dengan status
gizi kurang, 8 responden mempunyai pola makan tidak baik dengan status gizi baik, dan 87
responden mempunyai pola makan tidak baik dengan status gizi kurang. Kesimpulan ada
hubungan yang kuat antara pola makan dengan status gizi pada anak usia 3-5 tahun, dengan p
(0,000).
Kata kunci : Pola makan, Status gizi, Anak usia 3-5 tahun.
PENDAHULUAN paling penting dan perlu untuk mendapatkan
Masa balita merupakan masa yang perhatian dalam proses pertumbuhan dan
1
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013
perkembangan anak. Untuk itu dalam masa sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi.
ini, perlu untuk selalu melakukan Begitu pentingnya faktor gizi sehingga
pemantauan pertumbuhan dan pembentukan kebiasaan makan yang baik
perkembangan anak. Anak menempati harus ditanamkan sejak dini, karena hal ini
posisi strategis dalam pembangunan sumber sangat menentukan kebiasaan makannya
daya manusia masa depan. Anak merupakan pada saat remaja dan dewasa.
kelompok penduduk yang paling rentan Menurut penelitian yang dilakukan
terhadap gangguan kesehatan dan gizi oleh Wello di Semarang pada tahun 2008,
karena status imunitas, diet dan psikologi bahwa sebanyak 36 balita memiliki pola
anak belum matang atau masih dalam taraf makan baik, 8 anak diantaranya
perkembangan dan kelangsungan serta mempunyai status gizi lebih, 27 anak
kualitas hidup anak sangat tergantung pada mempunyai status gizi baik, 1 anak
penduduk dewasa terutama ibu atau orang mempunyai status gizi kurang dan tidak
tuanya (Utomo, 1998). ada yang mempunyai status gizi buruk.
Anak balita merupakan kelompok Sebanyak 37 balita memiliki pola makan
umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, sedang dimana 6 anak diantaranya
dan yang paling banyak menderita mempunyai status gizi lebih, 31 anak
gangguan akibat gizi (Kurang Energi memiliki status gizi baik, dan tidak ada
Protein) dikarenakan anak balita berada yang mempunyai status gizi kurang dan
dalam masa transisi, pada masa ini terjadi status gizi buruk. Sebanyak 6 anak
perubahan pola makan dari makanan bayi memiliki pola makan kurang dimana 1
ke makanan dewasa (Notoadmodjo, 2003). anak diantaranya mempunyai atatus gizi
Gizi kurang yang terjadi pada anak-anak, lebih, 2 anak mempunyai status gizi baik,
dapat menghambat pertumbuhan, rentan 2 anak mempunyai status gizi kurang, dan
terhadap penyakit infeksi dan rendahnya 1 anak memiliki status gizi buruk.
tingkat kecerdasan anak. Konsekuensi Berdasarkan data yang diperoleh dari
membiarkan anak-anak tersebut menderita Puskesmas Tompaso, masih banyak
kurang gizi berarti “mempersiapkan” terdapat status gizi kurang pada balita.
sebagian mereka menjadi generasi yang Upaya perbaikan/peningkatan gizi
hilang karena terbentuknya potensi dilakukan dengan cara memenuhi
intelektual dan produktivitas yang tidak kebutuhan gizi anak salah satunya melalui
mampu menghadapi kemajuan ilmu pengaturan pola makan (Depkes RI,1992).
pengetahuan dan teknologi. Mengenai pembentukan pola makan
Status gizi kurang atau status gizi ini dijelaskan oleh Lund dan Burk dalam
lebih, merupakan suatu gangguan gizi Suhardjo (1989) bahwa terdapat dua faktor
yang disebabkan oleh faktor primer dan lingkungan yang sangat berpengaruh yaitu
faktor sekunder. Faktor primer adalah lingkungan keluarga dan lingkungan luar.
apabila susunan makanan seseorang salah Pada anak usia 1-5, selain mengalami
dalam kualitas maupun kuantitasnya, yang sosialisasi primer di lingkungan keluarga
merupakan akibat dari kurangnya juga mengalami sosialisasi sekunder dari
penyediaan pangan, kemiskinan, lingkungan luar. Walaupun demikian,
ketidaktahuan, kebiasaan makan yang kebiasaan yang dipelajari lebih awal akan
salah dan sabagainya. Sedangkan faktor lebih tahan/ persisten dalam kehidupan
sekunder meliputi semua faktor yang selanjutnya, dan lebih resisten untuk
menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai ke berubah. Bila terjadi pertentangan, maka
kebiasaan di rumah lebih kuat dibanding
pengaruh luar. Oleh karena itu merupakan
waktu yang tepat untuk menanamkan
kebiasaan atau pola makan yang baik pada
rentang usia tersebut.
2
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013
3
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013
penduduk perempuan 7563 orang dengan tahun yang berdomisili di Wilayah Kerja
jumlah 4753 KK. Puskesmas Tompaso berjumlah 454 dan
Analisis Univariat sampel yang ada berjumlah 150. Dalam
Tabel 1. Distribusi Responden Menurut penelitian ini di temukan anak dengan
Jenis Kelamin status gizi baik dan status gizi kurang.
Jenis Kelamin Jumlah % Sedangkan status gizi lebih dan status gizi
Laki-laki 71 47,3 buruk tidak ditemui. Menurut data yang
Perempuan 79 52,7 ada di Puskesmas Tompaso bahwa balita
TOTAL 150 100 dengan status gizi kurang berjumlah
Sumber : Data Primer sekitar 20%.
Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Hasil penelitian hubungan pola
Umur makan dengan status gizi pada anak usia 3-
Umur Jumlah % 5 tahun diperoleh bahwa ada 112
(bulan) responden yang mempunyai pola makan
36-40 40 26,8 baik dengan status gizi baik, 5 responden
41-45 17 11,3 mempunyai pola makan baik dengan status
46-50 29 19,3 gizi kurang, 14 responden mempunyai
51-55 11 7,3 pola makan tidak baik dengan status gizi
56-60 53 35,3 baik, dan 19 responden mempunyai pola
TOTAL 150 100 makan tidak baik dengan status gizi
Sumber : Data Primer kurang.
Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Hasil uji statistik dengan melihat
Pola Makan nilai signifikan p (0,000) yang berarti ada
Pola Makan Jumlah % hubungan yang bermakna antara pola
Tidak Baik 33 22 makan dengan status gizi. Hasil analisis
Baik 117 78 statistic dengan menggunakan uji chi-
TOTAL 150 100 square menunjukkan bahwa pola makan
Sumber : Data Primer dengan status gizi ada hubungan yang
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut sangat kuat.
Status Gizi (BB/U) Menurut Prasetyawati (2012) bahwa
Status Gizi Jumlah % kesehatan tubuh anak sangat erat kaitannya
Kurang 24 16 dengan makanan yang dikonsumsi. Zat-zat
Baik 126 84 yang terkandung dalam makanan yang
TOTAL 150 100 masuk dalam tubuh sangat mempengaruhi
Sumber : Data Primer kesehatan. Menurut Menkes (2011), faktor
Analisis Bivariat yang cukup dominan yang menyebabkan
Tabel 5. Hubungan Pola Makan dengan keadaan gizi kurang meningkat ialah
Status Gizi pada Anak perilaku memilih dan memberikan
makanan yang tidak tepat kepada anggota
Pola Status keluarga termasuk anak-anak.
Makan Gizi Hasil penelitian ini didukung oleh
Baik Kurang P penelitian Wello (2008), yang mengatakan
Tidak 14 19 0,000 bahwa ada hubungan antara pola makan
Baik 112 5 dengan status gizi pada balita di Semarang.
Baik 126 24 Semakin baik pola makan yang diterapkan
TOTAL orang tua pada anak semakin meningkat
Sumber : Data Primer status gizi anak tersebut. Sebaliknya, bila
Penelitian ini di lakukan di Wilayah status gizi berkurang jika orang tua
kerja Puskesmas Tompaso Kecamatan menerapkan pola makan yang salah pada
Tompaso. Dengan populasi anak usia 3-5 anak. Hasil penelitian ini juga diperkuat
4
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013
oleh penelitian Tella (2012) di Mapanget kurang bahkan gizi buruk. Pola makan
yang mengatakan bahwa hubungan pola yang sehat harus disertai dengan asupan
makan dengan status gizi sangat kuat gizi yang baik agar dapat mencapai status
dimana asupan gizi seimbang dari gizi yang baik. Pola makan yang baik
makanan memegang peranan penting harus diajarkan pada anak sejak dini agar
dalam proses pertumbuhan anak dibarengi anak terhindar dari status gizi yang tidak
dengan pola makan yang baik dan teratur baik (Laksmi, 2008).
yang perlu diperkenalkan sejak dini, antara Pola makan yang baik belum tentu
lain dengan perkenalan jam-jam makan makanannya terkandung asupan gizi yang
dan variasi makanan dapat membantu benar. Banyak balita yang memiliki pola
mengkoordinasikan kebutuhan akan pola makan baik tapi tidak memenuhi jumlah
makan sehat pada anak. dan komposisi zat gizi yang memenuhi
Dalam penelitian Dina (2011) syarat gizi seimbang.
dikatakan bahwa upaya untuk mengatasi Dalam penelitian ini pula ditemukan
masalah gizi yang sangat penting adalah 5 responden yang memiliki status pola
dengan pengaturan pola makan. Pola makan baik tapi status gizi kurang, sesuai
makan yang diterapkan dengan baik dan dengan hasil kuesioner yang ada bahwa
tepat sangat penting untuk membantu hal tersebut dikarenakan responden tidak
mengatasi masalah gizi yang sangat mengkonsumsi sayur-sayuran. Meskipun
penting bagi pertumbuhan balita. responden mengkonsumsi ikan dan susu
Ditambah dengan asupan gizi yang benar serta cara pemberian makanannya benar
maka status gizi yang baik dapat tercapai. dan frekuensi makan teratur tetapi tidak
Makanan yang memiliki asupan gizi mengkonsumsi sayu-sayuran dan buah-
seimbang sangat penting dalam proses buahan serta ditambah dengan aktifitas
tumbuh kembang dan kecerdasan anak. fisik yang berlebih, itu dapat
Bersamaan dengan pola makan yang baik mempengaruhi status gizi seseorang
dan teratur yang harus diperkenalkan terutama anak.
sedini mungkin pada anak, dapat
membantu memenuhi kebutuhan akan pola SIMPULAN
makan sehat pada anak, seperti variasi Berdasarkan hasil penelitian yang
makanan dan pengenalan jam-jam makan telah dilakukan maka disimpulkan bahwa:
yang tepat. Pola makan yang baik Gambaran pola makan anak usia 3-5 tahun
harusnya dibarengi dengan pola gizi di wilayah kerja Puskesmas Tompaso
seimbang, yaitu pemenuhan zat-zat gizi Kecamatan Tompaso didapatkan bahwa
yang telah disesuaikan dengan kebutuhan responden dengan pola makan baik lebih
tubuh dan diperoleh melalui makanan banyak dibandingkan dengan responden
sehari-hari. Dengan makan makanan yang dengan pola makan tidak baik. Gambaran
bergizi dan seimbang secara teratur, status gizi anak usia 3-5 tahun di wilayah
diharapkan pertumbuhan anak akan kerja Puskesmas Tompaso Kecamatan
berjalan optimal. Nutrisi sangat penting Tompaso didapatkan bahwa responden
dan berguna untuk menjaga kesehatan dan dengan status gizi baik lebih banyak dari
mencegah penyakit. responden dengan status gizi kurang. Ada
Untuk meningkatkan kualitas hidup hubungan yang bermakna antara pola
dan kesehatan, banyak orang menerapkan makan dengan status gizi pada anak usia 3-
pola makan vegetarian karena makanan ini 5 tahun di wilayah kerja Puskesmas
murah, sehat dan bebas kolesterol. Tetapi Tompaso Kecamatan Tompaso diperoleh
apabila pola makan ini tidak disertai nilai signifikansi p < 0,05 (0,000). Jadi
dengan asupan gizi yang baik maka pola makan yang tidak baik beresiko untuk
penganut vegetarian berpotensi mengalami terjadi status gizi kurang.
status gizi yang tidak baik berupa gizi
DAFTAR PUSTAKA Dina, A. A. Nur, (2011). Hubungan Pola
5
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013