Jumilah Samiaji (17021236)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 43

1

Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada


hhttps://akper-sandikarsa.e-
journal.id/JIKSH Vol 11, No, 1, Juni 2020,
pp;423-429
p-ISSN: 2354-6093 dan e-ISSN: 2654-4563
DOI: 10.35816/jiskh.v10i2.316
ARTIKEL PENELITIAN
Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi Pada Anak Usia
Prasekolah
Correlation between Dietary Habits and Nutritional Status of Preschool Childern

Mery Sambo1, Firda Ciuantasari2, Godelifa Maria3


123Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris Makssar
Artikel Info
Received; 13 April 2020 Abstrak
Revised: 13 Mei 2020 Salah satu masalah kesehatan yang terdapat di Indonesia saat ini
Accepted; 15 Juni 2020 adalah gizi kurang. Faktor yang dapat berpengaruh terhadap gizi
seseorang adalah pola makan. Pola makan sangat erat kaitannya
dengan macam, jumlah dan komposisi makanan yang dikonsumsi
setiap hari. Pemenuhan makanan yang baik bagi anak akan
mempengaruhi status gizi pada anak. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisis hubungan pola makan dengan status gizi pada anak
usia prasekolah di TK Kristen Tunas Rama. Penelitian ini
menggunakan pendekatan cross sectional study. Populasi pada
penelitian ini adalah anak usia prasekolah (3 – 6 tahun) yang ada
di TK Kristen Tunas Rama yang berjumlah 78 anak yang diambil
secara keseluruhan atau menggunakan teknik total sampling.
Pengumpulan data dengan menggunakan food frequency
questioner (FFQ) dan pengukuran mekanikal. Hasil penelitian
dianalisis menggunakan uji statistik Chi-Square dengan tingkat
signifikan α=0,05. Hasil analisis menunjukkan bahwa ρ = 0,015 <
α
= 0,05, artinya ada hubungan pola makan dengan status gizi pada
anak usia prasekolah di TK Kristen Tunas Rama. Berdasarkan
penelitian ini diharapkan agar ibu lebih memperhatikan status
gizi anaknya yaitu dengan memberikan makanan yang
mengandung gizi baik pada anak

Abstract
One of the most health problem who finds in Indonesia is less of
nutrient. Factor that influent the nutrient of individu is dietary
habits. Dietary habits closely related with kind, quantity and
composition of the food we consume every day. The purpose of this
research is to analyze the correlation between dietary habits to
the nutritional status of preschool children in Tunas Rama
Kindergarten. This study was used cross sectional study approach.
The population in this study is preschool children ( 3 – 6 year ) in
Tunas Rama Kindergarten as amount 78 childern taken as a
whole or use the sampling technique total sampling. Data
collection using Food Frequency Questioner (FFQ) and mechanical
measurement. The result of this study used Chi-Square statistic
test with significant level α=0,05 . The analyze result is ρ = 0,015 <
Mery Sambo, etal, Correlation between Dietary Habits and Nutritional Status of Preschool Childern,
jiksh Vol.11 No.1 Juni 2020
α = 0,05. So that means there was correlation between dietary
habits and nutritional status of preschool children in Tunas Rama
Kindergarten. Based on this study is expected so that mothers pay
more attention to their childs nutritional satus by providing foods
that contain good nutrients to children.
Keyword: Coresponden author:
pola makan; Email: [email protected]
status gizi
anak
prasekolah; artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi BCC BY NC ND-4.0
Pendahuluan
Masalah gizi merupakan masalah kesehatan utama di dunia termasuk negara Indonesia
(Subarkah dalam Nasution, etal, 2016). Indonesia merupakan negara berkembang yang
masih menghadapi masalah kekurangan gizi yang cukup besar. Permasalahn gizi secara
nasional saat ini adalah balita dengan gizi kurang dan balita dengan gizi buruk.
Prasetyawati dalam (Sarlis, etal 2018) mengatakan bahwa gizi buruk dan gizi kurang
merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian karena dapat menimbulkan the lost
generation. Kualitas masa depan bangsa sangat dipengaruhi oleh status gizi pada saat ini
terutama pada balita.
Terkait dengan pembangunan anak pada tahun 2030 pemerintah akan mencapai target
Sustainable Development Goals atau SGD’S. Pemerintah menyusun berbagai strategi baik
ditingkat nasional maupun di daerah untuk mencapai target yang sudah ditentukan. Salah
satu target yang akan dicapai adalah menghapus kemiskina. Kemiskinan pada anak harus
mempertimbangkan berbagai dimensi kehidupan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan mereka seperti tempat tinggal, pendidikan dan legalitas status. Dengan
adanya penghapusan kemiskinan anak maka tidak akan ada lagi anak yang mengalami
kurang gizi dan meninggal karena penyakit yang bisa diobati, menciptakan lingkungan
yang ramah terhadap anak, memenuhi pendidikan anak khususnya pendidikan di usia dini
(Profil Kesehatan Anak, 2018).
Jumlah balita dengan gizi kurang dan balita dengan gizi buruk di Indonesia menurut hasil
pemantauan status gizi (PSG) tahun 2017 dinilai dengan menggunakan tiga indeks. Balita
usia 0-59 bulan yang mengalami gizi buruk yang dinilai berdasarkan indeks BB/U sebesar
3,8%, gizi kurang sebesar 14% dan gizi lebih sebesar 1,8%. Provinsi Sulawesi Selatan pada
tahun 2017 memiliki persentase balita dengan gizi buruk 4,9%, gizi kurang 17,9% dan gizi
lebih 1,2%. Balita usia 0-59 bulan yang mengalami status gizi sangat pendek yang dinilai
berdasarkan TB/U sebesar 9,8% dan balita dengan status gizi pendek sebesar 19,8%.
Persentase balita dengan status gizi sangat pendek sebesar 10,2% dan status gizi pendek
sebesar 24,6%. Balita usia 0-59 bulan yang mengalami gizi buruk yang dinilai
berdasarakan indeks BB/TB sebesar 2,8% dan gizi kurang sebesar 6,7% (Kemenkes RI,
2018)
Meski persentase gizi buruk dan gizi kurang di Indonesia mengalami penurunan, saat ini
masih menjadi masalah kesehatan. Persentase balita dengan gizi kurang dan balita gizi
buruk pada balita 0-59 bulan di Sulawesi Selatan tahun 2018 masih berada pada urutan
ke 25 dari 34 provinsi yang ada di Indonesia. Persentase balita dengan gizi buruk di
Sulawesi Selatan sebesar 2,5% dan persentase balita dengan gizi kurang sebesar 7,5%
(Profil Kesehatan Indonesia, 2018).
Anak usia prasekolah merupakan masa dimana pertumbuhan fisik dan psikologis
bertumbuh dengan pesat. Pola makan pada anak usia prasekolah berperan penting dalam
proses pertumbuahn dan perkembangan, Karena itu diperlukan makanan yang banyak
mengandung zat gizi. Jika pola makan anak tidak tercapai dengan baik maka pertumbuhan
dan perkembangan akan terhambat . Tahapan perkembangan anak usia pra sekolah
merupakan consumer pasif, anak akan menerima asupan makan dari apa yang disediakan
oleh ibunya atau pengasuhnya. Pola pemberian makan orang tua mempengaruhi status
kesehatan anak usia prasekolah (Hockenberry, etal 2011). Pola makan yang kurang tepat
menyebabkan kegemukan, keparahan penyakit, gangguan kecerdasan intelektual (Waber,
et al 2014), anemia perawakan pendek peningkatan risiko angka kematian dan angka
kesakitan pada anak (Anticona dan Sebastian dalam Ernawati, 2015).
Beberapa penelitian tentang pola makan anak salah satunya adalah penelitian (Sa’diya,
2015) tentang hubungan pola makan dengan status gizi anak prasekolah di PAUD Tunas
Mulia Claket Kecamatan Pacet Mojokerto menemukan 35,3% dari 17 anak usia prasekolah
yang pola makannya kurang baik dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa nilai p
value 0,038 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pola makan
dengan status gizi anak usia prasekolah di PAUD Tunas Mulia Desa Claket Kecamatan
Pacet Mojokerto.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan September
2019 di Taman Kanak-Kanak (TK) Kristen Tunas Rama terdapat 78 anak. Di sekolah
tersebut anak tampak terlihat kurus dan pendek. Saat jam istirahat semua anak di TK
tersebut makan bekal yang dibawa dari rumah masing-masing. Tampak beberapa anak
membawa bekal yang berisi bubur dicampur telur rebus. Sebagian anak membawa bekal
berisi nasi dengan perkadel jagung dan sayur-sayuran dicampur mie. Rata-rata anak
menghabiskan ½ porsi makanan yang disiapkan. Sedangkan diusia tersebut anak
memerlukan gizi yang baik untuk proses tumbuh kembangnya.
Hasil wawancara dengan beberapa orang tua mengatakan anak makan tiga kali sampai
lima kali dalam sehari dengan jumlah yang sedikit. Setiap hari anak diberikan nasi, lauk
pauk, sayur-sayuran dan buah-buahan yang diolah sendiri oleh orang tua anak. Selain itu
anak juga sering mengonsumsi makan ringan. Kebanyakan orang tua mengeluh anaknya
bosan dengan makanan yang disiapkan dan malas makan karena anak sibuk bermain
dengan teman-temannya. Namun ada juga anak yang malas makan karena sering
mengalami sakit. Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui
hubungan pola makan dengan status gizi pada anak usia prasekolah di Taman Kanak-
Kanak (TK) Kristen Tunas Rama. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan
pola makan dengan status gizi pada anak usia prasekolah di Taman Kanak-Kanak (TK)
Kristen Tunas Rama.

Metode
Penelitian ini menggunakan desain observasinal analitik, dengan pendekatan cross
sectional study yaitu waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan
dependen diukur bersamaan pada waktu yang sama (Hidayat, 2014). Penelitian ini telah
dilaksanakan di Taman Kanak-kanak (TK) Kristen Tunas Rama Kota Makassar pada
tanggal 14 sampai 24 Januari 2020. Populasi dalam penelitian ini anak usia pra sekolah (3
– 6 tahun) yang ada di Taman Kanak-kanak (TK) Kristen Tunas Rama yang berjumlah 78
anak dan semua populasi tersebut dijadikan sampel (total sampling). Pengumpulan data
menggunakan instrument, untuk mengukur pola makan anak menggunakan Food
Frequency Questioner (FFQ). Sebelum alat ukur digunakan dalam penelitian ini dilakukan
uji coba terlebih dahulu terhadap kuesioner.
Uji coba dilakukan pada 57 anak usia prasekolah yang terdiri dari 43 item pertanyaan.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh 15 item yang gugur dan 28 item yang valid.
Validitas item bergerak dari 0,265-0,787 diatas nilai r hitung dengan realibilitas sebesar
0,863. Untuk menilai status gizi anak dilakukan pengukuran mekanikal dengan
menimbang berat badan anak yang selanjutnya dibandingkan dengan skala pengukuran
antropometri BB/U) dengan skala rasio (Kemenkes RI 2018, n.d.). Gizi buruk: jika nilai Z-
score < - 3 SD, Gizi kurang : jika nilai Z-score - 3,0 SD s/d < - 2,0 SD, Gizi baik: jika nilai Z-
score - 2,0 SD s/d 2,0 SD, Gizi lebih: jika nilai Z-score >2,0 SD. Selanjutnya dilakukan
analisis univariat pada masing-masing variabel yang diteliti, yaitu pola makan dan status
gizi dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi dan presentasi dari tiap variabel yang
diteliti. Analisis bivariat menggunakan uji statistic chi-square dengan tingkat kemaknaan
α=0,05 untuk mengetahui hubungan pola makan dengan status gizi anak usia pra sekolah,
dengan menggunakan sistem computerisasi

Hasil dan Pembahasan


Tabel 1. Analisis Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi pada Anak Usia
Prasekolah di TK Kristen Tunas Rama Kota Makassar
Status Gizi Anak Prasekolah
Pola Makan Lebih Baik Kurang Total
ρ
f % F % f % f %
Baik 8 10,3 64 82,1 0 0,0 72 92,3
Kurang 0 0,0 2 2,6 4 5,1 6 7,7 0,015
Total 8 10,3 66 84,6 4 5,1 78 100
Sumber: data primer, 2020

Hasil analisis hubungan pola makan dengan status gizi pada anak usia prasekolah di TK
Kristen Tunas Rama kota Makassar, peneliti menggunakan uji Chi Square dengan uji
alternatif Kolmogorov-Smirnov dan diperoleh nilai ρ=0,015. Hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak,
dengan demikian ada hubungan antara pola makan dengan status gizi pada anak usia
prasekolah di TK Kristen Tunas Rama Kota Makassar.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa dari 78 responden yang diteliti terdapat
64 (82,1%) responden dengan kategori pola makan baik dengan status gizi kategori baik.
Menurut Sulistyoningsih dalam (Nasution et al., 2016) mengatakan bahwa pola makan
adalah gambaran mengenai macam, jumlah, dan komposisi bahan makanan yang dimakan
tiap hari oleh satu orang yang merupakan ciri khas dari suatu kelompok masyarakat
tertentu. Pola makan yang terbentuk sangat erat kaitannya dengan kebiasaan makan
seseorang. Menurut Damaiyanti dalam (Nasution et al., 2016) bahwa mengkonsumsi
makanan yang baik akan memungkinkan untuk mencapai kondisi kesehatan dan kondisi
gizi yang baik.
Orang tua yang menyadari betapa pentingnya kesehatan dalam keluarga akan
mengajarkan kebiasaan makan yang baik pada anak dengan pola makan yang teratur 3x
sehari dan selalu memperhatikan kandungan gizinya yang mengacu pada gizi seimbang.
Selain itu pola makan anak juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua, dimana
dalam penelitian ditemukan orang tua anak rata-rata berpendidikan lulusan SMA dan
sarjana. Sehingga orang tua mampu untuk memilih dan mengolah makanan yang tepat
yang akan diberikan kepada anaknya agar kebutuhan gizi anak tercapai dengan baik.
Menurut Sulistyoningsih dalam (Nasution et al., 2016) faktor lain yang mempengaruhi
terbentuknya pola makan adalah faktor ekonomi, faktor sisoal budaya, agama, pendidikan
dan lingkungan.
Namun dalam penelitian ini juga didapatkan bahwa dari 78 responden yang diteliti
terdapat 8 (10,3%) responden yang memiliki pola makan kategori baik dengan status gizi
kategori lebih. Menurut Suhardjo dalam (Cahyaputra, 2016) status gizi lebih terjadi
apabila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam sejumlah berlebihan, sehingga menimbulkan
efek toksis atau membahayakan.
Anak di TK Kristen Tunas Rama Kota Makassar juga ditemukan mempunyai pola makan
kategori baik dengan status gizi kategori lebih, hal ini disebabkan karena berdasarkan
wawancara dengan orang tua anak lebih sering makan dengan porsi yang banyak. Pada
waktu melakukan penelitian tampak anak yang memiliki berat badan lebih tidak bermain
dengan teman-temannya sehingga aktivitas anak kurang dibandingkan dengan anak yang
memiliki status gizi baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sa’diya,
2015) yang mangatakan bahwa aktivitas anak yang kurang sehingga menyebabkan kalori
yang masuk lebih banyak daripada yang dikeluarkan sehingga menyebabkan anak menjadi
gemuk. Menurut (Rahma et al., 2019) faktor risiko paling berpengaruh terhadap kejadian
gizi lebih pada anak prasekolah adalah aktivitas fisik dan lingkungan keluarga. Anak yang
memiliki aktivitas fisik kurang aktif berisiko 6,16 kali mengalami gizi lebih.
Hasil penelitian selanjutnya didapatkan dari 78 responden yang menyatakan bahwa pola
makan kategori kurang dengan status gizi kategori baik terdapat 2 (2,6%) responden.
Berdasarkan wawancara dengan orang tua pola makan anak disebabkan karena cara
peberian makan tidak sesuai dengan seharusnya (kurang dari 3 x sehari), hal ini
disebabkan karena anak lebih sering bermain dengan teman-temannya sehingga lupa
untuk makan. Akan tetapi, berdasarkan pengakuan orang tua setiap makan anak selalu
mengkonsumsi nasi, lauk, sayur-sayuran dan buah-buahan. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Sari, etal, 2016) yang mengatakan bahwa anak dengan
status gizi normal, namun mempunyai pola makan yang tidak baik disebabkan karena cara
pemberian makan pada anak tidak sesuai dengan yang seharusnya, namun jumlah asupan
kalori yang dikonsumsi sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) nya masing-masing,
sehingga menghasilkan status gizi normal.
Untuk pola makan kategori kurang dengan status gizi kategori kurang terdapat 4 (5,1%)
responden. Menurut Damaiyanti dalam (Nasution et al., 2016) mengatakan bahwa pola
makan merupakan faktor yang berhubungan langsung dengan status gizi sehingga dengan
mengkonsumsi makanan yang rendah gizi mengakibatkan kondisi atau keadaan gizi
kurang.
Oleh karena itu peneliti berasumsi bahwa anak yang pola makannya kurang karena orang
tua tidak mengetahui kandungan gizi yang terdapat dalam setiap makanan yang diberikan
kepada anaknya. Hal ini terlihat pada saat makan siang disekolah tampak bekal yang
dibawah oleh anak seperti nasi dengan mie goreng. Selain itu berdasarkan wawancara
dengan orang tua anak juga sering sakit diare dan demam sehingga anak malas untuk
makan. Menurut WHO dalam (Apriliana, etal, 2017) mengatakan bahwa masalah gizi
kurang disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor diantaranya terbagi menjadi dua
yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung status gizi yaitu asupan
makanan dan penyakit infeksi.
Menurut Widodo dalam (Sa’diya, 2015) menyatakan bahwa anak yang pola makannya
kurang karena pola makan yang salah. Ketidaktahuan dapat menyebabkan kesalahan
dalam memilih bahan makanan dan cara pemberian makanan kepada anak. Adapun
menurut Ermaningsih dalam (Apriliana,etal, 2017) faktor lain yang mempengaruhi pola
makan dengan status gizi yaitu pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
maka semakin mudah diberikan pengertian mengenai suatu informasi dan semakin
mudah untuk mengimplementasikan pengetahuannya dalam perilaku khususnya dalam
hal kesehatan dan gizi.

Kesimpulan dan Saran


Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 14 sampai 24 Januari 2020
terhadap 78 responden di TK Kristen Tunas Rama Kota Makassar, maka dapat
disimpulkan bahwa: Ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan status gizi
anak usia prasekolah di TK Kristen Tunas Rama Kota Makassar.
Diharapkan orang tua dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang
kandungan gizi yang terdapat dalam makanan sebelum diberikan kepada anak baik itu
melalui media hiburan, bacaan dan sosialisasi dari petugas kesehatan dalam mendukung
penerapan pentingnya pola makan untuk meningkatkan status gizi pada anak. Sekolah
bekerjasama dengan pihak puskesmas setempat untuk dilakukan promosi atau edukasi
tentang gizi pada anak prasekolah.

Daftar Rujukan
Aidina, C. N., Lubis, Z., & Ardiani, F. (2015). Pola Makan,Kecukupan Gizi, dan Status Gizi
Balita pada Keluarga Miskin, Kalurahan Kenangan Baru. Departemen Gizi
Kesehatan Masyarakat FKM USU, 1–8.
Aisyah. (2016). Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Konsumsi Makanan Berserat Pada
Siswa SMK Negeri 6 Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.
Apriliana, W. F., & Rakhma, L. R. (2017). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Status
Gizi Balita Yang Mengikuti Tfc di Kabupaten Sukoharjo The Factors That Are
Correlated With Nutritional Status Of Toddlers Who Joined Tfc In, Sukoharjo.
15(1), 1–9.
Arifin, Z. (2016). Gambaran Pola Makan Anak Usia 3-5 Tahun Dengan Gizi Kurang Di
Pondok Bersalin Tri Sakti Balong Tani Kecamatan Jabon–
Sidoarjo.Midwiferia,1(1),16.https://doi.org/10.2100/mid.v1i.345
Cahyaputra, E. (2016). Hubungan Antara Pola Makan, Status Gizi, dan Tingkat Kebugaran
Jasmani Siswa Kelas Atas SD Rejosari 3 Semin Gunung kidul. Pendidikan Jasmani
Kesehatan Dan Rekreasi, 6(2), 135.Retrieved from
http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/pj kr/article/view/5920/5658
Handayani, R. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Pada Anak
Balita.Jurnal Endurance,2(2),217.https://doi.org/10.2 2216/jen.v2i2.1742
Harjatmo, T. P., Par’i, H. M., & Wiyono, S. (2017). Penilaian Status Gizi.
Hidayat, A. A. A. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. 1, pp. 6–8.
Hidayat, A. A. A. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. In
Salemba Medika : Jakarta. Jakarta: Salemba Medika.
Karaki, K. B., Kundre, R., & Karundeng, M. (2016). Hubungan Pola Asuh Ibu dengan
Perilaku Sulit Makan pada Anak Usia Prasekolah (3-5 Tahun) di Taman Kanak-
Kanak Desa Palelon Kec. Modoinding Minahasa Selatan. Ejournal Keperawatan, 4
(1),1–217.
https:// doi.org /https://doi.org/10.3929/ethz-b-000238666
Kemenkes RI. (2018). Hasil Pemantauan Status Gizi, 2017 (2018 Kemenkes RI, Ed.).
Khairiyah, E. V. I. L. (2016). Pola makan mahasiswa fakultas kedokteran dan ilmu
kesehatan (fkik) uin syarif hidayatullah jakarta tahun 2016.
Majestika Septikasari.(2018). Status Gizi Anak dan Faktor Yang Mempen garuhi (p. 74). p.
74. Yogyakarta: UNY Press.
Nasution, H. S., Siagian, M., & Sibagariang, E. E. (2016). Hubungan Pola Makan dengan
Status Gizi pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal di
Lingkungan XIII Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal tahun 2018. 4002,
63–69.
Profil Kesehatan Anak, 2018. (2018). Profil Anak Indonesia, 2018.
Profil Kesehatan Indonesia, 2018. (2018). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia
Health Profile 2018].
Retrieved from http:// www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf
Proverawati, Atikah dan Kusumawati, E. (2011). Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi
Kesehatan. Jakarta: Nuha Medika jakarta.
Rahma, N. D., Ardiaria, M., & Dieny, F. F. (2019). Pola Asuh Aktivitas Fisik Terhadap Resiko
Kejadian Gizi Lebih pada Anak Prasekolah di Kecamatan Ngesret dan Tembalang,
Semarang. 42(1), 1–10.
Ratnawati, R. (2016). Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Balita Desa Sumber Gando
Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun. 1, 1–14.
Romadhon, A., & Purnomo, A. S. (2016). Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan
Status Gizi Balita Menggunakan Metode Fuzzy Inferensi Sugeno (Berdasarkan
Metode Antropometri). Informatics Journal, 1(3), 78–87.Retrieved from https
://jurnal .unej .ac.id/index. php/INFORMAL/article/view/3138
Rosmalina, H. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Margototo Kecamatan Metro Kibang Kabupaten
Lmapung Timur. 233–242.
Sa’diya, L.K. (2015).Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi Anak Pra Sekolah Di Paud
Tunas Mulia Claket Kecamatan Pacet Mojokerto. Midwiferia,1(2).Retrieved from
http://journal.umsida.ac.id/files/2. Lida_Khalimatus.pdf
Sari, G., Lubis, G., & Edison. (2016). Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Usia 3-
5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang 2014. Jurnal Kesehatan
Andalas, 5(2), 391–394.
Sarlis, N.,& Ivanna, C .N. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Deng an Status Gizi
Balita Di Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru Tahun 2016.Jurnal
Endurance,3(1),146.https://doi.org/10.22216/jen.v3i1.20 74
Septikasari, M. (2018). Status Gizi Anak dan Faktor yang Mempengaruhi. Yogyakarta: UNY
Press.
Setyawati, V. A. V., & Hartini, E. (2018). Buku Ajar Dasar Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat
(p. 6). p. 6. Deepublish.
Sirajuddin, Surmita, & Astuti, T. (2018). Survey Konsumsi Pangan.
Sutomo, B., & Anggraini, D. Y. (2010). Menu Sehat Alami Utuk Batita dan Balita. Jakarta:
Demedia.
Suzanna, S., Budiastutik, I., & Marlenywati, M. (2017). Analisis Faktor Yang Berhubungan
Dengan Status Gizi Anak Usia 6-59 Bulan. Jurnal Vokasi Kesehatan, 3(1), 35.
https://doi.org/10.30602/jvk.v3i1.103
World Health Organization. (2007). Child Growth Standards.
Yuliastati. (2015). Modul Keperawatan Anak 1 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Serta Upaya Mencapai Tumbuh Kembang Optimal.
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
ISSN: 2528-4002 (media online)
ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/Kesehatan_Masyarakat
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK BALITA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN SUNGGAL DI LINGKUNGAN XIII
KELURAHAN SUNGGAL KECAMATAN MEDAN SUNGGAL
TAHUN 2018
1
Henna Sultana Nasution, 2Masryna Siagian, 3Eva Ellya Sibagariang
1
Mahasiswa Unipersitas Prima Indonesia,
2,3
Dosen Universitas Prima Indonesia
[email protected], [email protected],
[email protected]

ABSTRAK
Berdasarkan Data pada Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2016, dari 1.099.868 balita
yang timbang diketahui tercatat 15.245 balita (1,39%), sedangkan yang menderita gizi
buruk sebanyak 1.424 balita (0,13%). Pada Lingkungan XIII Kelurahan Sunggal
Kecamatan Medan Sunggal terdapat anak balita yang mengalami masalah status gizi yaitu
gizi kurang sebanyak 5 orang dan gizi buruk sebanyak 5 orang. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan pola makan dengan status gizi pada anak balita di Lingkungan
XIII Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal. Jenis penelitian ini yaitu deskriptif
analitik dengan desain dengan desain penelitian Cross Sectional dimana variabel
independen dan variabel dependen diteliti secara langsung dalam waktu bersamaan.
Populasi dalam penelitian yaitu ibu yang mempunyai balita sebanyak 34 ibu dan sampel
sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 34 ibu yang mempunyai anak balita. Metode analisa
data menggunakan uji Chi-square untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan
antara jumlah makanan, jenis makanan dan pola makan dengan status gizi pada anak balita.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah makanan dengan p Value = 0,000 (p Value <
0,05), jenis makanan dengan p Value = 0,000 (p Value < 0,05) dan pola makan dengan p
Value = 0,021 (p Value < 0,05). Dapat di interprestasikan bahwa ada hubungan jumlah
makanan dengan status gizi pada anak balita, ada hubungan jenis makanan dengan status
gizi pada anak balita, bahwa ada hubungan pola makan dengan status gizi pada anak balita.
Disarankan kepada ibu dari anak balita sampel di Lingkungan XIII Kelurahan Sunggal
Kecamatan Medan Sunggal agar diberi bekal pengetahuan dan ketrampilan antara lain di
Pos Yandu, terutama mengenai jumlah makanan, jenis makanan dan pola makan yang baik
untuk anak balita.

Kata Kunci : Jumlah Makanan, Jenis Makanan, Pola Makan dan Status Gizi

48
ABSTRACT

The data from the Health Profile of Districts/Towns in 2016 revealed that of
1,099,868 balita (under five year-old children), 15,245 of them (1.39%) were weighed and
1,424 of them (0.13%) suffered from malnutrition. There are 5 balita who suffered from
nutritional deficiency and 5 balita suffered from malnutrition at Kelurahan Sunggal,
Medan Sunggal Subdistrict. The objective of the research was to find out the correlation
between eating pattern and nutritional status of balita at Lingkungan XIII, Kelurahan
Sunggal. The research used descriptive analytic method with cross sectional design.
Independent variables and dependent variable were analyzed directly at the same time. The
population was 34 women who had balita with inclusion criteria, and all of them were used
as the samples. The data were analyzed by using chi square test to find out whether there
was significant correlation of the amount of food, the types of food, and eating pattern with
nutritional status in balita. The result of the research showed that the amount of food was
p-value=0.000 (p<0.05), the types of food was p-value=0.000 (p<0.05), and eating pattern
was p-value=0.021 (p<0.05) which indicated that there was the correlation of the three
variables with nutritional status in balita. It is recommended that women who have balita
at Lingkungan XIII be provided with knowledge and skill at posyandu (Integrated Health
Post), especially about the amount of food, the types of food, and eating pattern.

Keywords : Amount of Food, Types of Food, Eating Pattern, Nutritional Status

PENDAHULUAN pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang


Masalah gizi kurang pada balita masih memadai.
menjadi masalah kesehatan utama di dunia Menurut WHO (World Health
termasuk negara indonesia. Indonesia Organization) pada tahun 2016, sekitar 7,7%
merupakan negara berkembang yang masih atau 52 juta anak di bawah 5 tahun secara
menghadapi masalah kekurangan gizi yang global mengalami kejadian gizi kurang,
cukup besar. Permasalahan gizi secara persentasi anak di bawah 5 tahun dengan
nasional saat ini adalah balita gizi kurang status gizi kurang tertinggi terdapat di
dan balita gizi buruk (Subarkah, dkk, 2016). Southern Asia sebesar 15,4%, di osceania
Menurut Alamsyah (2013) Penyebab sebesar 9,4%, di Asia Tenggara sebesar
Kurang gizi terdapat 2 penyebab yaitu 8,9%, di Afrika Barat Sebesar 8,5% dan
penyebab langsung dan penyebab tidak persentasi anak di bawah 5 tahun dengan
langsung, Penyebab langsung dari kejadian status gizi kurang terendah terdapat di
kurang gizi/ gizi buruk meliputi makanan Amerika Utara sebesar 0,5%.
dan penyakit, sedangkan penyebab tidak Jumlah balita gizi buruk dan gizi
langsung dari kejadian kurang gizi/ gizi kurang di Indonesia menurut hasil
buruk yaitu ketahanan pangan keluarga, pola pemantauan status gizi tahun 2015 Balita
pengasuhan anak kurang memadai, usia 0-59 bulan yang mengalami gizi buruk
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
ISSN: 2528-4002 (media online)
ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/Kesehatan_Masyarakat
sebesar 3,9% dan gizi kurang sebesar Faktor-faktor yang mempengaruhi
14,9%, mengalami sedikit penurunan pada status gizi terbagi dua yaitu faktor eksternal
tahun 2016, Balita usia 0-59 bulan yang dan faktor internal, faktor eksternal yang
mengalami gizi buruk sebesar 3,4% dan gizi dapat mempengaruhi status gizi meliputi
kurang sebesar 14,4%, Provinsi Nusa pendapatan, pendidikan, pekerjaan dan
Tenggara Timur pada tahun 2016 memiliki budaya, sedangkan faktor internal yaitu usia,
persentasi tertinggi balita gizi buruk 6,9% kondisi fisik dan penyakit infeksi (Marmi,
dan gizi kurang 21,3%, sedangkan Provinsi 2017).
Sumatera Utara pada tahun 2016 memiliki Menurut Sulistyoningsih (2011), Pola
persentasi balita gizi buruk 3,1% dan gizi makan ialah berbagai informasi yang
kurang 10,1% (Kemenkes RI, 2017). memberikan gambaran mengenai macam
Menurut Profil Kesehatan Sumatera dan jumlah bahan makanan yang dimakan
Utara (2014) bahwa prevalensi balita gizi setiap hari oleh satu orang dan merupakan
buruk dan kurang di Sumatera Utara pada ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat
tahun 2013 sebesar 22,4% yang terdiri dari tertentu. Pola makan merupakan faktor yang
8,3% gizi buruk dan 14,1% gizi kurang. berhubungan langsung dengan status gizi.
Prevalensi tertinggi balita gizi buruk dan Konsumsi makan yang rendah kualitas
kurang pada tahun 2013 terdapat di maupun rendah gizi mengakibatkan
kabupaten/Kota Padang Lawas sebesar kondisi atau keadaan gizi kurang.
41,4% yang terdiri dari 12,6% gizi buruk Sebaliknya, konsumsi makan yang baik akan
dan 16,9% gizi kurang. Prevalensi terendah memungkinkan untuk mencapai kondisi
balita gizi buruk dan kurang pada tahun kesehatan dan kondisi gizi yang sebaik-
2013 terdapat di kabupaten/Kota Samosir baiknya (Damaiyanti, dkk, 2016).
sebesar 13,2% yang terdiri dari 1,5% gizi Pola makan pada balita sangat
buruk dan 11,7% gizi kurang. berperan penting dalam proses pertumbuhan
Berdasarkan data pada Profil pada balita, karena dalam makanan banyak
Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2016, dari mengandung gizi. Gizi menjadi bagian yang
1.099.868 balita yang timbang diketahui sangat penting dalam pertumbuhan. Gizi di
tercatat 15.245 balita (1,39%), sedangkan dalamnya memiliki keterkaitan yang sangat
yang menderita gizi buruk ada sebanyak erat hubungannya dengan kesehatan dan
1.424 balita (0,13%) dari total penderita gizi kecerdasan. Apabila terkena defisiensi gizi
kurang. Maka bila dibandingkan dengan maka kemungkinan besar sekali anak akan
data gizi buruk tahun 2015 yakni sebanyak mudah terkena infeksi. Gizi ini sangat
1.279 kasus (0,10%) maka dalam hal ini berpengaruh terhadap nafsu makan. Jika
terdapat peningkatan kasus Gizi Buruk pola makan tidak tercapai dengan baik pada
sebesar 0,03 %. balita maka pertumbuhan balita akan
Status gizi balita merupakan hal terganggu, tubuh kurus, pendek bahkan bisa
penting yang harus diketahui oleh orang tua. terjadi gizi buruk pada balita (Purwani dan
Perlunya perhatian lebih terhadap tumbuh Mariyam, 2013).
kembang anak di usia balita didasarkan fakta Pola makan yang terbentuk sangat erat
bahwa kurang gizi padma masa emas ini kaitannya dengan kebiasaan makan
bersifat irreversible (tidak dapat pulih), seseorang. Secara umum faktor yang
sedangkan kekurangan gizi dapat mempengaruhi terbentuknya pola makan
mempengaruhi perkembangan anak adalah faktor ekonomi, faktor sosio budaya,
(Marimbi, 2010). agama, Pendidikan (Sulistyoningsih,
dan lingkungan 2011).
50
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
ISSN: 2528-4002 (media online)
ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/Kesehatan_Masyarakat
Hasil balita dengan pola kurang sebanyak Berdasarkan
penelitian makan tidak baik, 34 orang dan yang data Puskesmas
Purwani dan di peroleh nilai mengalami gizi Medan Sunggal
Mariyam (2013) signifikan buruk sebanyak 4 banyaknya anak
tentang pola menunjukkan orang. Anak balita balita yang
pemberian makan angka 0,017. Oleh yang mengalami mengalami gizi
dengan status gizi karena p < 0,05, gizi kurang kurang yaitu
anak usia 1-5 maka dapat di terbanyak terdapat terdapat di
tahun di Kabunan ambil kesimpulan di Kelurahan lingkungan XIII
Taman Pemalang bahwa ada Sunggal Kelurahan
menemukan hubungan antara Lingkungan XIII Sunggal
45,5% dari 33 pola makan yaitu sebanyak 5 Kecamatan
anak balita pola dengan status gizi anak balita yang Medan Sunggal ,
makannya tidak pada balita di mengalami gizi maka peneliti
baik dan hasil posyandu di Desa kurang dari 40 melakukan survei
penelitian Manungga anak balita yang awal di
menunjukkan wilayah kerja ada di lingkungan lingkungan XIII
bahwa nilai p puskesmas tersebut. pada hari senin
value 0,000 (p < batulicin 1 tanggal 29 maret
0,05) sehingga kecamatan karang 2018 yang
dapat disimpulkan bintang. bertepatan dengan
bahwa ada Puskesmas jadwal posyandu
hubungan antara Medan Sunggal di lingkungan
pola pemberian Kecamatan Medan XIII tersebut,
makan dengan Sunggal memiliki peneliti
status gizi anak 4 wilayah kerja melakukan survei
usia 1-5 tahun di yaitu Kelurahan awal saat
Kabunan Taman Sunggal, posyandu dengan
Pemalang. Kelurahan Babura, mewawancarai 4
Hasil Kelurahan ibu yang memiliki
penelitian Tanjung Rejo dan balita gizi kurang
Daimayanti, Kelurahan dan 4 ibu yang
Widia dan Simpang Tanjung. memiliki balita
Ningsih (2016) Berdasarka gizi baik. Peneliti
tentang hubungan n data F1 Gizi melakukan
antara pola makan (Pelaporan data penimbangan
dengan status gizi bayi dan balita di pada 8 balita di
pada balita di posyandu) di posyandu dan
posyandu di Desa Puskesmas Medan juga melakukan
Manungga Sunggal food recall
wilayah kerja Kecamatan Medan dengan bertanya
puskesmas Sunggal pada kepada 4 ibu yang
batulicin 1 bulan Februari anak balitanya
kecamatan karang 2018, jumlah anak mengalami gizi
bintang, 26,3% balita yang kurang yaitu
dari 80 anak mengalami gizi memiliki pola
51
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
ISSN: 2528-4002 (media online)
ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/Kesehatan_Masyarakat
makan yang relatif mahal. Rancangan mengalami status
tidak baik karena Konsumsi sayur penelitian yang gizi kurang.
jumlah makanan dan buah juga dilakukan dalam Waktu penelitian
dalam Kategori masih sangat penelitian ini dilakukan pada
Defisit yaitu terbatas. dengan desain Januari – Juli
jumlah energi Sedangkan penelitian Cross 2018. Populasi
dan protein yang pola makan 4 Sectional dimana penelitian adalah
dikonsumsi anak balita variabel wilayah
(<70% AKG), dengan status gizi independen dan generalisasi yang
jenis makanan baik yaitu variabel dependen terdiri atas obyek/
anak balita gizi memiliki pola diteliti secara subyek yang
kurang tidak makan yang baik langsung dalam mempunyai
beragam yaitu diketahui bahwa waktu bersamaan. kualitas dan
hanya jumlah konsumsi Lokasi penelitian karakteristik
mengonsumsi makanan dalam dilaksanakan di tertentu yang
makanan pokok Kategori Baik Wilayah Kerja ditetapkan oleh
berupa nasi yaitu jumlah Puskesmas Medan peneliti untuk
dengan lauk energi dan Sunggal di dipelajari dan
pauk tanpa protein yang di Lingkungan XIII kemudian ditarik
sayur. Lauk pauk konsumsi Kelurahan kesimpulan
yang biasa (≥100% AKG). Sunggal (Sugiyono, 2011).
dikonsumsi Jenis makanan Kecamatan Medan Populasi dalam
adalah telur, tahu yang di konsumsi Sunggal. adapun penelitian ini
dan tempe. Menu anak balita alasan adalah
makan siang dan beragam terdiri dilakukannya keseluruhan ibu
malam sama dari makanan penelitian ini, yang memiliki
hanya terdiri dari pokok, lauk pauk, karena pada anak balita di
nasi dan ikan sayur, buah dan lingkungan XIII Lingkungan XIII
goreng saja tanpa air putih bahkan termasuk Kelurahan
ada menu ditambah lingkungan yang Sunggal Sebanyak
tambahan yang makanan banyak terdapat 34 orang. Sampel
lain. Lauk pauk selingan. kasus anak balita adalah bagian dari
daging sangat yang jumlah dan
jarang di METODE karakteristik yang
konsumsi karena PENELITIAN dimiliki oleh
harganya yang populasi
Jenis status gizi pada (Sugiyono, 2011).
penelitian yang anak balita di Teknik
dilakukan dalam wilayah kerja pengambilan
penelitian ini puskesmas medan sampel penelitian
adalah bersifat sunggal di ini adalah
deskriptif analitik lingkungan XIII menggunakan
yang bertujuan Kelurahan Total Sampling
untuk mengetahui Sunggal atau populasi
Hubungan pola Kecamatan Medan menjadi sampel
makan dengan Sunggal. yaitu keseluruhan
52
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
ISSN: 2528-4002 (media online)
ISSN: 2355-892X (print)
Online: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/Kesehatan_Masyarakat
ibu yang balita sebanyak No Frekuensi Jumlah (n
memiliki anak 34 orang. 1 Jumlah Makanan
Baik 12
H Sedang 8
A Kurang 5
S Defisit 9
I Total 34
L 2 Jenis Makanan
Beragam 22
P Tidak Beragam 12
E Total 34
N 3 Pola Makan
E Baik 12
L Tidak Baik 22
I Total 34
T 4 Status Gizi
I Gizi Baik 24
A Gizi Kurang 5
N Gizi Buruk 5

A
N
A
L
I
S
I
S

U
N
I
V
A
R
I
A
T
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pada Anak
Balita Berdasarkan Jumlah
Makanan, Jenis Makanan,
Pola Makan dan Status Gizi
di Lingkungan XIII
Kelurahan Sunggal
Kecamatan Medan Sunggal

53
Total 34 100,0

Pada Tabel diatas dapat dilihat bahwa kategori baik sebanyak 12 orang (35,3%).
berdasarkan jumlah makanan pada anak Berdasarkan pola makan pada anak balita,
balita, mayoritas dengan jumlah makanan mayoritas dengan pola makan tidak baik
kategori baik sebanyak 12 orang (35,3%), sebanyak 22 orang (64,7%) dan minoritas
minoritas dengan jumlah makanan kategori dengan pola makan baik sebanyak 12 orang
kurang sebanyak 5 orang (14,7%). (35,3%). Berdasarkan status gizi pada anak
Berdasarkan Jenis makanan pada anak balita, mayoritas dengan status gizi baik
balita, mayoritas dengan jenis makanan sebanyak 24 orang (70,6%) dan minoritas
kategori tidak baik sebanyak 22 orang dengan gizi kurang dan gizi buruk sebanyak
(64,7%), minoritas dengan jenis makanan 5 orang (14,7%).

ANALISIS BIVARIAT
Tabel 2 Hubungan Jumlah Makanan dengan Status Gizi Pada Anak Balita di
Lingkungan XIII Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

Jumlah Status Gizi Total P α


Makanan Value
Baik Kurang Buruk
n % n % n % N %
Baik 12 100,0 0 0,0 0 0,0 12 100,0 0,000 0,05
Sedang 8 100,0 0 0,0 0 0,0 8 100,0
Kurang 4 80,0 1 20,0 0 0,0 5 100,0
Defisit 0 0,0 4 44,4 5 55,6 9 100,0
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui (20,0%). Dari 9 anak balita dengan jumlah
dari 12 anak balita yang jumlah makanan makanan defisit, mayoritas mengalami
baik seluruhnya mengalami status gizi baik status gizi buruk yaitu sebanyak 5 orang
yaitu sebanyak 12 orang (100%). Dari 8 (55,6%) dan minoritas mengalami status gizi
anak balita yang jumlah makanan sedang kurang yaitu sebanyak 4 orang (44,4%).
seluruhnya mengalami status gizi baik yaitu Sehingga dapat diperoleh p value = 0,000 (p
sebanyak 8 orang (100%). Dari 5 anak balita value < 0,05), artinya Ho ditolak yang
dengan jumlah makanan kurang, mayoritas berarti ada hubungan antara jumlah
mengalami status gizi baik yaitu sebanyak 4 makanan dengan status gizi pada anak
orang (80,0%) dan minoritas mengalami balita.
status gizi kurang yaitu sebanyak 1 orang

Tabel 3 Hubungan Jenis Makanan dengan Status Gizi Pada Anak Balita di Lingkungan
XIII Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

Jenis Status Gizi Total P α


Makanan Value
Baik Kurang Buruk
n % n % N % N %
Beragam 22 100,0 0 0,0 0 0,0 22 100,0 0,000 0,05
Tidak 2 16,7 5 41,7 5 41,7 12 100,0
Beragam

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui (41,7%) dan minoritas mengalami gizi baik
dari 22 anak balita yang jenis makanan yaitu sebanyak 2 orang (16,7%). Sehingga
beragam seluruhnya mengalami status gizi dapat diperoleh p value = 0,000 (p value <
baik yaitu sebanyak 22 orang (100%). Dari 0,05), artinya Ho ditolak yang berarti ada
12 anak balita dengan jenis makanan tidak hubungan antara jenis makanan dengan
beragam, mayoritas mengalami status gizi status gizi pada anak balita.
kurang dan buruk yaitu sebanyak 5 orang

Tabel 4 Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Pada Anak Balita di Lingkungan XIII
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

Pola Status Gizi Total P α


Makan Value
Baik Kurang Buruk
n % n % n % N %
Baik 12 100,0 0 0,0 0 0,0 12 100,0 0,021 0,05
Tidak 12 54,5 5 22,7 5 22,7 22 100,0
Baik

Pada Tabel 4.6 dapat diketahui dari 12 anak gizi kurang dan gizi buruk yaitu masing-
balita dengan pola makan baik seluruhnya masing sebanyak 5 orang (22,7%). Sehingga
mengalami status gizi baik yaitu sebanyak dapat diperoleh p value = 0,021 (p value <
12 orang (100%). Dari 22 anak balita 0,05), artinya Ho ditolak yang berarti ada
dengan pola makan tidak baik, mayoritas hubungan antara pola makan dengan status
mengalami status gizi baik yaitu sebanyak gizi pada anak balita.
12 orang (54,5%) dan minoritas mengalami

PEMBAHASAN bahan makanan yang tepat akan melahirkan


Hubungan Jumlah Makanan dengan status gizi yang terbaik. Asupan makanan
Status Gizi Anak Balita di Lingkungan yang melebihi kebutuhan tubuh akan
XIII Kelurahan Sunggal Kecamatan menyebabkan kelebihan berat badan dan
Medan Sunggal penyakit lain yang disebabkan oleh
Berdasarkan uji chi-square diperoleh kelebihan zat gizi. Sebaliknya, asupan
p Value = 0,000 (p value < 0,05) dan α = makanan kurang dari yang dibutuhkan akan
0,05, Maka Ho ditolak dan Ha diterima yang menyebabkan tubuh menjadi kurus dan
berarti ada hubungan antara jumlah rentan terhadap penyakit. Kedua keadaan
makanan dengan status gizi sampel di tersebut sama tidak baiknya, sehingga
Lingkungan XIII Kelurahan Sunggal disebut gizi salah (Sulistyoningsih, 2011).
Kecamatan Medan Sunggal. Pola makan yang seimbang dan
Pola makan yang seimbang, yaitu pemilihan bahan makanan yang tepat
sesuai dengan kebutuhan disertai pemilihan
merupakan hal yang harus dilakukan.
Jumlah dan kualitas makanan yang kita kesehatan anak. Status gizi anak baik
konsumsi adalah hal penting dikarenakan pada waktu sebelum penelitian
(Sulistyoningsih, 2011). anak memang dalam kondisi sehat hanya
Cakrawati dan Mustika (2012) juga saja pada saat dilakukan penelitian, anak
mengatakan bahwa kurang gizi merupakan mengalami sakit sehingga jumlah
salah satu masalah gizi utama pada anak makanannya kurang, dan anak kurang mau
balita di Indonesia. Rendahnya konsumsi makan karena kondisi fisiknya
energi dan protein dari makanan sehari-hari menyebabkan mereka tidak nyaman
dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. merasakan makanan.
Menurut Cakrawati dan Mustika
(2012) makanan dan penyakit dapat secara Hubungan Jenis Makanan dengan Status
langsung menyebabkan gizi kurang. Gizi Anak Balita di Lingkungan XIII
Timbulnya kurang gizi tidak hanya Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan
dikarenakan asupan makanan yang kurang, Sunggal
tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat Dua belas anak balita yang memiliki
cukup makanan tetapi sering menderita sakit jenis makanan tidak beragam, berdasarkan
dapat menderita kurang gizi. uji chi-square diperoleh nilai p Value =
Berdasarkan hasil pada penelitian 0,000 (p value < 0,05), maka Ho ditolak dan
pada table 4.4 menunjukkan bahwa 12 anak Ha diterima yang berarti ada hubungan
balita yang jumlah makanan baik seluruhnya antara jenis makanan dengan status gizi pada
mengalami status gizi baik yaitu sebanyak anak balita di Lingkungan XIII Kelurahan
12 orang (100%). Dari 8 anak balita yang Sunggal Kecamatan Medan Sunggal.
jumlah makanan sedang seluruhnya Mayoritas mengalami status gizi
mengalami status gizi baik yaitu sebanyak 8 kurang dan gizi buruk yaitu sebanyak 5
orang (100%). Dari 5 anak balita dengan orang (14,7%) hal ini disebabkan karena
jumlah makanan kurang, mayoritas walaupun jenis makanan tidak beragam
mengalami status gizi baik yaitu sebanyak 4 namun jika jumlah makanan sesuai dengan
orang (80,0%) dan minoritas mengalami kebutuhan kalorinya, maka status gizi baik
status gizi kurang yaitu sebanyak 1 orang dapat diperoleh, namun kekurangan salah
(20,0%). Dari 9 anak balita dengan jumlah satu sumber zat gizi dapat menimbulkan
makanan defisit, mayoritas mengalami masalah gizi, untuk itu sampel harus
status gizi buruk yaitu sebanyak 5 orang memenuhi sumber karbohidrat, protein,
(55,6%) dan minoritas mengalami status gizi lemak, vitamin dan mineral, sehingga
kurang yaitu sebanyak 4 orang (44,4%). asupan gizi dalam tubuh dapat terpenuhi
Akan tetapi adanya 4 anak balita dengan dengan baik.
jumlah makanan kurang yang mengalami Berdasarkan hasil pada penelitian
status gizi baik. Hal tersebut diasumsikan pada table 4.5 menunjukkan bahwa dari 22
bahwa anak balita dengan jumlah makanan anak balita yang jenis makanan beragam
kurang tetapi status gizinya baik seluruhnya mengalami status gizi baik yaitu
dikarenakan sebagian anak balita ada yang sebanyak 8 orang (100%). Dari 12 anak
masih mengonsumsi ASI sehingga balita dengan jenis makanan tidak beragam,
kebutuhan gizinya tercukupi dan mayoritas mengalami status gizi kurang dan
memperoleh status gizi baik, anak yang buruk yaitu sebanyak 5 orang (41,7%) dan
mengonsumsi ASI ada sebanyak 2 anak minoritas mengalami gizi baik yaitu
dengan usia 13-15 bulan. selain itu kondisi sebanyak 2 orang (16,7%). Akan tetapi
terdapat 2 anak balita dengan jenis makanan makan dengan status gizi pada balita. bahwa
tidak beragam yang mengalami status gizi kesehatan tubuh anak sangat erat kaitannya
baik. Hal tersebut diasumsikan bahwa anak dengan makanan yang dikonsumsi. Zat-zat
balita dengan jenis makanan tidak beragam yang terkandung dalam makanan yang
tapi status gizinya baik dikarenakan jenis masuk dalam tubuh sangat mempengaruhi
makanan yang tidak beragam tidak kesehatan. Faktor yang cukup dominan yang
berdampak langsung dengan status gizi, menyebabkan keadaan gizi kurang
jenis makanan beragam maupun tidak meningkat ialah perilaku memilih dan
beragam apabila pemilihan makanan tidak memberikan makanan yang tidak tepat
tepat, tidak sehat dan jumlah berlebihan atau kepada anggota keluarga termasuk anak-
kurang juga akan menimbulkan masalah anak. Hal ini menunjukkan semakin baik
gizi. pola makan yang diterapkan orang tua pada
anak semakin meningkat status gizi anak
Hubungan Pola Makan dengan Status tersebut.
Gizi Anak Balita di Lingkungan XIII Berdasarkan hasil pada penelitian
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan pada table 4.6 menunjukkan bahwa 12 anak
Sunggal balita dengan pola makan baik seluruhnya
Berdasarkan uji chi-square diperoleh mengalami status gizi baik yaitu sebanyak
p Value = 0,021 (p value <0,05) dan α = 12 orang (100%). Dari 22 anak balita
0,05, Maka Ho ditolak dan Ha diterima yang dengan pola makan tidak baik, mayoritas
berarti ada hubungan antara pola makan mengalami status gizi baik yaitu sebanyak
dengan status gizi sampel di Lingkungan 12 orang (54,5%) dan minoritas mengalami
XIII Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan gizi kurang dan gizi buruk yaitu sebanyak 5
Sunggal. orang (22,7%). Akan tetapi ada 12 anak
Menurut Waladow, Geiby (2013) balita dengan pola makan tidak baik yang
Dikatakan bahwa upaya untuk mengatasi mengalami status gizi baik. Hal tersebut
masalah gizi yang sangat penting adalah diasumsikan bahwa anak balita dengan pola
dengan pengaturan pola makan. Pola makan makan tidak baik tetapi status gizinya baik
yang diterapkan dengan baik dan tepat dikarenakan berdasarkan hasil wawancara,
sangat penting untuk membantu mengatasi cara pemberian makan pada anak tidak
masalah gizi yang sangat penting bagi sesuai dengan yang seharusnya atau
pertumbuhan balita. Ditambah dengan makanan tidak beragam, namun jumlah
asupan gizi yang benar. Banyak balita yang makanannya baik sesuai angka kecukupan
memiliki pola makan baik tapi tidak gizi (AKG) masing-masing, sehingga
memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi menghasilkan status gizi baik. adanya faktor
yang memenuhi syarat gizi seimbang. penyebab yang lain, yaitu kondisi kesehatan
Hal ini sejalan dengan hasil anak. Status gizi anak baik dikarenakan pada
penelitian yang didapatkan oleh waktu sebelum penelitian anak memang
(Damaiyanti, Eliya, 2016) tentang hubungan dalam kondisi sehat hanya saja pada saat
antara pola makan dengan status gizi pada dilakukan penelitian, anak mengalami sakit
balita di posyandu desa manuggal wilayah sehingga pola makannya kurang baik. Anak
kerja puskesmas batulicin 1 kecamatan kurang mau makan karena kondisi fisiknya
karang bintang dengan hasil uji statistik chi- menyebabkan mereka tidak nyaman
square di dapatkan nilai P = 0,017 (α<0,05) merasakan makanan. Selain itu, juga
terdapat adanya hubungan antara pola disebabkan karena aktivitas anak tidak
terlalu tinggi sehingga dengan pola makan yang kurang baik dalam satu bulan terakhir
ini, anak tetap mempunyai status gizi baik. Adriani, M. & Wirjatmadi, B. (2017) Gizi
dan Kesehatan Balita Peranan
Mikro Zinc Pada Pertumbuhan
Balita. Jakarta: Kencana.
Alamsyah, D. (2013) Pemberdayaan Gizi
KESIMPULAN DAN SARAN Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
KESIMPULAN Nuha Medika.
Ada hubungan jumlah makanan Budiarto, Eko. (2001) Biostatistika untuk
dengan status gizi pada anak balita di Kedokteran dan Kesehatan
Lingkungan XIII Kelurahan Sunggal Masyarakat. Jakarta: EGC.
Kecamatan Medan Sunggal. Ada hubungan Cakrawati, Dewi., & NH, Mustika. (2011)
jenis makanan dengan status gizi pada anak Bahan Pangan Gizi dan
balita di Lingkungan XIII Kelurahan Kesehatan. Bandung: Alfabeta.
Sunggal Kecamatan Medan Sunggal. Ada Damaiyanti, A., Widia, L., & Ningsih, R.
hubungan pola makan dengan status gizi (2016) Hubungan Antara Pola
pada anak balita di Lingkungan XIII Makan Dengan Status Gizi Pada
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Balita Di Posyandu Desa
Sunggal. Manunggal Wilayah Kerja
Puskesmas Batulicin 1
SARAN Kecamatan Karang Bintang,
Disarankan kepada ibu dari anak Jurnal Darul Azhar Vol 1, No.1
balita di Lingkungan XIII Kelurahan Februari-Juli, pp. 63-68.
Sunggal Kecamatan Medan Sunggal agar Kemenkes RI (2016) Profil Kesehatan
memperhatikan pemenuhan nutrisi anak Indonesia 2016. Jakarta: Kemenkes RI.
balita dengan memperhatikan gizi seimbang Kemenkes RI (2016) Profil Kesehatan
dan beragam. Ibu dapat memberikan gizi Provinsi Sumatera Utara 2016.
seimbang dengan cara menentukan jumlah Medan: Kemenkes RI.
makanan dan jenis makanannya sesuai Kemenkes RI. (2017) Gizi Dalam Daur
kebutuhan anak balita, sehingga pola makan Kehidupan. Jakarta: Kemenkes RI.
anak tepat. Untuk petugas kesehatan di Kepmenkes RI (2010) Standar
Posyandu dan Puskesmas perlunya Antropometri Penilaian
peningkatan penyuluhan kepada ibu-ibu Status Gizi Anak.
yang mempunyai anak balita untuk Jakarta: Kemenkes RI.
menambah pengetahuan mengenai pola Marmi. (2017) Gizi Dalam Kesehatan
makan pada anak balita. Dan meningkatkan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
program yang sudah terlaksana dengan Permenkes RI No 41 (2014) Pedoman Gizi
mengevaluasi program penanganan kasus Seimbang. Menteri Kesehatan RI.
gizi secara berkala, sehingga dapat Proverawati dan Asfuah. (2015)
memastikan program yang telah terlaksana Gizi
sesuai kegiatan dan sasaran. Untuk Kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
DAFTAR PUSTAKA Purwani, E., & Mariyam. (2013) Pola
Pemberian Makan Dengan Status
Gizi Anak Usia 1 Sampai 5 Tahun
Di Kabunan Taman Pemalang,
Jurnal Keperawatana Anak. Vol 1,
No.1 Mei, pp. 30-36.
Riskesdas (2014) Profil Kesehatan
Sumatera Utara Tahun 2014.
Laporan Provinsi.
Sears, W & Martha William. 2013. The
Baby Book. Jakarta: Serabi Ilmu Semesta.
Sholikah., Raffy., & Yuniastuti. (2017)
Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Status Gizi Balita di
Pedesaan dan Perkotaan, Public
Health Perspective Journal 2 (1)
Juni, pp. 9-18.
Subarkah,T., Nursalam., & Diyan, P.
(2016) Pola Pemberian Makan
Terhadap Peningkatan Status
Gizi Pada Anak Usia 1-3 Tahun,
Jurnal INJEC Vol. 1 (2)
Desember, pp. 146-154.
Sugiyono. (2011) Statistika Untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sulistyoningsih, Hariyani. (2011) Gizi
Untuk Kesehaan Ibu dan
Anak.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Supariasa, N,. Bakri, B. & Fajar, I. (2016)
Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
World Health Organization. (2017) Levels
and Trends in Child Malnutrition.
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI ANAK PRA
SEKOLAH DI PAUD TUNAS MULIA CLAKET
KECAMATAN PACET MOJOKERTO

Lida Khalimatus Sa’diya*)


*) Prodi D-III Kebidanan STIKes Bina Sehat PPNI, Jl. Raya Jabon KM 6 Mojoanyar, Mojokerto 61364
Korespondensi :[email protected]

ABSTRACT
One of the health and social problems facing in Indonesia is the low nutritional status of the The
health and social problems in Indonesia is the low nutritional status of the community. Nutrients have
strong relationship with health and intelligence as well as development of the children. If the dietary
habit is not reached perfectly, it can disturb the future growth. This study was aimed to determine the
relationship between dietary habits to the nutritional status of pre-school children in PAUD Tunas
Mulya Claket Village Pacet Mojokerto.This study was used correlation analytic design with cross
sectional approach. The populations were all mothers and preschool children in PAUD Tunas
MulyaClaket Village Pacet Mojokerto as amount 17 children. The sampling technique was used total
sampling. The results of this study were suggested that most of preschoolers had good dietary habits
those were11 children (64.7% of respondents), and almost all preschool children had normal
nutritional status those were13 children (76.4% of respondents).From 6 respondentswho had not
good dietary habits, no one (0%) had overweight nutritional status, and9 respondents (81.8%) had
good dietaryhabits, they had normal nutritional status.The data analysis was used Spearman's rho
test with ρ value (0.038) <α (0.05) so that H0 rejected and H1 accepted means that there was
relationship between dietary habits and nutritional status of preschool children in PAUD Tunas
Mulya Claket Village Pacet Mojokerto. Nutritional status was determined by the adequacy of the food
and the ability of the body that contain the nutrients necessary for health so that needed good diet to
get the normal nutritional status. Health workers must monitor children's nutrition through IHC.

Keywords: dietary habits, nutritional status, preschool children

ABSTRAK
Masalah kesehatan dan sosial yang dihadapi Indonesia adalah rendahnya status gizi masyarakat. Zat
gizi memiliki keterkaitan yang erat hubungan dengan kesehatan dan kecerdasan dan juga tumbuh
kembang anak. Jika pola makan tidak tercapai dengan baik maka masa pertumbuhan akan terganggu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan dengan status gizi anak pra sekolah
di PAUD Tunas Mulia Desa Claket Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto. Penelitian ini
menggunakan desain analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasinya adalah semua
ibu dan anak prasekolah di Paud Tunas Mulia yang berjumlah 17 orang. Teknik sampling yang
digunakan adalah total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak usia prasekolah
mempunyai pola makan baik yaitu 11 anak (64,7% responden) dan status gizi normal yaitu 13 anak
(76,4% responden). Dari 6 responden yang mempunyai pola makan kurang baik, tidak satupun (0%)
responden yang status gizinya gemuk dan 9 responden (81,8%) yang mempunyai pola makan baik,
status gizinya normal. Analisis data yang digunakan adalah uji Spearman’s rho dengan ρ value
(0,038) < α (0,05) artinya ada hubungan antara pola makan dengan status gizi anak usia prasekolah di
PAUD Tunas Mulia Desa Claket Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto. Status gizi ditentukan oleh
kecukupan makanan dan kemampuan tubuh yang mengandung zat gizi untuk kesehatan sehingga
diperlukan pola makan yang baik untuk mendapatkan status gizi normal. Tenaga kesehatan harus
melakukan pemantauan gizi anak melalui posyandu.

Kata Kunci :Pola makan, status gizi, anak pra sekolah

Midwiferia / Vol. 1 ; NO.2 / Oktober 2015 69


PENDAHULUAN irreversible (tidak bisa diperbaiki)
(Supariasa, 2012).
Salah satu masalah kesehatan dan sosial
yang dihadapi Indonesia adalah rendahnya Anak prasekolah mempunyai sifat
status gizi masyarakat. Hal ini mudah konsumsi aktif, yaitu anak bisa memilih
dilihat, misalnya dari berbagai masalah makanan yang disukainya, sedangkan ibu
gizi, seperti kurang gizi, anemia gizi besi, ibu tidak begitu memperhatikan makanan
gangguan akibat kekurangan yodium dan anak usia prasekolah karena dianggap
kurang vitamin A (Husaini, 2006) .Usia sudah bisa makan sendiri dan sudah main
anak prasekolah adalah usia emas dimana di luar rumah, sehingga lebih terpapar
pada masa ini perkembangan fisik dan lingkungan yang kotor dan kondisi yang
psikologinya sangat pesat maka dari itu memungkinkan untuk terinfeksi dengan
harus mempunyai nutrisi yang baik dan berbagai macam penyakit (Notoatmodjo,
seimbang (Proverawati, 2009). 2007).

Orang tua yang sibuk dengan Tinggi rendahnya status gizi, khususnya
pekerjaannya sering melupakan pola gizi anak usia prasekolah (0 – 60 bulan)
makan bagi anaknya. Pola makan pada erat hubungannya dengan permasalahan
anak usia prasekolah berperan penting gizi secara umum. Salah satu penyebab
dalam proses pertumbuhan pada anak usia dari kekurangan gizi pada anak usia
prasekolah,karena dalam makanan banyak prasekolah adalah pola makan yang
mengandung zat gizi. Zat gizi memiliki salah. Ketidaktahuan dapat menyebabkan
keterkaitan yang erat hubungan dengan kesalahan dalam memilih bahan makanan
kesehatan dan kecerdasan dan juga tumbuh dan cara pemberian makanan kepada anak
kembang anak. Jika pola makan tidak usia prasekolah. Dampak yang lebih serius
tercapai dengan baik pada anak usia dari kekurangan gizi adalah timbulnya
prasekolah maka masa pertumbuhan akan kecacatan, tingginya angka kesakitan dan
terganggu. Sehingga dapat menyebabkan terjadinya percepatan kematian. Angka
tubuh kurus, pendek, bahkan bisa terjadi kematian anak usia prasekolah yang
gizi buruk pada anak usia prasekolah disebabkan oleh kekurangan gizi sedang
(Proverawati, 2009). dan ringan justru jauh lebih besar yaitu
46% secara total lebih separuh kematian
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan anak anak usia prasekolah disebabkan oleh
keseimbangan dalam bentuk variabel faktor kekurangan gizi (Widodo, 2010).
tertentu atau perwujutan dari nutriture
dalam bentuk variabel tertentu. Contoh Data WHO menunjukkan bahwa kasus
gondok endemik merupakan keadaan tidak anak usia prasekolah underweight di dunia
seimbangnya pemasukan dan pengeluaran sebesar 15,7% dan anak usia prasekolah
yodium dalam tubuh (Supariasa,2012). overweight sebanyak 6,6% (WHO, 2013).
Status gizi anak usia prasekolah Secara nasional, prevalensi berat-kurang
merupakan hal penting yang harus pada tahun 2013 adalah 19,6%, terdiri dari
diketahui oleh setiap orang tua. Tumbuh 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang
kembang anak prasekolah perlu (Kemenkes, 2013). Pada tahun 2013,
diperhatikan karena fakta kurang gizi prevalensi gizi buruk-kurang pada anak
yang terjadi pada masa emas ini, bersifat usia prasekolah di Jawa Timur sedikit

Midwiferia / Vol. 1 ; NO.2 / Oktober 2015 70


lebih rendah jika dibandingkan dengan prasekolah atau usia emas ini sangat
prevalensi nasional (Kemenkes, 2013). Di mempengarui tumbuh kembangannya.
Kabupaten Mojokerto terdapat 63.442anak Dampak dari kekurangan gizi tersebut
usia prasekolah ditimbang dengan hasil yaitu timbulnya kecacatan, tingginya
rincian 11,92% anak usia prasekolah angka kesakitan, penurunan berat badan,
berstatus gizi kurang dan 1,65% berstatus kemerosotan jaringan, gangguan
gizi buruk, 83,32% anak usia prasekolah pencernaan dan timbulnya penyakit yang
berstatus gizi baik dan sebesar 3,10% anak menimbulkan kematian. Lebih dari
usia prasekolah dengan status gizi lebih separuh kematian anak di negara
(Dinkes Jatim, 2013). berkembang disebabkan oleh gizi buruk.
Pola makan yang buruk menyebabkan
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh status gizi menjadi buruk, status gizi yang
penulis di Desa Claket Kecamatan Pacet buruk menyebabkan banyak gangguan
Kabupaten Mojokerto pada 02 Desember perkembangan bagi anak usia prasekolah
2014 didapatkan 9 anak berusia 1 – 5 yang menyebabkan keterlambatan
tahun. Dari 9 anak terdapat 5 anak yang pertumbuhan dan gangguan perkembangan
berstatus gizi normal, 4 anak status gizi anak usia prasekolah (Sediaoetama,2008).
kurus. Di Desa ini mayoritas penduduknya
adalah pedagang dan bertani karena tempat Tujuan dari penelitian ini untuk
tinggal mereka yang strategis dekat dengan mengetahui hubungan antara pola makan
lokasi wisata, sehingga orang tua di desa terhadap status gizi anak pra sekolah di
ini tidak terlalu memperhatikan makanan Paud Tunas Mulia Desa Claket
dan pola makan anaknya. Mereka akan Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto
memberikan apa saja yang diminta oleh
anaknya tanpa memilah dan memilih METODE PENELITIAN
makanan untuk anaknya agar anaknya Desain penelitian ini analitik korelasi
tidak menganggu pekerjaan mereka. Dari dengan pendekatan cross sectional yang
sinilah saya ingin meneliti tentang status menganalisis hubungan pola makan
gizi anak dengan pola makan pada anak dengan status gizi anak prasekolah.
usia pra sekolah yaitu 3-5 tahun di Dusun Populasi dalam penelitian ini adalah semua
Claket, Desa Claket, Kecamatan Pacet ibu dan anak prasekolah di Paud Tunas
Kabupaten Mojokerto. Mulia Desa Claket Kecamatan Pacet
Pada penelitian Diana, 2004 tentang Kabupaten Mojokerto berjumlah 17
hubungan pola asuh dengan status gizi responden, teknik sampling yang dipakai
balita di kecamatan kurasi kelurahan pasar adalah total sampling. Sampel yang
ambacang kota padang tahun 2004, digunakan dalam penelitian ini adalah
menyatakan bahwa tidak ada hubungan semua ibu dan anak prasekolah di PAUD
antara pola asuh pemberian makan dengan Tunas Mulia Desa Claket Kecamatan
status gizi balita. Pacet Kabupaten Mojokerto berjumlah 17
responden. Variabel independent adalah
Pola makan yang tidak baik dan tidak pola makan dan variabel dependent adalah
seimbang bagi anak pra sekolah dapat status gizi anak prasekolah.
menyebabkan masalah status gizinya,
status gizi yang terganggu pada anak

Midwiferia / Vol. 1 ; NO.2 / Oktober 2015 7


1
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan 2. Pekerjaan Ibu
Februari 2015 sampai dengan Agustus
2015. Pengumpulan data dengan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan
Ibu
menyebarkan kuisioner tentang pola
makan menggunakan FFQ, kemudian No Pekerjaan Ibu F (%)
melakukan observasi status gizi dengan 1. Bekerja 10 58,8
mengukur berat badan, tinggi badan dan 2. Tidak bekerja 7 41,2
mencatat umurnya. Untuk mengukur berat Jumlah 17 100
badan dengan menggunakan timbangan Sebagian besar ibu bekerja yaitu 10
badan dan umur berdasarkan akte orang (58,8%).
kelahiran atau surat kelahiran kemudian
dicatat dalam lembar observasi. 3. Pola Makan Anak Usia Prasekolah

Pengukuran status gizi dengan Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pola Makan


menggunakan Z-Score. Pengukuran Skor Anak
Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh
No Pola Makan F (%)
dengan mengurangi Nilai Individual
S 1. Kurang baik 6 35,3
u 2. Baik 11 64,7
b Jumlah 17 100
j
e
k

(
N
I
S
)

d
e
n
g
a
n

N
i
l
a
i

M
e
d
Midwiferia / Vol. 1 ; NO.2 / Oktober 2015 72
i g
a k
n u
t
B a
a n
k ,
u
h
R a
u s
j i
u l
k n
a y
n a

( d
N i
M b
B a
R g
) i

p d
a e
d n
a g
a
u n
m
u N
r i
l
y a
a i
n Simpang Baku analisis yaitu uji
g Rujukan (NSBR). Spearmans’ rho.
Untuk
b menganalisis HASIL
PENELITIAN
e hubungan pola
r makan dengan 1. Kondisi Kesehatan
s status gizi anak Anak
a prasekolah
n menggunakan uji Tabel 1. Distribusi
Frekuens
Midwiferia / Vol. 1 ; NO.2 / Oktober 2015 73
Kondi Sebagian besar mempunyai
si responden pola makan
mempunyai
Keseh kurang baik,
atan pola makan
tidak satupun
Anak yang baik
(0%)
yaitu 11 orang
No Kondisi Kesehatan(64,7%). responden
1. Sehat yang status
2. Sakit 4. Status Gizi gizinya
gemuk.
Jumlah Tabel 4. Sedangkan
Hampir Dist dari 11
ribu responden
seluruh si yang pola
Frek makannya
responden
uens baik sebagian
i besar yaitu 9
dalam kondisi
Stat responden
sehat yaitu 14
us
orang (82,6%).
Gizi
Ana
k

No Status Gizi
1. Sangat Kurus
2. Kurus
3. Normal
4. Gemuk
Jumlah
Hampir
seluruh
responden
mempunyai
status gizi
normal yaitu
13 orang
(76,4%)

Tabulasi
silang pola
makan dengan
status gizi
anak
menunjukkan
bahwa dari 6
responden
yang
Midwiferia / Vol. 1 ; NO.2 / Oktober 2015 74
(81,8%) yang mempunyai status gizi signifikasi ά = 0,05 artinya ada hubungan
normal, 2 responden status gizinya gemuk antara pola makan dengan status gizi anak
dan tidak ada (0%) responden yang status usia prasekolah di PAUD Tunas Mulia
gizinya kurus. Desa Claket Kecamatan Pacet Kabupaten
Mojokerto.
Dari hasil uji statistic Spearman’s rho
di dapatkan p value = 0,038 dengan tingkat
5. Hubungan

Pola Makan dengan

Status
StatusGizi
Gizi Anak Jumlah
No Pola Makan Kurus Normal Gemuk
Usia Prasekolah f %
f % f % f %
1. Kurang Baik 2 33,3 4 Tabel 5.
66,7 0 0 6 100
2. Baik 0 0 9 81,8 2 18,2 11 100
Jumlah 2 11,8 13 Tabulasi
76,4 2silang 11,8 17 100
Pola Makan dengan

Status Gizi Anak

P value= 0,038< 0,05

PEMBAHASAN organisme
menggunakan
1. Pola Makan makanan yang
Anak Usia
dikonsumsi melalui
Prasekolah
Hasil penelitian proses digesti,
menunjukkan absorbsi,
bahwa hampir transportasi,
seluruh responden penyimpanan,
mempunyai pola metabolisme dan
makan baik yaitu pengeluaran zat-zat
sebanyak 11 anak yang tidak
(65,4%). Pola digunakan untuk
makan sehat tidak mempertahankan
terlepas dari kehidupan,
masukan gizi yang pertumbuhan dan
merupakan proses fungsi normal
Midwiferia / Vol. 1 ; NO.2 / Oktober 2015 73
organ-organ, terganggu,stat makan yang
serta us gizi yang baik pada
menghasilkan terganggu anak sejak
energi. Pola pada anak kecil. Sedini
makan prasekolah mungkin
seseorang atau usia emas diajarkan
dipengaruhi oleh ini sangat kepada anak
faktor budaya, mempengarui tentang
agama/kepercay perkembanga kebiasaan
aan, status sosial nya. Pola makan yang
ekonomi, makan yang baik dapat
personal buruk terbawa
preference, rasa menyebabkan sampai
lapar, nafsu status gizi mereka
makan, rasa menjadi dewasa dan
kenyang, dan buruk, status dapat
kesehatan gizi yang mempengaruh
(Baliwati, buruk i kualitas
2009). menyebabkan hidupnya.
banyak Untuk anak
Pola makan usia
yang tidak baik gangguan
perkembanga prasekolah
dan tidak dapat
seimbang bagi n bagi anak
usia mengikuti
anak pra sekolah pola makan
dapat prasekolah
yang keluarga serta
menyebabkan bentuk dan
menyebabkan
keterlambatan kebutuhanya
pertumbuhan harus diatur.
dan gangguan Orang tua
perkembanga cenderung
n anak usia mengatur pola
prasekolah makan
(Sediaoetama, anaknya
2008).

Pola makan
yang baik
pada
responden
disebabkan
karena orang
tua telah
mengajarkan
kebiasaan

Midwiferia / Vol. 1 ; NO.2 / Oktober 2015 74


berdasarkan jenis dan jumlah makanan dipengaruhi zat gizi dalam makanan,
yang dimakan, akan tetapi tidak program pemberian makanan dalam
memperhatikan jadwal makan. Responden keluarga, kebiasaan makan, pemeliharaan
yang memiliki pola makan kurang baik kesehatan, daya beli keluarga, lingkungan
karena orang tua tidak membudayakan fisik dan soal (Proverawati & Asfuah,
disiplin makan pada anak, mereka 2010).
cenderung menuruti kemauan anak tanpa
memperhatikan nilai gizi yang anak Sebagian besar anak memiliki status
mereka makan. gizi yang normal, karena pada anak usia
prasekolah, anak masih sangat tergantung
Untuk dapat menciptakan pola makan pada pengasuhnya, sehingga makanan
yang baik maka makanan yang disajikan yang diberikan akan cenderung sama
harus bervariasi. Makanan yang diberikan dengan pengasuh. Apabila menu makanan
harus bervariasi atau tidak membosankan, yang disajikan keluarga memenuhi
karena variasi makanan akan dapat kebutuhan nutrisi anak, maka anak juga
meningkatkan selera makan anak sehingga akan dapat tumbuh dengan normal.
kebutuhan nutrisi dalam tubuh terpenuhi. Responden ada yang gemuk, ini juga
Kebutuhan bahan makanan perlu diatur disebabkan karena anak kecil cenderung
supaya biasa diterima oleh anak dalam menyukai makanan/minuman yang manis
satu hari. Dengan membagi makanan sehingga mereka akan merasa senang
menjadi tiga kali sehari agar kebutuhan dengan susu yang manis, padahal ini dapat
asupan nutrisi dapat terpenuhi dengan baik menyebabkan kegemukan. Sedangkan
dalam satu hari tersebut. pada anak yang kurus, kemungkinan
disebabkan kekurang pahaman orang tua
2. Status Gizi Anak dalam memberikan makanan pada anak,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi makanan yang tidak higinis juga
hampir seluruh responden yang dapat membuat anak mudah terserang
mempunyai status gizi normal yaitu penyakit sehingga mengganggu status
sebanyak 13 anak (76,4%). Status gizi gizinya. Disamping itu status gizi
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu bertambah seiring dengan bertambahnya
konsumsi makanan dan kesehatan. umur (Diana, 2004)
Konsumsi makanan dipengaruhi zat gizi Menurut peneliti, tingginya jumlah
dalam makanan, program pemberian anak yang berstatus gizi normal karena
makanan dalam keluarga, kebiasaan konsumsi makanan yang tercukupi yaitu
makan, pemeliharaan kesehatan, daya beli nasi, lauk, sayur, dan buah dengan
keluarga, lingkungan fisik dan sosial frekuensi makan yang cukup. Makanan
(Supariasa, dkk, 2012). dengan gizi yang seimbang akan membuat
Keadaan gizi seseorang dapat dikatakan anak menjadi sehat dan tumbuh dengan
baik bila terdapat keseimbangan antara baik. Anak dengan status gizi kurus
perkembangan fisik dan perkembangan dikarenakan konsumsi makanan yang
mental intelektual. Status gizi dipengaruhi kurang bergizi, dimana anak hanya
oleh dua faktor yaitu konsumsi makanan mendapatkan asupan gizi berupa nasi dan
dan kesehatan. Konsumsi makanan lauk, yang menyebabkan anak kekurangan

Midwiferia / Vol. 1 ; NO.2 / Oktober 2015 74


gizi terutama dalam bentuk vitamin dan hubungan antara pola asuh pemberian
mineral yang diperoleh dari sayur dan makanan dengan status gizi balita.
buah yang berfungsi menjaga ketahanan
tubuh mereka dari penyakit. Keadaan yang Status gizi ditentukan oleh kecukupan
mudah sakit akan menurunkan kondisi makanan dan kemampuan tubuh yang
kesehatan dan status gizi anak. mengandung zat gizi untuk kesehatan. Jika
kecukupan konsumsi makanan kurang
Anak dengan status gizi lebih akan mempermudah timbulnya penyakit
dikarenakan konsumsi makanan mereka yang akan mempengaruhi pertumbuhan
yang berlebihan, baik dalam jumlah dan mengakibatkan status gizi menurun
maupun frekuensinya. Susu dengan (Soetjiningsih, 2010).
tambahan gula akan membuat anak
menjadi gemuk, apalagi jika dikonsumsi Pola makan pada anak usia prasekolah
melebihi aturan minum, karena anak berperan penting dalam proses
cenderung menyukai minuman yang manis pertumbuhan pada anak usia prasekolah,
sehingga sering meminta untuk dibuatkan karena dalam makanan banyak
susu berkali-kali dalam sehari. Demikian mengandung zat gizi. Zat gizi memiliki
juga dengan asupan makanan, pada keterkaitan yang erat hubungan dengan
beberapa anak memiliki selera makan yang kesehatan dan kecerdasan dan juga tumbuh
berbeda, anak yang suka makan juga akan kembang anak. Jika pola makan tidak
cenderung makan lebih dari 3 kali sehari tercapai dengan baik pada anak usia
terutama bila mendapatkan makanan prasekolah maka masa pertumbuhan akan
kesukaan mereka sehingga anak menjadi terganggu. Sehingga dapat menyebabkan
gemuk. tubuh kurus, pendek, bahkan bisa terjadi
gizi buruk pada anak usia prasekolah
3. Hubungan Pola Makan Dengan (Proverawati& Asfuah, 2010).
Status Gizi Anak
Responden yang pola makannya kurang
Menunjukkan bahwa 11 responden baik akan tetapi status gizinya normal
yang pola makannya baik sebagian besar dikarenakan adanya faktor penyebab yang
yaitu 9 responden (81,8%) yang lain, yaitu kondisi kesehatan anak. Status
mempunyai status gizi normal, 2 gizi anak normal dikarenakan pada waktu
responden status gizinya gemuk dan tidak sebelum penelitian anak memang dalam
ada (0%) responden yang status gizinya kondisi sehat hanya saja pada saat
kurus. mendekati dilakukan penelitian, anak
mengalami sakit sehingga pola makannya
Dari hasil uji statistic Spearman’s rho kurang baik. Respinden kurang mau
di dapatkan p value = 0,038. Hal ini makan karena kondisi fisiknya
menyatakan bahwa ada hubungan antara menyebabkan mereka tidak nyaman
pola makan dengan status gizi anak usia merasakan makanan. Selain itu, bisa juga
prasekolah di PAUD Tunas Mulia Desa disebabkan karena aktivitas anak tidak
Claket Kecamatan Pacet Kabupaten terlalu tinggi sehingga dengan pola makan
Mojokerto. Hal ini berbeda dengan hasil yang kurang baik dalam satu bulan
penelitiannya Diana, 2004 bahwa tidak ada terakhir ini, anak tetap mempunyai status
gizi normal.

Midwiferia / Vol. 1 ; NO.2 / Oktober 2015 75


Anak dengan pola makan baik yang mereka memutuskan untuk mengurangi
mengalami kegemukan disebabkan karena makan.
faktor konsumsi makanan yang
mengandung lemak, gula dan karbohidrat Kondisi kesehatan anak juga
tinggi dan dengan ditambah aktivitas anak menentukan status gizinya pada saat
yang kurang sehingga menyebabkan kalori penelitian. Hampir seluruh anak yang
yang masuk lebih banyak daripada yang diteliti dalam keadaan sehat. Ada beberapa
dikeluarkan sehingga menyebabkan anak responden yang sedang sakit, akan tetapi
menjadi gemuk. hanya menderita sakit ringan yaitu diare
dan batuk pilek. Diare yang diderita anak
Tabel 1 menunjukkan bahwa hampir pun tidak memerlukan perawatan khusus
seluruh responden dalam kondisi sehat, karena anak tidak tampak lemas ataupun
yaitu 14 orang (82,6%). Kesehatan dehidrasi. Batuk pilek juga demikian, cukup
seseorang berpengaruh besar terhadap dengan pengobatan sendiri dan tidak
kebiasaan makan. Sariawan atau gigi yang memerlukan perawatan di rumah sakit,
sakit seringkali membuat individu memilih sehingga anak masih bisa makan dan
makanan yang lembut.Tidak jarang orang minum seperti biasa dan tidak membuat
yang kesulitan menelan, memilih menahan berat badan anak turun secara signifikan
lapar dari pada makan (Andini, 2005). yang dapat mempengaruhi status gizinya.
Kurang gizi adalah faktor prakondisi yang
memudahkan anak mendapat kesehatan Pilihan seseorang terhadap jenis dan
yang kurang baik atau akan mempermudah kualitas makanan turut dipengaruhi oleh
timbulnhya penyakit infeksi. Dalam status sosial dan ekonomi keluarga, salah
keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai satunya adalah pekerjaan orang tua. Pada
cukup kemampuan untuk mempertahankan penelitian ini menunjukkan sebagian besar
diri terhadap penyakit infeksi ibu bekerja yaitu 10 orang (58,8%). Pilihan
(Soetjiningsih, 2010). seseorang terhadap jenis dan kualitas
makanan turut dipengaruhi oleh status
Berdasarkan kondisi kesehatan sosial dan ekonomi keluarga, salah satunya
responden, responden yang dalam keadaan adalah pekerjaan orang tua. Pada penelitian
sehat mempunyai pola makan yang baik, ini menunjukkan sebagian besar ibu
karena mereka tidak mengalami hambatan bekerja. Pekerjaan disini memang tidak
dalam mengkonsumsi makanan. Orang secara langsung mempengaruhi status gizi,
tua/pengasuh mempunyai cara yang dapat tetapi pekerjaan ini dihubungkan dengan
membuat anak mau makan apa yang pendapatan dalam keluarga yang pada
mereka sediakan sehingga anak tidak akhirnya akan mempengaruhi perubahan
kekurangan makan. Responden yang gaya hidup, dalam hal ini terutama
sedang sakit akan mengalami pola makan perubahan pada komsumsi yang
yang kurang baik karena dalam kondisi menentukan status gizi anak (Sediaoetama,
sakit, anak-anak akan cenderung enggan 2008). Ibu yang bekerja akan mendapatkan
untuk makan, lebih baik mereka menahan tambahan penghasilan untuk memenuhi
lapar karena bagi mereka yang sedang sakit kebutuhan keluarga, sehingga kebutuhan
makanan dirasa tidak enak dan tidak makan anak terpenuhi.
membuat mereka merasa nyaman sehingga

Midwiferia / Vol. 1 ; NO.2 / Oktober 2015 76


SIMPULAN Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku. Jakarta :
1. Pola makan anak pra sekolah di RinekaCipta
PAUD Tunas Mulia Desa Claket
Kecamatan Pacet Kabupaten Proverawati, A 2009. Buku Ajar Gizi
Mojokerto sebagian besar adalah baik Untuk Kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika
yaitu 11 anak (65,4%).
2. Status gizi anak prasekolah di PAUD Sediaoetama, A.D,2008.Ilmu Gizi Untuk
Tunas Mulia Desa Claket Kecamatan Mahasiswa Dan Profesi. Jilid I.
Pacet Kabupaten Mojokerto hampir Jakarta: Dian Rakyat.
seluruhnya adalah normal, yaitu 13
anak (76,4%). Soetjiningsih, 2010.Tumbuh Kembang
3. Ada hubungan antara pola makan Anak, Jakarta, EGC
dengan status gizi anak pra sekolah di
Supariasa, I. D, 2012.Penilaian Status
PAUD Tunas Mulia Desa Claket Gizi.Jakarta : Penerbit Buku
Kecamatan Pacet Kabupaten Kedokteran EGC.
Mojokerto
WHO, 2013. Status gizi anak,
(www.gizi.net). Diakses tanggal 17
DAFTAR PUSTAKA Desember, 2014

Baliwati. 2009. Pengantar Pangan dan Widodo, R. 2010. Pemberian Makanan,


Gizi. Jakarta: Penerbit Swadaya. Suplemen, dan Obat pada Anak.
Jakarta: EGC.
Diana, F.M, 2004. Hubungan Pola Asuh
Dengan Status Gizi Anak Balita Di
Kacamatan Kurasi Kelurahan
Pasar Ambacang Kota Padang
Tahun 2004, Padang, Universitas
Andalas.

Dinkes Jatim, 2013. Profil kesehatan


provinsi Jawa Timur 2012. Dinkes
Jawa Timur

Hastuti. 2011. Hubungan Asupan Zat Gizi,


Penyakit Infeksi Dan Pengasuhan
Dengan Status Perkembangan
Motorik Kasar Baduta Usia 6
Sampai 18 Bulan Di Kabupaten
Jeneponto tahun 2011. Makasar:
Universitas Hasanuddin.

Kemenkes, 2013. Profil kesehatan


Indonesia 2012. Kemenkes RI

Midwiferia / Vol. 1 ; NO.2 / Oktober 2015 77


http://jurnal.fk.unand.ac.id 391

Artikel Penelitian

Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Usia 3-5


tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang 2014

Gustiva Sari1, Gustina Lubis2, Edison3

Abstrak
Status gizi yang buruk merupakan salah satu penyebab kematian pada anak. Jumlah anak dengan status gizi
kurang dari tahun 2011 ke tahun 2012 di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo mengalami peningkatan. Tujuan
penelitian ini adalah menentukan hubungan pola makan dengan status gizi pada anak usia 3-5 tahun di wilayah kerja
Puskesmas Nanggalo. Desain penelitian ini adalah cross sectional study dengan pola makan sebagai variabel
independen dan status gizi sebagai variabel dependen. Populasi penelitian ini adalah semua anak usia 3-5 tahun yang
berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo. Pengambilan subjek menggunakan teknik simple random sampling
yang dibuat secara proporsional. Analisis data menggunakan uji Fisher. Hasil penelitian yang didapatkan 68% anak
dengan pola makan yang baik mempunyai status gizi normal, dan 11% anak dengan pola makan tidak baik mengalami
kekurusan. Hasil uji statistik menunjukkan pola makan mempunyai hubungan dengan status gizi (p=0,000). Dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang antara pola makan dengan status gizi. Penerapan pola makan yang baik
pada anak maka status gizi anak akan menjadi baik.
Kata kunci: pola makan, status gizi, anak usia 3-5 tahun

Abstract
Malnutrition is one of the cause of childhood deaths. The year of 2011 until 2012, the cases of children with
malnutrition in area of Nanggalo Health Center was increased. The objective of this study was to determine the
correlation diet on nutritional status in children aged 3-5 years old in area of Nanggalo Health Center. This research
used cross-sectional study, the diet as the independent variable and nutritional status as the dependent variable. The
population was all of children aged 3-5 years in area of Nanggalo Health Center. Subjects was taken by using simple
random sampling technique with proportionally. The data analysis was Fisher test. The results of the study found 68%
of children with a good diet have normal nutritional status, and 11% of children with a bad diet have a stunting. The
Statistic results showed that diet has a relationship on nutritional status (p = 0.000).

Keywords: diet, nutritional status, children aged 3-5 year old

Affiliasi penulis: 1. Pendidikan Dokter FK UNAND (Fakultas


jumlah prevalensi balita sangat kurus dan kurus tahun
Kedokteran Universitas Andalas Padang), 2. Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FK UNAND, 3. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FK UNAND 2013 di Indonesia sebesar 12,1%, menurut World
Korespondensi: Gustiva Sari, Email: [email protected], Telp: Health Organization (WHO) hal ini sudah termasuk
082285164224
masalah kesehatan masyarakat yang serius.2
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
PENDAHULUAN (RISKESDAS) 2013, prevalensi balita sangat kurus
Indonesia merupakan salah satu negara dan kurus dengan indikator yang sama di Sumatra
berkembang yang mempunyai masalah gizi utama Barat tahun 2010 sebesar 8,2%, dan meningkat
berupa masalah gizi kurang.1 Berdasarkan indikator menjadi 12,5% pada tahun 2013, angka ini berada
berat badan menurut tinggi badan (BB/TB, Z-score), diatas angka prevalensi nasional.2 Berdasarkan data

Jurnal Kesehatan Andalas. 2016; 5(2)


dari Dinas Kesehatan Kota (DKK) Padang tahun 2011,
HASIL
0,16% balita dari jumlah seluruh balita di Kota Padang
Karakteristik Responden
mengalami gizi buruk, dan pada tahun 2012 terjadi
Berdasarkan tingkat pendidikan 85 responden,
peningkatan menjadi 0,24%.3
lebih dari separuh responden (55,3%) memiliki tingkat
Anak usia 3-5 tahun mempunyai risiko untuk
pendidikan sedang. Berdasarkan pekerjaan, sebagian
mengalami masalah kekurangan gizi, karena pada
besar responden (78,8%) adalah ibu rumah tangga.
masa ini sering terjadi masalah makan yang
disebabkan anak sudah mulai menjadi konsumen aktif
Tabel 1. Karakteristik responden
yang cendrung memilih-milih makanan yang akan
Variabel f %
dikonsumsi.4 Faktor makanan merupakan faktor Tingkat Pendidikan
langsung yang mempengaruhi status gizi. Faktor Rendah 20 23,5%
makanan ini berupa pola makan yang dapat dinilai dari Sedang 47 55,3%
jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi, serta Tinggi 18 21,2%

cara pemberian makan. 5 Pekerjaan


IRT 67 78,8%
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu
Pegawai Swasta 10 11,8%
diteliti hubungan pola makan dengan status gizi pada
PNS 8 9,4%
anak usia 3-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas
Nanggalo Padang tahun 2014.
Berdasarkan jenis kelamin anak usia 3-5 tahun,
46 orang anak (54,1%) adalah laki-laki dan 39 orang
METODE
anak (45,9%) adalah perempuan.
Penelitian ini menggunakan metode cross
sectional dimana pola makan sebagai variabel
Tabel 2. Distribusi jenis kelamin anak usia 3-5 tahun
independen dan status gizi sebagai variabel
Jenis Kelamin f %
dependen. Penelitian dilakukan dari Januari sampai Laki-laki 46 54,1%
Juni 2014. Populasi penelitian ini adalah anak usia 3-5 Perempuan 39 45,9%
tahun di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang.
Sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti yang Distribusi Status Gizi Anak Usia 3-5 Tahun
memenuhi kriteria inklusi, pada penelitian ini berjumlah Berdasarkan status gizi didapatkan bahwa
sebanyak 85 orang. umumnya anak usia 3-5 tahun (88,2%) mempunyai
Data primer didapatkan dengan melakukan status gizi yang normal berdasarkan indeks BB/TB (Z-
wawancara langsung kepada orang tua atau score).
pengasuh anak usia 3-5 tahun dengan panduan
kuesioner pola makan, serta melakukan penimbangan Tabel 3. Distribusi status gizi anak usia 3-5 tahun
berat badan (BB) dan pengukuran tinggi badan (TB) Variabel f %
langsung pada anak. Status Gizi

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini Sangat Kurus 5 5,9%


Kurus 5 5,9%
adalah kuesioner pola makan, grafik pertumbuhan
Normal 75 88,2%
anak 2-5 tahun WHO 2006 (BB/TB, Z-scores),
timbangan BB (bathroom scale) dan microtoise. Status
Distribusi Pola Makan Anak Usia 3-5 Tahun
gizi dinilai berdasarkan kriteria WHO 2006 (BB/TB, Z-
Berdasarkan pola makan didapatkan bahwa
scores), yaitu sangat kurus (<-3 SD), kurus (-3 SD s/d
lebih dari separuh anak usia 3-5 tahun (69,4%)
<-2 SD), normal (-2 SD s/d 2 SD). Pengolahan data
mempunyai pola makan yang baik.
dilakukan editing, coding, entry, dan cleaning.
http://jurnal.fk.unand.ac.id 393

Tabel 4. Distribusi pola makan anak usia 3-5 tahun


sesuai dengan yang seharusnya, namun jumlah
Variabel f %
asupan kalori yang dikonsumsi sesuai dengan angka
Pola Makan
kecukupan gizi (AKG) nya masing-masing, sehingga
Tidak Baik 26 30,6%
menghasilkan status gizi yang normal.
baik 59 69,4%
Pada penelitian ini juga ditemukan 1,2% anak

Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi usia 3-5 tahun mempunyai pola makan yang baik, tapi
mempunyai status gizi yang sangat kurus. Hal ini
Tabel 5 dibawah ini menjelaskan hubungan
dapat terjadi karena penilaian konsumsi asupan kalori
pola makan dengan status gizi.
dengan metode food recall 24 jam mempunyai

Tabel 5. Hubungan pola makan dengan status gizi keterbatasan, dimana metode ini tidak dapat

Status Gizi menggambarkan asupan kalori dalam jangka panjang.


Sangat p Jadi, bisa saja saat penelitian dilakukan anak
Variabel Normal
Kurus+Kurus
mengonsumsi makanan cukup yang sesuai dengan
f % f %
Pola AKG, namun diluar hari penelitian asupan kalori yang
Makan
dikonsumsinya tidak cukup, begitu juga sebaliknya.
Tidak Baik 9 34,6% 17 65,4% 0,000
Baik 1 1,7% 58 98,3% Persentase dari jenis makanan yang
Total 10 11,8% 75 88,2%
dikonsumsi harus sesuai dengan AKG, yaitu 50-70%
berasal dari karbohidrat, 15-30% dari lemak,
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa
0,75gr/kgBB atau sekitar 10-15% dari protein,
sebanyak 58 anak usia 3-5 tahun (68,2%) dengan pola
1
selebihnya vitamin dan mineral. Dapat disimpulkan
makan yang baik mempunyai status gizi yang normal
bahwa jumlah asupan kalori yang cukup yang sesuai
lebih banyak daripada anak yang mempunyai pola
dengan AKG, pemberian makanan yang bervariasi,
makan yang baik dengan status gizi sangat kurus dan
serta diikuti dengan menerapkan cara pemberian
kurus yang berjumlah 1 orang (1,2%). Hasil uji statistik
makan yang benar pada anak akan menghasilkan
dengan uji Fisher menunjukkan adanya hubungan
status gizi yang baik.
antara pola makan dengan status gizi (p<0,05).

KESIMPULAN
PEMBAHASAN
Terdapat hubungan yang signifikan antara pola
Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi
makan dengan status gizi.
Analisis dengan uji Fisher menunjukkan
terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan
dengan status gizi. Hasil ini sesuai dengan penelitian
DAFTAR PUSTAKA :

Waladow et al dengan hasil yang menunjukkan nilai 1. Almatsier S. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT

signifikan p (0,00) yang berarti ada hubungan yang Gramedia Pustaka Utama; 2004.

bermakna antara pola makan dengan status gizi.6 2. Departemen Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar

Pola makan yang baik terdiri dari konsumsi 2013. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI;

makanan yang berkualitas yaitu konsumsi makanan 2013.

yang sehat dan bervariasi, serta konsumsi makanan 3. Dinas Kesehatan Kota Padang. Profil kesehatan

yang cukup dari segi kuantitas diikuti dengan tahun 2012. Padang: Dinas Kesehatan Kota

menerapkan perilaku makan yang benar. Jika hal ini Padang; 2013.

diterapkan, makan akan menghasilkan status gizi anak 4. Barness LA, John SC. Nutrisi: ilmu kesehatan anak

yang normal.7 Nelson Vol. 1 (terjemahan). Jakarta: EGC; 2000.

Pada penelitian ini ditemukan (20%) anak 5. Kementerian Kesehatan. Kerangka kebijakan

dengan status gizi normal, namun mempunyai pola gerakan sadar gizi dalam rangka 1000 HPK.

makan yang tidak baik. Berdasarkan hasil wawancara, Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2012.

cara pemberian makan pada anak-anak ini tidak 6. Waladow G, Sarah MW, Julia VR. Hubungan pola
makan dengan status gizi pada anak usia 3-5

Jurnal Kesehatan Andalas. 2016; 5(2)


tahun di wilayah kerja Puskesmas Tompaso
7. Manary JM, Noel WS. Aspek kesehatan
Kecamatan Tompaso. Manado: Universitas Sam
masyarakat pada gizi kurang: gizi kesehatan
Ratulangi Manado; 2012.
masyarakat. Jakarta: EGC; 2008.
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK


USIA 3 -5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TOMPASO
KECAMATAN TOMPASO

Geiby Waladow
Sarah M. Warouw
Juli a V. Rottie

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi Manado
Email : [email protected]

Abstract : Based on the data, there is a lack of nutritional status in children aged 3-5 years in
districh health centers Tompaso. Diet is an efforts to improve/increase the nutritional status
by fulfill the needs of a child’s nutritional status. The purpose on this study, to determine the
relationship of diet and nutritional status in children aged 3-5 yers in districh health centers
Tompaso. The study design is a cross sectional it is a study where the diet (type of food,
frequency of meals, and method) as an independent variable and nutritional status as the
dependent variable at once in the same time. The population is all the children aged 3-5 years,
who li ve in Tompaso area with 150 respondent as the samples. The data was collected by
questionnaire and calculation of nutritional status as measured by weight/age (W/A). Data
analysis using SPSS programe by using the chi-square at a significance level of α = 0,05. The
result of the study are 51 respondents who have a good diet with good nutritional status, 4
respondents have a good diet with less nutritional status, 8 respondents did not have a good
diet with good nutritional status, and 87 respondents did not have a good diet with less
nutritional status. The conclusion there is a strong between the diet and nutritional status on
children 3-5 years old with p (0,000).
Keywords : diet, nutritional status, children 3-5 years old.

Abstrak : Berdasarkan data yang diperoleh, masih banyak terdapat status gizi kurang pada
anak usia 3-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Tompaso. Pola makan merupakan salah satu
upaya perbaikan/peningkatan status gizi dengan memenuhi kebutuhan status gizi anak.
Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui hubungan pola makan dengan status gizi pada anak
usia 3-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Tompaso. Desain penelitian yang digunakan
adalah penelitian cross sectional yaitu suatu penelitian dimana pola makan (jenis makanan,
frekuensi makan dan cara pemberian makanan) sebagai variabel independen dan status gizi
sebagai variabel dependen diobservasi sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Populasi yang
diambil adalah semua anak usia 3-5 tahun yang berdomisili diwilayah kerja Puskesmas
Tompaso dengan sampel sebanyak 150 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan
bantuan kuesioner dan perhitungan status gizi yang diukur menurut berat badan/umur
(BB/U). Analisis data menggunakan program SPSS dengan menggunakan chi-square pada
tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian yaitu 51 responden yang mempunyai pola
makan baik dengan status gizi baik, 4 responden mempunyai pola makan baik dengan status
gizi kurang, 8 responden mempunyai pola makan tidak baik dengan status gizi baik, dan 87
responden mempunyai pola makan tidak baik dengan status gizi kurang. Kesimpulan ada
hubungan yang kuat antara pola makan dengan status gizi pada anak usia 3-5 tahun, dengan p
(0,000).
Kata kunci : Pola makan, Status gizi, Anak usia 3-5 tahun.
PENDAHULUAN paling penting dan perlu untuk mendapatkan
Masa balita merupakan masa yang perhatian dalam proses pertumbuhan dan
1
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

perkembangan anak. Untuk itu dalam masa sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi.
ini, perlu untuk selalu melakukan Begitu pentingnya faktor gizi sehingga
pemantauan pertumbuhan dan pembentukan kebiasaan makan yang baik
perkembangan anak. Anak menempati harus ditanamkan sejak dini, karena hal ini
posisi strategis dalam pembangunan sumber sangat menentukan kebiasaan makannya
daya manusia masa depan. Anak merupakan pada saat remaja dan dewasa.
kelompok penduduk yang paling rentan Menurut penelitian yang dilakukan
terhadap gangguan kesehatan dan gizi oleh Wello di Semarang pada tahun 2008,
karena status imunitas, diet dan psikologi bahwa sebanyak 36 balita memiliki pola
anak belum matang atau masih dalam taraf makan baik, 8 anak diantaranya
perkembangan dan kelangsungan serta mempunyai status gizi lebih, 27 anak
kualitas hidup anak sangat tergantung pada mempunyai status gizi baik, 1 anak
penduduk dewasa terutama ibu atau orang mempunyai status gizi kurang dan tidak
tuanya (Utomo, 1998). ada yang mempunyai status gizi buruk.
Anak balita merupakan kelompok Sebanyak 37 balita memiliki pola makan
umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, sedang dimana 6 anak diantaranya
dan yang paling banyak menderita mempunyai status gizi lebih, 31 anak
gangguan akibat gizi (Kurang Energi memiliki status gizi baik, dan tidak ada
Protein) dikarenakan anak balita berada yang mempunyai status gizi kurang dan
dalam masa transisi, pada masa ini terjadi status gizi buruk. Sebanyak 6 anak
perubahan pola makan dari makanan bayi memiliki pola makan kurang dimana 1
ke makanan dewasa (Notoadmodjo, 2003). anak diantaranya mempunyai atatus gizi
Gizi kurang yang terjadi pada anak-anak, lebih, 2 anak mempunyai status gizi baik,
dapat menghambat pertumbuhan, rentan 2 anak mempunyai status gizi kurang, dan
terhadap penyakit infeksi dan rendahnya 1 anak memiliki status gizi buruk.
tingkat kecerdasan anak. Konsekuensi Berdasarkan data yang diperoleh dari
membiarkan anak-anak tersebut menderita Puskesmas Tompaso, masih banyak
kurang gizi berarti “mempersiapkan” terdapat status gizi kurang pada balita.
sebagian mereka menjadi generasi yang Upaya perbaikan/peningkatan gizi
hilang karena terbentuknya potensi dilakukan dengan cara memenuhi
intelektual dan produktivitas yang tidak kebutuhan gizi anak salah satunya melalui
mampu menghadapi kemajuan ilmu pengaturan pola makan (Depkes RI,1992).
pengetahuan dan teknologi. Mengenai pembentukan pola makan
Status gizi kurang atau status gizi ini dijelaskan oleh Lund dan Burk dalam
lebih, merupakan suatu gangguan gizi Suhardjo (1989) bahwa terdapat dua faktor
yang disebabkan oleh faktor primer dan lingkungan yang sangat berpengaruh yaitu
faktor sekunder. Faktor primer adalah lingkungan keluarga dan lingkungan luar.
apabila susunan makanan seseorang salah Pada anak usia 1-5, selain mengalami
dalam kualitas maupun kuantitasnya, yang sosialisasi primer di lingkungan keluarga
merupakan akibat dari kurangnya juga mengalami sosialisasi sekunder dari
penyediaan pangan, kemiskinan, lingkungan luar. Walaupun demikian,
ketidaktahuan, kebiasaan makan yang kebiasaan yang dipelajari lebih awal akan
salah dan sabagainya. Sedangkan faktor lebih tahan/ persisten dalam kehidupan
sekunder meliputi semua faktor yang selanjutnya, dan lebih resisten untuk
menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai ke berubah. Bila terjadi pertentangan, maka
kebiasaan di rumah lebih kuat dibanding
pengaruh luar. Oleh karena itu merupakan
waktu yang tepat untuk menanamkan
kebiasaan atau pola makan yang baik pada
rentang usia tersebut.

2
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

Berdasarkan uraian di atas maka mendapatkan surat izin dari kepala


penulis merasa tertarik untuk menyusun Puskesmas tempat penelitian dan dari
penelitian tentang “Hubungan Pola Makan dewan penguji, maka peneliti
Dengan Status Gizi Pada Anak Usia 3-5 mengumpulkan data-data yang diperlukan.
Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Data yang dikumpulkan yaitu: data
Tompaso Kecamatan Tompaso”. primeryaitu data yang diperoleh melalui
metode kuesioner, wawancara serta
METODE PENELITIAN pengukuran antopometri (indeks BB/U).
Rancangan penelitian yang Metode kuesioner adalah metode
digunakan ialah penelitian cross sectional pengumpulan data melalui sejumlah
yaitu suatu penelitian di mana variabel- pertanyaan tertulis untuk memperoleh
variabel yang termasuk efek diobservasi informasi tentang identitas responden serta
sekaligus dalam waktu yang bersamaan status gizi anak. Data yang dikumpulkan
(Notoatmodjo, 2002). Penelitian ini meliputi identitas responden (inisial nama
dilaksanakan pada bulan 12-26 Juli di anak, umur, jenis kelamin, alamat). Untuk
Wilayah Kerja Puskesmas Tompaso. mengisi antopometri, dilakukan
Populasi penelitian adalah semua anak usia pengukuran yang meliputi pengukuran
3-5 tahun yang berjumlah 454 yang berat badan responden. Data Sekunder
berdomosili di wilayah kerja puskesmas diperoleh dari data yang tersedia di
Tompaso Kecamatan Tompaso. Dengan ruangan KIA Puskesmas Tompaso, yang
sampel berjumlah 213. Kriteria inklusi berupa jumlah anak usia 3-5 tahun.
adalah karakteristik umum subyek Gambaran umum lokasi diperoleh dengan
penelitian dari suatu populasi target yng cara melihat data Puskesmas dan
terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, wawancara dengan perawat yang ada di
2003). ruangan KIA dan kepala Puskesmas
Kriteria inklusi dalam penelitian ini Tompaso. Penelitian ini akan dilaksanakan
ialah berdomisili di wilayah kerja bila telah memperoleh persetujuan setelah
Puskesmas Tompaso Kecamatan penjelasan atau informed concent dari
Tompaso, bersedia menjadi responden, orang tua responden.
memiliki KMS. Kriteria eksklusi atau Pengolahan data : editing, coding,
kriteria pengecualian adalah mengeluarkan tabulasi ,teknik analisa data: analisa
subjek yang memenuhi kriteria inklusi univariat, analisa bivariat. Etika penelitian
dari studi karena berbagai sebab bertujuan untuk menjaga kerahasiaan
(Nursalam, 2003). Kriteria eksklusi dalam identitas responden akan kemungkinan
penelitian ini adalah : tidak bersedia terjadinya ancaman terhadap responden.
menjadi responden, balita yang dalam Masalah etika ini terutama ditekankan
penyakit kronis. Alat ukur yang digunakan pada: Informed Consent (Lembar
adalah: Kuesioner, grafik pertumbuhan Persetujuan), anonymity (Tanpa Nama),
menurut WHO. Instrument yang confidentiality (Kerahasiaan).
digunakan adalah: Bathroom Scale, KMS-
Balita. HASIL dan PEMBAHASAN
Prosedur pengumpulan data pada Puskesmas Tompaso mencakup
penelitian ini dimulai dengan pembuatan keseluruhan wilayah Kecamatan Tompaso
surat izin persetujuan pengambilan data dengan Tompaso Barat. Puskesmas
awal dari Program Studi Ilmu Tompaso mempunyai luas Wilayah Kerja :
Keperawatan Fakultas Kedokteran 3020 km² dan luas Puskesmas: 2153 m²,
Universitas Sam Ratulangi Manado. dengan 20 Desa. Jumlah penduduk di
Kemudian surat tersebut dibawa kepada Wilayah Kerja Puskesmas Tompaso
kepala Puskesmas tempat penelitian yaitu berjumlah 15.078 orang, dimana jumlah
Puskesmas Tompaso. Setelah penduduk laki-laki 7515 orang dan jumlah

3
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

penduduk perempuan 7563 orang dengan tahun yang berdomisili di Wilayah Kerja
jumlah 4753 KK. Puskesmas Tompaso berjumlah 454 dan
Analisis Univariat sampel yang ada berjumlah 150. Dalam
Tabel 1. Distribusi Responden Menurut penelitian ini di temukan anak dengan
Jenis Kelamin status gizi baik dan status gizi kurang.
Jenis Kelamin Jumlah % Sedangkan status gizi lebih dan status gizi
Laki-laki 71 47,3 buruk tidak ditemui. Menurut data yang
Perempuan 79 52,7 ada di Puskesmas Tompaso bahwa balita
TOTAL 150 100 dengan status gizi kurang berjumlah
Sumber : Data Primer sekitar 20%.
Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Hasil penelitian hubungan pola
Umur makan dengan status gizi pada anak usia 3-
Umur Jumlah % 5 tahun diperoleh bahwa ada 112
(bulan) responden yang mempunyai pola makan
36-40 40 26,8 baik dengan status gizi baik, 5 responden
41-45 17 11,3 mempunyai pola makan baik dengan status
46-50 29 19,3 gizi kurang, 14 responden mempunyai
51-55 11 7,3 pola makan tidak baik dengan status gizi
56-60 53 35,3 baik, dan 19 responden mempunyai pola
TOTAL 150 100 makan tidak baik dengan status gizi
Sumber : Data Primer kurang.
Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Hasil uji statistik dengan melihat
Pola Makan nilai signifikan p (0,000) yang berarti ada
Pola Makan Jumlah % hubungan yang bermakna antara pola
Tidak Baik 33 22 makan dengan status gizi. Hasil analisis
Baik 117 78 statistic dengan menggunakan uji chi-
TOTAL 150 100 square menunjukkan bahwa pola makan
Sumber : Data Primer dengan status gizi ada hubungan yang
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut sangat kuat.
Status Gizi (BB/U) Menurut Prasetyawati (2012) bahwa
Status Gizi Jumlah % kesehatan tubuh anak sangat erat kaitannya
Kurang 24 16 dengan makanan yang dikonsumsi. Zat-zat
Baik 126 84 yang terkandung dalam makanan yang
TOTAL 150 100 masuk dalam tubuh sangat mempengaruhi
Sumber : Data Primer kesehatan. Menurut Menkes (2011), faktor
Analisis Bivariat yang cukup dominan yang menyebabkan
Tabel 5. Hubungan Pola Makan dengan keadaan gizi kurang meningkat ialah
Status Gizi pada Anak perilaku memilih dan memberikan
makanan yang tidak tepat kepada anggota
Pola Status keluarga termasuk anak-anak.
Makan Gizi Hasil penelitian ini didukung oleh
Baik Kurang P penelitian Wello (2008), yang mengatakan
Tidak 14 19 0,000 bahwa ada hubungan antara pola makan
Baik 112 5 dengan status gizi pada balita di Semarang.
Baik 126 24 Semakin baik pola makan yang diterapkan
TOTAL orang tua pada anak semakin meningkat
Sumber : Data Primer status gizi anak tersebut. Sebaliknya, bila
Penelitian ini di lakukan di Wilayah status gizi berkurang jika orang tua
kerja Puskesmas Tompaso Kecamatan menerapkan pola makan yang salah pada
Tompaso. Dengan populasi anak usia 3-5 anak. Hasil penelitian ini juga diperkuat

4
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

oleh penelitian Tella (2012) di Mapanget kurang bahkan gizi buruk. Pola makan
yang mengatakan bahwa hubungan pola yang sehat harus disertai dengan asupan
makan dengan status gizi sangat kuat gizi yang baik agar dapat mencapai status
dimana asupan gizi seimbang dari gizi yang baik. Pola makan yang baik
makanan memegang peranan penting harus diajarkan pada anak sejak dini agar
dalam proses pertumbuhan anak dibarengi anak terhindar dari status gizi yang tidak
dengan pola makan yang baik dan teratur baik (Laksmi, 2008).
yang perlu diperkenalkan sejak dini, antara Pola makan yang baik belum tentu
lain dengan perkenalan jam-jam makan makanannya terkandung asupan gizi yang
dan variasi makanan dapat membantu benar. Banyak balita yang memiliki pola
mengkoordinasikan kebutuhan akan pola makan baik tapi tidak memenuhi jumlah
makan sehat pada anak. dan komposisi zat gizi yang memenuhi
Dalam penelitian Dina (2011) syarat gizi seimbang.
dikatakan bahwa upaya untuk mengatasi Dalam penelitian ini pula ditemukan
masalah gizi yang sangat penting adalah 5 responden yang memiliki status pola
dengan pengaturan pola makan. Pola makan baik tapi status gizi kurang, sesuai
makan yang diterapkan dengan baik dan dengan hasil kuesioner yang ada bahwa
tepat sangat penting untuk membantu hal tersebut dikarenakan responden tidak
mengatasi masalah gizi yang sangat mengkonsumsi sayur-sayuran. Meskipun
penting bagi pertumbuhan balita. responden mengkonsumsi ikan dan susu
Ditambah dengan asupan gizi yang benar serta cara pemberian makanannya benar
maka status gizi yang baik dapat tercapai. dan frekuensi makan teratur tetapi tidak
Makanan yang memiliki asupan gizi mengkonsumsi sayu-sayuran dan buah-
seimbang sangat penting dalam proses buahan serta ditambah dengan aktifitas
tumbuh kembang dan kecerdasan anak. fisik yang berlebih, itu dapat
Bersamaan dengan pola makan yang baik mempengaruhi status gizi seseorang
dan teratur yang harus diperkenalkan terutama anak.
sedini mungkin pada anak, dapat
membantu memenuhi kebutuhan akan pola SIMPULAN
makan sehat pada anak, seperti variasi Berdasarkan hasil penelitian yang
makanan dan pengenalan jam-jam makan telah dilakukan maka disimpulkan bahwa:
yang tepat. Pola makan yang baik Gambaran pola makan anak usia 3-5 tahun
harusnya dibarengi dengan pola gizi di wilayah kerja Puskesmas Tompaso
seimbang, yaitu pemenuhan zat-zat gizi Kecamatan Tompaso didapatkan bahwa
yang telah disesuaikan dengan kebutuhan responden dengan pola makan baik lebih
tubuh dan diperoleh melalui makanan banyak dibandingkan dengan responden
sehari-hari. Dengan makan makanan yang dengan pola makan tidak baik. Gambaran
bergizi dan seimbang secara teratur, status gizi anak usia 3-5 tahun di wilayah
diharapkan pertumbuhan anak akan kerja Puskesmas Tompaso Kecamatan
berjalan optimal. Nutrisi sangat penting Tompaso didapatkan bahwa responden
dan berguna untuk menjaga kesehatan dan dengan status gizi baik lebih banyak dari
mencegah penyakit. responden dengan status gizi kurang. Ada
Untuk meningkatkan kualitas hidup hubungan yang bermakna antara pola
dan kesehatan, banyak orang menerapkan makan dengan status gizi pada anak usia 3-
pola makan vegetarian karena makanan ini 5 tahun di wilayah kerja Puskesmas
murah, sehat dan bebas kolesterol. Tetapi Tompaso Kecamatan Tompaso diperoleh
apabila pola makan ini tidak disertai nilai signifikansi p < 0,05 (0,000). Jadi
dengan asupan gizi yang baik maka pola makan yang tidak baik beresiko untuk
penganut vegetarian berpotensi mengalami terjadi status gizi kurang.
status gizi yang tidak baik berupa gizi
DAFTAR PUSTAKA Dina, A. A. Nur, (2011). Hubungan Pola
5
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

Makan Dengan Status Gizi Kedokteran Universitas Sam


Balita di Kelurahan Tanggung Ratulangi.
Kecamatan Kepanjen Kidul kota UNICEF, (1999). Memaksimalkan Potensi
Blitar (Studi pada Balita Umur Sumber Daya Manusia
24-60 bulan). Malang : Indonesia. Sebuah Pendekatan
Universitas Negeri Malang. Bertumpu pada Resiko di
Kementerian Kesehatan RI, (2011). Buku Keluarga, kebutuhan dan Hak-
Panduan Kader Posyandu haknya dalam Rangka
Menuju Keluarga Sadar Gizi. Menetukan Prioritas dan Strategi
Jakarta. Direktorat Bina Gizi. Repelita VII. Jakarta.
Laksmi, N. W. Sri, (2008). Hubungan Utomo, Budi, (1998). Dampak Krisis
Antara Pola Makan Dengan Moneter dan Kekeringan
Status Gizi Anak Pada Balita terhadap Status Kesehatan dan
Vikas Di Sai Study Group. Gizi Anak. Jakarta.
Denpasar, Bali. Wello, Maria, (2008). Hubungan pola
Notoatmodjo, Soekidjo, (2002). Ilmu makan dengan status gizi balita
Kesehatan Masyarakat. Jakarta : di Kelurahan Pedalangan
Buku Kedokteran ECG. Kecamatan Banyumanik Kota
Notoatmodjo, Soekidjo, (2003). Semarang. Semarang : Program
Metodologi Penelitian Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kesehatan. Edisi kedua. Jakarta : Kedokteran.
PT Rineka Cipta.
Nursalam, (2003). Konsep & Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Prasetyawati, (2012). Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) Dalam Millenium
Development Goals (MDGs).
Yogyakarta : Aulia Medika.
Soekirman, (2000). Ilmu Gizi dan
Aplikasinya Untuk Keluarga dan
Masyarakat. Ditjen Dikti.
Departemen Pendidikan
Nasional, Jakarta.
Suhardjo, (1989). Sosio Budaya Gizi.
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi.
Institut Pertanian Bogor.
Tella, A. Cessy, (2012). Hubungan pola
makan dengan status gizi pada
balita di wilayah kerja
Puskesmas Paniki Kecamatan
Mapanget. Manado : Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Anda mungkin juga menyukai